Anda di halaman 1dari 14

PERAN BHABINKAMTIBMAS DALAM PEMBINAAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI


KABUPATEN ACEH TENGGARA

PROPOSAL TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Magister Strata Dua (S2) Pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh
ISKANDAR
NIM: xxxxxxxxxx

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON
KABUPATEN ACEH TENGAH
TAHUN 2023

i
PERAN BHABINKAMTIBMAS DALAM PEMBINAAN KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

A. Latar Belakang Masalah


Polisi sebagai salah satu penegak hukum merupakan alat negara yang
mempunyai tugas pokok untuk memelihara keamanan dan ketertiban yang ada di
masyarakat serta memberikan kenyamanan dan keamanan serta perlindungan,
pengayoman serta pelayan kepada masyarakat seperti yang terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dengan demikian bahwa polisi merupakan pelindung, pengayom serta pelayan yang
selalu melindungi masyarakat dari gangguan seperti kalau ada penncuri yang
meresahan, maka polisi harus segera bertindak.
Sebagai aparat penegak hukum yang mempunyai tugas sebagai pelayan,
pengayom serta pelindung bagi masyarakat mempunyai peran yang sangat fital, hal
ini sebagai polisi sebagai pengayom masyarakat dapat memberikan pengayoman bagi
masyarakat yang selalu membutuhkan terhadap gangguan ketertiban ataupun
masalah-masalah yang dihadapinya. Bagi masyarakat sendiri mempunyai
karaktetistik tersendiri, hal ini karena social budaya setiap masyarakat akan berlainan
antara satu dengan yang lainnya seperti misalnya pergaulan anak muda dengan orang
yang sudah dewasa tidak bisa disatukan bahkan budaya anak muda dan orang yang
sudah dewasa sering bertentangan. Dengan budaya yang berlainan tersebut
dibutuhnya sosok sebagai penengah untuk mempersatukan satu pendapat dan dapat
di terima kedua belah pihak yaitu hadirnya sosok polisi sebagai bhabinkabtibmas.1
Bhabinkamtibmas merupakan akronim dari Bhayangkara Pembina keamanan
dan keteriban. Menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2015
tentang Pemolisian Masyarakat bahwa yang dimaksud dengan Bhabinkamtibmas
adalah pengemban Polmas di desa/kelurahan. Jadi bhabinkamtibmas adalah seorang
petugas kepolisian berpangkat Brigadir/Bintara yang di tugaskan khusus di satu desa
atau kelurahan untuk menjaga keamanan dan keteriban desa atau kelurahan

1
Bambang Slamet Eko Sugistiyoko, “Peran Bhabinkamtibmas Untuk Mewujudkan
terpeliharanya Kamtibmas”, Jurnal Yustitiabelen, 7, 1, (2021), 54.

1
binaannya serta menjalankan tugas secara preventif dengan cara bermitra dengan
masyarakat.2
Aceh Tenggara lebih multikultural di banding daerah Aceh lainnya, termasuk
Aceh bagian tengah (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues). Aceh Tenggara
didiami oleh lebih dari 3 suku yaitu: suku Alas sebagai suku tempatan dan mayoritas
di kabupaten ini diikuti oleh suku singkil, Aceh, Karo, Batak, Gayo, Jawa,
Minangkabau, Mandailing, Nias dan suku Aneuk Jamee. Penduduknya menganut
agama Islam, Kristen Katolik dan Protestan. 3
Aceh Tenggara berdasarkan data sensus pendudukk pada tahun 2016 dari
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, yaitu penduduk Aceh Tenggara
berjumlah 179,010 jiwa. Dengan rincian penganut agama yaitu Islam 145.265 jiwa
(87.78%), Kristen Protestan 32.209 jiwa (10.54%), Kristen Katolik 1.275 jiwa
(1.77%), Hindu 3 jiwa dan Budha 2 jiwa. Jumlah penduduk non muslim di Aceh
Tenggara lebih banyak jika dibandingkan dengan daerah lain di negri serambi
Mekkah ini. Berikut tabel persentase penganut agama di Aceh.4
Hasil pengamatan peneliti terlihat bahwa Bhabinkamtibmas Kabupaten Aceh
Tenggara sangat proaktif dalam menjalankan tugasnya yaitu salah satunya
pembinaan keagamaan yang dilakukan dalam setiap Gampong di Aceh Tenggara,
sehingga dalam satu tahun terakhir ini tidak pernah terjadi konflik beragama di dalam
masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peran yang dijalankan oleh Bhabinkamtibmas
dengan melakukan pendekatan-pendekatan dengan berbagai pihak, mulai tokoh adat,
tokoh masyarakat dan juga tokoh agama.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai peran Bhabinkamtibmas di dalam masyarakat
sehingga peneliti mengambil judul “Peran Bhabinkamtibmas dalam Pembinaan
Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Aceh Tenggara”.

B. Rumusan Masalah
2
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemolisian
Masyarakat
3
Reni Kumalasari, “Kerukunan Antar Umat Beragama: Kajian terhadap Pluralitas Agama di
Aceh Tenggara”, Liwaul Dakwah, 10, 2 (2020), 151.
4
Reni Kumalasari, “Kerukunan Antar Umat Beragama, 151.

2
1. Bagaimana upaya Bhabinkamtibmas dalam pembinaan kehidupan beragama
di Kabupaten Aceh Tenggara?
2. Apa saja hambatan Bhabinkamtibmas dalam pembinaan kehidupan beragama
di Kabupaten Aceh Tenggara?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan Bhabinkamtibmas dalam
pembinaan kehidupan beragama di Kabupaten Aceh Tenggara?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan upaya Bhabinkamtibmas dalam pembinaan
kehidupan beragama di Kabupaten Aceh Tenggara.
2. Untuk mengetahui hambatan Bhabinkamtibmas dalam pembinaan kehidupan
beragama di Kabupaten Aceh Tenggara.
3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi hambatan Bhabinkamtibmas
dalam pembinaan kehidupan beragama di Kabupaten Aceh Tenggara.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam khususnya jurusan Tarbiyah
IAIN Takengon. Serta temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar
dalam pengembangan pengetahuan dan teori pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, kiranya manfaat penelitian ini adalah untuk menjadi
acuan bagi masyarakat untuk lebih dapat menerima bentuk pembinaan
beragama yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Aceh Tenggara di
masyarakat.
b. Bagi anggota Polri, kiranya penelitian ini mampu membantu menjelaskan
kepada masyarakat tentang bagaimana hidup dengan masyarakat yang
berbagai agama.
c. Bagi penulis, dapat mengetahui pembinaan beragama oleh
Bhabinkamtibmas Aceh Tenggara di masyarakat.

E. Landasan Teori

3
1. Peran
Peran menurut terminologi adalah seperangkat tingkah yang diharapkan
dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Dalam bahasa Inggris peran disebut
“role” yang definisinya adalah “person’s task or duty in undertaking”. Artinya “tugas
atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan”. Peran diartikan sebagai
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat. Sedangkan peranan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang
dalam suatu peristiwa.5 Peran adalah pola perilaku normatif yang diharapkan pada
kedudukan (status) tertentu.
Tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap orang
memiliki macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal
itu sekaligus berarti bahwa peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya. Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan.
2. Bhabinkamtibmas
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun
2015 tentang Pemolisian Masyarakat, yang dimaksud dengan Bhabinkamtibmas
adalah pengemban Polmas di desa/kelurahan. Bhabinkamtibmas adalah petugas Polri
yang bertugas di tingkat desa sampai dengan kelurahan yang bertugas mengemban
fungsi preemtif dengan cara bermitra dengan masyarakat.
Bhabinkamtibmas adalah anggota Polri yang ditugaskan membina kamtibmas
di desa/kelurahan. Desa atau kelurahan dinilai memerlukan perhatian lebih sungguh-
sungguh dan perlu mendapat prioritas utama dalam pembinaan secara berlanjut.
Bhabinkamtibmas merupakan perpanjangan tangan polsek sebagai ujung tombak
operasional Polri yang memiliki wilayah hukum setingkat kecamatan. Sementara
setiap kecamatan terdiri dari beberapa desa/kelurahan, sehingga penempatan

5
Syamsir Torang, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan
Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014), 86

4
Bhabinkamtibmas di setiap desa/kelurahan diharapkan mampu meningkatkan
pelayanan kepolisian terhadap masyarakat.6
Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Bhabinkamtibmas melakukan
kegiatan sebagai berikut
a. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah penugasannya
b. Melakukan dan membantu pemecahan masalah
c. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat
d. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana
e. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban
kejahatan dan pelanggaran
f. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan
wabah penyakit
g. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas
berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan Polri.7

3. Konsep Pembinaan
Pembinaan didefinisikan sebagai: Upaya pendidikan baik formal maupun
nonformal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung
jawab dalam rangka menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan dasar-dasar
kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas
prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya,
sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan
kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri.8
Pembinaan pada dasarnya untuk membantu, mengemanagkan pribadi seseorang
sehingga memperoleh kecakapan untuk membantu mencapai target sesuai dengan tujuan
tertentu yang telah direncanakan. Pernyataan ini juga ditemukan peneliti saat melakukan
penelitian dilapangan. Pada saat melakukan penelitian pembinaan ini dilakukan dengan
berbagai proses dan dengan berbagai cara dan berusaha untuk membantu, membetulkan,

6
Deddyana Yudha Bhakti, Peran Bhabinkamtibmas Dalam Membantu Menyelesaikan
Tindak Pidana Penganiayaan Yang Terjadi Di Wilayah Hukum Polres Semarang, Tesis, (Semarang:
Unissula, 2017), 30
7
Pasal 27 Perkap No 3 Tahun 2015 tentang Tugas Pokok Bhabinkamtibmas
8
Syaepul Manan, “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan”, Jurnal
Pendidikan Agama Islam -Ta’lim, 15, 1, (2017), 52.

5
mengembangkan, pengetahuan dan kecakapan peserta didik. Cara pembinaan yang dilakukan
sekolah adalah melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan. 9
Maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah proses berupa usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil yang lebih baik dalam hal hubungan antara manusia dengan Tuhan
Nya, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam sekitarnya.

4. Kerukunan antar Umat Beragama


Hadirnya lima agama besar di dunia memperlihatkan pada dunia akan adanya
suatu dinamika keagamaan yang diwujudkan dengan sikap keberagamaan. Namun di
zaman modern ini telah terjadi hal-hal yang akan menjauhkan manusia dari agama
secara lebih jauh lagi, yang lebih menonjol dalam segi penghidupan yang semua
orang dapat melihatnya dengan mata telanjang baik dalam lingkungan kelompok
maupun dalam lingkungan bangsa dan beragama.
Setiap bangsa yang beragama akan memberikan kemerdekaan tiap agama
untuk berkembang sehingga akan terwujud kerukunan beragama antarumat
beragama. Peran serta umat beragama dalam pembangunan inilah yang dapat
mempengaruhi nilai positif untuk memperkokoh sikap dan perilaku manusia serta
kepribadian yang luhur.10
Di Indonesia kehidupan beragama dan kepercayaan kepada Tuhan YME
adalah sebagai nilai lihur bangsa sebagai usaha untuk menciptakan landasan spiritual,
moral, dan etika. Negara juga menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya masing-masing11

F. Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan penelitian yang relevan penulis telah melaksanakan
penelusuran dan kajian terhadap berbagai sumber atau referensi yang memiliki

9
Ludovikus Bomans Wadu dan Yustina Jaisa, “Pembinaan Moral untuk Memantapkan Watak
Kewarganegaraan Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi”, Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2, 2, (2017),
135.
10
Umar dan M. Arif Hakim, “Hubungan Kerukunan Antara Umat Beragama dengan
Pembentukan Perilaku Sosial Warga Perumahan PT Djarum Singocandi Kudus”, Jurnal Penelitian,
13, 1, (2019), 74.
11
Undang-Undang Dasar RI, tahun 1945 pasal 29.

6
kesamaan topik atau relevansi materi dengan pokok permasalahan dalam penelitian
ini. Hal tersebut dimaksudkan agar arah atau fokus penelitian ini tidak menjadi
pengulangan dari penelitian-penelitian sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi
lain yang signifikan untuk di teliti.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Slamet Eko Sugistiyoko pada tahun
2021, berkesimpulan dalam pencegahan terhadap gangguan yang ada di
masyarakat diperlukan Kerjasama antara apparat penegang hukum dalam hal
ini polisi dengan masyarakat setempat, hal ini untuk menjaga di sekitar
lingkungan akan lebih baik di lakukan oleh masyarakat itu sendiri seperti
adanya polisi masyarakat sedangkan polisi yang terdapat di masyarakat
sebagai bhabinkabtibmas hanya dalam pembinaan. Pelaksanaan Program
Polri dengan mengoptimalisasi peran Bhabinkamtibmas untuk mewujudkan
Polmas guna meningkatkan partisipasi masyarakatdalam rangka
terpeliharanya Kamtibmasbelum maksimal dilaksanakan mengingat
keterbatasan jumlah anggota dan cara berfikir (mind set) serta bersikap
(culture set) baik anggota Polri maupun masyarakat masih belum meahami
dan mengerti arti pentingnya perubahan. Program ini juga merupakan upaya
Polres Tulungagung untuk mewujudkan masyarakat dan terbentuknya lagi
karakter masyarakat yang santun, tepo seliro saling menghormati / berbudi
pekerti, yang dapat memberikan sumbang sih sebagai warga negara Indonesia
sebagai warga negara yang berpancasilais untuk menjadikan target
pencapaian sasaran strategis Polri. Peran yang diharapkan adalah perilaku
yang memenuhi harapan masyarakat, mengikuti normanorma yang berlaku,
dapat mewujudkan perilaku yang menjadi panutan dalam pelaksanaan tugas,
mendapatkan penilaian hasil kinerja sesuai dengan yang telah ditetapkan dan
bersedia menerima sanksi apabila ada tindakan dan perbuatan yang melukai
hati masyarakat.12
2. Penelitian oleh Yovita Ayunindya tahun 2017, berkesimpulan 1) Peran dan
kewajiban polisi dalam menjamin perlindungan kebebasan berkeyakinan,
beragama, dan beribadah memang tidak diatur secara spesifik. Namun ada

12
Bambang Slamet Eko Sugistiyoko, “Peran Bhabinkamtibmas…, 51.

7
kesepakatan umum dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang mempunyai beberapa fungsi seperti menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat yang tentu saja bisa digunakan untuk
memberi kerangka pada jaminan perlindungan kebebasan berkeyakinan,
beragama, dan beribadah di Indonesia. Namun Polisi dalam hal ini belum
dapat menjalankan tugasnya secara maksimal, karena pada saat terjadi
pelanggaran kebebasan beribadah polisi cenderung tidak menindak lanjuti
apabila yang melakukan pelanggaran kaum mayoritas, namun jika kaum
minoritas yang melakukan pelanggaran polisi cenderung menindak lanjuti
pelanggaran tersebut.13
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ryanto Ulil Anshar tahun 2020,
berkesimpulan Nilai-nilai Pancasila dalam pengaturan tugas dan fungsi Polri
sebagai penegak hukum, adalah mencakup Sila Ketuhanan yang maha Esa
yang memaknai bangsa Indonesia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, mengakui
manusia harus diperlakukan sama di hadapan Tuhan. Nilai persamaan
diturunkan bahwa Polri harus memperlakukan setiap orang sama dihadapan
hukum (equality before the law), hukum harus menjadi alat tertinggi dalam
mencapai keadilan (Supremasi of law). Konsep “beradab” mensyaratkan Polri
harus menghargai Hak Asasi Manusia. Polri dan masyarakat merupakan satu
kesatuan sebagai warga bangsa mengandung nilai kemanfaatan manusia satu
dengan yang lainnya sebagai sebuah persatuan masyarakat yang bermartabat,
yang mempunyai nilai kebangsaan dan nilai kemanusiaan.14
Dari beberapa penelitian dalam bentuk kajian terdahulu tersebut di atas,
hanya persamaan penelitian pada pembahasan peran kepolisian di dalam masyarakat,
sedangkan perbedaanya mengenai subjek penelitian, tempat penelitian dan juga focus
penelitian yang akan peneliti lakukan.

G. Metode Penelitian
13
Yovita Ayunindya, “Peran Kepolisian dalam Penegakan Hukum terhadap Kebebasan
Beragama dari Perspektif Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia”, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2017, 51.
14
Ryanto Ulil Anshar dan Joko Setiyono, “Tugas dan Fungsi Polisi Sebagai Penegak Hukum
dalam Perspektif Pancasila”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu
Hukum, 2, 3, (2020), 359.

8
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini tergolong pada penelitian yang bersifat
kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari masing-masing orang pelaku
yang dapat diamati.15 Penelitian ini menngunakan pendekatan kualitatif karena hasil
yang diharapkan menurut proses yang menjelaskan secara umum objek penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Kepolisian Resort Aceh Tenggara yang
bertempat di Jl. Iskandar Muda No.25, Kota Kutacane, Kec. Babussalam, Kabupaten
Aceh Tenggara, Aceh Kode Pos 24651. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena di
Aceh Tenggara banyak agama yang di anut oleh masyarakat, dan juga ketertiban
beragama cukup dijaga.

3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui studi lapangan dengan
menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini, penulis
mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan informan dan
menggunakan alat untuk membantu dalam penelitian diantaranya alat tulis,
alat dokumentasi dan alat perekam. Adapun yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini hasil wawancara dengan satu orang Kepala
Pusdik Binmas Polri Aceh Tenggara, tiga orang Bhabinkamtibmas, tiga
orang tokoh masyarakat.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang
berupa buku, jurnal, serta literatur lain yang dapat memberikan informasi
terkait dengan Peran Bhabinkamtibmas dalam Pembinaan Kerukunan

15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015),
11.

9
Umat Beragama di Kabupaten Aceh Tenggara. Dalam penelitian ini,
dokumentasi atau peraturan tentang pembinaan dan Pendidikan Polri.

4. Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive
sampling) yaitu Kepala Pusdik Binmas Polri Aceh Tenggara. Adapun dalam
penentuan subjek penelitian sebagaimana pendapat Moleong menyebutkan bahwa
“Penentuan subjek memiliki beberapa kriteria yaitu “harus jujur, taat pada janji,
patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok
yang bertentangan dalam latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu tentang
suatu hal atau tentang peristiwa yang terjadi”16
Adapun subjek penelitian yang dipilih secara Purposive Sampling (dipilih
secara sengaja oleh peneliti) antara lain sebagai berikut:
a. Satu orang Kepala Pusdik Binmas Polri Aceh Tenggara. Peneliti akan
menggali data mengenai peran Bhabinkamtibmas, dan hambatan serta
solusi dalam pembinaan kerukunan beragama.
b. Tiga orang Bhabinkamtibmas. Peneliti akan menggali data mengenai peran
Bhabinkamtibmas selama ini yang dijalankan, tanggapan masyarakat dan
hambatan serta solusi dalam pembinaan kerukunan beragama.
c. Tiga orang tokoh masyarakat. Peneliti akan menggali mengenai peran
selama ini yang dilaksanakan oleh Bhabinkamtibmas.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Studi Pustaka/Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai literasi baik
dari buku tentang berbagai teori dan pendapat, maupun jurnal penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

16
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
90.

10
b. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui pengajuan
sejumlah pertanyaan secara lisan yang dijawab secara lisan maupun tulisan
kepada informan untuk mendapatkan keterangan yang lebih mendalam
mengenai sikap, pengetahuan dan perilaku informan yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Informan atau narasumber merupakan orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi yang berhubungan
dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan membuat gambaran yang
dilakukan dengan cara:
a. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan, mengembangkan
sistem pengkodean, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, dan
menuliskan memo.
b. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun,
dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan
kerja penelitian selanjutnya.
c. Dalam penelitian kualitatif penarikan kesimpulan tersebut dengan cara
induktif. Penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses penelitian
yang diawali dengan mengumpulkan data dan kemudian mengembangkan
suatu teori dari data-data tersebut.

H. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan, Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penulisan, penelitian terdahulu yang relevan dan definisi
operasional.
Bab II Landasan Teoritis, Berisi Konsep Peran Bhabinkamtibmas yang
terdiri dari pengertian Pengertian Peran, Pengertian, Bhabinkamtibmas. Konsep

11
Pembinaan terdiri dari pengertian Pengertian Pembinaan, Tujuan Pembinaan, Jenis-
jenis Pembinaan, dan Konsep Kerukunan Umat Beragama
Bab III Metodologi Penelitian, Pada bab ini berisi prosedur penelitian,
metode penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data
dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Pada bab ini berisi analisis yang
akan disimpulkan secara terperinci yaitu upaya Bhabinkamtibmas dalam pembinaan
kehidupan beragama di Kabupaten Aceh Tenggara, hambatan Bhabinkamtibmas
dalam pembinaan kehidupan beragama di Kabupaten Aceh Tenggara, solusi dalam
mengatasi hambatan Bhabinkamtibmas dalam pembinaan kehidupan beragama di
Kabupaten Aceh Tenggara.
Bab V Kesimpulan dan Saran, pada Bab ini berisi temuan penelitian yang
kemudian dibuat kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
dikemukakan sebelumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Slamet Eko Sugistiyoko, “Peran Bhabinkamtibmas Untuk Mewujudkan


terpeliharanya Kamtibmas”, Jurnal Yustitiabelen, 7, 1, 2021.

Deddyana Yudha Bhakti, Peran Bhabinkamtibmas Dalam Membantu Menyelesaikan


Tindak Pidana Penganiayaan Yang Terjadi Di Wilayah Hukum Polres
Semarang, Tesis, Semarang: Unissula, 2017.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2015.

Ludovikus Bomans Wadu dan Yustina Jaisa, “Pembinaan Moral untuk Memantapkan
Watak Kewarganegaraan Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi”, Jurnal Moral
Kemasyarakatan, 2, 2, 2017.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2014.

Pasal 27 Perkap No 3 Tahun 2015 tentang Tugas Pokok Bhabinkamtibmas

Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang


Pemolisian Masyarakat

Reni Kumalasari, “Kerukunan Antar Umat Beragama: Kajian terhadap Pluralitas


Agama di Aceh Tenggara”, Liwaul Dakwah, 10, 2, 2020.

Ryanto Ulil Anshar dan Joko Setiyono, “Tugas dan Fungsi Polisi Sebagai Penegak
Hukum dalam Perspektif Pancasila”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia
Program Studi Magister Ilmu Hukum, 2, 3, 2020.

Syaepul Manan, “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan”,


Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim, 15, 1, 2017.

Syamsir Torang, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya &


Perubahan Organisasi), Bandung: Alfabeta, 2014.

Umar dan M. Arif Hakim, “Hubungan Kerukunan Antara Umat Beragama dengan
Pembentukan Perilaku Sosial Warga Perumahan PT Djarum Singocandi
Kudus”, Jurnal Penelitian, 13, 1, 2019.

Undang-Undang Dasar RI, tahun 1945 pasal 29.

Yovita Ayunindya, “Peran Kepolisian dalam Penegakan Hukum terhadap Kebebasan


Beragama dari Perspektif Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia”, Fakultas Hukum Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai