Anda di halaman 1dari 10

Dina Danawiyah.

Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik


dalam Pembelajaran Matematika

TANTANGAN PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA


TERHADAP GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dina Danawiyah
Staff Pengajar SMP Mekar Arum
dinadanawiyah3@gmail.com

Abstrak
Merdeka belajar merupakan konsep pembelajaran yang pada awalnya berpatokan
pada pendidik menjadi sistem pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran ini dirancang dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan dan
tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar serta
mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam. Tujuan dari kajian
artikel ini adalah untuk mengetahui tantangan penerapan kurikulum merdeka
terhadap gaya belajar peserta didik pada pembelajaran matematika. Penulisan
artikel ini menggunakan kajian artikel studi literatur (literature review) dengan
pendekatan kualitatif yang akan diuraikan secara deskriptif. Data yang digunakan
merupakan data yang berasal dari artikel ilmiah, makalah, prosiding, serta data hasil
tes diagnostik peserta didik kelas VII SMP Mekar Arum. Data yang telah diperoleh
akan dianalisis dengan tahapan : (1) membaca dan memahami semua kajian serta
memilahnya untuk disesuaikan sebagai data yang relevan dalam kajian artikel ini
(2) mencatat poin-poin bacaan yang telah di peroleh serta menyimpulkan topik
utama mengenai penerapan kurikulum merdeka terhadap gaya belajar peserta didik
pada pembelajaran matematika. (3) mencatat sumber informasi tersebut untuk
dicantumkan ke dalam daftar pustaka. Hasil kajian pada artikel ini menunjukan
bahwa tantangan penerapan kurikulum merdeka terhadap tes diagnostik yaitu gaya
belajar peserta didik dapat membantu mempermudah penentuan metode dan media
pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran matematika dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
Kata kunci : Kurikukum Merdeka, Gaya Belajar Peserta Didik, Pembelajaran
Matematika.

PENDAHULUAN
Sistem pendidikan di beberapa negara tentu sering mengalami perubahan yang
disesuaikan dengan perkembangan teknologi saat ini serta hasil evaluasi dari pelaksanaan
sistem pendidikan pada tahun sebelumnya. Begitu pun sistem pendidikan di Indonesia
ternyata juga sering kali mengalami perubahan yang didasarkan pada teori yang berkembang
dan kewenangan pemangku kebijakan. Dalam kondisi yang sangat dinamis ini diperlukan
transformasi pembelajaran untuk perbaikan mutu pendidikan Indonesia, seperti halnya
pembaharuan yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan
menetapkan kebijakan baru, yakni merdeka belajar. Merdeka belajar dibuat untuk mengubah
konsep pembelajaran yang pada awalnya berpatokan pada pendidik menjadi sistem
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hal tersebut juga bertujuan untuk
mewujudkan visi pendidikan Indonesia yakni mewujdukan Indonesia yang maju berdaulat,
mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar pancasila. Pembelajaran ini dirancang
dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat
ini, sesuai kebutuhan belajar serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang
beragam.
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

Kebutuhan belajar peserta didik sebagaimana menurut (Tomlinson, 2001) terdapat 3


aspek kebutuhan peserta didik yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik.
Kesiapan belajar berkaitan dengan tingkat kognitif peserta didik yang dirancang dengan
strategi diferensiasi belajar, sedangkan minat berkaitan dengan situasional peserta didik
untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dengan mengimplementasikan profil pelajar
pancasila dan profil belajar berkaitan dengan gaya belajar peserta didik. Selain itu,
implementasi kesiapan belajar pada pembelajaran juga merupakan tantangan baru bagi
pendidik untuk merancang pembelajaran yang optimal bagi peserta didik. Oleh karena itu,
tahapan pertama untuk mempersiapkan pembelajaran berdasarkan kurikulum merdeka adalah
dengan melaksanakan tes diagnostik yang salah satuya berupa tes gaya belajar peserta didik.
Hal tersebut diharapkan menjadi langkah pertama untuk dapat menentukan kesiapan belajar
yang tepat pada pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu pelajaran penting yang ada di setiap jenjang
pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah,
bahkan sampai jenjang pendidikan tinggi (Nabila, 2021). Matematika dianggap sebagai alat
bantu yang dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan sehingga menjadi lebih efektif,
ekonomis, dan efisien (Permata, Rahmawati, & Fitriana, 2018). Namun, sayangnya pelajaran
matematika selalu menjadi momok menakutkan bagi peserta didik di Indonesia, karena di
dalam pola pikir mereka sudah tertanam bahwasanya matematika itu adalah pelajaran yang
sulit (Enny & SIhotang, 2021). Untuk itu, adanya program merdeka belajar ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu pembelajaran matematika di Indonesia.
Dari penjabaran mengenai merdeka belajar itu, kita tahu bahwasanya tujuan dari
merdeka belajar ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam pendidikan di
Indonesia, yang dalam kajian artikel ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran
matematika dengan memberikan tes diagnostik sebagai salah satu acuan utama penentuan
metode dan media pembelajaran matematika. Tujuan dari kajian artikel ini adalah untuk
mengetahui tantangan penerapan kurikulum merdeka terhadap gaya belajar peserta didik
pada pembelajaran matematika.

METODE
Penulisan artikel ini menggunakan kajian artikel studi literatur (literature review)
dengan pendekatan kualitatif yang akan diuraikan secara deskriptif. Metode studi literatur
merupakan aktivitas yang berkaitan dengan membaca dan mencatat hasil dari pengumpulan
data pustaka serta diolah untuk dijadikan sebagai bahan kajian artikel (Sari, 2021).
Penggunaan pendekatan secara deskriptif kualitatif dilakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan secara detail dan jelas hasil kajian artikel untuk mendukung serta
meningkatkan pemahaman pembaca terhadap penulisan artikel yang sedang dilakukan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memahami dan menganalisis sumber data yang
berasal dari artikel ilmiah, makalah, prosiding, buku yang sesuai dengan fokus kajian artikel,
serta data hasil tes diagnostik peserta didik kelas VII SMP Mekar Arum. Data yang telah
diperoleh akan dianalisis dengan tahapan : (1) membaca dan memahami semua kajian serta
memilahnya untuk disesuaikan sebagai data yang relevan dalam kajian artikel ini (2)
mencatat poin-poin bacaan yang telah di peroleh serta menyimpulkan topik utama mengenai
penerapan kurikulum merdeka terhadap gaya belajar peserta didik pada pembelajaran
matematika. (3) mencatat sumber informasi tersebut untuk dicantumkan ke dalam daftar
pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Latar Belakang Merdeka Belajar
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

Hasil kajian (Ilmi, 2022) Programme for International Student Assessment (PISA)
menunjukkan bahwa 70% peserta didik berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi
minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima
belas tahun terakhir. Untuk itu maka dibutuhkan keahlian literasi dan numerasi. Guna
memaksimalkan keahlian itu maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat
sebuah trobosan program Merdeka Belajar. Melalui program ini Kemendikbud berharap
sekolah mampu menghasilkan lulusan yang yang unggul, bermoral dan beretika (Suhartoyo,
et al., 2020). Hasil artikel lain yang memperkuat bahwa penerapan kurikulum merdeka dapat
membantu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, sebagaimana berikut.
Menurut hasil kajian artikel (Magfiroh & Sholeh, 2022) menunjukkan implementasi
kurikulum merdeka belajar kampus merdeka memiliki keterkaitan dengan era society 5.0.
Kemampuan yang harus dimiliki adalah kreativitas dan inovasi sehingga menjadi sumber
daya manusia yang tangguh, terampil dan ulet. Implementasi merdeka belajar dilakukan
dengan perencanaan yang matang mampu meningkatkan mutu pendidikan Indonesia serta
dapat menyiapkan generasi yang berprestasi dan mampu bersaing secara global.
Selain itu kajian artikel yang dilakukan oleh (Hilda, et al., 2022) hasil dan
pembahasan yang didapat yaitu merdeka belajar dapat: (1) membuat peserta didik dan
pendidik menjadi lebih kreatif, inovatif, dan tentunya lebih maju dalam penggunaan
teknologi; (2) adanya kebebasan peserta didik dalam memperoleh informasi dalam belajar
sehingga meningkatkan kemampuan literasi, numerasi dan berpikir logis serta meningkatkan
kognitif peserta didik. Akibatnya pembelajaran matematika menjadi lebih maju dikarenakan
pengimplementasian merdeka belajar.

Konsep Merdeka Belajar


Sistem pendidikan Indonesia sering kali mengalami perubahan yang disesuaikan
berdasarkan perkembangan teknologi yang diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang
memiliki kemampuan berfikir kritis, kreatif, inovatif dan mempu menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan (Widiyono, Irfana, & Firdausia, 2021). Menindak lanjuti hal
tersebut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan segera mengeluarkan kebijakan merdeka
belajar. Merdeka Belajar lebih menekankan pada keleluasaan belajar bagi pendidik ataupun
peserta didik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan merdeka belajar
sebagai sebuah proses pembelajaran yang memeberikan keleluasaan dan wewenang kepada
setiap institusi pendidikan agar terbebas dari administrasi yang berbelit (Widiyono, Irfana, &
Firdausia, 2021).
Konsep kebijakan merdeka belajar ialah pendidik sebagai tenaga pendidik mampu
menciptakan suasa belajar yang nyaman dan mamapu membangkitkan semangat belajar agar
peserta didik tidak merasa terbebani oleh materi disampaikan pendidik (Yusuf & Arfiansyah,
2021). Tujuan yang ingin dicapai pada program merdeka belajar ini ialah agar suatu instansi
pendidikan dapat terbebas dari administrasi pemerintah yang berbelit dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri serta mengasah minat dan
bakatnya. Untuk itu kepala sekolah harus menerapkan kebijakan yang mendukung
pelaksanaan merdeka belajar, serta pendidik mampu menghadirkan situasi belajar yang
menarik. Pendidik juga diharapkan mampu memancing rasa ingin tahu peserta didik dan
terbiasa berpikir kritis (Kemendikbud, 2020). Hakikat merdeka belajar ialah mamapu
mengeksplor kemampuan yang dimiliki pendidik dan peserta didik dalam melakukan
perubahan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara mandiri (Saleh, 2020).
Kemendikbud (2019) menyatakan ada empat poin penting dalam kebijakan merdeka
belajar ini, yaitu:
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

1. Ujian Nasional (UN) akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum


(AKM) dan Survei Karakter. Penilaian ini menitikberatkan pada kemampuan
bernalar, literasi dan numerik sesuai dengan PISA. Penilaian ini akan diterapkan
pada kelas 4, 8, dan 11, bukan hanya diakhir masa belajar saja. Hasil dari AKM
dan survei karakter diharapkan mamapu menjadi bahan evaluasi bagi pendidik
untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih baik.
2. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diberikan ke sekolah. Sesuai
Permendikbud No 43 Tahun 2019 terkait ujian diselenggarakan di sekolah dan
Ujian Nasional. Dengan syarat sekolah yang bersangkutan mampu memenuhi
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) di seluruh mata pelajaran. Kemudian pasal 5
ayat 1 mengatakan bahwa dapat berupa portofolio, penugasan, karya tulis dan lain
sebagainya.
3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi satu
halaman. Penyederhanaan administrasi ini bertujuan agar pendidik dapat lebih
fokus pada proses pembelajaran dan pengembangan keahlian.
4. Perluasan sistem zonasi pada proses penerimaan peserta didik baru (PPDB),
kecuali untuk daerah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal). Berdasarkan
Permendikbud No. 44 Tahun 2019 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) 2020, pada Pasal 11 menyatakan bahwa: (1) jalur zonasi minimal 50 %;
(2) jalur afirmasi minimal 15 %; (3) jalur perpindahan tugas orang tua/wali 5%;
dan (4) jalur prestasi (merupakan sisa dari point 1, 2, dan 3)

Implementasi Merdeka Belajar Terhadap Pembelajaran Matematika


Merdeka belajar ini merupakan salah satu program unggulan yang dikemukakan oleh
Kemendikbuk Ristek guna memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk
mengakses ilmu secara mandiri dan tidak hanya berpatok pada pendidik, namun mereka juga
bisa mengakses melalui berbagai media seperti internet dan sebagainya.
Menurut Anggraini & Erfandi (2020) menyatakan bahwa implementasi merdeka
belajar adalah upaya yang diberikan kepada tiap unit pendidikan bebas dapat melakukan
inovasi yang juga tentunya disesuaikan dengan daerah masing-masing unit pendidikan
tersebut, baik dari segi ekonomi, sosial budaya, infrastruktur, dan juga kearifan lokal daerah
tersebut
Dan merdeka belajar ini tentunya mengharapkan dapat dilakukan guna meningkatkan
kualitas kurikulum dan asesmen nasional tentunya. Suntoro & Widoro (2020) berpendapat
kegiatan yang sudah dirancang terlebih dahulu ini guna memberikan suatu pengalaman yang
melibatkan mental dan fisik antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan
pendidik, lingkungan, dan dari sumber-sumber belajar lainnya yang mendukung proses
pengalaman belajar tersebut.
Pengimplementasian merdeka belajar terhadap pembelajaran matematika ini tentunya
akan membuat peserta didik lebih semangat dalam mencari tahu mengenai matematika.
Sehingga nantinya literasi numerik pada peserta didik ini akan meningkat dengan banyaknya
mereka mencari informasi lebih banyak lagi dengan adanya merdeka belajar.
Selain itu pun pendidiknya juga tentu membuat materi pembelajaran matematika yang
terintegrasi dengan video pembelajaran ataupun pembahasannnya lebih detail lagi di internet.
Sehingga pada konsep kurikulum merdeka belajar terhadap pembelajaran matematika lebih
memperhitungkan kemampuan dan kognitif setiap peserta didik serta fokus dalam
mengembangkan kognitif peserta didik terhadap literasi dan numerasi matematika.
Berdasarkan Permendikbudristek No. 17 Tahun 2021, AN (Asesmen Nasional) dirancang
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

oleh Kemendikbud yang memiliki tujuan untuk memonitor dan mengevaluasi sistem
Pendidikan dasar dan menengah.

Penerapan Tes Diagnostik pada Peserta Didik


Penerapan kurikulum merdeka tentunya memberikan tantangan baru bagi pendidik
untuk merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik tanpa merasa terbebani oleh
kompetensi yang ditentukan oleh pemerintah pusat. Sebab, rancangan pembelajaran pada
merdeka belajar ditentukan oleh pendidik yang mempertimbangkan kemampuan capaian
pembelajaran pada peserta didik. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Tomlinson (2001)
bahwa terdapat 3 aspek kebutuhan peserta didik yaitu : kesiapan belajar, minat, dan profil
belajar peserta didik.
Kesiapan belajar berkaitan dengan tingkat kognitif peserta didik yang dirancang
dengan strategi diferensiasi belajar, sedangkan minat berkaitan dengan situasional peserta
didik untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dengan mengimplementasikan profil
pelajar pancasila dan profil belajar berkaitan dengan gaya belajar peserta didik yang
didapatkan dari hasil tes diagnostik.
Tes diagnostik merupakan tes yang dilakukan pada awal sebelum pembelajaran
dimulai untuk mengetahui informasi tentang keadaan awal kemampuan peserta didik,
meliputi kelemahan, kesulitan belajar, minat dan kelebihannya (Rusilowati, 2015). Hasil tes
ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar yang diminati maka diharapkan peserta didik
akan lebih mudah dalam proses belajar. Menurut Bobby De Porter (2007) bahwa gaya belajar
(Learning Style) merupakan cara orang merasa mudah, nyaman, dan aman saat belajar, baik
dari sisi waktu maupun secara indra. Gaya belajar (Learning Style) terbagi menjadi 3 yaitu
Auditor, Visual dan Kinestetik.
Peserta didik yang senang membaca, kurang bisa belajar dengan baik jika ia harus
mendengarkan ceramah atau berdiskusi. Demikian juga, peserta didik yang senang bergerak
atau berdiskusi tidak akan belajar dengan baik jika harus mendengarkan ceramah. Dalam
setiap kegiatan pembelajaran berhasil atau gagal suatu proses pembelajaran tergantung dari
gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik karena apabila gaya belajar peserta didik yang
disukainya sejalan dengan kemampuan yang dimilikinya maka hasil belajar matematika juga
baik, sebaliknya jika gaya belajar yang dimiliki subjek tidak sejalan maka hasil belajarnya
juga rendah. Kunci utama gaya belajar subjek di kelas terletak di tangan pendidik. Karena
pendidik yang membangun mekanisme secara tepat agar semangat belajar dapat tumbuh
dengan baik.
Dengan demikian, untuk mengetahui penerapan merdeka belajar terhadap gaya
belajar peserta didik ini dilakukan tes diagnostik yang dilaksanakan di SMP Mekar Arum
pada kelas VII yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 Juli 2022 dengan alat ukur
yang dibantu dari http://akupintar.id/tes-gaya-belajar sebagaimana berikut.
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

Gambar 1. Tampilan Tes Diagnostik


Adapun laporan hasil analisis tes diagnostik yang dilaksanakan di SMP Mekar Arum
kelas VII dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Laporan Hasil Analisis Tes Diagnostik SMP Mekar Arum Kelas VII
Sampel yang Gaya Belajar
No. Tanggal Tes
Diuji Audio Visual Kinestetik
Jumat, 29 VII A
1. 22% 46% 32%
Juli 2022 28 Peserta Didik
VII B
2. 19% 50% 31%
26 Peserta Didik
VII C
3. 13% 35% 52%
31 Peserta Didik
VII D
4. 18% 18% 53%
34 Peserta Didik
VII E
5. 4% 70% 26%
27 Peserta Didik

Hasil analisis tes diagnostik diatas bahwa jumlah yang mengikuti tes diagnostik
terendah terdapat pada kelas VII B yang berjumlahkan 26 peserta didik dan jumlah terbesar
pada kelas VII C yang berjumlah 34 peserta didik. Beberapa peserta didik tidak mengikuti tes
diagnostik yang disebabkan karena pada hari yang telah ditentukan tidak hadir.
Apabila dilihat dari tabel bahwa gaya belajar keseluruhan Auditori terdapat 26 peserta
didik dengan persentase sebesar 17,8%. Kemudian gaya belajar Visual terdapat 62 peserta
didik dengan persentase sebesar 42,4% dan gaya belajar Kinestetik terdapat 58 peserta didik
dengan persentase sebesar 39,7%. Sehingga hasil dari analisis tes diagnostik pada gaya
belajar peserta didik dapat disimpulkan bahwa rata-rata gaya belajar yang paling diminati
peserta didik kelas VII SMP Mekar Arum adalah Visual Kinestetik (VK).
Hasil dari tes diagnostik yang dilaksanakan menunjukan bahwa setiap kelas memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda sehingga berpengaruh pada rancangan pembelajaran yang
akan dilaksanakan dengan menyesuaikan gaya belajar peserta didik sehingga tujuan
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan optimal.

Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik


pada Pembelajaran Matematika
Kurikulum merdeka yang telah dijelaskan merupakan tantangan baru bagi pendidik
untuk merancang pembelajaran dengan penyusunan capaian pembelajaran, tujuan
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran yang dirancang sendiri oleh masing-masing
pendidik dengan hasil Musyawarah Pendidik Mata Pelajaran (MGMP). Berdasarkan hasil
membaca dan memahami serta musyawarah bersama pendidik mata pelajaran yang diperkuat
dengan data hasil analisis tes diagnostik peserta didik, tantangan yang dirasakan oleh
pendidik mengenai penerapan kurikulum merdeka terhadap gaya belajar peserta didik
terutama pada pembelajaran matematika dapat diurai sebagaimana berikut.
1. Sistem Pembelajaran
Tantangan bagi pendidik yang pertama yaitu sulitnya keluar dari zona nyaman
sistem pembelajaran yang telah dilakukan selama ini. Biasanya sistem
pembelajaran dilakukan dengan memberikan materi, penjelasan atau pemaparan
kepada murid. Hal tersebut tentu membuat peserta didik menjadi pasif di kelas
karena mereka hanya mendengarkan lalu mencatatnya. Adanya program merdeka
belajar, maka sistem pembelajaran akan lebih aktif dengan mengajak peserta didik
berdiskusi dan memecahkan masalah bersama. Namun ini menjadi tantangan besar
bagi pendidik untuk untuk mengajak peserta didik berdiskusi, mengingat peserta
didik sudah nyaman dengan pembelajaran selama ini.
2. Keterbatasan Referensi
Tantangan yang harus dihadapi pendidik selanjutnya yaitu keterbatasan referensi
penyampaian materi, baik dalam teks pelajaran maupun pada buku guru yang
diterbitkan oleh pusat perbukuan atau penerbit swasta. Karena keterbatasan
referensi inilah yang membuat pendidik sulit memperoleh rujukan penyampaian
materi serta memfasilitasi pembelajaran pada peserta didik dengan efektif.  
3. Pendidik sebagai aktivator dan inovator
Tantangan selanjutnya yakni pendidik tidak hanya sebagai fasilitator melainkan
sebagai aktivator dan inovator. Hal tersebut dibuktikan pada kurikulum 2013
penyusunan kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti ditentukan oleh pemerintah
pusat, akan tetapi pada kurikulum merdeka penyusunan capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran dan alur pembelajaran oleh masing-masing pendidik setiap
satuan pendidikan. Selain itu, pendidik memfasilitasi belaja r peserta didik sesuai
dengan gaya belajar peserta didik agar tercapai pembelajaran yang efektif.
4. Pembelajaran
Tantangan selanjutnya yang menurut penulis artikel adalah pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik. Sebenarnya pada kurikulum 2013 juga sudah mulai
transisi kepada peserta didik, dimana peserta didik dituntut untuk berpikir kritis
(Critical Thinking) dengan metode pemecahan masalah. Akan tetapi, pada
kurikulum merdeka pendidik lebih diberikan wewenang untuk menentukan sendiri
capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi peserta didik berdasarkan hasil tes diagnostik peserta
didik pada gaya belajar peserta didik sehingga pendidik memfasilitasi belajar
sesuai dengan gaya belajar peserta didik agar peserta didik memperoleh pelayanan
tepat dari pendidik. Hal tersebut diakui oleh beberapa guru SMP Mekar Arum yang
telah melaksanakan tes diagnostik sebagai bahan pertimbangan penetapan metode
dan media pada penyusunan rancangan pembelajaran.

Kesimpulan
Penerapan kurikulum merdeka terhadap gaya belajar peserta didik pada
pembelajaran matematika tentunya memiliki tantangan bagi pendidik yang tidak hanya
sebagai fasilitator, melainkan sebagai aktivator dan inovator. Hal tersebut telah
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

ditentukan pada Undang-Undang Permendikbud No. 56 Tahun 2022 adminisrasu


pendidik tena\ta
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. S., & Erfandi. (2020). Implementasi Merdeka Belajar Di Era New Normal dan Paradigma
Konstruktivisme. The 1st International Conference on Islamic and Social Education
Interdisciplinary, https://prosiding.confrencenews.com/index.php/icisei/article/view/27.

Enny, Y., & SIhotang, H. (2021). Penerapan Sistem Prodigy Math Game sebagai Implementasi
Merdeka Belajar dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Menengah Atas. Jurnal Ilmu
Pendidikan, https://edukatif.org/index.php/edukatif/index.

Hilda, N. R., Zahwa, N., Astuti, T. K., Weryani, W., Prasetyawati, Y., & Zulkardi. (2022). Implementasi
Merdeka Belajar Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Matematika Selama Pandemi.
Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,
http://ejournal.unsub.ac.id/index.php/FKIP.

Ilmi, B. (2022, Juli 13). Kurikulum Merdeka, Pengertian, Latar Belakang, Karakteristik, Prinsip dan
Pelaksanaan Pembelajaran. Retrieved from wislah.com: https://wislah.com/kurikulum-
merdeka-pengertian-latar-belakang-karakteristik-prinsip-dan-pelaksanaan-pembelajaran/
#Latar_Belakang_Kurikulum_Merdeka

Kemendikbud. (2020). Merdeka Belajar. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan,


https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/.

Magfiroh, N., & Sholeh, M. (2022). IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR KAMPUS
MERDEKA DALAM MENGHADAPI ERA DISRUPSI DAN ERA SOCIETY 5.0. Jurnal Inspirasi
Manajemen Pendidikan, https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inspirasi-manajemen-
pendidikan/article/view/44137/37686.

Mustagfiroh, S. (2020). Konsep "Merdeka Belajar" Perspektif Aliran Progresivisme John Dewey.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, https://e-journal.my.id/jsgp/article/view/248.

Nabila, N. (2021). Konsep Pembelajaran Matematika SD Berdasarkan Teori Kognitif Jean Piaget. .
Jurnal Kajian Pendidikan Dasar,,
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jkpd/article/view/3574.

Permata, L. D., Rahmawati, D., & Fitriana, L. (2018). Pembelajaran Matematika SMP Dalam
Perspektif Landasan Filsafat. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika,
https://jurnal.uns.ac.id/jpm/article/view/26022.

Porter, B. D., & Herarki, M. (2007). Quantum Teaching :Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-
Ruang Kelas. Badung: Kaifa.

Rusilowati, A. (2015). PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK SEBAGAI ALAT EVALUASI KESULITAN


BELAJAR. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika,
https://media.neliti.com/media/publications/173335-ID-pengembangan-tes-diagnostik-
sebagai-alat.pdf.

Saleh, M. (2020). Merdeka belajar di tengah pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional
Hardiknas, http://proceedings.ideaspublishing.co.id/index.php/hardiknas/article/view/8.

Sayyidi, S., & Sidiq, M. (2020). Reaktualisasi Pendidikan Karakter di Era Disrupsi. Bidayatuna: Jurnal
Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah, https://doi.org/10.36835/bidayatuna.v3i01.520.

Suhartoyo, E., Wailissa, S. A., Jalarwati, S., Samsia, Wati, S., Qomariah, N., . . . Amin, I. M. (2020).
Pembelajaran Kontekstual Dalam Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Pembelajaran
Pemberdayaan Masyarakat , https://doi.org/10.33474/jp2m.v1i3.6588.
Dina Danawiyah. Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
dalam Pembelajaran Matematika

Suntoro, R., & Widoro, H. (2020). Internalisasi Nilai Merdeka Belajar Dalam Pembelajaran Pai di
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal MUDARRISUNA,
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna/article/view/7343.

Tomlinson, C. A. (2001). How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom. Alexandria,


Virginia USA: ASCD.

Widiyono, A., Irfana, S., & Firdausia, K. (2021). Implementasi Merdeka Belajar Melalui Kampus
Mengajar Perintis Di Sekolah Dasar. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An,
https://ejournal.upi.edu/index.php/MetodikDidaktik/article/view/30125.

Widodo, B. (2021). Implementasi Education 4.0 dan Merdeka Belajar dalam Matematika di
Perguruan Tinggi. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika,
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/45178.

Yusuf, M., & Arfiansyah, W. (2021). Konsep “Merdeka Belajar” dalam Pandangan Filsafat
Konstruktivisme. AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman,
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/murabbi/article/view/3996.

Anda mungkin juga menyukai