Anda di halaman 1dari 58

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar

menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional juga menyatakan

sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan

efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang

diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas IV SD Tiara School,

diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah siswa

rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep

Pendidikan Sejarah masih rendah,


b. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan

membosankan,

c. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Sejarah hanya sebagai

hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat konsep–konsep Sejarah yang telah

diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus

dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam

mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan

guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa

diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin

dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

Materi Menghargai Peninggalan Sejarah adalah Strategi KWL (Know, Want to know,

Learner) karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab

masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung

meningkat.

Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) merupakan suatu metode

mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan

alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara

penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan

penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar

Materi Menghargai Peninggalan Sejarah siswa


dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi

Menghargai Peninggalan Sejarah melalui Strategi KWL Siswa Kelas IV SD Tiara

School“.

1.2 Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: “Bagaimanakah Strategi KWL dapat meningkatkan hasil belajar Materi

Menghargai Peninggalan Sejarah siswa Kelas IV SD Tiara School?”

1.3 Tujuan Penelitian

Meningkatkan hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah

menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) siswa Kelas IV SD Tiara

School.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk

meningkatkan hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah, memberikan

alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa,

serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.

2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Menghargai

Peninggalan Sejarah sehingga pelajaran Materi Menghargai Peninggalan Sejarah

menjadi lebih sederhana.

3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


BAB II

KAJIAN

PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil

belajar yaitu :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,

jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak,

ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar,

ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik,

ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama

yaitu:

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.


b.
Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama

kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar

mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan

ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya

mempertahankanya apa yang telah dicapai.

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan

dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang

lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama

diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreativitasnya.

4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap)

dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.

5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,


Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai dengan

ciri-ciri tersebut di atas.

2.1.2 Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

1. Deskripsi Strategi KWL.

Menurut Ogle (2006) KWL Strategy merupakan strategi instruksional,

reading yang digunakan untuk membimbing siswa membaca sebuah teks bacaan.

Siswa mulai dengan Brainstrorming. Siswa diminta mengungkapkan apa saja yang

mereka ketahui mengenai sebualh topik. Informasi tersebut direkam dalam bentuk

catatan kecil dalam kolom K pada tabel KWL. Siswa kemudian membuat sejumlah

pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui tentang topik yang disajikan

dalam teks bacaan. Pertanyaan-- pertanyaan tersebut di tuliskan dalam kolom W

pada tabel. Selama atau setelah reading, siswa menjawab pertanyaan yang terdapat

pada kolom W. Informasi baru yang siswa pelajari dituliskan dalam kolom L pada

tabel KWL. Fisk and Hurst (2003: 211), KIVL Strategy, for comprehending the

reading, works so well, because it integrates all of modes of

communication. When using this strategy, students will be reading, writing,

livening, and ,speaking about the text. Menurut Michael Susan dalam jurnalnya

(2008) Strategi KWL dapat digunakan pada tiap tingkatan kelas. Strategi tersebut

bekerja dengan baik dengan tiap jenis teks. Dia juga menemukan bahwa strategi ini

paling baik diterapkan pada wacana eksposisi. Berdasarkan teori yang ada, peneliti

ingin membantu siswa memahami apa yang dibaca, guru akan mengajar siswa

dengan strategi pengajaran reading comprehension yang disebut KWL. K

merupakan kependekan dari Know, W merupakan kependekan dari Want to know,

dan L merupakan kependekan dari Learned.


2. Keuntungan penggunaan Strategi

Strategi KWL menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006). menyatakan

bahwa strategi ini dapat digunakan untuk brainstorming di awal pelajaran untuk

menemukan apa yang telala diketahui siswa Strategi KWL dapat membantu siswa

memonitor pemahaman mereka terhap bacaan. KWL juga dimaksudkan sebagai

latihan, untuk suatu kelompok belajar maupun sebuah kelas, yang dapat membimbing

siswa membaca dan memahami sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan

siswa untuk bekerja sendiri, tetapi diskusi akan lebih membantu memahami teks

bacaan lebih baik. Strategi KWL menyediakan kesempatan bagi siswa untuk

mengembangkan gagasan mereka di luar teks yang mereka baca.

3. Kelebihan dan Kekurangan Strategi KWL.

a. Kelebihan Strategi KWL

Strategi KWL merupakan sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan

reading comprehension siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti bagaimana

menggunakan strategi tersebut dengan benar untuk memahami bacaan. Dalam proses

memahami penggunaan KWL, siswa memerlukan bimbingan dan pemaparan yang

jelas. Setelah itu siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Strategi KWL

selangkah demi selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang

berhubungan dengan topik yang disajikan guru atau peneliti di kolom K. Kemudaan

siswa dapat membuat pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam

tentang topik yang disajikan di dalam kolom W. Selanjutnva siswa dapat menjawab

pertanyaan yang terdapat pada kolom siswa tidak menemukan jawaban di bacaan,

siswa-mencarinya dari sumber lain. Jawaban-jawaban


tersebut diletakkan padat kolom L.

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi KWL ini, siswa

lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih perhatian saat

diperkenalkan dengan strategi KWL peneliti. Strategi ini membangkitkan semangat

siswa untuk mempelajari bacaan.

b. Kelemahan Strategi KWL

Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa

memerlukan lebih banyak latiban untuk dapat menggunakan strategi

tersebut dengan tepat.

4. Pelaksanaan Strategi KWL di dalam kolas.

Ada 3 langkah dalam pengajaran reading, yaitu: pre-reading activity, while-

reading activity, dan post-reading activity. Berikut peranan dari Strategi KWL

pada tiap langkah:

a. Pre-Reading Activity

Menurut Boyton (Quistia.com), cara penerapan strategi KWL adalah sebagai

berikut:

 Memilih teks bacaan.

 Membuat tabel KWL.

 Mengajak siswa melakukan brainstorming tentang kosakata, istilah, atau

frase yang dapat dihubungkan dengan topik bacaan.

 Menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik bacan.

 Meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang topik

bacaan di dalam kolom K.

Berdasarkan gagasan yang dikemukakan Boyton, peneliti akan


melaksanakan penelitian ini sebagai berikut:

Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan

belajar mengajar. Lalu peneliti akan membuat tabel KWL di papan tulis atau di

selembar kertas. Peneliti akan meminta siswa menyalinnya untuk menulis

informasi yang didapatkan dari teks bacaan. Berikut contoh tabel KWL:

Tabel. KWL Chart

K W L

Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang

mereka anggap berhubungan dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam

kolom K pada tabel KWL yang ada pada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan

sampai para siswa kehabisan gagasan.

Peneliti melibatkan siswa dalam diskusi tentang apa yang mereka tulis

dalam kolom K. Untuk menstimulasi pengungkapan gagasan dari siswa, guru

memberikan dorongan seperi, “Tell me what you know about...,”. Hal ini

dilakukan juga untuk, memberikan siswa semangat untuk menjelaskan hubungan

antra topik dan gagasan siswa.

b. While-Rending Activity.

Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa

yang ingin mereka ketahui banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah

mereka tulis di dalam kolom K. Pertama-tama siswa menulis kalimat di atas

selembar kertas. Kemudian, siswa mengubah kalimat tersebut meniadi

pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-


pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan perhatian mereka selama

pembacaan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada kolom

W.

c. Post-Reading Activity

Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan di kolom W selama atau

setelah pembacaan teks bacaan lalu menuliskannya di kolom L. Setelah itu,

peneliti mendiskusikan informasi yang tercatat pada kolom L dan memotivasi

siswa mencari pertanyaan di dalam kolom W yang tidak terjawab atau

jawabannya tidak ditemukan di dalam teks bacaan. Siswa harus mencari sumber

lain untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang tidak terjawab.

2.1.3 Materi Menghargai Peninggalan Sejarah

1. Pendahuluan

Pernahkah kamu mengunjungi Candi Borobudur atau candi-candi yang lain?

CandiBorobudur termasuk peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah sangat penting

bagi kita sekarang. Melalui peninggalan-peninggalan sejarah kita tahu kejadian masa

lampau. Bangsa kita memiliki banyak sekali peninggalan sejarah. Kita harus menjaga

peninggalan-peninggalan sejarah itu. Dalam bab ini kamu akan belajar bentuk-bentuk

peninggalan sejarah. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu memiliki

kemampuan berikut ini.

1. Memahami pengertian peninggalan sejarah.

2. Menyebutkan contoh-contoh peninggalan sejarah yang ada di daerahmu

masing-masing.

3. Menceritakan secara singkat sejarah terjadinya atau sejarah nama


lingkungan tempat tinggal berdasarkan contoh.

4. Menampilkan sikap menghargai peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di

lingkungan tempat tinggal.

A. Bentuk-bentuk Peninggalan Sejarah

Apakah peninggalan seiarah itu? Mari kita ambil contoh dalam hidup sehari-

hari. Apakah keluargamu mempunyai warisan? Biasanya kakek dan nenek atau orang

tua meninggalkan warisan. Warisan itu bisa berupa rumah, tanah, sawah, uang, emas,

pusaka, foto, buku, dan lain-lain. Semua barang warisan itu disebut peninggalan.

Peninggalan ada hubungannya dengan masa lalu. Misalnya, kakek atau nenekmu

mewariskan rumah. Ketika kamu melihat rumah warisan itu, kamu teringat kakek dan

nenekmu. Kamu mungkin teringat akan wajah kakek dan nenekmu. Kamu mungkin

juga teringat akan kebiasaan mereka. Pendeknya, peninggalan tersebut mengingatkan

kita akan masa-masa yang lampau.Lalu apa artinya peninggalan sejarah? Peninggalan

sejarah artinya warisan masa lampau yang mempunyai nilai sejarah. Jadi, bukan

sembarang peninggalan. Peninggalan sejarah membantu kita mengetahui apa yang

terjadi di masa lampau.

Apa saja bentuk peninggalan sejarah? Ada bermacam-macam bentuk peninggalan

sejarah. Peninggalan sejarah bisa berupa fosil, peralatan dari masa lampau, prasasti,

patung, bangunan, naskah/ tulisan, dan cerita atau hikayat. Mari kita bahas lebih

lanjut bentukbentuk peninggalan sejarah ini!

1. Fosil

Fosil adalah sisa-sisa tulang-belulang manusia dan hewan atau

tumbuhan yang membatu, tulang-belulang dan sisa-sisa tumbuhan itu


berasal dari masa purba. Mereka tertanam di lapisan tanah. Umumnya fosil-fosil

ini sudah berumur jutaan tahun. Dari fosil-fosil itu kita bisa mengetahui

kehidupan pada zaman purba.

Di beberapa tempat di Indonesia ditemukan berbagai fosil. Salah satunya

adalah fosil tengkorak manusia purba dari Sangiran (Jawa Te- ngah). Fosil ini

ditemukan pertama kali oleh E. Dubois. Dengan pene- muan ini, kita tahu bahwa

di Jawa sudah ada manusia purba ribuan tahun yang lalu.

2. Peralatan dari zaman dulu

Ada banyak peninggalan berupa peralatan yang dipakai pada zaman dahulu.

Peralatan itu dipakai untuk berburu, menangkap ikan, dan bertani. Ada peralatan

yang terbuat dari tulang, batu, dan logam. Dari pening- galan ini kita bisa tahu

kehidupan dan jenis pekerjaan orang pada masa lampau.

3. Prasasti

Prasasti adalah tulisan-tulisan dari masa lampau. Tulisan ini ditulis pada batu,

emas, perak, perunggu, tembaga, tanah liat, alau tanduk binatang. Prasasti

umumnya berisi cerita tentang suatu kerajaan. Dari prasasti kita bisa menemukan

informasi tentang silsilah raja, perjanjian antar kerajaan, hukum suatu kerajaan,

agama yang dianut raja dan sebagainya.

Di Indonesia, ditemukan banyak sekali prasasti. Misalnya, Prasasti

Ciareuteun, Prasasti Yupa, dan Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti-prasasti itu

umumnya berasal dari kerajaan-kerajaan yang pernah hidup dan berkembang di

Indonesia. Kebanyakan prasasti yang ditemukan di Indonesia menggunakan

bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Ada juga


prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.

4. Patung (Arca)

Banyak sekali peninggalan sejarah berupa patung atau arca. Ke-

banyakan patung atau arca ini berasal dari kerajaan Hindu dan Buddha. Bentuk

patung itu bermacam-macam. Ada patung dewa-dewa, ada patung Buddha, ada

patung raja dan ratu, dan ada juga patung yang berupa binatang. Patung-patung

itu terbuat dari batu, perunggu, atau bahkan emas.

5. Bangunan

Bangunan yang mempunyai nilai sejarah sendiri ada bermacam-- macam.

Bangunan yang bernilai sejarah antara lain candi, gedung, tempat ibadat,

benteng, istana, tugu/monumen, dan makam. Mari kita mempelajarinya satu per

satu!

a. Candi

Candi adalah bangunan kuno yang terbuat dari susunan batu. Candi didirikan

sebagai tempat untuk melaksanakan upacara keagamaan. Di Indonesia,

ditemukan banyak candi. Candi yang ada di Indonesia merupakan

peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha. Contoh peninggalan

sejarah berupa candi antara lain Candi Borobudur, Prambanan, Muaratakus,

dan Mendut.

b. Gedung

Gedung adalah suatu bangunan rumah. Banyak gedung yang mempunyai

nilai sejarah. Misalnya, Gedung Stovia, Gedung Sumpah Pemuda, Gedung

Proklamasi (Jakarta).
c. Tempat Ibadah

Di Indonesia terdapat banyak sekali tempat ibadah,misalnya masjid, gereja,

kuil, pura dan kelenteng. Ada tempat ibadah yang sudah dibangun ratusan

tahun yang lalu. Contoh tempat ibadah yang bernilai sejarah antara lain

adalah Masjid Demak (Jawa Tengah), Gereja Katedral Jakarta, dan Pura

Besakih (Bali).

d. Benteng

Benteng adalah bangunan yang dipergunakan untuk mempertahankan diri

dari serangan musuh. Benteng-benteng yang ada di Indonesia kebanyakan

adalah peninggalan Belanda, Portugis, dan Spanyol. Misalnya, Benteng

Duurstede di Maluku, Benteng Malbourough di Bengkulu, Benteng

Vredeburg di Yogyakarta.

e. Istana

Istana adalah tempat tinggal raja atau pemimpin negara. Di Indonesia ada

banyak istana yang bernilai sejarah. Misalnya, Kraton Yogyakarta, Kraton

Cirebon, Istana Negara, dan Istana Bogor.

f. Tugu/ Monumen

Tugu atau monumen adalah suatu bentuk bangunan yang didirikan untuk

memperingati suatu peristiwa, Peristiwa itu dianggap penting atau bersejarah.

Misalnya, Tugu Pahlawan di Surabaya,

Tugu Proklamator di Jakarta, Monumen Yogja Kembali, Monas, dan

Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya.

g. Makam

Makam yang mempunyai nilai sejarah adalah tempat dikuburkannya tokoh-

tokoh penting dalam sejarah. MisaInya, makam Diponegoro di


Manado, makam Bung Karno di Blitar, makam raja-raja Yogyakarta dan

Surakarta di Imogiri.

6. Naskah

Contoh peninggalan sejarah berbentuk naskah/tulisan antara lainbuku/kitab

dan dokumen-dokumen penting. Contoh buku-buku pe- ninggalan sejarah

antara lain Kitab Negara Kertagama, Kitab Maha- barata, dan Kitab

Sutasoma. Contoh dokumen penting adalah Naskah Proklamasi, Naskah

Supersemar, dan naskah-naskah perjanjian.

3. Mengenal Sejarah Terjadinya Suatu Tempat dan Daerah

Kamu sudah mengenal peninggalan sejarah berupa benda-benda. Sekarang kita akan

membahas peninggalan sejarah dalam bentuk cerita. Ada cerita lisan, ada juga cerita

tertulis.

Setiap tempat memiliki sejarah. Coba tanyakan kepada orang tuamu tentang sejarah

tempat tinggalmu. Apakah orang tuamu tahu sejarah terjadinya daerahmu? Mungkin

mereka akan bercerita bahwa dulunya daerahmu adalah sawah, atau tanah kosong

tempat orang menggembalakan ternak, atau rawa- rawa, hutan belantara yang angker,

dan sebagainya.

Cerita tentang terjadinya suatu tempat atau daerah ada yang bersifat nyata.

Maksudnya, kejadian yang diceritakan memang terjadi. Namun, ada juga yang

berupa dongeng yang tidak nyata. Maksudnya, terjadinya suatu tempat atau daerah

tidak seperti yang diceritakan. Dalam bagian ini kita akan mempelajari bentuk-bentuk

cerita rakyat dan sejarah terjadinya suatu daerah.

1. Macam-macam cerita rakyat

Ada beberapa macam cerita rakyat. Misalnya legenda,mitos, dongeng, fabel,

dan sage. Bentuk-bentuk cerita ini mengisahkan terjadinya suatu


tempat secara tidak nyata. Meskipun demikian, ada pesan yang ingin

disampaikan. Pesan inilah yang seharusnya dipelajari. Mari kita bahas bentuk

cerita rakyat di atas.

a. Legenda

Legenda adalah cerita terjadinya suatu tempat. Banyak masyarakat yang

percaya cerita itu benar-benar terjadi. Legenda tidak dianggap suci karena

tidak ada tokoh dewa. Contoh legenda antara lain:

1. Cerita terjadinya gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

2. Cerita asal-usul nama Banyuwangi di Jawa Timur.

3. Cerita terjadinya Rawa Pening di Jawa Tengah.

4. Cerita terjadinya Danau Toba di Sumatera Utara.

Apakah di daerahmu ada legenda tentang terjadinya suatu tempat? Kalau ada,

coba ceritakan. Kalau kamu belum tahu, coba tanyakan kepada guru atau

orang tuamu. Mintalah guru atau orang tuamu men- ceritakan legenda

terjadinya Suatu tempat di lingkungan-mu. Kamu juga bisa saling bercerita

mengenai legenda Suatu tempat dengan teman-temanmu.

Sekarang, mari kita simak salah satu contoh legenda. Berikut ini adalah

legenda terjadinya Gunung Tangkuban Prahu.

Terjadinya Gunung Tangkuban Prahu

Konon hiduplah seorang gadis cantik bernama Dayang Sumbi. Ia adalah putri

Prabu Sungging Perbangkara.Karena sumpahnyasendiri, Dayang Sumbi

harus menikah dengan seekor anjing. Namanya Si Tumang. Dari pernikahan

itu, lahirlah Sangkuriang.


Sangkuriang tidak tahu kalau Si Tumang adalah ayahnya. Suatu hari karena

jengkel Sangkuriang membunuh Si Tumang. Dayang Sumbi sangat marah.

Sangkuriang pun diusir.

Ketika dewasa, Sangkuriang bertemu dengan Dayang Sumbi. Ia jatuh cinta

pada Dayang Sumbi, Akhirnya, Sangkuriang melamar Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi menolak lamaran itu. Ia tahu bahwa Sangkuriang adalah

anaknya sendiri.

Untuk menutupi penolakannya, Dayang Sumbi mengajukan syaratyang

sangat berat. Sangkuriang harus, membendung sungai Citarum dan membuat

sebuah perahu dalam satu malam. Namun, ternyata Sangkuriang

menyanggupi permintaan itu. Menjelang tengah malam, Sangkuriang hampir

menyelesaikan pekerjaannya.

Dayang Sumbi sangat terkejut. Ia pun melakukan tipu muslihat. Ia menyuruh

penduduk memukul lesung dan membakar jerami. Maka segera terdengar

kokok ayam jantan bersahutan.

Akhirnya, lamaran Sangkuriang tidak diterima. Sangkuriang sangat marah

dan kecewa. Ia menendang perahu yang hampir selesai dibuatnya. Perahu itu

pun terbalik. Kemudian perahu itu berubah menjadi gunung. Gunung itu

diberi nama Tangkuban Perahu. Memang bentuk gunung itu seperti perahu

yang terbalik.

Kira-kira apa pesan dari cerita di atas? Pesan yang dapat kita petik antara lain

sebagai berikut.

1. Jangan sembarangan mengucapkan Sumpah atau ujar.

2. Tidak mungkin seorang anak menikah dengan ibunya sendiri.

b. Mitos
Mitos adalah cerita yang dipercaya benar-benar terjadi, dianggap suci, dan

memiliki tokoh dewa. Contohnya, asal-usul candi Pram- banan, asal-usul

Selat Bali, dan Putri Buruti Siraso (Sumatera Utara). Perhatikan mitos

mengenai asal-usul Candi Prambanan berikut.

Terjadinya Candi Prambanan

Pada zaman dahulu, berdirilah sebuah kerajaan di Pengging. Sang raja

mempunyai seorang putera. Nama puteranya itu Bandung Bondowoso.

Bandung Bondowoso adalah seorang pemuda yang gagah dan Sakti.

Di Prambanan juga berdiri sebuah kerajaan. Rajanya bernama Ratu Boko.

Ratu Boko mempunyai seorang puteri yang sangat cantik. Nama puteri itu

Roro Jonggrang,

Kerajaan Pengging dan Prambanan bermusuhan. Terjadi peperangan hebat

antara kedua kerajaan itu. Awalnya Kerajaan Pengging kalah. Bandung

Bondowoso maju ke medan perang. Pengging dapat mengalahkan

Prambanan. Bandung Bondowoso berhasil membunuh Prabu Boko.

Saat masuk istana Prambanan, Bandung Bondowoso melihat Roro

Jonggrang. Bandung Bondowoso langsung jatuh cinta. Bandung Bondowoso

ingin memperistri Roro Jonggrang. Namun, Roro Jonggrang tidak mau

diperistri. Ia tidak mau diperistri oleh pembunuh ayahnya.

Bandung Bondowoso terus memaksa. Akhirnya, Roro Jonggrang mau

diperistri dengan satu syarat. Ia minta dibuatkan seribu candi dan dua sumur

yang sangat dalam satu Malam. Bandung Bondowoso


menyanggupi syarat itu.

Bandung Bondowoso minta bantuan makhluk-makhluk halus untuk

membangun seribu candi. Mereka segera bekerja keras setelah matahari

terbenam. Dengan cepat berdirilah candi-candi yang megah. Pada tengah

malam, tinggal satu candi yang belum berdiri. Roro Jonggrang, terkejut

melihat hal tersebut. Ia mencari akal untuk menggagalkan usaha Bandung

Bondowoso, Roro Jonggrang membangunkan gadis-gadis desa. Mereka

disuruh menumbukpadi sambil memukul-mukul lesung. Maka ayam jantan

pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar ayam jantan berkokok, makhluk-

makhluk halus segera menghentikan pekerjaannya. Mereka menyangka

sebentar lagi matahari akan terbit. Gagallah Bandung Bondowoso mendirikan

seribu candi.

Bandung Bondowoso sangat marah karma ditipu oleh Roro Jonggrang.

Dikutuklah Roro Jonggrang menjadi arca batu. Jadilah Roro Jongrang arca

besar di candi Prambanan. Candi Prambanan sering juga disebut candi Roro

Jonggrang.

c. Dongeng

Dongeng adalah cerita yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata.

Biasanya berupa cerita tentang keajaiban atau kesaktian. Misalnya, dongeng

Jaka Tarub, Timun Emas, Bawang Putih dan Bawang Merah, dan

sebagainya,

Sering kali peristiwa-peristiwa dalam dongeng tidak masuk akal. Dongeng

Bawang Putih Bawang Merah misalnya. Dongeng ini men- ceritakan dua

orang anak, Bawang Putih dan Bawang Merah. Sifat


kedua anak itu bertolak belakang. Bawang Merah jahat dan Bawang Putih

baik hati. Bawang Putih selalu disakiti oleh Bawang Merah, Suatu ketika

datanglah seorang pangeran dari kerajaan. Pangeran itu mempersunting

Bawang Putih menjadi istrinya. Dongeng ini berasal dari daerah Betawi

(Jakarta).

d. Fabel

Fabel termasuk cerita rakyat. Fabel berisi pendidikan moral, Biasanya

bercerita tentang kehidupan hewan atau binatang. Dalam fabel, hewan-hewan

bisa bicara seperti manusia. Kamu tentu mengetahui cerita Kancil dan Buaya

serta Kancil dan Siput, bukan. Dua cerita itu adalah contoh fabel. Coba

sebutkan contoh fabel-fabel lainnya.

e. Sage

Sage adalah cerita tentang tokoh kepahlawanan. Cerita seperti ini banyak

beredar di masyarakat. Tetapi sumbernya sulit ditemukan. Biasanya

merupakan sumber lisan.

2. Sejarah Terjadinya Suatu Daerah

Kamu sudah mengetahui macam-macam cerita rakyat. Banyak sekali cerita

rakyat yang menceritakan terjadinya suatu daerah. Kamu juga sudah membaca

contohnya. Harus kamu ingat, cerita-cerita itu tidak mengisahkan kejadian

sebenarnya. Meskipun demikian, tempat yang diceritakan benar-benar ada.

Sekarang, kita akan membahas sejarah terjadinya suaut daerah. Sejarah berbeda

dengan cerita rakyat. Sejarah adalah cerita yang benar-benar terjadi. Berikut ini

contoh sejarah terjadinya dua kota atau tempat di Indonesia.


a. Kisah terjadinya Jakarta

Pada zaman kerajaan Hindu Pajajaran, daerah Jakarta bernama Sunda

Kelapa. Sunda Kelapa adalah kota pelabuhan. Banyak kapal-- kapal dagang

singgah di pelabuhan Sunda Kelapa. Para pedagang datang dari Palembang,

Makassar, Madura, dan Demak. Melalui pela- buhan ini banyak barang

dikirim ke luar negeri. Barang-barang itu misalnya lada, beras, emas, sayur-

sayuran, dan hewan potong.

Keramaian Sunda Kelapa menarik bangsa Portugis. Mereka mulai menduduki

Sunda Kelapa pada tanggal 21 Agustus 1522. Para pe- dagang Portugis mulai

membuat benteng. Kemudian mereka mau menguasai Sunda Kelapa.

Pada masa ini Bangsa Portugis diserang pasukan Kerajaan Demak.

Penyerangan dipimpin oleh Fatahillah. Fatahillah berasal dari Kerajaan

Samudra Pasai yang berdiri di Aceh. Ia baru kembali dari Mekkah. Ia

memperdalam agama Islam di sana. Sesampai di tanah air ia sangat sedih.

Tanah airnya diduduki bangsa asing. Bangsa asing itu adalah Bangsa

Portugis.

Niatnya mengusir Bangsa Portugis semakin kuat. Namun, Fatahillah tidak

langsung menyerbu Sunda Kelapa. Mula-mula, ia pergi ke Banten. Di

Banten, Fatahillah menyebarkan ajaran Islam. Ia tidak lama di Banten.

Kemudian ia pindah ke Demak (Jawa Tengah) dengan maksud sama. Makin

lama, kedudukan Fatahillah makin kuat. Akhirnya, ia memimpin pasukan

Demak menyerbu Portugis. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Juni 1527

Pasukan Demak tidak gentar menghadapi musuh. Pertempuran hebat


terjadi di pantai. Pasukan Demak berjuang dengan gagah berani. Mereka

berjuang sampai titik darah penghabisan. Setiap jengkal tanah mereka

pertahankan. Semangat untuk mengusir penjajah dari tanah air membakar

dada pasukan kerajaan Demak.

Akhirnya, pasukan Fatahillah menang. Portugis meninggalkan Sunda Kelapa.

Kemudian Fatahillah berkuasa di Sunda Kelapa. Sejak itu, nama Sunda

Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Nama Jayakarta berarti kemenangan yang

sempurna. Nama itu dipakai untuk menge- nang kemenangan tentara Demak

atas bangsa Portugis. Kemudian, tanggal 22 Juni 1527 ditetapkan sebagai hari

lahir kota Jakarta. Nama Fatahillah sendiri diabadikan menjadi nama museum

di Jakarta.

Pada masa penjajahan Belanda Jayakarta berganti nama menjadi Batavia.

Sejak awal abad ke-20, Batavia menjadi pusat kekuasaan Belanda. Batavia

dikuasai Jepang pada tanggal 9 Maret 1942. Sejak itu, nama Batavia diganti

menjadi Jakarta sampai sekarang ini.

b. Kisah terjadinya Yogyakarta

Di Pulau Jawa bagian tengah terdapat Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.

Pada zaman dulu kedua kesultanan ini menjadi satu dengan nama Mataram.

Waktu itu lbu Kota Mataram adalah Kertasura. Kertasura terletak sekitar 10

kilometer sebelah barat Surakarta (Solo). Tahun 1742 Kerajaan Mataram

jatuh karena sebuah pemberontakan. Raja yang memerintah waktu itu adalah

Susuhunan Pakubuwono II. Raja dan seluruh anggota keluarga kerajaan

melarikan diri ke Surakarta (Solo).

Pusat pemerintahan pun beralih ke Surakarta. Waktu itu kerajaan


Mataram belum pulih benar. Raden Mas Said melancarkan pembe- rontakan.

Sebenarnya Raden Mas Said adalah kemenakan raja sendiri. Kerajaan

Mataram menjadi kacau balau. Pangeran Mangkubumi mengajukan diri

membantu mengatasi kekacauan. Pangeran Mangkubumi adalah adik raja

sendiri.

Bantuan Pangeran Mangkubumi tidak disetujui seorang pejabat kerajaan.

Pangeran Mangkubumi merasa kecewa. Dia bergabung dengan Raden Mas

Said.

Di bawah pimpinan Raden Mas Said pasukan pemberontak menyerbu

Surakarta. Raja Mataram merasa terdesak. Raja kemudian meminta bantuan

kolonial Belanda untuk meredakan pemberontakan. Pemberontakan itu dapat

digagalkan berkat bantuan tentara kolonial Belanda.

Pada tahun 1752 pemberontakan berkobar lagi. Pemberontakan berakhir

dengan diadakannya sebuah perjanjian pada tanggal 15 Februari 1755.

Namanya Perjanjian Giyanti. Berdasarkan perjanjian itu Kerajaan Mataram

dibagi menjadi dua, Mataram Surakarta Ha- diningrat dan Mataram

Ngayogyakarta Hadiningrat. Susuhunan Paku Buwono III menjadi raja

Mataram Surakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi menjadi raja

Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagai raja ia bergelar Sultan

Hamengkubuwono I.

Untuk sementara Sultan Hamengkubuwono I tinggal di Ambar Ke- tawang.

Ia mencari tempat yang cocok untuk mendirikan pusat kerajaan. Para

punggawa akhirnya menemukan sebuah hutan. NamanyaGarijitawati.

Letaknyatidak jauh dari Desa Beringin. Di


sinilah kemudian didirikan pusat kerajaan. Tapi, kerajaan yang baru ini

belum memilikinama. Apa nama kerajaan baru ini?

Pangeran Mangkubumi dipercaya sebagai jelmaan Dewa Wisnu dalam

wujud Khrisna. Sebelumnya, Dewa Wisnu pernah menjelma menjadi Sri

Rahma. Raja Sri Rahma tinggal di kerajaan Ayodya. Karena itu, cocok jika

kerajaan yang baru ini diberi nama Ayodya. Atau sering disingkat sebagai

Yodya

Para pengikut Pangeran Mangkubumi berharap kerjaan baru ini aman,

tenteram, damai, dan sejahtera. Inilah sebabnya nama Yodya kemudian

ditambah dengan kala karta, artinya serba baik. Demikianlah, kerajaan

yang baru ini diberi nama Yodyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya,

orang lebih mudah menyebut kerajaan ini dengan nama Yogyakarta.

4. Menghargai Peninggalan Sejarah

Negara kita memiliki banyak sekali benda-benda peninggalan sejarah. Benda-benda

itu merupakan warisan masa lampau yang sangat berharga. Benda-benda itu menjadi

milik negara. Benda-benda itu menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.

Benda-benda peninggalan sejarah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Misalnya,

kita bangga mempunyai Candi Borobudur. Bayangkan, pada abad ke-9 bangsa kita

sudah mampu membuat bangunan semegah dan seindah itu!

Sudah sepatutnya kita bersikap menghargai benda-benda peninggalan sejarah. Apa

saja bentuk penghargaan kita itu? Mari kita mulai dengan kegiatan mendiskusikan

berikut ini!
Kasus di atas menunjukkan peninggalan sejarah kurang dihargai. Benda- benda

purbakala tidak boleh diperjualbelikan. Apalagi untuk mencari keuntungan pribadi.

Seharusnya benda-benda peninggalan sejarah dihargai. Bagaimana caranya? Mari

kita beberapa bentuk penghargaan terhadap benda-benda peninggalan sejarah.

1. Merawat dan menjaga benda-benda peninggalan sejarah

Banyak benda peninggalan sejarah berusia ratusan atau bahkan ribuan tahun. Tak

heran benda-benda tersebut rapuh. Bila tidak dirawat dengan baik bisa rusak dan

hancur.

Merawat benda-benda peninggalan sejarah merupakan tugas kita semua. Tapi

penanggungjawab utamanya adalah negara.

Bagaimana cara merawatnya? Cara menjaga danmerawat antara lain sebagai

berikut:

a. Membangun museum-museum untuk menyimpan benda-

bendapeninggalan sejarah.

b. Menjaga dan merawat daerah-daerah cagar budaya. Di daerah cagar budaya

biasanya terdapat banyak benda-benda peninggalan sejarah.

c. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak.

Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan- tangan

jahil.

2. Mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah

Pernahkah kamu mengunjungi sebuah museum? Kalaubelum cobalah

melakukannya. Amati benda-benda apasaja yang disimpan di sana.Mengunjungi

museum termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah.


Kamu juga bisa mengunjungi peninggalan sejarah lainnya, misalnya:

a. candi,

b. makam pahlawan,

c. monumen, dan

d. istana.

3. Menggunakan benda-benda peninggalan sejarah secara benar

Kamu sudah tahu bahwa benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan

negara. Kita harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan

untuk keperluan penelitian.

Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda

peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk

kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh memperjualbelikan benda-benda

peninggalan sejarah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Tiara School

Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur DKI Jakarta. SD Tiara School Kecamatan

Duren Sawit Jakarta Timur DKI Jakarta mempunyai fasilitas yang hampir lengkap

dengan adanya Perpustakaan yang cukup memadahi. Dengan jumlah guru

sebanyak 30 orang Guru Tetap terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 10 Guru Kelas, 2

Guru Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Pendidikan Agama Kristen, 2 Guru

Pejaskes, 2 Guru Komputer, 4 Guru Bahasa Inggris, 2 Guru Seni, 2 Guru PLBJ, 1

Kepala Perpustakaan, dan 3 tenaga Kependidikan.

3.2 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SD Tiara School Kecamatan

Duren Sawit Jakarta Timur DKI Jakarta dengan jumlah siswa sebanyak 31, yang

terdiri dari 17 siswa laki – laki dan 14 siswa perempuan.

3.3 Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada

bulan September sampai dengan Nopember 2022. Penelitian ini pada materi Materi

Menghargai Peninggalan Sejarah diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2

siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain

Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.


a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan

tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan

siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model

pilihan ganda.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan :

1) Guru menjelaskan materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah secara klasikal.

2) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 6 kelompok, masing– masing

kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk

mempelajari LKS.

3) Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan

langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar

kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling

membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap

kelompoknya.

c. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang

diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan

lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil

belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan

menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang

dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai

berikut :

1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.

2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan

individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.

2. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam

merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus

I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini

yaitu :

a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang kolaborator

untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri

dari:

1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.


3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh Guru.

3.5 Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti

berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan Belajar

siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi

Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan menggunakan pembelajaran

Kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu

mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini

jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di

hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

𝐹
𝑃= 𝑥 100%

Dimana : P = Prosentase

F = frekuensi tiap aktifitas N

= Jumlah seluruh aktifitas


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran

Tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) pada Materi Menghargai

Peninggalan Sejarah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya,

guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di

kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa 8 september 2015

dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri

dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit,

sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi

kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking

berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan


dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan

icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami

proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan

berkaitan dengan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), pertama-

tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-

6 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum

penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama

diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja

sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok

kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan

ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika

terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang

melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan

mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa

yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui

pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Strategi

KWL (Know, Want to know, Learner), (2) siswa melakukan kilas balik

tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan

keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.


c. Observasi

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang Layang ada peningkatan dalam

Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Hal

ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan

Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat

proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi

pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut

agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu

meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar

mengajar Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil

belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Strategi KWL (Know,

Want to know, Learner) dengan jumlah 31 terdapat 10 siswa atau 66,7 % yang

tuntas dan yang tidak tuntas ada 5 Siswa atau 33,3% yang tidak tuntas, dengan nilai

rata-rata sebesar 71. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Admaja Prayogi 70 Tuntas
2 Dina Rahelina 65 Tidak Tuntas
3 Elvinda Wati 70 Tuntas
4 Hendri 70 Tuntas
5 Kristina Hawini 80 Tuntas
6 Lutvia Ayuningtyas 65 Tidak Tuntas
7 M . Ansyar 75 Tuntas
8 M Davi Pratama 80 Tuntas
9 M Faisal 70 Tuntas
10 M Wahyu Andika 60 Tuntas
11 Nelly Aulia 70 Tuntas
12 Norma 85 Tuntas
13 Panji Satria 60 Tidak Tuntas
14 Renold Alfredo 80 Tuntas
15 Rifky Gismawan 65 Tidak Tuntas
16 Santa Eauni 50 Tidak Tuntas
17 Selvia Dewi Maharani 70 Tuntas
18 Sofyan Mulyadi 70 Tuntas
19 Suniya 75 Tuntas
20 Sukmarani 50 Tidak Tuntas
21 Usman Maulana 80 Tuntas
22 Willy Saputra 70 Tuntas
23 X Ray Hayada 75 Tuntas
24 Yuyun Tamila 50 Tidak Tuntas
25 Yunda Rahayu 70 Tuntas
26 Rahman 70 Tuntas
27 Gres Conaliariabet 75 Tuntas
28 Elpana Santi 50 Tidak Tuntas
29 M Rusdi Halim 80 Tuntas
30 M Risky 80 Tuntas
31 M. Reza 50 Tidak Tuntas
Jumlah 2130
Rata-rata 68,7
Ketuntasan Klasikal 67,7%

d. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah Multikultural

dengan menerapkan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) ternyata

hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 68,7 dan secara klasikal sebesar 67,7%.

Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan

difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Menghargai

Peninggalan Sejarah.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi

bahan Materi Menghargai Peninggalan Sejarah. Menurut pengamat, ada beberapa

hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada

pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari


isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan

hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman

sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu

menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di

akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru

untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas,

selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti

menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil

kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang

terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi

pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan

temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan

lebih detail tentang materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah khususnya

untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam

diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu

oleh pengamat.

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran

Tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dengan Materi

Menghargai Peninggalan Sejarah. Disamping itu guru juga membuat Lembar

Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi


aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum

pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan

lembar observasi.

e. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 22

September 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang

dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah

10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan

alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking

berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan

materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang

dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami

proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan

berkaitan dengan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), pertama-

tama guru membagi siswa dalam kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 5-6

orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum

penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama

diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja

sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.


Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok.

Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban

kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu

meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan

kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian

dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi

dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk

mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan

Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), (2) siswa melakukan kilas

balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru

merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

f. Observasi

1) Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang Layang ada peningkatan

dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know,

Learner). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap

Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang

muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan

adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat

merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II


dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang Layang dalam kegiatan

belajar mengajar Pendidikan Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa

pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model

pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know,

Learner) dengan jumlah siswa 15 orang, terdapat 12 siswa atau 80% yang

tuntas dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 20% yang tidak tuntas. Data

dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Admaja Prayogi 80 Tuntas
2 Dina Rahelina 70 Tuntas
3 Elvinda Wati 80 Tuntas
4 Hendri 80 Tuntas
5 Kristina Hawini 90 Tuntas
6 Lutvia Ayuningtyas 70 Tuntas
7 M . Ansyar 80 Tuntas
8 M Davi Pratama 100 Tuntas
9 M Faisal 80 Tuntas
10 M Wahyu Andika 65 Tidak Tuntas
11 Nelly Aulia 80 Tuntas
12 Norma 90 Tuntas
13 Panji Satria 70 Tuntas
14 Renold Alfredo 80 Tuntas
15 Rifky Gismawan 70 Tuntas
16 Santa Eauni 60 Tidak Tuntas
17 Selvia Dewi Maharani 80 Tuntas
18 Sofyan Mulyadi 80 Tuntas
19 Suniya 80 Tuntas
20 Sukmarani 60 Tidak Tuntas
21 Usman Maulana 90 Tuntas
22 Willy Saputra 80 Tuntas
23 X Ray Hayada 80 Tuntas
24 Yuyun Tamila 60 Tidak Tuntas
25 Yunda Rahayu 75 Tuntas
26 Rahman 75 Tuntas
27 Gres Conaliariabet 80 Tuntas
28 Elpana Santi 60 Tidak Tuntas
29 M Rusdi Halim 90 Tuntas
30 M Risky 90 Tuntas
31 M. Reza 50 Tidak Tuntas
Jumlah 2375
Rata-rata 76,6
Ketuntasan Klasikal 80,6%

2) Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan

belajar yang menerapkan model Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah pada siklus

1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang

mereka jalani dengan menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know,

Learner) digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses

pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran

kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), ditunjukan

pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang

tanggapan 31 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL

(Know, Want to know, Learner) yang diterapkan selama kegiatan

pembelajaran materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah, siswa secara

umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang

digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model

pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran

berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan

siswa merasa memperoleh manfaat dengan model


pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know,

Learner).

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Strategi

KWL (Know, Want to know, Learner)

No Uraian Tanggapan Siswa


. Senang Tidak Senang
F % F %
1. Bagaimana perasaan kamu selama 30 96,7 1 3,3
mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?
Senang Tidak Senang
F % F %
2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :
a. Materi pelajaran 31 100 0 0
b. Lembar kerja siswa (LKS) 29 93,4 2 6,6
c. Suasana Belajar di Kelas 30 96,7 1 3,3
d. Cara penyajian materi oleh guru 15 100 0 0
Sulit Tidak Sulit
F % F %
3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti 29 93,4 2 6,6
pembelajaran ini
Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat
F % F %

4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat 31 100 0 0


bagi kamu ?
Baru Tidak Baru
F % F %
5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 31 100 0 0
Ya Tidak
F % F %
6. Apakah kamu menginginkan pokok bahasan 30 96,7 1 3,3
yang lain menggunakan Strategi KWL
(Know, Want to know,
Learner)?
Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran
Menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know,
Learner)
N=Jumlah: 31 orang

3) Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan

pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to


know, Learner) ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know,

Want to know, Learner) dalam materi pelajaran Menghargai Peninggalan

Sejarah pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan Strategi KWL (Know,

Want to know, Learner)

Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
RPP I Keterangan

1. Pesiapan 3,0 Baik

2. Pelaksanaan 2,5 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,5 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 2,75 Baik

Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik

4. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner).

Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan

hasil belajar siswa pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.


Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi

Menghargai Peninggalan Sejarah. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang

menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS

sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna.

Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti

bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok

tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat

evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru

untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas,

selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti

menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil

kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang

terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi

pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan

temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan

lebih detail tentang Materi Menghargai Peninggalan Sejarah khususnya untuk

pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.

Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh

pengamat.

3. Deskripsi siklus II

1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran

Tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dengan memperbaiki

kekurangan pada siklus I pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.

Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun

lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil

belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer

mendiskusikan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 13 Oktober

2015 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan

terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit,

sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi

kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking

berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan

materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang

dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami

proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan

berkaitan dengan Strategi KWL (Know, Want


to know, Learner), pertama-tama guru membagi siswa dalam 7 kelompok dan

setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum

penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama

diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja

sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok

kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan

ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika

terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang

melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan

mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa

yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk

mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi

Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), (2) siswa melakukan kilas

balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru

merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

4.5.1.1.1 Observasi

1) Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang Layang ada peningkatan dalam

Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran

kooperatif menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know,


Learner). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan

Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses

Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar

mengajar Pendidikan Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus

II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dengan jumlah 31 siswa, terdapat

28 siswa atau 90,3% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 9,7% yang tidak

tuntas dan nilai rata-rata sebesar 81,9. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Admaja Prayogi 85 Tuntas
2 Dina Rahelina 75 Tuntas
3 Elvinda Wati 85 Tuntas
4 Hendri 85 Tuntas
5 Kristina Hawini 100 Tuntas
6 Lutvia Ayuningtyas 75 Tuntas
7 M . Ansyar 85 Tuntas
8 M Davi Pratama 100 Tuntas
9 M Faisal 85 Tuntas
10 M Wahyu Andika 70 Tuntas
11 Nelly Aulia 85 Tuntas
12 Norma 95 Tuntas
13 Panji Satria 75 Tuntas
14 Renold Alfredo 85 Tuntas
15 Rifky Gismawan 80 Tuntas
16 Santa Eauni 65 TidakTuntas
17 Selvia Dewi Maharani 85 Tuntas
18 Sofyan Mulyadi 85 Tuntas
19 Suniya 85 Tuntas
20 Sukmarani 65 TidakTuntas
21 Usman Maulana 90 Tuntas
22 Willy Saputra 85 Tuntas
23 X Ray Hayada 85 Tuntas
24 Yuyun Tamila 65 TidakTuntas
25 Yunda Rahayu 80 Tuntas
26 Rahman 80 Tuntas
27 Gres Conaliariabet 80 Tuntas
28 Elpana Santi 70 Tuntas
29 M Rusdi Halim 95 Tuntas
30 M Risky 100 Tuntas
31 M. Reza 60
Jumlah 2540
Rata-rata 8,19
Ketuntasan Klasikal 90,3%

Keterangan :
F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Strategi
KWL (Know, Want to know, Learner)
N = Jumlah: 31 orang

2) Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan

pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan

Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dalam materi pelajaran

Menghargai Peninggalan Sejarah pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk

kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
Siklus II Keterangan

1. Pesiapan 3,15 Baik

2. Pelaksanaan 2,75 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,75 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik


Rata – Rata 3,115 Baik

Keterangan :

0 - 1,49 = kurang baik

1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

3) Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan menerapkan model

pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner).

Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan

hasil belajar siswa pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi

Menghargai Peninggalan Sejarah. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang

menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS

sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna.

Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti

bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok

tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat

evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru

untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas,

selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang


pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk

menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian

maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami

materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan

temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih

detail tentang materi Menghargai Peninggalan Sejarah khususnya untuk

pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam

diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh

pengamat.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa

Kelas IV SDN 2 Tamiang Layang untuk Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan

model pembelajaran mengunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 68,7 dengan nilai tertinggi adalah 85

terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 4 orang dengan ketentusan

belajar 67,7% dan yang tidak tuntas 32,3%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang

Layang pada siklus 1 untuk Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan model

pembelajaran, Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) diperoleh nilai rata – rata

siklus 1 sebesar 76,6 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah

adalah 50 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 80,6% dan yang tidak tuntas 19,4%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah

sub (3) Kerja Sama di Lingkungan Kelurahan/Desa diperoleh nilai rata –


rata siklus II sebesar 81,9 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 3 orang dan nilai

terendah adalah 60 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 90,3% dan yang tidak

tuntas 9,7%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah

siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar

dan sering tidak masuk sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan

siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas IV SDN 2 Tamiang

Layang tahun pelajaran 2015/2016 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada

materi yang sama yaitu Menghargai Peninggalan Sejarah. Hal ini disebabkan pada siklus

I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu

Menghargai Peninggalan Sejarah. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know,

Learner).

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan

Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) pada materi Menghargai Peninggalan

Sejarah menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa.

Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:

mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja

dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan

hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari

guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling

dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini

menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab


untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam,

2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam

kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai

selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pembelajaran Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi

KWL (Know, Want to know, Learner) menurut hasil penilaian pengamat termasuk

kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki

kemampuan yang baik dalam mengelola Strategi KWL (Know, Want to know,

Learner) pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarahl. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan

mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan

pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat

ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari

1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran

sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4. Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know, Want

to know, Learner)

Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif

tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) yang diterapkan oleh peneliti

menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana

belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want


to know, Learner) mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara

guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya

diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif

tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) disebabkan suasana belajar

dikelas yang agak ribut.

Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Strategi

KWL (Know, Want to know, Learner). Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan

selanjutnya menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), dan

siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Strategi KWL

(Know, Want to know, Learner) bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat

saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatiftipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dapat meningkatkan

hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah Siswa Kelas IV SDN 2

Tamiang Layang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–

saran, yaitu:

1) Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Strategi KWL

(Know, Want to know, Learner) sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas

proses belajar mengajar kelas.

2) Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Strategi KWL (Know, Want to

know, Learner) disarankan untuk membikin Strategi KWL (Know, Want to

know, Learner) yang lebih menarik dan bervariasi.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Arikunto,

Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.


Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press. Kemdiknas.2011.Membimbing

Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif


Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT


Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto. 2003. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Suyatno.

2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Strategi Kwl (Know, Want


To Know, Learner). Surakarta: Tiga Serangkai
PEDOMAN OBSERVASI GURU
1. Nama Sekolah : .......................................................................
2. Nama Guru : .......................................................................
3. Mata Pelajaran : .......................................................................
4. Kelas / Semester : .......................................................................
5. Hari / Tanggal : .......................................................................
YA / ADA Tida
Ni
No Uraian Kegiatan Bai Kuran k Catatan
k g baik ada l
ai
1 2 3 4 5 6 7
1 PERSIAPAN
a Silabus
b Program / Rencana Pembelajaran Semester
c Buku nilai : yang memuat nilai ulangan harian,
. ujian blok, ujian remedi, nilai tugas-
tugas lainnya
2 KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
a. Pretest/persepsi
b. Motivasi siswa/mengecek kesiapan
c. Memberitahukan topik pembelajaran :
B. KEGIATAN POKOK
a. Penyiapan Materi Pelajaran
b. Penyiapan Media
c. Penyajian materi
- Pengelompokkan siswa
- Pembagian kartu soal dan kartu
-Siswa mengerjakan soal secara
-Siswa mencari jawaban yang cocok
dengan cara
-Siswa mencatat jawaban pada buku
C PENUTUPAN
a. Post Test
b. Membuat rangkuman / kesimpulan
c. Memberikan tugas / Pekerjaan Rumah
Jumlah
Rata – rata

Kesimpulan :.........................................................................................

Saran / Pembinaan :.........................................................................................

Pengamat/Observer,

.....................................
PEDOMAN OBSERVASI SISWA
Hari/Tanggal :
Kelas :
Materi :
Nama Guru :

NO ASPEK PENGAMATAN KOMENTAR KET


1 Memperhatikan penjelasan Guru
2 Mempelajari LKS dengan
sungguh-sungguh
3 Melakukan kegiatan sesuai LKS
4 Mencatat hasil kegiatan sesuai
LKS
5 Diskusi kelompok tentang hasil
kegiatan
6 Menyusun hasil kegiatan
7 Mempresentasikan hasil kegiatan
kelompok
8 Menghargai gagasan teman
9 MenyamPendidikan Sejarahkan
gagasan pada kelompok
10 Mengambil keputusan/ kesimpulan
kelompok
11 Member tanggapan pada
kelompok lain
12 Bertanggung jawab dan disiplin
kerja
13 Memcatat hasil kesimpulan

Pengamat,

………………..………

LEMBAR RESPONDEN SISWA


Nama Siswa :…………………………………..
Kelas :…………………………………..
Hari/Tanggal :…………………………………..

NO URAIAN YA TIDAK KET


1 Apakah kamu merasa senang selama mengikuti
kegiatan pembelajaran ini ?
2 Apakah kamu merasa senang terhadap Materi
pelajaran?
3 Apakah kamu merasa senang menggunakan Lembar kerja
siswa (LKS)?
4 Apakah kamu merasa senang Suasana Belajar di
Kelas ini?
5 Apakah kamu merasa senang Cara penyajian materi oleh
guru?
6 Apakah kamu merasa sulit Mengikuti pembelajaran
ini?
7 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?
8 Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?
9 Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain
menggunakan model kooperatif tipe Strategi KWL
(Know, Want To Know, Learner)?
JUMLAH

Responden,

……………………………….
DAFTAR HADIR SEMINAR

Hari / Tanggal :

Pukul :

Tempat :

TANDA
NO NAMA UNIT KERJA JABATAN
TANGAN
1 Narasumber
2 Penyaji
3 Moderator
4 Notulis
5 Pembahas I
6 Pembahas II
7 Peserta
8 Peserta
9 Peserta
10 Peserta
11 Peserta
12 Peserta
13 Peserta
14 Peserta
15 Peserta
16 Peserta
Mengetahui:
Kepala Sekolah, Notulis,

............................................... .......................................................
NIP. NIP. ...............................................

Anda mungkin juga menyukai