Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

 Latar Belakang Masalah


Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi
manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional juga menyatakan sebagai berikut:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien
dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang
diharapkan.
Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas III SD diperoleh informasi bahwa
hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal
yaitu dibawah 60.
 Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :
Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan IPA masih
rendah,
Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan IPA hanya sebagai hafalan saja.
Dengan belajar secara menghapal membuat konsep–konsep Bahsa Inggris yang telah
diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus
dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam
mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam
memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil
belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu
model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Daur Hidup Hewan
adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki
peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung meningkat.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan suatu metode mengajar dengan
membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang
tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang
ada.
Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian
terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Daur
Hidup Hewan siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Materi Daur Hidup Hewan melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Siswa Kelas 3
 Perumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai
berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar Materi Daur Hidup Hewan siswa Kelas III
 Tujuan Penelitian
Meningkatkan hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas III
 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk
meningkatkan hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan, memberikan alternative pembelajaran
yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu
pembelajaran Materi Daur Hidup Hewan.
Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Daur Hidup Hewan sehingga
pelajaran Materi Daur Hidup Hewan menjadi lebih sederhana.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


1. Kajian Teori

1. Pengertian Hasil Belajar


Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau
reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek,
yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara
visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 


motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang
optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri
siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi  rendah dan ia akan berjuang lebih keras
untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan
percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan
untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
keterampilan atau prilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam
menilai hasil yang dicaPendidikan IPAnya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya.
Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

1. Deskripsi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.


Guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, namun
penguasaan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai mutlak diperlukan.
Untuk itu perlu kiranya para guru mampu menggunakan pendekatan dan metode yang tepat agar
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Model pembelajaran STAD  lebih tepat diterapkan melalui metode kooperatif yakni siswa berada
dalam 3 kelompok kecil dengan anggota sebanyak 5-6 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini
terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena
keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya sehingga anggota kelompok saling
membantu.
Dengan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD)  maka untuk tiga
cerpen yang tersebut. Dengan memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada anggota
dan sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Begitu selesai kegiatan guru memberi
kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa saat menjawab kuis / pertanyaan siswa tidak boleh saling
bantu sehingga kemudian guru memberi evaluasi dan membuat kesimpulan tentang hasil
kemajuan belajar siswa.
2. Keuntungan penggunaan Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe  STAD   menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006).
menyatakan bahwa strategi ini dapat digunakan untuk brainstorming  di awal pelajaran untuk
menemukan apa yang telala diketahui siswa Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat
membantu siswa memonitor pemahaman mereka terhap bacaan.   juga dimaksudkan sebagai
latihan, untuk suatu kelompok belajar maupun sebuah kelas, yang dapat membimbing siswa
membaca dan memahami sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan siswa untuk
bekerja sendiri, tetapi diskusi akan lebih membantu memahami teks bacaan lebih baik.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan gagasan mereka di luar teks yang mereka baca.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe  STAD  merupakan sarana yang dapat digunakan untuk
meningkatkan reading comprehension  siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti
bagaimana menggunakan strategi tersebut dengan benar untuk memahami bacaan. Dalam
proses memahami penggunaan STAD,  siswa memerlukan bimbingan dan pemaparan yang
jelas. Setelah itu siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD  selangkah  demi selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang
berhubungan dengan topik yang disajikan guru atau peneliti di kolom K. Kemudaan siswa
dapat membuat pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang topik yang
disajikan di dalam kolom. Selanjutnva siswa dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada
kolom siswa tidak menemukan jawaban di bacaan, siswa-mencarinya dari sumber lain.
Jawaban-jawaban tersebut diletakkan padat kolom.
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD  ini, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih
perhatian saat diperkenalkan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  peneliti. Strategi
ini membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari bacaan.
b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa memerlukan lebih
banyak latiban untuk dapat menggunakan strategi

tersebut dengan tepat.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  di dalam kelas.


Ada 3 langkah dalam pengajaran reading,  yaitu: pre-reading activity, while-reading
activity,  dan  post-reading activity.  Berikut peranan dari Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD  pada tiap langkah:
a. Pre-Reading Activity
Menurut Boyton (Quistia.com), cara penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah
sebagai berikut:
 Memilih teks bacaan.
 Membuat tabel STAD.
 Mengajak siswa melakukan brainstorming tentang kosakata, istilah, atau frase yang dapat
dihubungkan dengan topik bacaan.
 Menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik bacan.
 Meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang topik bacaan di dalam
kolom K.
Berdasarkan gagasan yang dikemukakan Boyton, peneliti akan melaksanakan
penelitian ini sebagai berikut:

Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan belajar
mengajar. Lalu peneliti akan membuat tabel STAD di papan tulis atau di selembar kertas.
Peneliti akan meminta siswa menyalinnya untuk menulis informasi yang didapatkan dari
teks bacaan.
Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang mereka
anggap berhubungan dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam kolom K  pada
tabel STAD yang ada pada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan sampai para siswa
kehabisan gagasan.
b. While-Rending Activity.
Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa yang ingin mereka
ketahui banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah mereka tulis di dalam
kolom.  Pertama-tama siswa menulis kalimat di atas selembar kertas. Kemudian, siswa
mengubah kalimat tersebut meniadi pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan perhatian mereka selama
pembacaan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada kolom.
c. Post-Reading Activity
Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan di kolom W  selama atau setelah
pembacaan teks bacaan lalu menuliskannya di kolom.  Setelah itu, peneliti mendiskusikan
informasi yang tercatat pada kolom  dan memotivasi siswa mencari pertanyaan di dalam
kolom  yang tidak terjawab atau jawabannya tidak ditemukan di dalam teks bacaan. Siswa
harus mencari sumber lain untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang tidak
terjawab.
                                            

1.
1.
3. Materi Daur Hidup Hewan
1. Pendahuluan
Pernahkah kamu memperhatikan perkembangan hewan yang hidup di lingkunganmu? Jika kamu
memelihara hewan, kamu pasti mengetahuinya. Coba kamu amati anak ayam yang baru menetas
atau anak kucing yang baru lahir. Bagaimana rupa anak ayam dan anak kucing itu? Tentu saja
lucu. Apakah anak-anak hewan itu mirip dengan induknya? Anak ayamdan anak kucing mirip
dengan induknya. Jika ada perbedaan, mungkin hanya pada warna bulu atau rambutnya.

Tahukah kamu rupa anak katak yang baru menetas? Anak katak yang baru menetas amat
berbeda dengan induknya. Bentuk anak katak itu seperti ikan teri. Anak katak yang baru menetas
disebut kecebong.  Kecebong tumbuh dan mengalami tahap perubahan bentuk menjadi katak
dewasa. Tahap perubahan bentuk yang sangat berbeda yang dialami hewan sejak menetas
sampai menjadi hewan dewasa disebut metamorfosis.
Seluruh tahap perubahan yang dialami makhluk hidup selama hidupnya disebut daur hidup.  Pada
bagian ini, kita akan belajar tentang daur hidup hewan, Misalnya, perubahan yang dialami ayam
dan katak mulai dari telur sampai dewasa dan dapat menghasilkan telur lagi. Katak mengalami
metamorfosis (perubahan bentuk)  dalam daur hidupnya, sedangkan ayam tidak.
A. Daur Hidup Tanpa Metamorfosis
Sebagian besar hewan mengalami daur hidup tanpa metamorfosis. Seperti diterangkan di
atas bahwa ayam dalam daur hidupnya tidak mengalami metamorfosis. Begitu juga dengan
kucing, kambing, ikan, burung, dan banyak hewan lain.

1. Daur Hidup Ayam


Ayam menghasilkan anak dengan cara bertelur. Telur ayam perlu dierami kira-kira 21 hari
agar dapat menetas. Setelah pertumbuhan bakal anak ayam di dalam telur sempurna,
telur menetas menjadi anak ayam. Anak ayam ini tampak lucu dengan bulu-bulu halus.
Semakin lama, anak ayam tumbuh semakin besar. Bulu-bulu halus berubah menjadil
bulu-bulu seperti induknya. Bulu ayam dewasa lebih besar dan memiliki semacam poros
di tengahnya. Akhirnya, semua bulu halus anak ayamberganti menjadi seperti bulu
indukknya. Ayam betina menjadi seperti induk betina. Ayam jantan menjadi seperti ayam
jago dewasa. Setelah dewasa, ayam berkembang biak dan menghasilkan telur. Dari telur
ini, daur hidup ayam yang baru dimulai kembali.

2. Daur Hidup Kucing


Kucing menghasilkan anakdengan cara beranak (melahirkan). Sebelum anaknya
lahir,kucing dewasa mengalami masa mengandung selama kira-kira tiga bulan. Setelah
itu, lahirlah anak kucing yang belum dapat bergerak dengan lincah. Anak kucing ini belum
dapat makan sendiri. Dia menyusu ke induknya. Setelah umurnya lebih dari sebulan,
anak kucing baru dapat memakan makanan lain.Sejak lahir sampai dewasa, tubuh kucing
tidak berubah bentuk. Hanya ukuran tubuhnya saja yang bertambah. Gerakannya pun
semakin lincah. Kucing dewasa dapat memanjat dan melompat dari tempat yang tinggi.

3. Daur Hidup Kanguru


Kanguru banyak hidup di benua Australia, Beberapa jenis kanguru juga hidup di Papua
(Irian Jaya).

Kanguru menghasilkan anak dengan cara beranak (melahirkan). Berbeda dengan kucing,
kanguru mengandung kira-kira hanya sebulan.Anak kanguru yang lahir pun masih sangat
kecil dan lemah. Begitu keluar dari tubuh induknya, anak kanguru merambat perlahan ke
kantong induknya yang ada di depan perut. Di kantong itu, anak kanguru menyusu
sampai berbulan-bulan. Setelah tubuhnya cukup besar, barulah anak kanguru keluar dari
kantung induknya.

Daur hidup hewan tanpa metamorfosis tidak mengakibatkan perubahan bentuk yang
sangat berbeda pada hewan.
B. Daur Hidup Dengan Metamorfosis
    Sekarang, kita akan mempelajari daur hidup hewan yang mengalami metamorfosis.
Berdasarkan perubahan bentuk tubuh hewan, metamorfosis dibagi menjadi dua golongan
sebagai berikut.

a. Motamorfosis sempurna (lengkap)


Metamorfosis sempurna dialami hewan yang saat lahir berbeda sekali bentuknya dengan
hewan dewasa. Metamorfosis sempurna antara lain terjadi pada kupu-kupu, lalat,
nyamuk, dan katak.

b. Metamorfosis Tidak Sempurna (tidak lengkap)


Metamorfosis tidak sempurna dialami hewan yang saat lahir tidak terlalu berbeda
bentuknya dengan hewan dewasa. Metamorfosis tidak sempurna terjadi pada kecoak
(lipas) dan belalang.

1. Daur Hidup Kupu-Kupu


Daur hidup kupu-kupu dimulai dari telur. Telur kupu-kupu biasanya berada pada permukaan
daun. Telur menetas menjadi ulat,  Ulat mempertahankan hidupnya dengan makan dedaunan.
Selama berhari-hari, ulat makan. Akan tetapi, lama-kelamaan ulat makin sedikit makan. Demikian
pula, gerakan ulat makin lama makin lambat. Akhirnya, ulat berhenti makan dan tampak tidak
bergerak. Walaupun tidak makan dan tampak tidak bergerak, ulat itu tidak mati.
Ulat segera membuat sarang dari air liurnya. Air liurnya mengeras membentuk bahan semacam
benang sutera. Benang-benang itu melekat pada daun atau batang. Akhirnya, benang-benang itu
menutup seluruh tubuh ulat. Keadaan ulat yang terbungkus dalam sarang benang itu
disebut kepompong (pupa).
Selama masa kepompong, ulat berubah menjadi kupu-kupu. Masa kepompong
berlangsung selama berhari-hari. Jika telah berubah secara sempurna, kupu-kupu keluar
dari kepompong.

Kupu-kupu hidup dengan memakan nektar (madu) yang ada di dasar bunga. Kupu-kupu dewasa
berkembang biak dengan bertelur. Dari telur ini, daur hidup kupu-kupu yang baru dimulai lagi.

Daur hidup kupu-kupu: telur  àulat  à  kepompong  à  kupu-kupu


2. Daur Hidup Nyamuk
Daur hidup nyamuk dimulai dari telur. Telur nyamuk berada di air. Telur menetas
menjadi jentik-jentik (tempayak).
Jentik-jentik hidup dengan cara berenang di air. Jentik-jentik juga mendapatkan makanan
di air. Jentik-jentik terus bergerak-gerak di air.

Kemudian, jentik-jentik tumbuh dan berubah menjadi pupa.  Pupa tidak bergerak. Pupa
dapat berpindah karena dorongan gerakan air.
Selanjutnya, pupa berubah menjadi nyamuk. Nyamuk terbang ke udara. Nyamuk dewasa
akan kembali ke air untuk bertelur. Beberapa jenis nyamuk meletakkan telurnya di air
kotor. Beberapa jenis nyamuk lain meletakkan telurnya di air jernih.

Daur hidup nyamuk: telur  à  jentik-jentik  àpupa  à  nyamuk


3. Daur Hidup Lalat
           Daur hidup lalat dimulai dari telur. Telur lalat biasanya berada di tempat-tempat
yang kotor, misalnya di atas timbunan sampah dan kotoran. Telur menetas
menjadi belatung.  Bentuk belatung seperti cacing kecil.Belatung bergerak dan merayap
mencari makanannya. Belatung paling banyak beradadi tempat yang kotor dan bau.
Kemudian, belatung tumbuh dan berubah menliadi pupa. Pupa tidak bergerak. Pupa
menempel di tempat kotor.

           Setelah beberapa hari, pupa berubah menjadi lalat. Lalat terbang dan mencari
makan di tempat kotor. Lalat dewasa bertelur di tempat itu juga. Dari telur ini, daur hidup
lalat yang baru dimulai lagi.

Daur hidup lalat: telur  àbelatung  à  pupaà  lalat


4. Daur Hidup Kecoak
          Daur hidup kecoak (lipas) dimulai dari telur. Telur kecoak menetas menjadi lipas
muda. Bentuk kecoak muda mirip dengan kecoak dewasa. Bedanya, kecoak muda tidak
bersayap.

Kecoak muda tumbuh dan berubah menjadi kecoak dewasa. Kecoak tidak melalui tahap
pupa. Oleh karena itu, perubahan atau metamorfosis kecoak merupakan metamorfosis
tidak sempurna (tidak lengkap).

           Kecoak dewasa memiliki sayap. Kecoak dapat terbang. Kecoak dewasa bertelur di
air kotor. Dan sini, daur hidup kecoak yang baru dimulai lagi.
Daur hidup kecoak: telur  àkecoak mudaàkecoak
5. Daur Hidup Katak
          Katak adalah satu-satunya hewan bukan serangga yang mengalami metamorfosis.
Kupu-kupu, nyamuk, lalat, dan kecoak termasuk golongan serangga. Katak merupakan
hewan amfibi,  yaitu hewan yang hidup di air dan di darat. Sepanjang hidupnya, katak
hidup di dua alam. Katak tidak dapat bertahan hidup jika tinggal di air saja atau di darat
saja.
           Daur hidup katak dimulai dari telur. Telur katak berada di air. Telur menetas
menjadi kecebong (berudu).  Bentuk kecebong seperti ikan teri. Kecebong hidup dan
tumbuh dalam air. Kecebong bernapas dengan insang. Kemudian, pada kecebong tumbuh
sepasang kaki belakang dan disusul sepasang kaki depan. Kecebong berubah menjadi
katak berekor.
          Semakin lama, ekor katak semakin mengerut. Katak berekor tumbuh dan berubah
menjadi katak muda. Akhirnya, ekor katak hilang.

Katak muda berubah menjadi katak dewasa  yang tidak berekor. Katak dewasa bernapas
dengan paru-paru dan kulit. Katak dewasa hidup di air dan di darat. Katak dewasa bertelur
di dalam air. Dari sini, mulailah telur katak menjalani daur hidupnya.
Daur hidup katak: telur  à  kecebong  à  katak muda  à  katak dewasa
C. Memelihara Hewan Peliharaan
            Adakah di antaramu yang senang memelihara hewan di rumah? Wah, itu sangat
menyenangkan. Kita juga dapat sekaligus berlatih menyayangi sesama makhIuk ciptaan
Tuhan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak teriadi hal-hal yang merugikan. Kamu
tentu tidak mau jika hewan peliharaanmu sakit. Kamu juga sangat tidak mau tertular penyakit
hewan itu. Nah, mari kita pelajari berbagai cara memelihara hewan yang benar.

1. Memberi Makananyang Sehat


          Seperti manusia, hewan juga membutuhkan makanan yang cukup agar hidup
sehat. Berilah makanan yang sesuai bagi hewan itu. Pada Bab 3, kamu telah belajar
tentang hewan dan makanannya. Misalnya, kucing dan anjing memakan daging. Kambing
dan kelinci memakan daun-daunan. Ayam dapat  memakan berbagai jenis makanan.
Burung memakan jagung, semut, ulat, atau buah-buahan.

            Sebelum kamu memelihara hewan itu, tanyakan dulu jenis makanan yang cocok
bagi hewan itu. Misalnya, kamu membeli kura-kura atau ikan, tanyakan ke penjualnya
makanan yang cocok untuk hewan itu.

2. Menjaga Kebersihan Tubuh Hewan


          Hewan yang berambut dan berbulu mudah sekali dihinggapi kutu. Jangan lupa
untuk memandikan hewan agar terbebas dari kutu. Ketahuilah bahwa kutu hewan juga
dapat berpindah ke tubuhmu.

3. Membuat Kandang Hewan


           Berbagai hewan memerlukan tempat tinggal atau kandang. Memang ada
beberapa hewan yang tidak perlu kandang khusus, misalnya kucing. Akan tetapi, kucing
akan merasa nyaman jika kita sediakan tempat tidur khusus. Misalnya, tempat tidur yang
dibuat dari keranjang yang diisi dengan kain bekas.

           Hewan-hewan tertentu perlu tempat tinggal khusus, misalnya ikan dan kura-kura.
Kolam atau akuarium yang menjadi tempat tinggalnya perlu sesekali dikuras.

Hal utama yang harus diperhatikan adalah kandang atau tempat tinggal hewan perlu
sering dibersihkan. Hal itu juga untuk mencegah timbulnya penyakit yang dapat ditularkan
ke manusia melalui kotoran hewan.
Dengan melakukan hal-hal di atas, kamu telah memelihara hewan dengan benar, Akan tetapi,
tahukah kamu bahwa hewan pun sangat membutuhkan kasih sayang? Seperti kamu
membutuhkan kasih sayang keluarga, hewan pun membutuhkan kasih sayang kita. Hewan dapat
mengenal orang-orang yang menyayanginya. Oleh karena itu, misalnya, sambil memberinya
makan, kamu bisa mengajaknya berbicara. Tentu saja hewan itu tidak dapat berbicara seperti
bahasa kita. Akan tetapi, kamu akan melihat bahwa hewan-hewan itu terlihat bahagia. Kamu juga
pasti bahagia karena mendapat teman yang menyenangkan dan lucu. Tahukah kamu, hewan apa
yang dikenal orang sebagai sahabat paling setia bagi manusia?    

           Memelihara hewan juga mempunyai risiko yang tidak diharapkan. Sama seperti kita,
hewan pun dapat terserang penyakit. Penyakit dari hewan itu dapat menular ke manusia. Hal ini
tentu sangat berbahaya.

Penyakit hewan yang dapat menyerang manusia antara lain flu burung dan antraks. Flu burung
menyerang berbagai jenis burung, ayam, dan bebek. Antraks menyerang hewan ternak seperti
kambing, domba, dan sapi.

           Untuk mencegah penularan penyakit ini, kita harus memperhatikan kebersihan dan
kesehatan hewan peliharaan. Alangkah baiknya jika kita selalu memperhatikan peringatan dari
Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian. Misalnya, saat flu burung berjangkit di suatu
daerah, mereka melarang rumah tangga memelihara ayam. Hal ini bertujuan untuk mencegah
meluasnya wabah flu burung. Ayam dan bebek hanya boleh dipelihara dalam suatu peternakan
yang terawat dengan benar. Bagaimana pun juga, kesehatan dan kesejahteraan manusia harus
lebih diutamakan. Hewan peliharaan perlu dirawat agar dapat hidup sehat.

BAB III METODE PENELITIAN

1. Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di ds. Gondanglegi kec. Prambon, yang berada   di
luar kota sekitar 5 km dari kota Kabupaten. Kabupaten Nganjuk Selatan Propinsi Jawa Timur
Tengah mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang kurang
memadahi, Tidak ada Laboratorium IPA, Tidak ada Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan
jumlah guru sebanyak 11 orang Guru Tetap terdiri dari 2 guru laki-laki dan 9 guru perempuan.

2. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas III, dengan jumlah siswa sebanyak 16, yang terdiri dari 9
siswa laki – laki dan 7 siswa perempuan.

3. Prosedur Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September
sampai dengan Nopember 2016. Penelitian ini pada materi Materi Daur Hidup Hewan
diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan.
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

1. Siklus I
Pada siklus ini membahas Materi Daur Hidup Hewan.

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan
membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa,
dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap  ini dilakukan :

1. Guru menjelaskan materi Materi Daur Hidup Hewan secara klasikal.


2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk  kelompok, masing–masing kelompok
terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan
langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar
kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu
dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
c. Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah
keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi
aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa
diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi
pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila
dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 60 %.


2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang
diambil dari tes hasil belajar siswa.
2. Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan
siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui
sama seperti pada tahap   siklus I.

4. Teknik Pengumpulan Data


Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang


kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.


2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
Guru.
5. Teknik Analisa Data
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Daur Hidup
Hewan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut
mampu mencapai nilai 70.
Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 60 ini jumlahnya sekitar 85%
dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut
Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

P=FN  x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas


                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi Daur Hidup
Hewan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun
lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan
lembar observasi.

1.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis 8 september 2016 dari pukul 07.00
s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan
untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan
inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking  berupa menyanyi, (3) menggali
pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
selanjutnya. Kegiatan icebreaking  yang dilakukan guru.
 Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan
sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru
berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari
hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok
yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru
sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi
penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan ceramah,  (2) siswa melakukan kilas balik
tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan
keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
1.
c. Observasi
Partisipasi siswa Kelas III ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
kondisi awal sebelum dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons
siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah
yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah
tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu
meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas III

dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi
awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah 16 terdapat 9 siswa atau 56 % yang tuntas dan yang
tidak tuntas ada 7 Siswa atau 44% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 59,7.
Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
            Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Aldi Pranutu 60 Tuntas

2 Arera Ariani 55 Tidak Tuntas

3 Cristover Okta Cristian 60 Tuntas

4 Gezhae Zlatan Ibramovich 50 Tidak Tuntas

5 Jonatan Regurinus A 70 Tuntas

6 Meihani Ester Ptrasia 55 Tidak Tuntas

7 Marvel Guruh Riwut 65 Tuntas

8 Niranta Riangni 70 Tuntas

9 Purna Youga Warisno 60 Tuntas

10 Riyehni 50 Tidak Tuntas

11 Wisnu Wardana 60 Tuntas

12 Widya Chintya Bella 75 Tuntas

13 Zevana Aurelya Cristian 50 Tidak Tuntas

14 Moza 70 Tuntas

15 Samuel Paska Herkuni 55 Tidak Tuntas

16 Efraim Satat Pera 50 Tidak Tuntas

  Jumlah 955  

  Rata-rata 59,7  

  Ketuntasan Klasikal 56%  

d. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar
pada materi Materi Daur Hidup Hewan Multikultural dengan ceramah ternyata hasil yang
didapat nilai rata-rata sebesar 59,7 dan secara klasikal sebesar 56%. Hal ini masih jauh
dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Daur Hidup Hewan.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi
Daur Hidup Hewan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini
terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada model Pembelajaran dan pengisian LKS
sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan
sempurna. Kedua,  siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, 
seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok
tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi
di akhir pelajaran.
           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk
mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan
diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang
siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua.
Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih
memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain
dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan
lebih detail tentang materi Materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang
sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk
masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan Materi Daur Hidup Hewan. Disamping itu guru juga
membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan
siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan
dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
1.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis 22 September 2016 dari
pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang
dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu
untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking  berupa menyanyi, (3) menggali
pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
selanjutnya. Kegiatan icebreaking  yang dilakukan guru.
 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses
menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan
dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,  pertama-tama guru membagi siswa dalam
kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan
sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru
berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari
hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok
yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru
sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi
penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD,  (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan
dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan
gembira.

f. Observasi
1. Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas 3 ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran
pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan
respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil
masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat
merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan
harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas III dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini
terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan
penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan jumlah siswa 16 orang, terdapat 12 siswa atau 75% yang tuntas
dan yang tidak tuntas ada 4 Siswa atau 25% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat
pada tabel 3 dibawah ini.
            Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Aldi Pranutu 70 Tuntas

2 Arera Ariani 65 Tuntas

3 Cristover Okta Cristian 70 Tuntas

4 Gezhae Zlatan Ibramovich 55 Tidak Tuntas

5 Jonatan Regurinus A 80 Tuntas

6 Meihani Ester Ptrasia 65 Tuntas

7 Marvel Guruh Riwut 75 Tuntas

8 Niranta Riangni 80 Tuntas

9 Purna Youga Warisno 70 Tuntas

10 Riyehni 55 Tidak Tuntas

11 Wisnu Wardana 65 Tuntas

12 Widya Chintya Bella 85 Tuntas

13 Zevana Aurelya Cristian 55 Tidak Tuntas

14 Moza 75 Tuntas

15 Samuel Paska Herkuni 60 Tuntas

16 Efraim Satat Pera 55 Tidak Tuntas

  Jumlah 1080  
  Rata-rata 67,5  

  Ketuntasan Klasikal 75%  

1.
2. Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang
menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Daur Hidup Hewan
pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani
dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD digunakan angket yang
diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket
respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil
angket tentang tanggapan 16 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran
materi Materi Daur Hidup Hewan, siswa secara umum memberikan tanggapan yang
positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa
senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh
guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran
berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa
merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD.
Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe   

             Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


No. Uraian Tanggapan Siswa

Senang Tidak Senang

F % F %

1. Bagaimana perasaan kamu selama 15 94 1 6


mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

    Senang Tidak Senang

    F % F %

2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :        

a. Materi pelajaran 16 100 0 0


b. Lembar kerja siswa (LKS)
c. Suasana Belajar di Kelas 14 87,5 2 12,5
d. Cara penyajian materi oleh guru
15 94 1 6

16 100 0 0

    Mudah TSulit

    F % F %

3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti 15 94 1 6


pembelajaran ini

    Bermanfaat Tidak

Bermanfaat

    F % F %

4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi 16 100 0 0


kamu ?

    Baru Tidak Baru

    F % F %

5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 16 100 0 0

    Ya Tidak

    F % F %

6. Apakah kamu menginginkan pokok 15 94 1 6


bahasan yang lain menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD?
 

Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

    Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD   


      N=Jumlah: 16 orang
1.
3. Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditunjukan pada tabel 4, bahwa
pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam materi pelajaran Daur Hidup Hewan pada
siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Pembelajaran
                              Kooperatif Tipe STAD
No. Aspek yang diamati Skor pengamatan

RPP I Keterangan

1. Pesiapan 3,0 Baik

2. Pelaksanaan 2,5 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,5 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 2,75 Baik


Keterangan :
0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

4. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar
pada Materi Daur Hidup Hewan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada Materi Daur Hidup
Hewan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Daur Hidup Hewan.
Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa
tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak
terisi dengan sempurna. Kedua,  siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks
pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau
dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada
saat evaluasi di akhir pelajaran.
           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk
mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan
diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang
siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua.
Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih
memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain
dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan
lebih detail tentang Materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang sulit
atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah
yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

3. Deskripsi siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi
Daur Hidup Hewan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes
hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer
mendiskusikan lembar observasi.
        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 13 Oktober 2016 dari
pukul 07.00 s.d 08.10 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang
dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu
untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 10 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali
pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses
menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan
dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,  pertama-tama guru membagi siswa dalam
5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan
sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru
berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari
hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok
yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru
sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi
penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD,  (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan
(3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
Observasi
1. Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas III ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II
setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap
Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat
proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Partisipasi siswa Kelas III dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari
hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah 16 siswa,
terdapat 14 siswa atau  87,5% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 12,5% yang
tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 74,1. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Aldi Pranutu 80 Tuntas

2 Arera Ariani 75 Tuntas

3 Cristover Okta Cristian 80 Tuntas

4 Gezhae Zlatan Ibramovich 55 Tidak Tuntas

5 Jonatan Regurinus A 85 Tuntas

6 Meihani Ester Ptrasia 75 Tuntas

7 Marvel Guruh Riwut 80 Tuntas

8 Niranta Riangni 90 Tuntas

9 Purna Youga Warisno 80 Tuntas

10 Riyehni 65 Tuntas

11 Wisnu Wardana 65 Tuntas

12 Widya Chintya Bella 90 Tuntas

13 Zevana Aurelya Cristian 55 Tidak Tuntas

14 Moza 80 Tuntas
15 Samuel Paska Herkuni 70 Tidak Tuntas

16 Efraim Satat Pera 60 Tuntas

  Jumlah 1185  

  Rata-rata 74,1  

  Ketuntasan Klasikal 87,5%  


            

Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe  

                   Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


              N = Jumlah: 16 orang

2. Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditunjukan pada tabel 4, bahwa
pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam
materi pelajaran Daur Hidup Hewan pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk
kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

                        Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


No. Aspek yang diamati Skor pengamatan

Siklus II Keterangan

1. Pesiapan 3,15 Baik

2. Pelaksanaan 2,75 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,75 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 3,115 Baik


Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

3. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar
pada Materi Daur Hidup Hewan  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Daur Hidup
Hewan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Daur Hidup Hewan.
Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa
tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak
terisi dengan sempurna. Kedua,  siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks
pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau
dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada
saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi
penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan
pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada
setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara
demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami
materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan
temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail
tentang materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak
mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini
penjelasannya dibantu oleh pengamat.

.2 Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas III untuk
Materi Daur Hidup Hewan dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 59,7 dengan nilai tertinggi adalah 75
terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 56%
dan yang tidak tuntas 44%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas III pada siklus 1 untuk Materi Daur
Hidup Hewan dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diperoleh nilai
rata – rata siklus 1 sebesar 67,5 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai
terendah adalah 55 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 75% dan yang tidak tuntas 25%.
Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Daur Hidup Hewan diperoleh nilai rata – rata siklus
II sebesar 74,1 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 65
terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 87,5% dan yang tidak tuntas 12,5%.

Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini
disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk
sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya
Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan Upaya
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan.

Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan Upaya Meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan
siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD.
2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD pada materi Daur Hidup Hewan menurut penilaian pengamat termasuk
kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat
adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama
dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi,
memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab
pertanyaan dari guru.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan
yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling
bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik.yang menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan
bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan
kelompok.

3. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua
aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Daur Hidup Hewan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar,
yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di
kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar. Kemampuan seorang guru sangat
penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga memberikan kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung efektif dan efisien.
4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif

   Tipe STAD
        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa
merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi
oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru
dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi,
sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.
        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya
menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan siswa merasa bahwa model
pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD bermanfaat bagi
mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat
mudah diingat.
BAB V PENUTUP

1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran


kooperatiftipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Materi
Daur Hidup Hewan Siswa Kelas III
.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat saran–saran, yaitu:

1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang lebih
menarik dan bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai