Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tujuan yang hendak dicapai dari
berbagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Perbaikan kualitas pembelajaran
senantiasa dilakukan guru terutama guru yang kreatif dan inovatif. Guru-guru diberikan
penataran atau mengikuti berbagai work shop semata-mata bertujuan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di mana guru memiliki peran yang yang sangat
penting sebagai fasilitator proses pembelajaran. Salah satu materi tatar yang digalakkan
belakangan ini adalah penggunaan media pembelajaran. Hal itu dissebabkan masih
banyak guru yang kurang menyadari akan pentingnya penggunaan media pembelajaran
dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Masalah media pembelajaran senantiasa menjadi perhatian kalangan praktisi
pendidikan mengingat terdapat pengaruh yang sangat signifikan terhadap keberhasilan
siswa dalam proses belajar. Media pembelajaran dalam setiap proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan pengajaran banyak menentukan berhasil atau tidaknya usaha
tersebut. Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar adalah tumpuan dan arah
utama adalam segala bentuk pengajaran yang dikembangkan guru. Dalam proses
mengajar penekanan aktivitas ada pada guru yang dituntut mampu memfasilitasi dan
memotivasi sis wa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan dalam proses belajar
mengajar, penekanan aktivitas ada pada sisiwa karena adanya sesuatau yang harus
diterima (Alex Iskandar,1989).
Dalam proses ini tercermin adanya bentuk perantara untuk menyampaikan
sesuatu yang harus diterima oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang
sudah ditetapkan. Guru sebagai komunikator berusaha menyampaikan suatu bahan/pesan
kepada sisiwa. Siswa sebagai komunikan berusaha menerima dan mengolah kembalii
pesan/bahan tadi agar dapat membawanya ke arah tujuan (Sapari : 1982, 3-4).
Agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran dibutuhkan adanya interaksi yang serasi antara guru dengan siswa. Oleh
sebab itu setiap guru diharapkan mampu (1) mengetahui, nmemahami dan berusaha
mendapatkan sesuatu yang mewujudkan keserasian dalam interaksi; (2) memahami
teori-teori yang digunakan dalam interaksi; (3) memahami media yang cocok dan serasi
dengan menentukan metode yang dipilih dalam mencapai tujuan pengajaran tersebut
(Iskandar : 1989 : 24).
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikatakan media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang berfungsi perantara yang menghubungkan antara proses dengan
hasil pembelajaran. Media pembelajaran juga sebagai alat, metode dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik : 1989 :6).
Untuk penyedian media pembelajaran, pemerintah juga menyiapkan bantuan-
bantuan yang diberikan kepada sekolah yang didukung oleh bantuan komite sekolah.
Khusus untuk pembelajaran ilmu kebahasaan, pemerintah telah memberikan bantuan
Laboratorium bahasa. Sejumlah sekolah telah menerima dan telah memanfaatkan
dengan baik. Pemanfaatan Laboratorium Bahasa sangat bergantung dari SDM guru.
Artinya, jika guru kurang kreatif dan inovatif, walaupun pemerintah telah menyipkan
Laboratorium Bahasa untuk mendukung pembelajaran ilmu kebahasaan, tetap saja
prestasi dan mutu belajar siswa dalam bidang kebahasaan tidak menunjukkan gejala
peningkatan. Lebih-lebih masih banyak lagi sekolah yang belum memiliki Laboratorium
Bahasa.
Tanpa tersedia sarana Laboratorium Bahasa seperti halnya di SMA Negeri 1
Melaya menyebabkan proses pembelajaran ilmu kebahasaan seperti mata pelajaran
Bahasa Indonesisa, Bahasa Inggris, maupun bahasa asing lain yang di sebagian besar
SMA di Provinsi Bali memilih Bahasa Jepang mengalami hambatan. Lebih buruk lagi
jika guru-guru kurang kreatif dan inovatif memanfaatkan media pembelajaran pengganti
Laboratorium Bahasa seperti memanfaatkan tape recorder jinjing, yang bisa dibawa ke
ruang belajar siswa. Akibatnya, proses pembelajaran bahasa asing akan
membosankandan kurangnya motivasi siswa untuk belajar Bahasa Jepang sehingga
tujuan akhir yaitu siswa mampu berkomunikasi aktif dalam bahasa asing tersebut
menjadi sangat terhambat. Contoh-contoh ucapan kosakata, kalimat, maupun wacana
hanya menggunakan buku teks dan ucapan guru yang nota bena bukanlah penutur asli
bahasa asing itu.
Berdasarkan kondisi tersebut, dipastikan juga adialami oleh SMA. Peneliti
mencoba mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) penggunaan media pembelajaran
berbasis ICT pengganti Laboratorium Bahasa untuk meningkatkan motivasi balajar
Bahasa Jepang siswa. Dengan meningkatnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa
Jepang akan menjadi indikator meningkatnya mutu belajar siswa dalam mata pelajaran
ahasa Jepang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pendahuluan tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :
1) Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran berbasis ICT yang efektif untuk
meningkatkan motivasi belajar Bahasa Jepang siswa kelas XI IPB SMA 1
MElaya?
2) Langkag-langkah yang bagaimanakah yang perlu ditempuh oleh guru dalam
menggunakan media pembelajaran berbasis ICT untuk meningkatkan motivasi
belajar Bahasa Jepang siswa XI IPB SMA 1 MElaya?

1.3 Tujuan Penelitian


Sejalan dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan yang akan dicapai
melalui penelitian ini adalah :
1) Untuk menemukan penggunaan media pembaljaran berbasis ICT yang efektif
untuk meningkatkan motivasi belajar Bahas Jepang siswa XI IPB SMA 1
MElaya.
2) Untuk menemukan langkah-langkah yang tepat dilakukan guru dalam
menggunakan media pembelajaran berbasis ICT meningkatkan motivasi belajar
Bahas Jepang siswa XI IPB SMA 1 MElaya.

1.4 Manfaat Penelitian


Sejumlah manfaat dapat diperoleh dari penelitian ini. Manfaat itu adalah sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian ini bermanafaat bagi siswa kelas XI jurusan Bahasa SMA Negeri
1 Melaya karena dengan hasil penelitian ini minat mereka dalam belajar Bahasa
Jepang dapat ditingkatkan.
2. Hasil penelitian ini bermanafaat bagi guru SMA Negeri 1 Melaya karena dapat
memberikan strategi alternatif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa
Jepang.
3. Hasil penelitian ini bermanafaat bagi para pengambil kebijakan karena dapat
dijadikan acuan dalam mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan
motivasi belajar Bahasa Jepang siswa di SMA Negeri 1 Melaya .
4. Hasil penelitian ini bermanafaat bagi teori pembelajaran Bahasa Jepang dalam
hal pengembangan teori itu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peranan Media Pembelajaran


Media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang
secara harfiah “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media
pembelajaran. Winarno Surakhmad (1978) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untyk keperluan
pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran
adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelahjaran seperti : buku, film,
video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Association (1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta
didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa medi apembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektifitas pembelajran. Pada
mulanya media pembelajarn hanya berfung sebagai alat Bantu guru untuk mengajajar
yang digunakan adalah alat Bantu fisual. Sekitar awal pertengahan abad 20 usaha
pemanfaatan fisual dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga lahirlah alat
Bantu audio visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan saat oini penggunaan alat Bantu atau
media pembel;ajaran menajdi semakin luas dan interaktif, seperti denagn adany
akomputer dan internet.
Media pembelajaran mimiliki beberapa fungsi yakni : (1) dapat mengatasi
keterbatasan pengalamnan yang dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman peserta didik
berbeda-beda, tergantung dari factor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman
anak seperti ketersedian buku,, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin
dibawa ke obyek langsung yang dipelajari mka obyek langsung yang dibawa ke peserta
didik. Objek yang dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniature, model, maupun bentuk
gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audialm. (2) Media
pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin
dialami secara langsung langsung di dalam kelas oleh peserta ddik tentang suatu objek,
yang disebabkan karena : (A) objek terlalu besar (B) objek terlalu kecil (C) objek yang
bergerak terlalu lambat (D) objek yang bergerak terlalu cepat (E) objek yang terlalu
komplek (F) objek yang bunyinya terlalu halus (G) Objek yang mengandung bahaya dan
resiko tinggi.
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat disajikan
pada peserta didik. Keunggulan penggunaan media pembelajaran yakni : (1) media
pembelajaran memnugkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungannya. (2) media pembelajaran menghasilkan keseragaman pengamatan. (3)
media dapat menanamkankonsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. (4) media dapat
memperjelas penyajian materi agar tidak hanya verbal (dalam bentuk akta-kata tertulis)
(5) media membangkitkan keinginan dan minat baru (6) media dapat menghubungkan
yang nyata dengan yang tidak nyata. (7) media dapat menghindarkan kesalahpahaman
terhadap objek dan konsep. (8) media membangkitkan motivasi dan merangsang anak
unutk belajar. (9) media memberikan pengalaman yang menyeluruh dari yang konkrit
samapi abstrak.

2.2 Jenis Media


Terdapat berbagai jenis media belajar diantaranya : (1) media visual : grafik,
diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik. (2) media audial : radio, tape recorder,
Laboratorium Bahasa dan sejenisnya. (3) Projected still media : slide, over head
projector (OHP), in focus dan sejenisnya. (4) projected motion media : film, televise,
video (VCD, DVD, VTR), computer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat
visual, audial, projected still media melalui satu alat saja yang disebut Multi Media.
Contoh : dewasa ini penggunaan computer tidak hanya bersifat projected motion media,
namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Kriteria yang paling utama dlam pemilihan media harus disesuaikan denagn
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau
kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang
tepat untukdigunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi
bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan.kalau tujuan pembelajaran bersifat
motorik(gerak dan aktivasi), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu,
terdapat criteria yang bersifat melengkapi ( komplementer), seperti : biaya,
ketepatgunaan, keadaaan peserta didik, ketersediaan, dan mutu teknis.
2.3 Media Pembelajaran Berbasis ICT ( Information and Comunication of
Technology).
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya mata pelajaran Bahasa
Jepang sering dihadapkan pada materi yang disebut き き と り (kikitori / listening /
menyimak) terutama dari penutur asli / native speaker sehingga pengdengaran siswa
terbiasa dengan membayangkan bagaimana kebudayaan / kebiasaan orang Jepang,
Karenanya materi ini menjadi sulit diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan visualisasi kebudayaan
atau kebiasaan orang Jepang serta ucapan asli orang Jepang. Gambar / film serta audio
dialog penutur asli orang Jepang adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM.
Pada era informatika visualisasi tentang kebudayaan suatu negara dan cara ucap
(audio) mudah didapat. Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan
multimedia menjadikan visualisasi yang lebih menarik bagi siswa. ICT dalam hal ini
komputer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks
nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul
secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih leluasa
memilih, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahaminya.
Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis ICT
adalah seperangkat alat komunikasi yang melibatkan foto, gambar video, animasi, suara,
bunyi, musik, huruf, grafik dan lain sebagainya yang digunakan sebagai penyampai
informasi kepada siswa / peserta didik secara interaktif.

2.4 Motivasi Belajar


 Pengertian Motivasi
Ada beberapa pengertian motivasi yang disampaikan oleh para ahli A. Tabrani
Rusyam yang memberikan pengertian : “Motivasi merupakan peenggerak tingkah laku
kea arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan / kebutuhan.”
(Rusyam,1989.99). Sedangkan Wahjosumidjo memberikan suatu definisi : “ Motivasi
adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan,
persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang untuk bertingkah laku dalam
rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.” (Wahjosumidjo, 1987,174). Sedangkan
Gerungan menambahkan bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan, atau
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan tindakan /
bertingkah laku. (Gerungan, 1991,140).
Berdasarkan pada beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri
manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan, baik
kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti
keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa / warga belajar / peserta didik yang
dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna
mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa / warga
belajar / peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses
pembelajaran yang diikuti.

2.5 Pentingnya Motivasi dalam Kegiatan Belajar Bahasa Jepang


Salah satu prinsip utama dalam kegiatan pembelajaran adalah peserta didik
mengambil bagian atau peranan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan. Untuk itu peserta didik harus mempunyai motivasi belajar sehingga
dengan mempunyai motivasi belajar yang kuat peserta didik akan menunjukkan minat,
aktivitas, dan partisipasinya dalam proses pembelajaran yang diikutinya.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, motivasi mempunyai beberapa manfaat,
antara lain : (1) Motivasi dapat memberi semangat terhadap siswa / peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. (2) Motivasi perbuatan merupakan
pemilih dari tipe kegiatan di mana seseorang berkeinginan untuk melakukan kegiatan
tersebut. (3) Motivasi dapat memberi petunjuk pada tingkah laku belajar. (4) Motivasi
dapat menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran siswa /
peserta didik. (5) Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dalam usaha pencapaian
prestasi dan hasil belajar yang diharapkan.
Dengan demikian motivasi mempunyai peranan dan manfaat yang sangat penting
dalam kelangsungan dan keberhasilan belajar yang dilaksanakan oleh setiap individu.
Hal ini berarti semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki individu, maka akan
semakin tinggi / besar pula prestasi dan hasil belajar yang akan dicapai.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar, antara lain : cita-cita, kemampuan intelektual siswa, kondisi fisik dan
psikis siswa, suasana lingkungan pada saat proses belajar mengajar (salah satu faktornya
adalah media pembelajaran).
Belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku,
sehingga diperoleh kecakapan baru. Kualitas perubahan sangat dipengaruhi oleh
pendekatan guru, sehingga dalam prosesnya perlu diberikan motivasi agar kualitas
perubahan menjadi baik. Dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dalam
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Jepang akan mendorong siswa lebih
aktif dan giat berpartisipasi aktif serta selalu siap menerima materi pembelajaran
sehingga memberikan hasil belajar yang lebih baik.

2.6 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran ini, maka dirumuskan hipotesis penelitian tindakan
kelas adalah “ Jika media pembelajaran berbasis ICT digunakan dalam pembelajaran
Bahasa Jepang, maka motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan “.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPB1 SMA Negeri 1 Melaya tahun
pelajaran 2009/2010 berjumlah 45 orang dengan rincian 9 orang laki-laki dan 36 orang
perempuan.

3.2 Refleksi awal


Sebagaimana telah diungkapkan dalam bagian latar belakang terhadap
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jepang kelas XI IPB1 SMA Negeri 1 Malaya
bahwa telah dilakukan refleksi awal. Dari refleksi itu ditemukan bahwa siswa merasa
terbebani oleh pembelajaran Bahasa Jepang. Siswa kurang termotivasi untuk belajar.
Hasil belajar siswa tergolong rendah yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata ulangan 60.5
dan nilai ketuntasan belajar bahasa Jepang 52%. Oleh karena itu, diputuskan untuk
menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dalam proses pembelajaran Bahasa
Jepang sehingga motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dan prestasi Bahasa Jepang
mereka juga mengalami peningkatan.

3.3 Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas


Pada tahap perencanaan, difokuskan permasalahan yang akan dipecahkan.
Sebelum tindakan kelas dilaksanakan, yaitu dilakukan penyusunan perencanaan tindakan
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan informasi tentang permasalahan yang ada, yaitu kurangnya
minat dan motivasi dalam belajar Bahasa Jepang siswa.
b. Mengadakan diskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa Jepang lainnya.
c. Membuat tim penelitian.
d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ).
e. Mempersiapkan instrumen penelitian.
f. Mempersiapkan media berbasis ICT beserta software-nya.
g. Melakukan pengamatan pada proses belajar mengajar Bahasa Jepang tanpa
media berbasis ICT, sebagai pra PTK.
h. Menganalisis hasil pengamatan tindakan I.
i. Melakukan pengamatan pada proses belajar mengajar Bahasa Jepang dengan
media berbasis ICT, sebagai tindakan siklus I.
j. Membahas hasil pengamatan tindakan I.
k. Melakukan pengamatan pada proses belajar mengajar Bahasa Jepang dengan
mengggunakan media berbasis ICT, sebagai tindakan siklus II.
l. Membahas hasil pengamatan tindakan II.
m. Menarik kesimpulan.

3.4 Pelaksanaan Tindakan


Tindakan yang telah direncanakan akan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan
tindakan. Selama pelaksanaan tindakan, akan dilakukan observasi, baik terhadap
perilaku siswa. Namun, sebelum rencana tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu akan
dilakukan tes atau pemberian tugas menulis kira-kira satu paragraf tentang topik tertentu
untuk mengetahui kemampuan siswa.

3.5 Evaluasi dan Refleksi


Setelah tindakan selesai dilaksanakan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
tindakan untuk mengetahui sesuai tidaknya tindakan yang dilaksanakan dengan yang
telah direncanakan, di samping evaluasi terhadap peningkatan minat dan motivasi siswa
dalam proses belajar mengajar. Dalam evaluasi ini dilakukan wawancara terhadap
untuk mengetahui hal-hal yang dirasakannya berdampak positif dan hal-hal yang
berdampak negatif setelah tindakan dilaksanakan.
Selanjutnya berdasarakan data observasi, wawancara, dan unjuk kerja dalam
menulis, dilakukan refleksi. Hasil refleksi menunjukkan dua kemungkinan pertama,
tindakan yang dilaksanakan sudah baik sehingga tidak direvisi lagi. Kedua, tindakan
yang dilaksanakan memiliki sejumlah kekurangan sehingga perlu diperbaiki dalam
pembuatan rencana tindakan berikutnya.

3.6 Siklus Penelitian Tindakan


Penelitian tindakan ini adalah penelitian yang bersifat siklikal. Oleh karena itu
kalau digambarkan akan tampak seperti berikut :
-----------------------------------------------------------------
Refleksi awal ----> Rencana tindakan 1 ----> Tindakan 1 ----> Observasi dan wawancara
----> Refleksi ----> Rencana tindakan 2 ----> Tindakan 2 ----> Observasi dan wawancara
----> Refleksi ----> Rencana tindakan 3 ----> Tindakan 3 ----> Observasi dan wawancara
----> Refleksi ----> Memutuskan Tindakan terbaik.
-----------------------------------------------------------------

3.7 Metode Pengumpulan Data


Data akan dikumpulkan melalui beberapa metode, yaitu observasi, wawancara,
dan pemberian tugas. Untuk itu, instrumen yang diperlukan adalah format observasi
yang memuat aspek-aspek yang perlu diobservasi, paduan wawancara yang memuat
sejumlah pertanyaan yang perlu diajukan kepada siswa. Untuk menilai motivasi belajar
siswa, akan disusun pedoman penilaian motivasi siswa yang memuat aspek-aspek yang
dinilai dan penyekorannya. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat
data kualitatif berupa hasil observasi dan wawancara, serta data kuantitatif berupa
angket, dan hasil tes siswa.
1) Observasi
Observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran, yang meliputi
partisipasi siswa dalam kegiatan. Hal-hal yang diamati dari kegiatan siswa yaitu : a)
Partisipasi siswa, seperti siswa bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengajukan
pertanyaan; b) daya pemerhati, seperti siswa berbincang dengan teman, melamun, dan
menyimak media dengan baik; c) kompetensi siswa diukur dari nilai / tes hasil belajar;
d) persepsi siswa diketahui dari kegiatan wawancara dan angket.
Sedangkan hal-hal yang diamati dari kegiatan guru, yaitu upaya guru dalam
pengelolaan kelas, penyampaian materi, penggunaan media pembelajaran berbasis ICT,
mengadakan tanya jawab, mengadakan evaluasi.
2) Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Data yang ingin didapat dari hasil
wawancara dengan siswa adalah pendapat siswa tentang penerapan media pembelajaran
berbasis ICT dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Jepang..
3) Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terbagi 2 macam, yaitu angket
tertutup. Angket tertutup berisi pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan.
4) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis ICT terhadap hasil belajar. Tes
dilaksanakan pada akhir kegiatan belajar mengajar (post test).

3.8 Metode Pengolahan Data


Dari penelitian ini diadakan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan
bentuk tabel atau grafik data. Sedangkan hasil angket dan hasil tes digunakan analisis
data kuantatif dalam bentuk prosentase.
BABIV

Anda mungkin juga menyukai