Anda di halaman 1dari 27

FORMAT IDENTIFIKASI MASALAH UNTUK PTK

Nama Mhs : Mariana, S.Pd.I


Bidang Studi : Al-Qur’an Hadits
Nama LPTK : IAIN Bukittinggi

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Minimnya penggunaan media yang berbasis IT dimana zaman sekarang
teknologi sudah berkembang pesat.
2. Siswa membutuhkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang
mampu mendukung kegiatan pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

RUMUSAN MASALAH
“Apakah dengan menggunakan media power point dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV MIN 5 Kota Banda Aceh? ”

JUDUL
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Materi Hadist tentang Niat Dengan
Menggunakan Media Power Point Pada MIN 5 Banda Aceh

RENCANA TINDAKAN
Ada 4 tahapan dalam rencana Tindakan yaitu :
1. Perencanaan Tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Pengamatan Tindakan
4. Refleksi Tindakan

Bukittinggi, November 2022

MARIANA, S.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan aset yang paling berharga bagi bangsa ini. Itulah
sebabnya proses pendidikan diharapkan dapat berjalan sevara optimal dan
berkualitas. Sementara inti dari proses pendidikan itu sendiri adalah proses
pembelajaran. Dengan demikan, dapatlah dikatakan bahwa keberhasilan dalam
meraih fungsi dan tujuan pendidikan nasional sangat berkelindan dengan
keberhasilan guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang optimal dan
berkualitas. Pembelajaan dapat berjalan dengan optimal dan berkualitas manakala
seperangkat kompetensi sebagai rumusan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Disinilah guru dapat berperan sebagai seorang desainer pembelajaran yang dapat
merancang proses pembelajaran secara optimal dan berkualitas, yaitu proses
pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk mencapai berbagai
kompetensi yang dirumuskan (Wiyani, 2017: 9).
Melalui pendidikan yang berkualitas maka akan terbentuk sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan Negara lain di era globalisasi.
Oleh karena itu, pendidikan menjadi aspek yang sangat diperhatikan disetiap Negara
khususnya Indonesia. Dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1, yakni Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. (Nugroho, 2016: 1)
Jailani (2020, vol. 4: 100) menyatakan proses pendidikan merupakan
sentuhan belaian kemanusian antara pendidik dengan peserta didik. Hakikatnya
pendidikan bermakna bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja
terhadap peserta didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang
atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi (Jailani dan Muhammad, 2019, vol. 19: 17).
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dapat membawa kepada
pertumbuhan individu dan masyarakat, masing-masing lembaga pendidikan dapat
melangkah maju sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh lembaga
pendidikan tersebut. Dalam hal ini tentunya penerapan pembelajaran yang dipakai
harus sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri, sehingga kualitas pendidik dapat
tercapai dengan baik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat (3) tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar bahwasanya “Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran
tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk
kelas IV, V, dan VI.
Al-Qur’an Hadis adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam
yang diberikan untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an sehingga mampu
membaca dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan
menghafal ayatayat yang terpilih serta memahami dan mengamalkan hadis-hadis
pilihan sebagai pendalaman dan perluasan kajian dari pelajaran Al-Qur’an Hadis dari
Madrasah Ibtidaiyah dan sebagai bekal untuk mengikuti jenjang pendidikan
berikutnya.
Mempelajari Al-Qur’an Hadis bertujuan agar peserta didik gemar membaca
Al-Qur’an dan Hadis dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini
kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya sebagai
petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian
pembelajaran Al-Qur’an Hadis memiiki fungsi lebih istimewa dibanding dengan
yang lain dalam hal mempelajari Al-Qur’an.
Kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5
Banda Aceh telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media namun
tidak semua guru dalam pembelajarannya menggunakan sarana pembelajaran yang
disediakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Banda Aceh.
Jamaluddin (2002: 36-37) dalam Jailani (2016, vol. 9: 52) guru adalah aktor
utama, yang turut serta mempengaruhi kualitas keberhasilan peserta didik. Guru juga,
merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung
tombak. Proses belajar siswa sangat di pengaruhi oleh bagaimana peserta didik
memandang guru mereka. Kepribadian guru seperti memberi perhatian, hangat, dan
suportif (memberi semangat), diyakini bisa memberi motivasi yang pada gilirannya
akan meningkatkan prestasi peserta didik. Empati yang tepat seorang guru kepada
siswanya membantu perkembangan prestasi akademik anak secara signifikan. Guru
perlu membangun citra yang positif tentang dirinya jika ingin agar siswanya memberi
respon dan bisa diajak bekerjasama dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, rasa
hormat dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh seorang guru merupakan syarat
utama kesuksesan siswa. Sebagaimana halnya orang dewasa, pemenuhan aspek
psikologis siswa akan membuat mereka berusaha menunjukkan kemampuan terbaik
yang bisa mereka lakukan dan secara otomatis akan meningkatkan prestasi mereka.
Berdasarkan observasi yang ditemukan peneliti sesuai di kelas IV MIN 5
Banda Aceh pada tanggal 4 sampai tanggal 7 Oktober 2022, penulis mengamati
proses pembelajaran pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di kelas IV masih
menggunakan metode ceramah dan masih berpedoman dengan buku paket. Pada
dasarnya, metode ceramah dan buku paket adalah unsur pokok dalam proses
pembelajaran akan tetapi agar pembelajaran lebih bervariasi hendaknya
dikombinasikan dengan media pembelajaran agar dapat merangsang daya pikir dan
kreatvitas siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil wawancara penulis dengan
beberapa siswa mereka mengatakan bahwasannya guru hanya menggunkan papan
tulis sebagai media pembelajaran sehingga mereka tidak dapat memahami materi
pelajaran dengan baik.
Selain wawancara dengan siswa penulis juga mengamati proses pembelajaran
secara langsung, penulis menemukan masih banyak siswa yang sibuk sendiri, dan
masih ada yang lesuh sehingga masih banyak yang tidak fokus memperhatiikan
penjelasan guru. Disamping itu, kurangnya media pembelajaran membuat proses
pembelajaran terlihat membosankan dan siswa menjadi kurang aktif. Hal ini diduga
menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada belajar Al-Qur’an Hadits
ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi sebelumnya dengan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yaitu 70, pada kelas IV yang berjumlah 21 siswa yang tuntas
hanya 7 orang siswa dan siswa lainnya masih belum mencapai KKM.
Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar siswa adalah dengan
menggunakan media yang di dalamnya siswa dengan guru dapat berinteraksi dengan
baik. Media yang digunakan juga harus efektif, efisien dan menyenangkan, yaitu
dalam pembelajaran itu menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan penerapannya
relatif menggunakan tenaga, usaha, biaya dan waktu yang dikeluarkan semakin kecil.
Ada beberapa media yang dapat digunakan. Media pembelajaran merupakan peranan
penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satunya adalah media power
point. Karena media power point akan menarik perhatian belajar siswa dalam
pembelajaran sehingga mempermudah guru dalam menyampaikan materi, juga
mempermudah siswa untuk memahami isi materi. Melalui media power point dapat
menarik perhatian dan dapat mengembangkan pengetahuan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan media dalam menyampaikan
pembelajaran di kelas salah satunya yaitu dengan penggunaan media yang dikemas
dalam bentuk power point, diharapkan akan lebih menarik perhatian siswa dalam
membentuk siswa aktif dan dapat memaksimalkan kemampuannya dalam
mendapatkan hasil siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan media power
point, konsep-konsep materi yang biasanya disampaikan hanya dengan bentuk verbal
dapat dimunculkan dengan bentuk visual, sehingga materi yang disampaikan menjadi
lebih jelas. Power point juga membuat materi yang disampaikan menjadi lebih
menarik karena materi tersebut dapat dikemas dengan audio, video, teks dan animasi
sekaligus. Selain itu, MIN 5 Banda Aceh memiliki sarana dan prasarana yang
menunjang pembelajaran seperti tersedianya LCD proyektor. Oleh karena itu
berdasarkan peneliti mengangkat permasalahan ini dalam bentuk Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) pada kelas IV, penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki hasil
belajar Madrasah tersebut dan diharapakan penelitian ini dijadikan referensi dalam
melakukan proses pembelajaran. Maka peneliti mengambil judul penelitian:
“Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Hadist tentang niat dengan
menggunakan media power point pada min 5 Banda Aceh”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik sebuah masalah yang
berkaitan dengan permasalahan berikut:
1. Minimnya penggunaan media yang berbasis IT dimana zaman sekarang
teknologi sudah berkembang pesat.
2. Siswa membutuhkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang
mampu mendukung kegiatan pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

C. Batasan Masalah
Berpijak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, tidak
semua masalah akan dikaji, agar penelitian lebih fokus dan mendalam, maka
permasalahan ini di batasi yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian dilaksanakan pada kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Banda
Aceh, pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits
2. Perbaikan hasil belajar siswa yang rendah.
3. Penggunaan media pembelajaran berbasis power point

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah adalah “Apakah dengan
menggunakan media power point dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
MIN 5 Kota Banda Aceh? ”

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah dengan
menggunakan media power point dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
MIN 5 Kota Banda Aceh.
F. Manfaat Penelitian
Penggunaan media pembelajaran berbasis power point ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:
1. Bagi peserta didik
Dengan menggunakan media pembelajaran berbasis power point ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan dampak
yang lebih baik, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga lebih baik serta
mempermudah anak didik memahami pelajaran.
2. Bagi guru
a. Agar guru dapat memperbaiki kinerja untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik secara berkesinabungan.
b. Sebagai alternatif menambah variasi baru dalam penggunaan media
pembelajaran sehingga peserta didik tidak bosan.
3. Bagi sekolah
Dengan menggunakan media pembelajaran berbasis power point ini
diharapakan dapat membantu sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah
tersebut.
4. Bagi Peneliti
Sebagai pedoman dan acuan untuk menerapkan media pembelajaran dalam
menghadapi pengabdian sebagai tenaga pendidik ke depan.

G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada pada
proposal ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan sistematika yang
merupakan kerangka dan merupakan pedoman penulisan proposal, Adapun
sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Sistematika Penelitia
BAB II PUSTAKA
A. Landasan Teori I
B. Landasan Teori II
C. Landasan Teori III
D. Penelitian yang Relevan
E. Kerangka Pemikiran Penelitian
F. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain / Prosedur Penelitian
B. Setting Tindakan / Siklus
C. Subjek Penelitian
D. Lokasi dan Waktu
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diartikan suatu perubahan yang terjadi dalam diri
peserta didik yaitu berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai
hasil dari kegiatan belajar yang telah dilaksanakan oleh siswa.
Aqib (2017: 311-312) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor dalam diri siswa teritama menyangkut kemampuan yang
dimiliki siswa. Faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar
yang akan dicapai.
Clark dalam Angkowo, Kosasih (2007: 50) mengungkapkan bahwa
hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30% dipengaruhi oleh lingkungan. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri
siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain, yaitu motivasi, minat
perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi,
kondisi fisik dan psikis. Salah satu faktor lingkungan yang paling dominan
memengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Mkasud dari kualitas
pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Selain faktor dari dalam diri dan faktor lingkungan, ada faktor lain yang
turut menentukan hasil belajar siswa, yaitu faktor pendekatan belajar
(approach to learning). Ini berkaitan dengan upaya belajar yang dilakukan
siswa meliputi strategi dan metode pembelajaran. Ketiga faktor ini dalam
banyak hal saling berkaitan dan saling memengaruhi satu dengan yang lain.
Berdasarkan uraian diatas bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
suatu pengevaluasian atau mengukur kemampuan peserta didik untuk
melihat gambaran sudah sejauh mana pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Macam-Macam Hasil Belajar
Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampiln
proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektit), untuk lebih
jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut (Susanto, 2016: 6).
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep menurut Bloom (1979: 89) diartikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mamapu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleah
guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang di abaca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia
rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
b. Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati (1993: 77) mengemukakan bahwa
keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikira, nalar, dan
perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu,
termasuk kreativitasnya.
Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan
dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas,
kerja sama, tanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan
bidang studi yang bersangkutan.
Selanjutnya, Indrawati menyebutkan ada enam aspek
keterampilan proses, yang meliputi observasi, klasifikasi, pengukuran,
mengkomunikasikan, menberikan penjelasan atau interpretasi terahap
suatu pengalaman dan melakukan eksperimen.
c. Sikap
Menurut Lange dalam Azwar (1998: 3), sikap tidak hanya
merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek
respons fisik secara serempak.Jika menatal saja yang dimunculkan, maka
belum tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya.
Selanjutnya, Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas
tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif,
dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif yaitu perasaan
yang menyangkut emosional, dan komponen konatif merupakan aspek
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki
seseorang (Susanto, 2016: 9-10).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt dalam Susanto (2016: 12), belajar merupakan
suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak
mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik
yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh lingkungannya.
Pertama, siswa: dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual,
motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua,
lingkungan: yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru,
sumber-sumber, belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan
lingkungan.
Menurut Slameto (2003: 56) dalam Salamah (2015: 9-10) mengatakan
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua faktor utama, yakni
faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikanya. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadapt hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan
oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa, dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan, disamping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial,
ekonomi, faktor fisik dan psikis karena semua faktor ini akan mendorong
siswa untuk dapat lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya.

B. Media
1. Pengertian Media
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.
Association for Education and Communication Technology (AECT)
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu
penyaluran infotmasi. Sedangkan Education Association (NEA)
mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar,
dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik
dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program
instruksional (Asnawir dkk, 2002: 1).
Menurut Gagne (1970) dalam Sanaky (2015: 4) mengatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam
lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar.
Briggs (1970), mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Schram,
mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi atau pesan
instruksional. Yusuf Hadi Miarso, mengatakan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk meransang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
diri pembelajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa media adalah sarana
atau alat bantu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan
pendapat lain dikemukakan oleh Hamdani (2011:243) dalam Indriyanti
(2017: 28) bahwa media merupakan komponen belajar yang mengandung
materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat meransang siswa untuk
belajar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media
adalah sarana dan prasarana dalam menyampaikan pembelajaran dari guru ke
siswa, yang dapat meransang siswa untuk belajar.
2. Urgensi Penggunaan Media
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri di mana guru atau dosen dan siswa/mahasiswanya bertukar pikiran
untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul
dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak
efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan
verbalisme, ketidaksiapan siswa/mahasiswa, kurangnya minat dan
kegairahan, dan sebagainya.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan
media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media
dalam dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi,
sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan
informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur
langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-
nilai praktis sebagi berikut :
a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
siswa atau mahasiswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam
karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam
pengalaman yang dimiliki mereka. Dua orang anak yang hidup di dua
lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula.
Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.
b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami
secara langsung oleh siswa/mahasiswa didalam kelas, seperti; objek yang
terlalu besar atau terlalu kecil, gerakangerakan yang diamati terlalu cepat
atau terlalu lambat. Maka dengan melalui media akan dapat diatasi
kesukaran-kesukaran tersebut.
c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungan. Gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya.
d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang
dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang
dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
e. Media dapat menanamnkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
Penggunaan media, seperti; gambar, film, model, grafik, dan lainnya dapat
memberikan konsep dasar yang benar.
f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan
menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi
semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semangkin lengkap,
sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.
g. Media dapat membangkitkan motivasi dan meransang siswa untuk belajar.
Pemasangan gambar di papan buletin, pemutaran film dan
mendengarkankan program audio dapat menimbulkan ransangan tertentu
ke arah keinginan untuk belajar.
h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang
konkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau
kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat
memberikan gambaran yang konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi.
Disamping itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi terntang arti
kepercayaan suatu kebudayaan dan sebagainya (Asnawir dan Usman,
2002: 14).

C. PowerPoint
1. Pengertian Power Point
Arsyad (2013: 193) dalam Indriyanti (2017: 44-45) menyatakan bahwa
PPT atau Power Point yang merupakan aplikasi yang banyak dipergunakan
oleh orang-orang untuk mempresentasikan bahan ajar atau laporan, karya,
atau status mereka. Sedangkan menurut Daryanto (2016:181) Microsoft
Power Point merupakan sebuah softwere yang dibuat dan dikembangkan
oleh perusahaan Microsoft didalam komputer, biasanya program ini sudah
dikelompok kan dalam program Microsoft Office. Program di rancang
khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh
perusahaan, pemerintah, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai
fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang
menarik.
Microsoft Power Point atau PPT adalah suatu softwere yang
dipergunakan untuk menyusun sebuah prentasi yang efektif, profesional,
serta mudah. Microsoft PPT akan menjadi sebuah gagasan, ide maupun
materimenjadi lebih menarik jelas serta mudah dimengerti (M. Syamsul
Hadi, 2008: 1). sedangkan Microsoft PPT 2010 hadir dengan sejumlah fitur-
fitur baru. Sebagaian fitur-fitur baru merupakan suatu hasil perkembangan
dari fitur-fitur sebelumnya yang sudah ada dan sebagian lagi merupakan
fitur-fitur yang benar-benar baru. Kombinasi ini menghasilkan aplikasi
Microsoft PPT 2010 yang semakin sempurna, efisien, dan dapat memenuhi
berbagai kebutuhan. (Oscar Yulus, 2010: 161).
Berdasarkan pendapat berbagai ahli diatas penulis menyimpulkan
bahwa software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft,
pada komputer biasanya program ini sudah dikelompokkan dalam program
Microsoft Office dan dipergunakan untuk menyusun sebuah presentasi yang
efektif, profesional, serta mudah. Selain itu Microsoft Power Point akan
menjadikan sebuah gagasan, ide maupun materi menjadi lebih menarik jelas
serta mudah dimengerti dengan menggunakan berbagai fitur-fitur baru.
2. Cara Membuat Media Power Point
Menurut Dina Indriana dalam Esti (2013: 25) hal-hal yang perlu
ditempuh dalam proses pembuatan presentasi power point yaitu sebagai
berikut: Mengidentifikasi program, memilih sesuai dengan materi, sasaran,
latar belakang kemampuan siswa, usia dan tingkat pendidikan serta
mengidentifikasi sumber pendukung seperti gambar, animasi, video, dan
sebagainya.
a. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi dan
sasaran, seperti video, gambar, animasi, dan suara.
b. Setelah mengumpulkan bahan dan materi sudah diringkas, maka
masukkan ke dalam program Powerpoint.
c. Setelah selesai semuanya, maka diteliti kembali setiap slide dari
penyusunan materi tersebut.
3. Langkah-Langkah Menyajikan Media Pembelajaran Tamplate Power
Point
Menurut Siswaryanti (2012: 17-18) memaparkan bahwa langkah
pembelajaran menggunakan media pembelajaran adalah, sebagai berikut :
a. Yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap
digunakan.
b. Jelaskan tujuan yang akan dicapai.
c. Jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan peserta didik selama
proses pembelajaran.
4. Kelebihan dan Kekurangan Power Point
Kelebihan dari Microsoft Power Point adalah sebagai berikut:
a. Mudah dalam penggunaanya.
b. Mudah dan dapat di buat sendiri.
c. Dapat digunakan secara individu.
d. Dapat diulang-ulang sehingga lebih efisien.
e. Memiliki daya tarik.
f. Fleksibel dalam penggunaannya.
g. Dapat digunakan berkali-kali untuk kelas yang sama maupun berbeda.
Adapun kekurangan Power Point diantaranya
a. Menyita waktu yang cukup lama karena harus proses desainnya lama.
b. Apabila layar monitor yang digunakan kecil maka besar kemungkinan
bagi siwa yang berada agak jauh dengan layar akan mendapat kesulitan
dalam membaca atau mengerti pembelajaran.
c. Para pendidik harus memiliki kemampuan dalam mengoperasikan
program ini agar jalannya presentasi tidak banyak hambatan.
d. Harus direpotkan dengan pengangkutan dan penyimpanan PC pada saat
presentasi.
e. Perubahan desain yang sangat drastis sehingga mengharuskan
penggunauntuk mempelajarinya lagi hingga menjadi terbiasa.
f. Antarmuka yang baru dihadirkan tidak selalu intutif.
g. Tab kontekstual dan style gallery agak mengganggu.

D. Penelitian yang Relevan


Penelitian relevan yang pernah dilakukan mengenai media dengan
Powerpoint antara lain adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gumir Gembira Siahaan dengan judul
“Pemanfaatan Media PowerPoint Beranimasi untuk Meningkatkan
Aktifitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa X3 SMA Lentera Harapan Jati
Agung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2008/2009” menunjukkan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar yaitu pada siklus I dari 38,89%, pada
siklus II meningkat sebesar 27,77% menjadi sebesar 66,66%; dan
meningkat kembali pada siklus III sebesar 11,11% menjadi sebesar
77,77%. Rata-rata hasil belajar ekonomi siswa pada siklus I sebesar 60,56
dengan persentase ketuntasan belajar 50%; siklus II sebesar 63,96 dengan
persentase ketuntasan belajar meningkat sebesar 12,5% menjadi 62,50%;
dan siklus III 71,32 dengan persentase ketuntasan belajar meningkat
kembali sebesar 20,83% menjadi 83,33%.
2. Anang Nugroho (2015) Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
Berbasis Power point dengan Video dan Animasi terhadap Motivasi
Belajar dan Prestasi belajar pada Materi Perawatan Unit Kopling Siswa
Kelas 2 Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK Piri 1 Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan prestasi belajar antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. pada kelas kontrol dari 36 siswa yang
mengikuti ujian seluruhnya tidak ada yang lulus Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM). Sedangkan pada kelas eksperimen dari total siswa
sebanyak 47 siswa yang mengikuti ujian terdapat 16 siswa (34,04%) yang
sudah mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM).
E. Kerangka Berpikir
Rata-rata hasil belajaran Al-Qur’an Hadist siswa kelas IV MIN 5 Banda Aceh
pada kondisi awal masih rendah dan belum mencapai KKM yang ditentukan di
Sekolah yaitu 70. Untuk menanggapi hal tersebut, dibutuhkan upaya penanganan
guna mengantisipasi rendahnya prestasi belajar siswa yang dapat dilakukan dengan
memulai penggunaan media pembelajaran. Dengan menggunakan media
pembelajaran yang sesuai dan menarik, siswa mampu memahami materi
pembelajaran secara nyata/konkrit serta mendapatkan pengalaman belajar baru,
sehingga pemahaman tersebut akan lebih melekat dalam otak siswa dibandingkan
bila siswa hanya belajar sendiri dari buku atau mendengarkan penjelasan guru
dengan metode ceramah.

Upaya tersebut akan meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga akan


mengubah kondisi awal siswa dari yang belum mencapai standar KKM menjadi
mencapai standar KKM yang telah ditentukan. Pengamatan tentang peningkatan hasil
belajar dengan menggunakan media pembelajaran multimedia mata pelajaran Al-
Qur’an Hadist Kelas IV terhadap hasil belajar siswa di MIN ini akan dilakukan di
MIN 5 Banda Aceh yang akan di uji cobakan dengan menggunakan media buatan
dari penulis dan untuk mengetahui dampaknya. Adapun kerangka berpikir mengenai
penggunaan multimedia dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Bagan Kerangka Berpikir

KONDIS GURU: SISWA : Hasil


I AWAL Belum menggunakan belajar masih
media power point rendah di bawah
KKM 70

SIKLUS I
TINDAKA Menggunakan Menerapkan
N media power mediapower point
point dalam
pembelajaran oleh
guru.

SIKLUS II
Memanfaatkan
power point
untuk berdiskusi
kelompok

KONDIS Diduga dengan menerapkan media power


I AKHIR point, hasil belajar siswa akan meningkat
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik
(Sugiyono, 2018, hlm. 63).
Peneliti mengajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini merupakan hasil
belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV akan meningkat jika diterapkan
media power point di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Banda Aceh dalam materi
tentang niat.

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode adalah suatu rancangan suatu penelitian yang meliputi beberapa


prosedur yang tersistematis dan terorganisasi dalam menyelidiki masalah tertentu
dengan tujuan mendapatkan informasi yang akan digunakan sebagai solusi atas
masalah tesebut. Dengan cara menggunakan metode ilmiah yang terdiri dari beberapa
tahapan atau langkah-langkah (Musfiqon, 2012: 14). Dalam pembahasan ini penulis
akan mengemukakan metode yang digunakan untuk memperoleh data dan
pengelolaannya yaitu:

A. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah PTK dalam suatu proses
tindakan pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris dan
terkontrol. Tindakan ini dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan
oleh peneliti yakni guru, bukan hanya didorong oleh rasa hanya ingin tahu,
melainkan disemangati oleh adanya keinginan untuk memperbaiki kinerja untuk
mencapai hasil yang maksimal. Menurut Kurt Lewin Penelitian tindakan kelas
dilakukan dalam empat kegiatan yang siklusnya selalu berulang, empat kegiatan ini
adalah: (Kusnandar, 2011: 42)
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi/pengamatan
4. Refleksi

B. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian


Lokasi penelitian adalah suatu tempat yang dipilih, serta ingin diteliti untuk
memperoleh data yang diperlukan. Sesuai dengan judul lokasi penelitian ini adalah
pada MIN 5 Banda Aceh, sedangkan yang diteliti adalah penerapan media
powerpoint dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada siswa kelas IV pada semester
ganjil tahun ajaran 2022/2023.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Di dalam penelitian adalah sesuatu hal yang sangat penting
kedudukannya. Pada penelitian ini sampelnya adalah seluruh siswa di kelas
IV MIN 5 Banda Aceh, yang berjumlah 21 orang yang akan diambil sampel
oleh peneliti sebagai kelas penelitian.
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah Meningkatkan hasil belajar siswa
dalam materi Hadist tentang niat dengan menggunakan media power point
pada min 5 Banda Aceh

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpul data yang disusun dengan hajat untuk memperoleh data
yang sesuai untuk menjelaskan suatu gejala atau antar gejala. Data yang diperoleh
dengan instrumen tertentu dengan cara pengumpulan data yang tertentu pula
dihimpun, ditata, dianalisis, dan diinterpretasikan agar menjadi sebuah informasi
yang dapat menerima atau menolak hipotesis, mendeskripsikan suatu kondisi atau
gejala (Sudarwan Danim, 2002: 197)
Adapun teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode yang banyak digunakan,
istilah observasi ini berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan
memperhatikan. Secara luas observasi diarahkan kepada kegiatan yang
memperhatikan fenomena secara akurat. Pengamatan yang dilakukan secara
alami (naturalistic) dimana pengamat harus larut dalam situasi realistis dan
alami yang sedang terjadi. Observasi yang dilakukan dengan menggunakan
berupa lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa terhadap kegiatan
pembelajaran menggunakan media Powerpoint yang terdiri dari beberapa
aspek penilaian dengan memberi check list di kolom yang ada pada lembar
observasi.
2. Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya
yang dapat digunakan mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat dan
kemampuan dari subjek penelitian (Sandu Siyoto, 2015: 78). Penggunaan tes
yang menggunakan soal-soal yang merupakan target pencapaian dari
indikator hasil belajar siswa pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam tes, yaitu tes awal (Pre-
Test) dan tes akhir (Post-Test)
a. Tes awal (Pre-Test) merupakan tes yang diberikan kepada siswa sebelum
memulai pembelajaran, tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal yang dimiliki siswa sebelum adanya tindakan penerapan
pembelajaran menggunakan media yang diterapkan oleh peneliti.
b. Tes Akhir (Post-Test) dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui apakah
materi yang diajarkan dapat dikuasai dengan baik,
3. Dokumentasi
Istilah dokumentasi yang dikemukakan oleh para ahli, dokumen
merupakan kumpulan atau jumlah signifikan dari bahan tertulis maupun film,
berupa data yang ditulis, dilihat, disimpan dan dikeluarkan dalam penelitian.
Istilah dokumen merujuk pada materi seperti foto, video, film, memo, surat,
catatan harian, dan segala macam yang bisa digunakan sebagai informasi
guna menjadi bagian dari studi kasus dan sumber data (Albi Anggito, 2018:
146).

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistic deskriptif
yaitu mendeskripsikan kegiatan guru dan siswa saat proses pembelajaran dengan
media Powerpoint berlangsung dan selama kegiatan belajar mengajar berjalan
dilakukan pengamatan dan pengelolaan pembelajaran dan respon siswa. Hasil
pengamatan dan analisis menggunakan analisis statistik.

1. Lembar Observasi Aktivitas Guru


Observasi aktivitas guru dilakukan oleh pengamat selama pelaksanaan
tindakan, dengan berpedoman pada lembar observasi yang disediakan
peneliti. Analisis data hasil observasi aktivitas guru selama penerapan
pembelajaran.
Rumus persentase:

Keterangan:
P = Angka Persentase
F = Frekuensi Aktivitas guru
N = Jumlah Aktivitas Keseluruhan yang dicari (Anas Sudijono, 2006: 43)
Data tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dianalisis
menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata tingkat kemampuan
sebagai berikut:
80 – 100 = Baik Sekali
66 – 79 = Baik
56 – 65 = Cukup
40 – 55 = Kurang
30 – 39 = sangat kurang
2. Lembar observasi aktivitas peserta didik
Data tentang aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif dengan uji
persentase dari setiap respon siswa, rumus persentase yang digunakan
adalah:
Rumus persentase:

Keterangan:
P = Angka Persentase
F = Frekuensi Aktivitas guru
N = Jumlah Aktivitas Keseluruhan yang dicari (Anas Sudijono, 2006: 43)
Setelah diolah dengan teknik persentase, untuk memudahkan di dalam
pengambilan kesimpulan, terlebih dahulu dilakukan penafsiran data
berdasarkan ketentuan dan kriteria sebagai berikut:
80 – 100 = Baik Sekali
66 – 79 = Baik
56 – 65 = Cukup
40 – 55 = Kurang
30 – 39 = sangat kurang
3. Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui tingkatan ketuntasan belajar siswa dianalisis
dengan persentase penerapan model kooperatif tipe think pair share pada
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MIN 5 Banda Aceh. Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan metode rumus persentase:

80 – 100 = Baik Sekali


66 – 79 = Baik
56 – 65 = Cukup
40 – 55 = Kurang
30 – 39 = Sangat Kurang (Sudjana, 2005: 43)
Dari tes hasil belajar siswa dianalisis dengan statistik deskriptif yaitu
melaksanakan tingkat ketuntasan individual dan klasikal. Setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi jawaban benar siswa 75% dan suatu
kelas dikatakan tuntas jika di dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa tuntas
belajar (Anas Sudijono, 2001: 44)
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amirono, dan Daryanto. 2016. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum


2013. Yogyakarta: Gava Media.

Andarwulan, N, Kusnandar, F, Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat.


Jakarta.

Anggito, Albi & Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV Jejak

Anas Sudijono. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo


Persada.

Asnawir, Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers

Azwar, Saifuddin, 1998, Metode Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Drajat Nugroho. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia


Interaktif pada Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar di SMK Negeri 1
Bansari Temanggung.

Husnus Salamah. 2015. Penggunaan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Terpuji Siswa Kelas III MI Al-
Hidayah Kebroan Surabaya.

Indriyanti, Novi Yulia. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif PPT


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Keragaman Suku Bangsa dan
Budaya Studi kasus : Siswa Kelas VB SDN Karangayu 02 Kota Semarang.

Jailani dan Muhammad. Kilas Balik Kebijakan Pendidikan Islam Indonesia pada
Masa Orde Baru (1967-1997). Journal for Religious-Innovation Studies.
Voume 19 Nomor 01 January-June 2019. p-ISSN: 1412-4378. e-ISSN 2541-
2167.

M. Syahran Jailani. Komitmen Profesionalisme Guru Bersertifikasi Dalam


Pembelajaran (Studi Kasus pada Guru Madrasah Kota Jambi). Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Volume 09 Desember 2016. p-ISSN:
1979-5599. e-ISSN: 2502-194X.

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media Belajar Dan Sumber Belajar. Jakarta :


Prestasi Pustakakarya.
Sanaky. 2015. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: KAUKABA
DIPANTARA.

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta:Prenadamedia Group.

Usman, Husaini, Purnomo Setia dy Akbar. 2006. Pengantar Statististika.


Yogyakarta: Bumi Aksara.

Wiyani, Novan Ardy. 2017. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz.

Zainal Aqib, dkk. 2017. Penetian Tindakan Kelas. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai