Anda di halaman 1dari 54

1

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO THAHARAH DAN WUDLU


TERHADAP PEMAHAMAN SISWA KELAS III
SD KAREN KRETEK BANTUL

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Fu’t Aulia
NIM. 1600031067
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi pada program
Studi Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
2

A. Latar belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan holistic dari

seorang individu yang meliputi fisik, emosional, mental, social dan

spiritual. Dalam UU No 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 3 menegaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta pendahuluan

watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan berwatak kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung

jawab.” Pendidikan merupakan investasi negara yang paling besar, semua

harapan dan kondisi bangsa kedepannya ada di tangan pendidikan saat ini.

Sebagai penentu generasi yang akan melanjutkan pembangunan sebuah

negara 10-15 tahun yang akan datang.

Pendidakan Agama merupakan salah satu dari tiga subjek

pelajaran yang harus dimasukan dalam kurikulum setiap lembaga

pendidikan formal di Indonesia. Hal ini kerena kehidupan yang diharapkan

dapat terwujud secara terpadu.1

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peranan yang sangat

penting karena agama dapat dijadikan dasar kepribadian sehingga ia dapat

menajadi manusia yang bermanfaat, bermartabat dan menjadi manusia

1
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama,(Yogyakarta : Pustak, Pelajar,1999)1
3

yang daapat menjalankan hidupnya sesuai dengan Sistem Pendidiakan

Nasioanal. Di dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.2

Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang tertuang dalam

GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan Agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, mengahayati, hingga mengimani ajaran agama

islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hinga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa3

Dalam proses pembelajaran di sekolah, terdapat beberapa

unsur yang harus di penuhi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

(KBM). Usur-unsur tersebut adalah pendidikan (Guru), peserta didik

(siswa), kurikulum, evaluasi dan lingkungan. Factor yang sangat berperan

dalam kegiatan pembelajaran yaitu adanya unsur guru dan peserta didik.

Guru merupakan ujung tombaknya pendidikan sebagai pelaksana kegiatan

pembelajaran.

2
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA,”n.d.,50
3
Muhaimin, Wacana.Op.Cit 76
4

Saat proses pembelajaran, seorang guru mentransfer ilmu atau

memberikan wawasan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Terlepas dari itu, guru tidak hanya bertugas menstransfer ilmu saja tetapi

juga membiming dan membentuk tingkah laku peserta didik sehingga

peserta didik memiliki kepribadian kuat dan baik (berahlakul karimah)

berdasarkan pada ajaran agama islam4. Hal tersebut berarti bahwa seorang

guru perlu membekali peserta didik tentang pentingnya pendidikan

karakter sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Terlebih guru Agama

Islam dituntut untuk mengedepankan aspek-aspek sikap dan nilai seperti

akhlak dan keagamaan.

PAI meruapakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di

sekolah/madrasah yang memiliki peranan penting dalam membentuk

kepribadian umat dan bangsa, baik dari segi moralitas sains dan teknologi.

Dalam era informasi dan globalisasi sekarang inim perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni berlangsung begitu cepat menuntut guru

dan calon guru untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.5

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog telah membawa

perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan

manusia, baik dalam ekonomi sosial budaya maupun pendidikan. Oleh

karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan IPTEK

4
Abdul Majid, BELAJAR dan MENGAJAR Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014),22.
5
Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.4, 2011) hlm.
53
5

tersebut perlu adanya penyesuaian-penyusaian terutama yang berkaitan

dengan factor-faktor pengajaran di sekolah salah satu factor tersebut

adalah media pembelajaran yang perlu di pelajari dan dikuasai oleh calon

guru sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran secara

baik.

Dalam metode pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol

yakni; metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu

penagajaran sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau

menuntukan taraf tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.6

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah satu proses

lomunikasi, proses komunikasi dab tukar menukar pesan atau informasi

pendidikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan

sebagainya. Melalui komunikasi pesan dimungkinkan bisa diserap oleh

semua orang. Demikan halnya dalam proses komunikasi perlu digunakan

sarana dalam proses mengajar yang membantu proses komunikasi yang

disebut media.7

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan dan

mencegah prestasi atau hasil belajar, salah satunya adalah dengan

memperbaiki penyampaian pembelaran kepada siswa melalui media

pembelajaran yang dapat membuat suswa tertarik dan menyenangkan

ketika belajar. Teknologi dan media, merupakan modal dasar keara sukses

pendidikan. Dengan penggunaan media pembelajaran yang membuat


6
Nana Sudjana dan Ahmad Rifa’I, Media Pembelajaran, Sinar Guru Algesindo, Bandung,2002.
hlm.1.
7
Ahmad Rihani, Media Instruksional Efektif, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.1.
6

siswa tertarik dan senang, di harapkan siswa dapat meningkatkan dan

termotivasi aktivitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan

penguasaan terhadap materi yang di berikan di sekolah dengan harapan

siswa mampu meningkatkan hasil belajar yang efektif dan efisien.8

Penggunaan media dalam pengajaran di kelas, merupakan

sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat di pahami

mengingat proses belajara yang dialamu siswa tertumpu pada berbagai

kegiatan, menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup du masa

sekarang dan masa yang akan datang. Salah satu upaya yang harus di

tempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang

memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa

dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif

dan efisien.

Teknologi audio visual cara menghasilkan atau menyanpaikan

materi dengan menggunaka mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk

menyajikan pesan-pesan audio visual yang jelas bercirikan pemakaian

perangat keras selama proses belajar seperti mesin proyektor, film, tipe

recorder dan proyektor visual yang lebar.9

Di Sekolah Dasar (SD) di temukan berbagai masalah dalam

pembelajaran PAI. Salah satunya yaitu mutu pendidikan yang masih

tergolong rendah. Factor-faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan

tersebut antara lain, rendahnya kesadaran pentingnya belajara, kurangnya

8
A.Tabrani, Rusyan dan Daryani,1993, Penuntun Belajar yang Sukses, Nine Karya.(Jakarta), hal.3
9
Azhar Arsyad, Media Pengajara, Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2002,hlm.15.
7

motivasi, sarana dan prasarana yang mendukung kurangnya kompetensi

guru. Pada era sekarang permasalahan yang dihadapi yaitu belum

sesuainya antara strategi pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.

Hal ini tentunya menimbulkan kesenjangan pendidikan sehingga dapat

menghambat tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karakteristik peserta didik

sekola dasar cenderung masuh suka bermain, dan bekerja dalam kelompok

serta senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu guru

diharapkan mampu melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara degan guru Agama Islam di SD

Karen Kretek, motivasi dan semangat peserta didik dalam pembelajaran

Agama Islam masih tergolong rendah. Selama proses pembelajaran

berlangsung masih banyak peserta didik yang kurang memperhatikan

guru, dan dalam penilai dari hasi wawancara dengan guru PAI masih

banyak kekurangan dalam hal menentukan langkah dan media berupa

contoh video yang pas buat materi yang terkandung yang didalamnya

terkandung unsure berupa hal hal seperti ibadah prakter seperti wudhu,

sholat, karena media yang di pakai belum mengguanaka media video, guru

hanya memberikan contoh dalam hal yang real terkait contoh praktek

wudhu, tayamum dan juga sholat, salah satu strategi yang di pakai adalah

dengan menggunakan strategi ekspository (ceramah). Beliau juga

menuturkan bahwa sudah digunakan metode sesuai dengan kebutuhan

mereka akan tetapi kurangnya media atau bahan video dalam hal

pemebelajara membuat guru harus menggunaka metode lain agar siswa


8

bisa memahami dan bisa mempraktekan dan mengamalkan apa yang sudah

di ajarkan, dan beliu juga menuturkan kurang nya pemanfaatan media

dalam pembelajaran.10

Penggunaan media video mempunyai peranan yang sangat

urgensi yaitu dapat memberikan bnyak manfaat asalkan guru berperan

aktif dalam proses pembelajaran, dalam penelitian ini penulis lebih

menitik beratkan pada pembelajaran PAI pada bab thaharah dan sholat

fardlu di kelas III SD. Dengan di contohkan video dengan objek teman

sebaya yang ada d video dengan versi orang dewasa tentunya akan ada

respon dari siswa ada kekurangan dan kelebihannya.

Dalam konteks ini penulis tertatik untuk mengkaji lebih dalam

tentang “Penggunaan Media Video Thaharah dan Sholat Fardlu

dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III SD Karen Kretek”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditemukan. Maka

dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana respon peseta didik terhadap video thaharah dan sholat

fardlu yang diprogramkan dengan penggunaan video contoh praktek

dengan teman sebaya?

10
Hasil Wawancara dengan Ibu Siti Samsiatun Guru Pendidikan Agama Islam di SD Karen Kretek,
pada hari rabu tanggal 4 Desember Pukul 09.00 WIB
9

2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran PAI

tentang materi thaharah dan sholat fardlu dengan penyampaian

menggunakan media video?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui respon siswa terhadap hasil pengajaran yang berupa

penayangan video yang dipraktekan teman sebaya di bandingkan

penayangan video yang dipraktekkan orang dewasa/orang tua di SD

Karen Kretek.

2. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran dengan

menggunakan media vidio terhadap hasil belajar peserta didik dalam

pelajaran Agama Islam kelas III di SD Karen Kretek.

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang bagaiman

memberikan materi yang tepat pada mata pelajaran Penidika Agama

Islam pada materi tertentu yang membutuhkan sebuah media sebagai

salah satu contoh yang akan di berikan kepada peserta didik.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis semoga penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat

sebegai berikut:

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan,

khusunya tentang penerapan media video terhadap motivasi belajar

siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan kinerja pendidik pada pengelohan dan pengemasan


10

materi Pemebelajaran Pendidikan Agama Islam di ranah Sekolah

Dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Dapat meninglatkan hasil belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran di dalam kelas.

2) Dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempraktekkan

wudhu yang benar dan tata cara sholat yang benar dan dapat

menerapkannya dalam kehidupannya.

b. Bagi Guru

1) Dengan adanya penelitian ini guru dapat menggunakan hasil

video yang sudah dibuat peniliti untuk bahan ajar selanjutnya.

2) Dapat menambah ilmu dan wawasan sehingga guru Agama

Islam dapat menggunakan media video dalam proses

pembelajaran pendidikan Agama Islam.

c. Bagi Sekolah

Dapat menjadikan sumber pembelajaran menjadi bahan ajar yang

inovatif dengan adanya contoh video yang di praktekkan teman

sebaya.

E. Tinjauan pustaka

Tinjuan Pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai

pembanding dari penelitian yang sedang peneliti lakukan. Oleh sebab itu,

peneliti mengambil beberapa penelitian yang berkaitan dengan


11

penggunaan media video thaharah dan sholat fardlu dalam meningkatkan

pemahaman siswa kelas III sd Karen Kretek Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Berikut ini peneliti akan mengemukakan berbagai kajian

pustaka penelitian yang beguna untuk membantu peneliti dalam menyusun

skripsi ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi Silvi Hidayatullah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang

berjudul Peningkatan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi

tayamum dengan menggunkan media audio visual pada siswa kelas III

MI Sunan Ampel Bangeran Dawarblandong. Fokus dalam penelitian

ini adalah pemanfaatan media audio visual guna meningkatkan hasil

belajar siswa. Dan dapat diperoleh kesimpulan penerapan media audio

visual yang melibatkan lingkungan sekitar dalam mata pelajaran fiqh

materi tayamum pada siswa kelas III MI mengalami peningkatan dari

hasil belajar siswa, dengan penggunaan media audio visual daya Tarik

belajar siswa lebih meningkat dibandingan hanya dengan

mengandalkan buku dengan dikemasnya materi tayamum dari

pengertian rukun, sunnah tayamum dan juga di tampilkannya video

terkait materi tayamum mempunyai nilai tambahan guna

meningkatkan ketuntasan siswa dalam memahami materi pembelajaran

tayamum. Persamaan dalam penilitian ini adalah tujuan peniliti untuk

meniliti siswa pada jenjang SD kelas III, dan juga penggunaan atau

pemanfaatan media video dalam mengeksplor pemahaman siswa

terkait peningatan pembelajaran PAI pada materi Thaharah dan Wudlu


12

untuk menambah wawasan peserta didik dalam meningkatkan

pemahaman religiutas.

2. Skripsi Fitria Ningtias Rahmawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang berjudul efektifitas pemanfaatan media audio visual

video pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil

belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Fokus dalam penelitian ini

adalah penggunaan media visual video dalam meningkatkan motivasi

belajar siswa. Dan dapat diperoleh kesimpulan Upaya guru untuk

mengikuti arus perkembangan zaman dan diperbaruinya Kurikulum

K13 yang merubah pola pembeljaran disini guru hanya sebagai

fasilitator sedangkan peserta didik di mudahkan dan diberi daya

berfikir yang bebas dan menggunakan fasilitas yang ada, dengan

adanya pembaruan Kurikulum K13 yang mana generasi muda pada

zaman sekarang mereka lebih condong hp di bandingkan dengan buku,

dengan derasnya perkembangan zaman guru di tuntut untuk

menginovasi gaya belajar, dengan penggunaan media visual video

dalam mata pembelajaran sejarah akan memudahkan siswa dalam

memperoleh wawasan terkait mata pelajaran sejarah dan juga

berpengaruh untuk meningkatkan daya tarik siswa dan sebagai

motivasi belajar peserta didik dalam inovasi gaya belajar yang di

lakukakan guru pada era sekarang. Persamaan dalam penelitian ini

adalah penggunaan media visual video dalam memudahkan siswa

mengenal hal yang baru di era yang modern, agar guru mempunyai
13

inovasi gaya belajar dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi

peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan penampilan

video dalam pembelajaran dapaat memungkinkan peserta didik dalam

memahami pembelajaran yang di ajarkan oleh guru.

3. Skripsi Kemal Farobi Yusuf yang berjudul penggunaan media audio

visual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman

siswa kelas IX pada pelajaran al islam di Smp Muhammadiyah 02

Kota Batu. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

seberapa besar peningkatan penggunaan media audio visual sebagai

upaya untuk pengembangan proses belajar dalam meningkatkan mutu

dan kualitas pengajaran mata pelajaran Al Islam siswa SMP Kelas 9.

Dan dapat diperoleh kesimpulan penggunaan media atau alat-alat yang

modern yang berkembang dengan seiring berkembangnya zaman

merupakan media pembelajaran bukan dengan cara mengganti cara

mengajar yang baik melakukan saling melengkapi dan untuk

membantu guru dalam menyampaikan materi ataupun informasi

kepada siswa, dan salah satu alat penunjang keberhasilan dan

kemahiran siswa adalah dengan pemanfaatan media yang telah ada

yaitu penggunaan media audio visual dengan begitu guru dengan

mudah menstranfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, contoh

media visual yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah video

dalam bentuk CD, dengan penggunaan audi visual dapat memberikan

rangsangan, pengalaman, dan persepsi terhadap materi pembelajaran


14

serta dapat mengasah penalaran dan koneksi dalam pemahaman

konsep anak. Persamaan dalam penelitian ini adalah seberapa besar

rangsangan yang di peroleh siswa dalam peningkatan mutu belajar

siswa dengan pembelajaran menggunakan media berbasis video dalam

mata pelajaran PAI dan seberapa cepat pemahaman siswa dalam

menagkap materi yang di berikan melalui media audio visual yang di

prakterkan oleh teman sebaya melalui video.

Tabel 1

Kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian

Penulis/ Relevan dengan


No Judul Tahun Bentuk
Peneliti Penelitian
1. Silvi Peningkatan hasil Buku Tentang
Hidayatullah belajar mata Hasi seberapa besar
pelajaran fiqih Skripsi manfaatan media
materi tayamum audio visual
dengan dalam
menggunkan 2019 meningkatkan
media audio visual hasil belajar
pada siswa kelas siswa
III MI Sunan
Ampel Bangeran
Dawarblandong
2. Fitri efektifitas 2011 Buku Tentang
Ningtias pemanfaatan Hasil Seberapa besar
Rahmawati media audio visual Skripsi pengaruh inovasi
video yang di berikan
pembelajaran oleh guru di era
dalam upaya Modern dalam
peningkatan meningkatkan
motivasi dan hasil motivasi dan
belajar siswa pada hasil belajar
pembelajaran siswa melalui
sejarah penggunan
15

media audio
visal video
3. Kemal penggunaan media Buku Tentang
Farobu audio visual dalam Hasil Seberapa besar
Yusuf meningkatkan Skripsi peningkatan
prestasi belajar peningkatan
siswa dan penggunaan
pemahaman siswa media audio
kelas IX pada visual sebagai
2018
pelajaran al islam upaya untuk
di Smp pengembangan
Muhammadiyah 02 proses belajar
Kota Batu dalam
meningkatkan
mutu dan
kualitas

F. Kerangka teori

1. Pengertian Media Pembelajaran

Pengertian media berasal dari bahasa Latin medius yang

secara harfiah, berarti. ‘tengah’atau’pengantar’ dalam bahasa Arab,

media adalah perantara ( ‫ ) )وسائل‬atau pengantar pesan dari pengiriman

kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa

media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,

atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian

ini guru, buku dan, teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau


16

elektronis untuk menangkap memproses, dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal.

Batasan lain pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian

diantaranya akan di berikan AECT (Assosiation od Education and

communication Technology,1997) memberi batasan tentang media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai

penyampaian atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata

mediator menurut Fleming (1987 :234) adalah penyebab atau alat

yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.

Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya,

yaitu mengatur hubungan yang efektif antar dua pihak utama dalam

proses belajar – siswa dan isi pelajaran. Disamping itu, mediator dapat

mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang

melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan

paling canggih, dapat disebut media, ringkasannyaa media adalah alat

yang menyampaikan atau mengantarkan pesann pesan pembelajaran.

Setiap kali kata media pendidikan digunakan secara

pergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti

yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa

hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang

maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media

komunikasi. Sementara itu Gagne’dan Briggs (1975) mengatakan


17

secara implisit mengatakan bahwa media pembelajan meliputi alat

yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaranm yaang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video

kamera, video recorder, fil, slide (gambr bingkai), foto, gambar, grafis,

televisi, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk

belajar. Dilain pihak., National Education Association memberi

definisi media sebagia bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak

maupun audio-visual dan peralannya, dengan demikian, media dapat

dimanipulasi, dilihat dan didengar atau dibaca.11

Pengertian meida secara istilah dapat kita simak beberapa

pendapat para ahli diantaranya; Wilbur Schram berpendapat bahwa

media adalah informarmasi carrying technologies that can be used for

instruction The media instruction, consequently are exsention of the

teacher. Menurutnya media adalah teknologi pembawa pesan yang

dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah

teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru. Pengertian yang

dikemukakannya tidak jauh beda dengan pengertian yang

dikemukakan oleh Asociation of Education Comunication Technology

(AECT), yang mana media diartikan dengan segala bentuk dan saluran

yang dapat dipergunakan untuk proses penyaluran pesan. Sedangkan


11
Arsad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta:Rajawali Pres,2017) hlm.3
18

menurut Atwi Suparman media merupakan alat yang digunakan untuk

menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima

pesan. Dari ketiga pendapat tersebut dapat dipahami bahwa media

adalah berkaitan dengan perantara yang berfungsi menyalurkan pesan

dan informasi dari sumber yang akan diterima oleh si penerima pesan

yang terjadi dalam proses pembelajaran. Selain dua pendapat diatas

seperti yang dikemukakan, ,masih ada beberapa pen. dapat lain yang

memberikan pengertian yang berbeda..

Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsannya belajar. Heinch dan

kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang

mengantarkan informasi kantara sumber dan penerima. Jadi televise,

film, took, radio, rekaman, audio gambar yang diproyeksikan, bahan

bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi.

Apabila media tersebut membawa informasi yang bertujuan

truksional atau mengandung maksud pengajaran maka media tersebut

disebut media pengajaran. pendapat lainnya, Yusuf Hadi Miarso

membatasi pengertian media dengan sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. selain pengertian yang

telah disebutkan diatas, terdapat pengertian media yang luas.

sebagaimana dikemukakan oleh Gerlach dab Ely media adalah “A

medium, conceived is any person, material or event that istablish


19

condition which enable the lerner to acquire knowledge, skill and

attitude.

Adapun fungsi penggunaan media dalam proses

pemebelajaran diantaranya :

1. Menarik perhatian siswa

2. membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses

pembelajaran.

3. memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat Verbalitas ( dalam

bentuk kata-kata tertulis atus lisan).

4. mengatasi keterbatasan waktu.

5. pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.

6. meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari

sesuatu/menimbulkan gairah belajar.

7. meningkatkan kader keaktifan/ketertiban siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Pendidikan Agama Islam

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata

“`didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”,

mengandung arti “perbuatan” (hal, cara atau sebagainya). Istilah

pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”,

yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian ditejemahkan dalam bahasa Inggris “education” yang


20

berarti pengembangan atau bimbingan.

Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering

digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-

ta’dib, al-ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau

penyampaian pengetahuan dan ketrampilan. Al-tarbiyah berarti

mengasuh mendidik dan al-ta’dib lebih condong pada proses

mendidik yang bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral peserta

didik. 12
Namun, kata pendidikan ini lebih sering diterjemahkan

dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.13

Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara

keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-hadits, keimanan,

akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa

ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan

Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun

lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).14

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun di Sekolah dasar pada ranah tersebut istilah


12
Ramayulis, Op. Cit. 13
13
Samsul Nizar , Op. Cit. 92
14
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Op. Cit. 130
21

Pendidikan Agama Islam belum di jabarkan selayaknya seperti MTS

dan MA di Sekolah Dasar Pendidkan Agama Islam adalah pelajaran

yang tidak bisa di pisahkan karena pembelajan Pendidika Agama

Islam adalah pelajaran yang bisa membantu dan mengarahkan

peserta didik dalam membrntuk karakter yang islami.

3. Thaharah

a. Pengertian Thaharah

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih”

Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah adalah bersih dari

hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan

mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa

wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.15

Thaharah secara umum. Dapat dilakukan dengan empat


cara berikut.
1) Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan -

kelebihan yang ada dalam badan.

2) Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.

3) Membersihkan hati dari akhlak tercela.

4) Membersihkan hati dari selain Allah.

Cara yang harus dipakai dalam membersihkan kotoran

hadas dan najis tergantung kepada kuat dan lemahnya najis


15
H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT
Alma’arif,1987), hal. 9
22

atau hadas pada tubuh seseorang. Bila najis atau hadas itu

tergolong ringan atau kecil maka cukup dengan

membersihkan dirinya dengan berwudhu. Tetapi jika hadas

atau najis itu tergolong besar atau berat maka ia harus

membersihkannya dengan cara mandi janabat, atau bahkan

harus membersihkannya dengan tujuh kali dan satu di

antaranya dengan debu. Kebersihan dan kesucian

merupakan kunci penting untuk beribadah, karena kesucian

atau kebersihan lahiriah merupakan wasilah (sarana) untuk

meraih kesucian batin.

b. Wudlu

1. Pengertian Wudlu

Di dalam kamus bahasa arab “al Wudhu” dengan

dhommah, berarti pekerjaan bersuci dan dengan huruf wawunya

29
(Wadhu), berarti air yang dipergunakan untuk berwudhu.

Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah,

sedang menurut syara’ artinya membersihkan anggota wudhu

untuk menghilangkan hadast kecil16

Dasar disyari’atkan melakukan wudhu ditegaskan

berdasarkan 3 macam alasan, yakni sebagai berikut:

Dasar disyari’atkan melakukan wudhu ditegaskan

berdasarkan 3 macam alasan, yakni sebagai berikut :


16
Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2015), h.1
23

‫وه ُك ْم َوَأيْ ِديَ ُك ْم ِإىَل‬ ِ ِ


َ ‫ين َآمنُوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإىَل الصَّاَل ة فَا ْغسلُوا ُو ُج‬
ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
ِ ِ
ِ ‫وس ُكم و َْأر ُجلَ ُكم ِإىَل الْ َك ْعَبنْي‬ ِِ
ْ َ ْ ُ‫الْ َمَرافق َو ْام َس ُحوا ب ُرء‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu

sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu

sampai dengan kedua mata kaki”17

2. Rukun Wudlu

Rukunnya wudhu itu ada enam perkara. Dari keenam rukun

wudhu tersebut perinciannya adalah sebagai berikut :

1) Niat

Hendaknya berniat (menyengaja) menghilangkan

hadats atau menyengaja berwudhu. Niat ini berdasarkan

hakikatnya ada di dalam hati yang dimaksudkan pada

sesuatu yang dilafalkan bersamaan dengan mengerjakan

nya (sesuatu tersebut dalam hal ini adalah wudhu).

2) Mencuci telapak tangan

Mencuci telapak tangan sambil menyela-nyela jari

tangan

3) Berkumur

17
Al-Qur’an,5 (Al-Maidah) : 6.
24

Memasukkan air ke mulut. Kemudian memutarkan air

didalam mulut hingga merata kesemua rongga mulut dan

dilakukan 3x.

4) Membersihkan kedua lubang hidung

Membersihkan kedua lubang hidung dilakukan

sebanyak 3x dengan cara memasukkan air ke lubang hidung

kemudian isaplah air agak dalam lalu keluarkan.

5) Membasuh muka

Membasuh muka dilakukan sebanyak 3x secara

merata sampai batas muka. Urutannya membasuh antara

kedua telinga kanan dan kiri serta dari tempat tumbuhnya

rambut kepala bagian atas sampai dagu.

6) Membasuh kedua tangan sampai siku

Membasuh kedua tangan sampai siku dilakukan

sebanyak 3x, dengan mendahulukan tangan kanan dari

tangan kiri, mulai dari membasuh pergelangaan tangan

kanan samapi ujung siku.

7) Menyeka rambut ( sebagian kepala)

Menyeka rambut (sebagian kepala) dilakukan 3x,

dengan sekurang-kurangnya disapukan air pada sebagian

rambut akan tetapi lebih sempurna jika menyapu seluruh

kepala sehingga seluruh kulit kepala terkena air.

8) Menyapukan air ketelinga


25

Menyapukan air ketelinga dilakukan sebanyak 3x ,

dengan cara menempatkan jari telunjuk di lubang telinga

dengan ibu jari disebelah luar telinga, sehingga membasuh

telinga secara menyeluruh dari bagian dalam luar maupun

belakang telinga.

9) Membasuh kedua kaki

Membasuh kedua kaki sampai mata kaki dan

didahului dari kaki kanan kemudian kaki kiri, dilakukan

sebanyak 3 kali.

4. Sholat

1) Pengertian sholat

Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan

rukun yang sangat ditekankan (utama) sesudah dua kalimat

syahadat.18 Telah disyari’atkan sebagai sesempurna dan sebaik-

baiknya ibadah19. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah:

zikir kepada Allah, tilawah Kitabullah, berdiri menghadap Allah,

ruku’, sujud, do’a, tasbih, dan takbir20. Shalat merupakan pokok

18
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu &
Shalat Nabi SAW, Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar,
2011), cet. ke-1, hal. 75.

19
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek
Psikologi Ibadah Shalat oleh-oleh Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW),
(Yogyakarta: 2007), cet. ke-5, hal. 59.

20
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah,
Penerjemah, Khairul Amru Harahap dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007), cet. ke-1, hal. 277.
26

semua macam ibadah badaniah. Allah telah menjadikannya

fardhu bagi Rasulullah SAW sebagai penutup para rasul pada

malam Mi’raj di langit, berbeda dengan semua syari’at. Hal itu

tentu menunjukkan keagungannya, menekankan tentang

wajibnya dan kedudukannya di sisi Allah.

Arti shalat secara terminologis adalah ucapan dan

perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri

dengan salam. Dinamakan demikian karena mengandung do’a.

Orang yang melakukan shalat tidak lepas dari do’a ibadah,

pujian dan permintaan. Itulah sebabnya dinamakan shalat.

2) Dasar hukum sholat

Berdasarkan kepada beberapa firman Allah SWT, dalam

al-Qur’an dinyatakan bahwa setiap muslim yang mukallaf wajib

melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam21.

Sebagaimana firman Allah SWT, di bawah ini :

ِ ‫صاَل َة َف ْاذ ُكرُوا هَّللا َ قِ َيامًا َوقُعُو ًدا َو َعلَ ٰى ُج ُن‬


‫وب ُك ْم ۚ َفِإ َذا‬ َ ‫َفِإ َذا َق‬
َّ ‫ض ْي ُت ُم ال‬

َ ‫ت َعلَى ْالمُْؤ ِمن‬


‫ِين ِك َتابًا َم ْوقُو ًتا‬ ْ ‫صاَل َة َكا َن‬ َّ ‫اط َمْأ َن ْن ُت ْم َفَأقِيمُوا ال‬
َّ ‫صاَل َة ۚ ِإنَّ ال‬ ْ

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),


ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat
itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”. (QS. Al-Baqarah: 238)

21
Syafrida dan Nurhayati Zein , Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra,2015), cet. Ke-
1, hal.76.
27

3) Syarat-syarat sholat

Syarat secara estimologi adalah tanda22. Adapun secara

terminologis, syarat adalah apa-apa yang tidak ada mengharuskan

ketidakadaan dan keberadaan atau ketiadaannya sendiri. Syarat

sholat adalah sesutu yang jika mampu dilaksanakan tergantung

kepadanya keabsahan sholat23.

Sholat memiliki syarat-syarat yang tidak akan menjadi sah

kecuali dengan syarat-syarat tersebut. Seseorang yang melakukan

shalat tanpa memenuhi syarat-syaratnya shalat, maka shalatnya

tidak di terima.

Syarat-syaratnya sholat

a. Muslim24. Jadi, shalat tidak diwajibkan kepada orang kafir,

karena di dahulukannya dua kalimat syahadat adalah syarat

dalam perintah shalat, berdasarkan dalil-dalil berikut: hadist

yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah SAW

bersabda :

‫ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ‬ َ ِ‫ﻗَﺎل َرﺳُﻮْ َل اﷲ‬:‫ﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨـْﻬُ َﻤﺎ ﻗَﺎل‬ ِ ‫ﻋ َْﻦ اِﺑْﻦُ ُﻋ َﻤﺮْ ﺑِ ْﻦ اﻟ َﺨﻄَﺎب َر‬
‫ َواَنﱠ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا َرﺳُﻮْ ُل‬, ُ‫أن ﻻَ إﻟَﻪ إﻻّ ﷲ‬
ْ ‫س َﺣﺘﱠﻰ ﻳَ ْﺸﻬَﺪُوا‬ ُ ْ‫ أ ِﻣﺮ‬:‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ت اَ ْﻧﺎُﻗَﺎﺗِﻞ اﻟﻨﱠﺎ‬

22
Muhammad Nashiruddin al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Penerjemah:
Asep Saefullah dan Kamaluddin Sa’adyatulharamain, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),
cet. ke-3, hal. 14.

23
Saleh al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. ke-1, hal. 65.

24
Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim (Minhajul Muslim), (Jakarta : PT .
Darul Falah, 2000), cet. ke-1, hal. 301-302.
28

‫ﺼ ُﻤﻮا ِﻣﻨﱢﻰ ِد َﻣﺎ َءﻫُ ْﻢ‬ َ ‫ ﻓَﺎِذا ﻓـ َ َﻌﻠُﻮا َذﻟِﻚ َﻋ‬،‫ َوﻳـ ُ ْﺆﺗُﻮا اﻟ ﱠﺰ َﻛﺎة‬,‫ﺼﻼَة‬
‫ َوﻳُﻘِ ْﻴ ُﻤﻮا اﻟ ﱠ‬، ِ‫ﷲ‬
ِ ‫( رواﻩ اﻟﺒُ َﺨ‬.ِ‫و ِﺣ َﺴﺎﺑـُﻬُ ْﻢ َﻋﻠَﻰ اﷲ‬،
‫ﺎرى َو ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻢ‬ َ ‫ﻖ ا ِﻻ ْﺳﻼَ ِم‬ ‫وأ ْﻣ َﻮاﻟَﻬُ ْﻢ اِﻻﱠﺑِ َﺤ ﱢ‬

Artinya :“Abdullah putra Umar ibnu Khaththab r.a. berkata,


“bahwa Rasulullah SAW bersabda: aku diperintahkan untuk
memerangi manusia sehingga mereka bersyahadat bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad itu
Rasul Allah, dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Apabila mereka telah melakukan itu, maka berarti mereka
telah memelihara jiwa dan harta mereka dariku, selain
dikarenakan hak Islam, sedang hisab mereka terserah kepada
Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)25

b. Berakal

Rasulullah SAW bersabda :

‫ َو َﻋ ِﻦ اﻟ ﱠ‬,َ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﻨﱠﺎﺋِ ِﻢ َﺣﺘﱠﻰ ﻳَﺴْﺘـ َ ْﻴ ﻘﯩِﻆ‬: ‫ُرﻓِ َﻊ ْاﻟﻘَﻠَ ُﻢ ﻋ َْﻦ ﺛَﻼَ ﺛَﺔ‬
‫ َو ﻋ َِﻦ‬,‫ﺼﺒِ ﱢﻲ َﺣﺘﱠﻰ ﻳَﺤْ ﺘَﻠِ َﻢ‬

)‫( رواﻩ َأﺑـُﻮْ دَا ُود َو ﻫَ َﻜ َﻢ‬.‫ْاﻟ َﻤﺠْ ﻨـُﻮْ ِن َﺣﺘﱠﻰ ﻳـ َ ْﻌﻘِ َﻞ‬

“Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya,


ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan shalat jika
mereka mencapai mereka jika mereka mencapai jika mereka
dan tahun, tujuh usia tidak mengerjakannya pada usia
sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur
mereka..”(Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud)26

c. Baligh

Karena Rasulullah SAW sebagaiaman sabdanya:

‫ ُﻣﺮ ُْوا‬:َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ‬ ِ ‫ َﻗﺎ َل َر ُﺳﻮْ ُل ا‬:‫ﺷ َﻌﻴْﺐٍ َﻋﻦْ َأ ِﺑﻴْ ِﻪ َﻋﻦْ َﺟﺪﱢ ِﻩ َﻗﺎ َل‬
َ ‫ﷲ‬ ُ ِ‫َﻋﻦْ َﻋﻤْﺮِو ْﺑﻦ‬
ْ‫ َوﻓـَﺮﱢﻗـُﻮْا ﺑـَﻴـْﻨـَ ُﻬﻢْ ﻓِﻲ‬,َ‫ َواﺿْ ﺮِﺑـُﻮْ ُﻫﻢْ َﻋﻠَﻴـْ َﻬﺎ ﻟِ َﻌﺸْﺮِ ﺳِ ﻨِﻴْﻦ‬،َ‫ﺻِ ﺒـْﻴَﺎ َﻧﻜُﻢْ ِﺑﺎﻟﺼﱠﻼَ ِة ِﻟﺴَﺒ ِْﻊ ﺳِ ﻨِﻴْﻦ‬
) َ‫(ر َواﻩُ َأﺣْ ﻤَﺪُ َوَأﺑـُﻮْ دَاوُ د‬
َ .‫ْاﻟﻤَﻀَﺎ ِﺟ ِﻊ‬

25
M. Nashiruddin al AlBani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta : Gema Insani Press 2005), cet. ke-
3, hal. 5.
26
Muhammad Nashiruddin al Albani, op.cit., hal. 22.
29

“Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia


berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “perintahkanlah
anak-anak kalian mengerjakan shalat jika mereka mencapai
Jika mereka dan tahun, tujuh usia tidak mengerjakannya
pada usia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur
mereka.” (Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud)”

4) Rukun Sholat

Rukun atau fardhu shalat adalah segala perbuatan dan

perkataan dalam shalat yang apabila di tiadakan, maka shalat

tidak sah.27 Dalam mazhab Imam Syafi'i shalat dirumuskan

menjadi 13 rukun. Perumusan ini bersifat ilmiah dan

memudahkan bagi kaum muslimin untuk mempelajari dan

mengamalkannya.

Rukun sholay itu ada 13 perkara28

a) Niat, yaitu sengaja atau menuju sesuatu dibarengi dengan

(awal) pekerjaan tersebut, tempatnya di hati (diucapkan

oleh suara hati).

b) Berdiri tegak bagi yang kuasa, berdiri bisa duduk bagi

yang lemah, diutamakan bagi yang lemah duduk

iftirasy (pantat berlandaskan rumit dan betis kaki kiri,

sedangkan yang kanan tegak).

c) Takkbiratul ihram, diucapkan bagi yang bisa

mengucapkan dengan lisannya: “Allahu Akbar”.


27
Departemen Agama R.I, op.cit., hal. 22.
28
Imran Efendy Hasibuan, Shalat Dalam Perspektif Fikih dan Tasawuf,
(Pekanbaru: CV. Gema Syukran Press, 2008), cet. ke-2, hal. 84-85.
30

d) Membaca al-Fatihah, atau bagi yang tidak hafal surah

al-Fatihah, bisa diganti dengan surah al-Qur’an

lainnya. Hal ini baik dalam shalat fardhu atau sunnah.

e) Ruku’, paling tidak bagi yang kuat adalah berdiiri, badan

lurus pada ruku’nya, letakkan kedua tangan di atas kedua

lutut, sekiranya membungkuk tanpa tegap dengan kadar

telapak kedua tangan mencapai lutut, kalau berkehendak

meletakkan tangan pada lutut. Bagi yang tidak biasa

ruku’, maka hendaknya membungkuk atau sesuai dengan

kekuatan fisiknya atau hanya isyarat kedipan mata.

Ukuran sempurna dalam ruku’ yaitu meluruskan

punggung rata dengan lehernya, seperti satu papan, dan

kedua

f) Bangkit dari ruku’ lalu I’tidal berdiri tegak seperti

keadaan semula, yakni berdiri bagi yang kuat dan

duduk tegak bagi yang lemah.

g) Sujud 2x, untuk setiap rakaat, paling tidak bagian dahi

mukanya menempel pada tempat sujud, baik di tanah

atau lainnya. Sujud yang sempurna yakni ketika turun

sujud sambil takbir tanpa mengangkat kedua tangan,

lalu menekankan dahinya pada tempat sujud,

meletakkan kedua lutut, kemudian kedua tangan dan

disusul dengan dahi dan hidung. Serta tuma’ninah


31

dalam sujud, sekiranya memperoleh tempat sujud,

menurut kadar beratnya kepala.

h) Duduk di antara dua sujud, pada setiap rakaat, itu

berlaku bagi yang shalatnya dalam keadaan berdiri,

duduk atau telentang (berbaring). Serta tuma’ninah,

sewaktu duduk di antara 2 sujud.

i) Duduk akhir, yang mengiringi salam (duduk tahiyat).

j) Membaca tasyahud, sewaktu duduk akhir.

k) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.

l) Mengucapkan salam (seraya menoleh ke arah kanan)

hukumnya wajib dan masih dalam keadaan duduk.

m) Tertib yaitu mengerjakan rukun-rukun shalat tersebut29

dengan beruntunan.

5. Pemahaman

A. Pengertian pemahaman

Secara umum, arti pemahaman sebagai istilah adalah

pengertian yang menggambarkan pengambilan suatu kesimpulan.

Nama lain untuk pemahaman adalah generalisasi teori,

pemahaman ide umum, konsep, prinsip, aturan atau hukum.

Dalam kamus bahasa Indonesia, definisi pemahaman adalah:

1) Menerima arti, menyerap ide, memahami.

29
Sulaiman Rasjid, op.cit., hal. 75-87.
32

2) Mengetahui secara betul, memahami karakter atau sifat dasar.

3) Mengetahui arti kata-kata seperti dalam bahasa.

4) Menyerap dengan jelas fakta dan menyadari.

Menurut Sudjana, definisi di atas tidak operasional, sebab

tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil

seseorang jika ia memahami sesuatu. Untuk itu, berikut ini akan

dibahas beberapa arti pemahaman yang bersifat operasional.

1) Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan.

Pemahaman di sini mengandung arti dan definisi yang

pertama. Pemahaman diartikan mempunyai suatu ide tentang

satu persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta

mengenai persoalan dikumpulkan. Namun, definisi di atas

mengandung arti lebih karena definisi ini melampaui ide

terhadap sekelompok fakta khusus.

2) Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta.

Arti pemahaman ini lebih dekat pada kategori definisi kedua.

Kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek,

proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana

menggunakan fakta itu dalam berbagai tujuan. Begitu juga

seseorang melihat kegunaan sesuatu, berarti ia sudah

memahaminya.

3) Pemahaman diartikan sebagai melihat kegunaan sesuatu secara

Produktif.
33

Kedua arti pemahaman di atas saling melengkapi, tetapi belum

memberikan arti yang lengkap. Kedua arti pemahaman itu

tidak menyinggung atau menjelaskan peranan tujuan.30

Bloom, mendefinisikan pemahaman adalah kemampuan

menangkap arti materi dengan cara menterjemahkan,

menginterpretasi, dan ekstrapolasi.31

Sedangkan menurut Sardiman, pemahaman dapat

diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu maka

belajar berarti harus mengerti secara mental makna dari

filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasi,

sehingga menyebabkan peserta didik dapat memahami suatu

situasi. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah

tujuan akhir dari setiap belajar.32

30
Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didik Aktif Dalam Proses Belajar,
(Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 46-47.

31
Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h. 20.

32
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 42
34

bahasa Indonesia, internalisasi dapat didefinisikan sebagai

penghayatan, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui

pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran, dan sebagainya.33

Internalisasi adalah suatu proses sebagai penghayatan, penguasaan secara

mendalam.

Muhaimin menjelaskan bahwa dalam proses internalisasi nilai

melalui tiga tahapan34, yaitu;

a. Tahapan transformasi nilai

Pada tahap ini, sekedar menginformasikan nilai-nilai yang baik dan

kurang baik kepada anak didik, yang semata-mata merupakan

komunikasi verbal, seperti berbohong merupakan perbuatan yang tidak

baik.

b. Tahapan transaksi nilai

Tahap transaksi yaitu tahap pendidikan nilai dengan jalan

melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antar peserta didik

dengan guru bersifat timbal balik.

c. Tahapan transinternalisasi

33
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm 336
34
Muhaimin, “Paradigma pendidikan Agama Islam: Upaya Untuk Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 301
35

Pada tahap ini transinternalisasi nilai ini jauh lebih dalam dari pada

sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan pendidikan dihadapan

peserta didiknya buka lagi pada sisi fisiknya, melainkan lebih kepada

sikap mentalnya (kepribadiannya).

Nilai merupakan esensi yang melekat pada suatu yang sangat

berarti bagi kehidupan manusia, terlebih khusus mengenai kebaikan dan

tidak baiknya suatu hal. Nilai juga bisa diartikan sebagai sifat-sifat atau

hal-hal yang penting dan berguna bagi manusia.

Nilai keislaman dapat didefinisikan sebagi konsep dan keyakinan

yang dijunjung tinggi oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok

yang berhubungan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam

bertingkah laku, baik nilai bersumber dari Allah maupun hasil interaksi

manusia tanpa bertentangan dengan syariat. Selanjutnya nilai juga

merupakan suatu yang bersifat abstrak, ideal, bukan benda konkrit, bukan

fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian

empiric, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan

tidak disenangi35.

Lebih lanjut dalam kutipan Abdul Majid mengemukakan bahwa

sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan dapat digolongkan

menjadi dua macam, yaitu;

a. Nilai Ilahiyah

Dalam bahasa Al-Qur’an, dimensi hidup ketuhanan ini juga disebut

jiwa rabbaniyah. Adapun jika dirinci apa saja wujud nyata atau
35
Isna,Mansur, “Diskursus Pendidikan Islam”, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001, hlm 98
36

substansi jiwa ketuhanan itu, maka kita dapatkan nilai-nilai keagamaan

pribadi yang amat penting yang harus ditanamkan kepada setiap anak

didik. Kegiatan menenamkan itulah ynag sebetulnya akan menjadi inti

kegiatan pendidikan. Diantara nilai-nilai itu yang sangat mendasar

adalah sebagai berikut;

1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah ta’la.

2) Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada allah.

3) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah

senantiasa hadir dan senantiasa mengawasi.

4) Taqwa, yaitu sikap yang sadar bahwa Allah senantiasa mengawasi

kita, dan berusaha berbuat suatu yang diridhai Allah.

5) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan.

6) Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah.

7) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih kepada Allah atas

nikmat yang telah diberikan.

8) Sabar, yaitu sikap lapang dada dalam menghadapi cobaan hidup.

b. Nilai Insaniyah

Sebagian telah dikemukakan di atas, nilai-nilai Ilahiyah yang perlu

ditanamkan kepada anak didik. Adapun nilai-nilai budi luhur,

sesungguhnya kita dapat mengetahuinya secara akal sehat mengikuti

hati nurani kita. Dalam agama Islam hati disebut nurani karena baik

menurut Al-Qir’an dan Sunnah, hati adalah modal dan primordial (ada
37

sebelum lahir) untuk menerangi jalan hidup kita sehingga kita

terbimbing ke arah yang benar dan baik. Berikut ini merupakan nilai-

nilai yang perlu dipertimbangkan untuk ditanamkan kepada anak didik,

diantaranya:

1) Sial Ar-Rahim, yaitu pertalian rasa cinta kasih antar sesama.

2) Al-Ukhuwah, yaitu semangat persaudaraan.

3) Al-Musawah, yaitu pandangan bahwa semua manusia, tanpa

memandang perbedaan suku, agama, dan warna kulit.

4) Al-‘adalah, yaitu wawasan yang seimbang dalam memandang,

memahami, menilai atau menyikapi sesuatu.

5) Husnu Al-Dzan, yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia.

6) At-Tawadhu’, yaitu sikap rendah hati.

7) Al-Wafa’, yaitu senantiasa menepati janji.

8) Insyirah, yaitu sikap lapang dada, sikap penuh kesediaan

menghargai orang lain.

9) Al-Amanah, yaitu dapat dipercaya, sebagai salah satu konsekuensi

keimanan dan keislaman.

10) Iftitah atau Ta’affuf, yaitu sikap penuh harga diri namun tidak

sombong.

11) Qowamiyah, yaitu sikap tidak boros dan tidak kikir.

12) Al-Munfiqun, yaitu sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan

yang besar untuk menolong sesame.


38

Kedua nilai ini memiliki peranan yang sangat penting dalam

membentuk manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Nilai Ilahiyah

membentuk ketaqwaan pada diri anak dan nilai Insaniyah membentuk

akhlak mulia. Hal ini dapat membantu mengidentifikasikan agenda

pendidikan (keagamaan).36

Secara hakiki, nilai agama merupakan nilai yang memiliki dasar

kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai lain. Nilai ini

bersumber dari kebenaran tertinggi yaitu tuhan. Rini Setyaningsih

menjelaskan bahwa nilai dalam agama merupakan petunjuk pedoman dan

pendorong bagi masnusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup

seperti ilmu agama, politik, sosial, budaya dan militer, sehingga terbentuk

pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada

keridhaan Allah ta’ala.37 Nilai keislaman dapat didefinisikan sebagai

konsep dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh manusia mengenai

masalah pokok yang berhubungan dengan Islam untuk dijadika sebagai

pedoman dalam bertindak serta bersumber daripada Al-qur’an dan Sunnah

maupun hasil interaksi manusia tanpa bertentangan dengan syariat agama

Islam. Nilai tersebut mencakup didalamnya keselarasan semua unsur

kehidupan antara apa yang diperbuat manusia dengan yang telah

diperintahkan oleh Allah.

36
Abdul Mujib, “Pendidikan Karakter Perspektif Islam”, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013,
hlm 89
37
Setyaningsih, R dan Subiyanto. 2017. “Kebijakan Internalisasi Nilai-Nilai Islam dan
Membentuk Kultur Religious Mahasiswa.” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Vol. 12, No. 1, hlm.
57-85
39

Nilai-nilai Islam itu pada hakikatnya adalah sekumpulan dari

prinsip-prinsip kehidupan, ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia

seharusnya menjalankan kehidupan di dunia ini, yang mana satu prinsip

dengan prinsip-prinsip yang lainnya saling berkaitan satu sama lain.

Agama Islam sebagai agama Allah yang diturunkan melalui Nabi

Muhammad memiliki kebenaran yang hakiki. Nilai-nilai agama

merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk

memecahkan berbagai masalah hidup.

Peneliti mengambil pengertian mengenai internalisasi nilai-nilai

Islam berdasarkan pengertian diatas, bahwa internalisasi nilai Islam adalah

suatu proses yang mendalam dalam menghayati nilai-nilai agama Islam

yang dipergunakan seseorang dalam menyelenggarakan tata cara hidup

serta mengatur hubungan dengan Tuhan (habl min Allah), sesame manusia

(habl min an-nas), alam sekitar. Semua nilai tersebut dipadukan dengan

nilai-nilai pendidikan secara utuh, dan sasarannya menyatu dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi satu perilaku yang positif.

d. Kemuhammadiyahan

Sebelum mengupas apa itu pengertian Kemuhammadiyahan, ada

baiknya dijelaskan pengertian Muhammadiyah terlebih dahulu. Dalam hal

ini, ada kaitannya dengan mengkaji persyerikatan lebih lanjut.


40

Secara etimologi, Muhammadiyah berasal dari bahasa arab, dari kata

Muhammad yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir. Kata

Muhammad bermakna yang terpuji. Kemudian mendapatkan tambahan ya’

nisbah yang berfungsi menjeniskan atau membangsakan atau bermakna

pengikut. Jadi, Muhammadiyah adalah “ummat Muhammad” atau

pengikut Muhammad, yaitu semua orang yang beragama Islam dan

meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah yang

terakhir dengan kata lain, siapa saja yang mengaku beragama Islam yang

di bawa oleh Nabi Muhammad, sesungguhnya dia adalah Muhamamdiyah,

tanpa dibatasi oleh adanya perbedaan golongan, bangsa, geografis, etnis,

dan lain sebagainya.38

Sedangkan secara terminology, Muhammadiyah adalah organisasi

Islam yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada tangga 8 Dhulhijjah 1330

H atau bertepatan dengan tanggal 18 november 1912 M, di Yogyakarta.

Muhammadiyah adalah organisasi yang bergerak pada dakwah Islam amar

ma’ruf nahi munkar dan Tajdid, berakidahkan Islam dana bersumber pada

Al-qur’an dan Sunnah. Yang sejak didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan

sampai kapanpun berkomitmen kuat untuk terus berjuang menjalankan

misi utama yaitu “menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam

sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”39

38
Ridjaluddin, “Muhammadiyah dalam Tinjauan Filsafat Islam”, Jakarta: Pusat Kajian Islam
Fakultas Agama Islam UHAMKA, 2011, hlm 9
39
Haedar, Nashir. “Kuliah Kemuhammadiyahan”, Yogyakarta: LPSI & Suara Muhammadiyah,
2016, hlm 4
41

Jadi secara sempit Kemuhammadiyahan dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang berhubungan dengan Muhammadiyah. Dalam hal ini, ilmu

atau materi ajar dari mulai tingkat pendidikan dasar sampai tingkat

perguruan tinggi milik organisasi Muhammadiyah yang memuat materi

ajar yang berkaitan dengan Muhammadiyah.

Pendidikan Kemuhammadiyahan adalah kegiatan pembelajaran

mengenai hakikat, visi dan misi pergerakan Muhammadiyah dalam seluruh

aspeknya dengan menumbuhkan nilai-nilai serta sikap hidup Islam sesuai

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam. Nilai-

nilai ini diwujudkan dalam pandangan, pendirian dan sikap hidup serta

perjuangan dalam membela agama Islam sebagaimana tuntunan Rassullah

shallahu ‘alaihi wasallam.40

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

Kemuhammadiyahan adalah ilmu atau materi ajar yang memuat hakikat,

visi dan misi pergerakan Muhammadiyah dalam seluruh aspeknya dengan

menumbuhkan nilai-nilai dan sikap hidup Islam sesuai Al-Qur’an dan

Sunnah sebagaimana pandangan persyarikatan Muhammadiyah.

Adapun nilai-nilai Kemuhammadiyahan yang menjadi fokus peneliti

sebagaimana tercantum dalam Pedoman Hidup Islami Warga

Muhammadiyah (PHIWM) ialah seperangkat nilai dan norma Islami yang

bersumberr pada Al-Qur’an dan Sunnah yang manjadi pola tingkah laku

bagi warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari

40
Ahmad Jamaludin, Implementasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan Terhadap Mahasiswa
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta., Skripsi UMJ Jakarta, 2018, hlm. 22
42

sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terbentuknya masyarakat

Islam yang sebenar-benarnya dalam menjalani kehidupan dalam lingkup

pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha,

mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan

lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

mengembangkan seni budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah

(teladan yang baik).41

e. Kader

Kata kader berasal dari bahasa Perancis: cadre atau les cadres, adalah

anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup dan lingkungan

pimpinan serta mendampingi (tokoh-tokoh) di sekitar kepemimpinan.

Dalam pengertian lain, kader (Latin: quadrum) berarti empat persegi

panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan

sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, yaitu merupakan

tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar dan

terorganisasi.42 Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi.

Jika kader dalam suatu kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan

kepemimpinan juga akan lemah.

Pengkaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai

tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan yang memungkinkan seorang

kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral

41
Pimpinan Pusat muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga muhammadiyah, (Keputusan
Mukatamar Muhammadiyah Ke – 44 Tanggal 8 s.d. 11 Juli tahun 2000 di Jakarta, Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2003, hlm 3
42
MPK PP Muhammadiyah, “Sistem Perkaderan Muhammadiyah”, (Yogyakarta; MPK PP Muh,
2015), hlm. 39
43

sosialnya. Sehingga kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri

untuk memperbaiki keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan yang

lebih baik sesuai dengan cita-cita yang diidealkan, nilai-nilai yang diyakini

serta misi perjuangan yang diembannya. Melalui sistem pengkaderan maka

diperluas pengetahuan dan wawasannya, ditempa keberanian dan

karakternya, dikembangkan potensi dan kemampuan dalam dirinya,

dipupuk kemandiriannya, serta diasah kesadaran, kepekaan, kehendak dan

kecakapan sosialnya.

Terkait dengan pentingnya perkaderan ini, maka diperlukan sumber

acuan yang bisa dijadikan sebagai rujukan dan menjadi kompetensi kader.

Seperti yang tertuang dalam Putusan Muktamar ke-46,43 antara lain:

a. Kompetensi Keberagaman

Dicirikan dengan nilai-nilai yang merupakan standar kompetensi:

1) Kemurnian akidah yang membentuk keshalehan dalam kehidupan.

2) Ketaatan beribadah yang tahsinah dari ibadah itu terpantul dalam

kehidupan sehari-hari.

3) Keihklasan dalam hidup dan berjuang menegakkan ajaran Islam

melalui Muhammadiyah.

4) Shiddiq dalam hati, kata, dan tindakan.

5) Amanah dalam mengemban tugas organisasi.

6) Berjiwa gerakan.

b. Kompetensi Akademis dan Intelektual

43
MPK PP Muhammadiyah, Pedoman Perkaderan di PTM/PTA, (Yogyakarta; MPK PP
Muh,2017), hlm. 15
44

Dicirikan dengan nilai-nilai yang merupakan standar kompetensi:

1) Fathanah dalam berfikir, berwawasan, dan menghasilkan karya

pemikiran.

2) Tajdid dalam mengemban kehidupan dan menggerakkan

Persyarikatan sesuai jiwa ajaran Islam.

3) Istiqomah dalam lisan, pikiran, dan tindakan.

4) Etos belajar untuk selalu mengemban diri, mencari dan

memperkaya ilmu serta mengamalkan ilmu pengetahuan dalam

kehidupan.

5) Moderat dalam bersikap, berfikir dan bertindak.

c. Kompetensi Sosial Kemanusiaan dan Kepeloporan

Dicirikan dengan nilai-nilai yang merupakan standar kompetensi:

1) Keshalehan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat

luas.

2) Kepedulian sosial.

3) Suka beramal.

4) Keteladanan dalam seluruh sikap dan tindakan.

5) Tabligh.

6) Inovatif dalam mengemban kemajuan organisasi.

7) Berpikiran maju dan membawa Muhammadiyah pada kemajuan di

berbagai bidang yang menjadi misi dan usaha gerakan.

d. Kompetensi Keorganisasian dan Kepemimpinan


45

Dicirikan dengan nilai-nilai yang merupakan standar kompetensi:

1) Pengkhidmatan dan partisipasi aktif dalam peran keummatan,

kebangsaan, dan kemanusiaan universal.

2) Menempati posisi apapun yang semangat ikhlas, berdedikasi,

berprestasi, dan menghasilkan hal-hal baik.

3) Menjadi bagian yang menyatu dengan denyut nadi kehidupan

Persyarikatan, umat, dan bangsa sebagai wujud menjalankan misi

organisasi.

4) Berkomitmen dan menjunjung tinggi ideologi Muhammadiyah dan

mampu bersikap tegas tetapi arif dalam membela serta

menegakkan prinsip dan kepentingan Persyarikatan.

5) Mengutamakan misi dana kepentingan Muhammadiyah di atas

kepentingan lainnya untuk berkhidmat dengan niat ikhlas.

Sistem perkaderan merupakan sebuah gerakan yang rapi dian

massif harus mengandalkan terbentuknya factor-faktor produksi, dan

distribusi. Tanpa menggunakan logika ini maka gerakan yang akan selalu

terjebak pada heroism sesaat dan kemudian mati tanpa meninggalkan apa-

apa selain kemasyuran dan kebanggaan diri belaka. Katakanlah kita

sedang akan membangun sebuah gerakan maka dimana wilayah-wilayah

yang akan kita utamakan dan apa yang harus kita produksi seta

menggunakan mekanisme seperti apa agar produk-produk kita tidak

berhenti di tengah jalan. Rangkaian produksi-distribusi-perebutan ini

adalah sebuah mata rantai yang tidak boleh putus, karena putusnya sebuah
46

mata rantai ini berarti matinya dinamika sebuah gerakan atau setidaknya

hanya akan menjadikan kader-kadernya tidak memiliki militansi untuk

mengembangkan diri dan organisasi.

G. Metode penelitian

1. Jenis dan pendekatan

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan maksud dan tujuan tertentu. Metode penelitian

adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang

bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara optimal, rasional dan

terarah sehingga dapat mencapai hasil yang ingin di capai.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena

penelitian ini dilaksanakan secara real dan berdasarkan fakta yang ada

dilapangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Jenis penelitian

ini membantu mencermati dan mendeskripsikan data-data sesuai dengan

tujuan penelitian ini.

Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi

tentang fenomena utama yang di eksplorasi dalam penelitian. Tujuan

penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang di

pilih.44

2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian adalah di

program studi Pendidikan Agama Islam UAD pada kegiatan ORNAMI

44
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2017), hlm. 167
47

(Orientasi Penanaman Nilai Islam dan Kemuhammadiyahan), yang mana

kegiatan ini ditujukan kepada mahasiswa PAI semester 1 atau semester

atas yang belum mengikuti kegiatan Ornami. Penelitian ini dilakukan pada

semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.

3. Data dan sumber data

a. Sumber data primer

Data primer diperoleh oleh peneliti secara langsung tanpa

ada perantara. Data diperoleh melalui teknik wawancara dan

pengamatan dilapangan. Data atau informasi juga diperoleh

melalui pertanyaan tertulis dengan menggunakan wawancara.

Data primer adalah data yang berupa kata-kata verball yang

di peroleh dari informan kunci dari teknik wawancara mahasiswa

PAI, kepala program studi PAI UAD, Dekan FAI, Dosen PAI, dan

ketua LPSI.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh penelitii dari

pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek

penelitiannya. Data sekunde biasanya berwujud data dokumentasi

atau data laporan yang telah tersedia.45

Data sekunder adalah data yang berupa file-file atau

dokumen-dokumen yang diperoleh dari teknik dokumentasi yang

dilakukan peneliti terhadap informan kunci yang berkaitan dengan

tema penelitian. Sumber data sekunder dapat diperoleh melalui


45
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 91
48

dokumentasi dan studi kepustakaan dengan bantuann media cetak

dan media elektronik, selain itu sumber data sekunder dapat berupa

arsip dan berbagai data yang sesuai.

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penulisan proposal ini, peneliti menggunakan cara yang sesuai

dengan penulisan skripsi yang akan dilakukan yaitu dengan field research

yaitu penulis mengadakan penelitian langsung kelapangan yang menjadi

obyek dari penulisan skripsi ini, dengan menggunakan teknik-teknik

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamya

peneliti turun ke lapangan untuk mengamapti perilaku dan aktivitas

individu-individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini,

peneliti merekan/mencatat (baik terstruktur maupun semistruktur)

aktivitas dalam lokasi penelitian.46

Observasi meruupakan metode pengumpulan data melalui

pengamatan dan pencatatan perilaku subyek penelitian yang

dilakukan secara sistematik.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer), yang mengajukan pertanyaan dan

46
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2017), hlm. 267
49

terwawancara/narasumber (interviewee), yang memberi jawaban

atau informasi atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.47

Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancara secara

mendalam kepada mahasiswa PAI, kepala program studi PAI UAD,

Dekan FAI, Dosen PAI, dan ketua LPSI, untuk mendapatkan data

atau informasi yang berkaitan dengan internalisasi nilai Islam dan

Kemuhammadiyahan.

Wawancara harus dilaksanakan secara efektif, artinya

dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya peneliti dapat

memperoleh data atau informasi sebanyak-banyaknya. Bahasa

harus jelas, terarah. Suasana tetap rileks agar data yang diperoleh

merupakan data yang obyektif dan dapat dipercaya.48

Wawanvara yang dilakukan merupakan wawancara kualitatif atau

yang juga dikenal sebagai wawancara mendalam

c. Dokumentasi

Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variable-variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda dan sebagainya.49 Atau bisa juga berupa

dokumen tetulis, gambar maupun elektronik.

47
Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
186
48
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 271
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 274
50

Pelaksanaan dokumentasi ini dilakukan dalam bentuk fisik yang

nantinya digunakan sebagai bahan laporan dalam penelitian. Baik

berupa dokumen tertulis, foto, video, serta dokumen-dokumen

yang diperlukan dalam penelitian ini.

5. Teknik analisis data

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilakukan

analisiss dengan menggunakan analisis data menurut Miles dan

Huberman, yang mana analisis ini dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisiis

data ini yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal penting untuk dicari tema dan polanya (pola reduction),

kemudian data disajikan dalam sebuah pola yang sesuai dengan kajian

(data display), dan setelah itu ditarik sebuah kesimpulan yang

menghasilkan hipotesis dan deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap menjadi jelas (conclusion

drawing) atau (verification).50 Mengenai alur yang sudah disebutkan

diatas, maka lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut:

a. Reduksi data (Data reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema

polanya, sehingga data lebih mudah dikendalikan dan membuang

data yang tidak perlu/penting.51 Reduksi data merupakan proses


50
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hlm. 91-99
51
Ahmad Jamaludin, Implementasi Nilai-nilai Kemuhammadiyahan Terhadap Mahasiswa
Fakultaas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta., Skripsi S1 UMJ, 2018, hlm. 45
51

berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan

kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam mereduksi data, peneliti

akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.

Setelah semua data yang telah terkumpul melalui

wawancara, observasi, dan dokumentasi, maka perlu difokuskan

sesuai rumusan masalah dalam penelitian ini.

b. Penyajian daya (Data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanbjutnya adalah

mendisplaikan data. Dalam penelittian kualitatif, penyajian data

bisa dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, hubungan antar

kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi dan merencanakan langkah/tindakan selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Rencana tindakan

tersebut bisa berupa mencari pola-pola data yang dapat mendukung

penelitian tersebut.

c. Penarikan kesimpulan (Verification)

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik

analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis

yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Kesimpulan

yang diharapkan ialah temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masihh

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.


52

Kesimpulan ini maish sebagai hipotesis, dan dapat menjadi teori

jika didukung oleh data-data yang lain.

Langkah penarikan kesimpulan ini dimulai dengan mencari pola,

tema, hubungan, hal-hal yang sering timbul, yang mengarah pada

rumusan masalah dalam penelitian ini.

H. Sistematika pembahasan

BAB I Pada Bab ini berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tinjauan Pustaka, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.

BAB II Pada Bab ini berisi Landasan Teori dan Kerangka Berfikir.

BAB III Pada Bab ini berisi tentang Laporan Penelitian yang meliputi

pelaksanaan penelitian, subyek dan lokasi penelitian.

BAB IV Pada Bab ini berisi tentang temuan dan hasil penelitian.

BAB V Pada Bab ini berisi tentang Penutup, yang terdiri dari

Kesimpulan dan Saran


53

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Lukis. “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Perguruan


Tinggi Umum melalui Lembaga Dakwah Kampus”, dalam jurnal
ISTAWA Vol. 1, No. 2,Januari-Juni 2016.
Arifin, Syamsul. “Rekonstruksi Al-Islam kemuhammadiyahan (AIK)
Perguruan Tinggi Muhammadiyah sebagai Praksis pendidikan
Nilai”, dalam jurnal EDUKASI, Vol. 13, No. 2, Agustus 2015.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
hlm. 271
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
hlm. 91
Creswell, John W., Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2017).
Dahlan, dkk., Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Arkola, 1994).
Jamaludin, Ahmad. Implementasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan
Terhadap Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta., Skripsi UMJ Jakarta, 2018.
Jamaludin, Ahmad. Implementasi Nilai-nilai Kemuhammadiyahan
Terhadap Mahasiswa Fakultaas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta., Skripsi S1 UMJ, 2018.
M. Ali, S. A. Kuntoro, dan Sutrisno, “Pendidikan Berkemajuan: Refleksi
Praksis Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan,” J. Pembang. Tajdida,
vol. 4, no. 1, 2016.
Mansur, Isna. “diskursus pendidikan islam”, Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2001.
Meolong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012).
54

MPK PP Muhammadiyah, “Sistem Perkaderan Muhammadiyah”,


(Yogyakarta; MPK PP Muh, 2015).
MPK PP Muhammadiyah, Pedoman Perkaderan di PTM/PTA,
(Yogyakarta; MPK PP Muh,2017).
Muhaimin, “Paradigma pendidikan Agama Islam: Upaya Untuk
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Mujib, Abdul. “pendidikan karakter perspektif islam”, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Nashir, Haedar. “Kuliah Kemuhammadiyahan”, Yogyakarta: LPSI &
Suara Muhammadiyah, 2016.
Pimpinan Pusat muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga
muhammadiyah, (Keputusan Mukatamar Muhammadiyah Ke – 44
Tanggal 8 s.d. 11 Juli tahun 2000 di Jakarta, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2003.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah: Berita Resmi, Tanfidz No.1,
(Yogyakarta; 2016).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989).
Ridjaluddin. “Muhammadiyah dalam Tinjauan Filsafat Islam”, Jakarta:
Pusat Kajian Islam Fakultas Agama Islam UHAMKA, 2011.
Setyaningsih, R & Subiyanto. “Kebijakan Internalisasi Nilai-Nilai Islam
dan Membentuk Kultur Religious Mahasiswa.” UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Vol. 12, No. 1. 2017.
Shobron, Sudarno. “Muhammadiyah dan Strategi Transformasi Kader”,
dalam jurnal Tajdida, Vol. 8, No.2, Desember 2010.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta,
2008).

Anda mungkin juga menyukai