1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau
reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek,
yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara
visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang
optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri
siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih keras
untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan
percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan
untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
keterampilan atau prilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam
menilai hasil yang dicaPendidikan IPAnya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,
Model pembelajaran STAD lebih tepat diterapkan melalui metode kooperatif yakni siswa berada
dalam 3 kelompok kecil dengan anggota sebanyak 5-6 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini
terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena
keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya sehingga anggota kelompok saling
membantu.
Dengan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maka untuk tiga
cerpen yang tersebut. Dengan memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada anggota
dan sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Begitu selesai kegiatan guru memberi
kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa saat menjawab kuis / pertanyaan siswa tidak boleh saling
bantu sehingga kemudian guru memberi evaluasi dan membuat kesimpulan tentang hasil
kemajuan belajar siswa.
2. Keuntungan penggunaan Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006).
menyatakan bahwa strategi ini dapat digunakan untuk brainstorming di awal pelajaran untuk
menemukan apa yang telala diketahui siswa Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat
membantu siswa memonitor pemahaman mereka terhap bacaan. juga dimaksudkan sebagai
latihan, untuk suatu kelompok belajar maupun sebuah kelas, yang dapat membimbing siswa
membaca dan memahami sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan siswa untuk
bekerja sendiri, tetapi diskusi akan lebih membantu memahami teks bacaan lebih baik.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan gagasan mereka di luar teks yang mereka baca.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan sarana yang dapat digunakan untuk
meningkatkan reading comprehension siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti
bagaimana menggunakan strategi tersebut dengan benar untuk memahami bacaan. Dalam
proses memahami penggunaan STAD, siswa memerlukan bimbingan dan pemaparan yang
jelas. Setelah itu siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD selangkah demi selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang
berhubungan dengan topik yang disajikan guru atau peneliti di kolom K. Kemudaan siswa
dapat membuat pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang topik yang
disajikan di dalam kolom. Selanjutnva siswa dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada
kolom siswa tidak menemukan jawaban di bacaan, siswa-mencarinya dari sumber lain.
Jawaban-jawaban tersebut diletakkan padat kolom.
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD ini, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih
perhatian saat diperkenalkan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD peneliti. Strategi
ini membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari bacaan.
b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa memerlukan lebih
banyak latiban untuk dapat menggunakan strategi
Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan belajar
mengajar. Lalu peneliti akan membuat tabel STAD di papan tulis atau di selembar kertas.
Peneliti akan meminta siswa menyalinnya untuk menulis informasi yang didapatkan dari
teks bacaan.
Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang mereka
anggap berhubungan dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam kolom K pada
tabel STAD yang ada pada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan sampai para siswa
kehabisan gagasan.
b. While-Rending Activity.
Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa yang ingin mereka
ketahui banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah mereka tulis di dalam
kolom. Pertama-tama siswa menulis kalimat di atas selembar kertas. Kemudian, siswa
mengubah kalimat tersebut meniadi pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan perhatian mereka selama
pembacaan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada kolom.
c. Post-Reading Activity
Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan di kolom W selama atau setelah
pembacaan teks bacaan lalu menuliskannya di kolom. Setelah itu, peneliti mendiskusikan
informasi yang tercatat pada kolom dan memotivasi siswa mencari pertanyaan di dalam
kolom yang tidak terjawab atau jawabannya tidak ditemukan di dalam teks bacaan. Siswa
harus mencari sumber lain untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang tidak
terjawab.
1.
1.
3. Materi Daur Hidup Hewan
1. Pendahuluan
Pernahkah kamu memperhatikan perkembangan hewan yang hidup di lingkunganmu? Jika kamu
memelihara hewan, kamu pasti mengetahuinya. Coba kamu amati anak ayam yang baru menetas
atau anak kucing yang baru lahir. Bagaimana rupa anak ayam dan anak kucing itu? Tentu saja
lucu. Apakah anak-anak hewan itu mirip dengan induknya? Anak ayamdan anak kucing mirip
dengan induknya. Jika ada perbedaan, mungkin hanya pada warna bulu atau rambutnya.
Tahukah kamu rupa anak katak yang baru menetas? Anak katak yang baru menetas amat
berbeda dengan induknya. Bentuk anak katak itu seperti ikan teri. Anak katak yang baru menetas
disebut kecebong. Kecebong tumbuh dan mengalami tahap perubahan bentuk menjadi katak
dewasa. Tahap perubahan bentuk yang sangat berbeda yang dialami hewan sejak menetas
sampai menjadi hewan dewasa disebut metamorfosis.
Seluruh tahap perubahan yang dialami makhluk hidup selama hidupnya disebut daur hidup. Pada
bagian ini, kita akan belajar tentang daur hidup hewan, Misalnya, perubahan yang dialami ayam
dan katak mulai dari telur sampai dewasa dan dapat menghasilkan telur lagi. Katak mengalami
metamorfosis (perubahan bentuk) dalam daur hidupnya, sedangkan ayam tidak.
A. Daur Hidup Tanpa Metamorfosis
Sebagian besar hewan mengalami daur hidup tanpa metamorfosis. Seperti diterangkan di
atas bahwa ayam dalam daur hidupnya tidak mengalami metamorfosis. Begitu juga dengan
kucing, kambing, ikan, burung, dan banyak hewan lain.
Kanguru menghasilkan anak dengan cara beranak (melahirkan). Berbeda dengan kucing,
kanguru mengandung kira-kira hanya sebulan.Anak kanguru yang lahir pun masih sangat
kecil dan lemah. Begitu keluar dari tubuh induknya, anak kanguru merambat perlahan ke
kantong induknya yang ada di depan perut. Di kantong itu, anak kanguru menyusu
sampai berbulan-bulan. Setelah tubuhnya cukup besar, barulah anak kanguru keluar dari
kantung induknya.
Daur hidup hewan tanpa metamorfosis tidak mengakibatkan perubahan bentuk yang
sangat berbeda pada hewan.
B. Daur Hidup Dengan Metamorfosis
Sekarang, kita akan mempelajari daur hidup hewan yang mengalami metamorfosis.
Berdasarkan perubahan bentuk tubuh hewan, metamorfosis dibagi menjadi dua golongan
sebagai berikut.
Kupu-kupu hidup dengan memakan nektar (madu) yang ada di dasar bunga. Kupu-kupu dewasa
berkembang biak dengan bertelur. Dari telur ini, daur hidup kupu-kupu yang baru dimulai lagi.
Kemudian, jentik-jentik tumbuh dan berubah menjadi pupa. Pupa tidak bergerak. Pupa
dapat berpindah karena dorongan gerakan air.
Selanjutnya, pupa berubah menjadi nyamuk. Nyamuk terbang ke udara. Nyamuk dewasa
akan kembali ke air untuk bertelur. Beberapa jenis nyamuk meletakkan telurnya di air
kotor. Beberapa jenis nyamuk lain meletakkan telurnya di air jernih.
Setelah beberapa hari, pupa berubah menjadi lalat. Lalat terbang dan mencari
makan di tempat kotor. Lalat dewasa bertelur di tempat itu juga. Dari telur ini, daur hidup
lalat yang baru dimulai lagi.
Kecoak muda tumbuh dan berubah menjadi kecoak dewasa. Kecoak tidak melalui tahap
pupa. Oleh karena itu, perubahan atau metamorfosis kecoak merupakan metamorfosis
tidak sempurna (tidak lengkap).
Kecoak dewasa memiliki sayap. Kecoak dapat terbang. Kecoak dewasa bertelur di
air kotor. Dan sini, daur hidup kecoak yang baru dimulai lagi.
Daur hidup kecoak: telur àkecoak mudaàkecoak
5. Daur Hidup Katak
Katak adalah satu-satunya hewan bukan serangga yang mengalami metamorfosis.
Kupu-kupu, nyamuk, lalat, dan kecoak termasuk golongan serangga. Katak merupakan
hewan amfibi, yaitu hewan yang hidup di air dan di darat. Sepanjang hidupnya, katak
hidup di dua alam. Katak tidak dapat bertahan hidup jika tinggal di air saja atau di darat
saja.
Daur hidup katak dimulai dari telur. Telur katak berada di air. Telur menetas
menjadi kecebong (berudu). Bentuk kecebong seperti ikan teri. Kecebong hidup dan
tumbuh dalam air. Kecebong bernapas dengan insang. Kemudian, pada kecebong tumbuh
sepasang kaki belakang dan disusul sepasang kaki depan. Kecebong berubah menjadi
katak berekor.
Semakin lama, ekor katak semakin mengerut. Katak berekor tumbuh dan berubah
menjadi katak muda. Akhirnya, ekor katak hilang.
Katak muda berubah menjadi katak dewasa yang tidak berekor. Katak dewasa bernapas
dengan paru-paru dan kulit. Katak dewasa hidup di air dan di darat. Katak dewasa bertelur
di dalam air. Dari sini, mulailah telur katak menjalani daur hidupnya.
Daur hidup katak: telur à kecebong à katak muda à katak dewasa
C. Memelihara Hewan Peliharaan
Adakah di antaramu yang senang memelihara hewan di rumah? Wah, itu sangat
menyenangkan. Kita juga dapat sekaligus berlatih menyayangi sesama makhIuk ciptaan
Tuhan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak teriadi hal-hal yang merugikan. Kamu
tentu tidak mau jika hewan peliharaanmu sakit. Kamu juga sangat tidak mau tertular penyakit
hewan itu. Nah, mari kita pelajari berbagai cara memelihara hewan yang benar.
Sebelum kamu memelihara hewan itu, tanyakan dulu jenis makanan yang cocok
bagi hewan itu. Misalnya, kamu membeli kura-kura atau ikan, tanyakan ke penjualnya
makanan yang cocok untuk hewan itu.
Hewan-hewan tertentu perlu tempat tinggal khusus, misalnya ikan dan kura-kura.
Kolam atau akuarium yang menjadi tempat tinggalnya perlu sesekali dikuras.
Hal utama yang harus diperhatikan adalah kandang atau tempat tinggal hewan perlu
sering dibersihkan. Hal itu juga untuk mencegah timbulnya penyakit yang dapat ditularkan
ke manusia melalui kotoran hewan.
Dengan melakukan hal-hal di atas, kamu telah memelihara hewan dengan benar, Akan tetapi,
tahukah kamu bahwa hewan pun sangat membutuhkan kasih sayang? Seperti kamu
membutuhkan kasih sayang keluarga, hewan pun membutuhkan kasih sayang kita. Hewan dapat
mengenal orang-orang yang menyayanginya. Oleh karena itu, misalnya, sambil memberinya
makan, kamu bisa mengajaknya berbicara. Tentu saja hewan itu tidak dapat berbicara seperti
bahasa kita. Akan tetapi, kamu akan melihat bahwa hewan-hewan itu terlihat bahagia. Kamu juga
pasti bahagia karena mendapat teman yang menyenangkan dan lucu. Tahukah kamu, hewan apa
yang dikenal orang sebagai sahabat paling setia bagi manusia?
Memelihara hewan juga mempunyai risiko yang tidak diharapkan. Sama seperti kita,
hewan pun dapat terserang penyakit. Penyakit dari hewan itu dapat menular ke manusia. Hal ini
tentu sangat berbahaya.
Penyakit hewan yang dapat menyerang manusia antara lain flu burung dan antraks. Flu burung
menyerang berbagai jenis burung, ayam, dan bebek. Antraks menyerang hewan ternak seperti
kambing, domba, dan sapi.
Untuk mencegah penularan penyakit ini, kita harus memperhatikan kebersihan dan
kesehatan hewan peliharaan. Alangkah baiknya jika kita selalu memperhatikan peringatan dari
Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian. Misalnya, saat flu burung berjangkit di suatu
daerah, mereka melarang rumah tangga memelihara ayam. Hal ini bertujuan untuk mencegah
meluasnya wabah flu burung. Ayam dan bebek hanya boleh dipelihara dalam suatu peternakan
yang terawat dengan benar. Bagaimana pun juga, kesehatan dan kesejahteraan manusia harus
lebih diutamakan. Hewan peliharaan perlu dirawat agar dapat hidup sehat.
1. Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di ds. Gondanglegi kec. Prambon, yang berada di
luar kota sekitar 5 km dari kota Kabupaten. Kabupaten Nganjuk Selatan Propinsi Jawa Timur
Tengah mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang kurang
memadahi, Tidak ada Laboratorium IPA, Tidak ada Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan
jumlah guru sebanyak 11 orang Guru Tetap terdiri dari 2 guru laki-laki dan 9 guru perempuan.
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas III, dengan jumlah siswa sebanyak 16, yang terdiri dari 9
siswa laki – laki dan 7 siswa perempuan.
3. Prosedur Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September
sampai dengan Nopember 2016. Penelitian ini pada materi Materi Daur Hidup Hewan
diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan.
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.
1. Siklus I
Pada siklus ini membahas Materi Daur Hidup Hewan.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan
membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa,
dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi
pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang dilakukan bila
dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :
Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari:
Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Daur Hidup
Hewan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut
mampu mencapai nilai 70.
Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 60 ini jumlahnya sekitar 85%
dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut
Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:
P=FN x 100%
Hasil Penelitian
1. Perencanaan
1.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis 8 september 2016 dari pukul 07.00
s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan
untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan
inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali
pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan
sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru
berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari
hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok
yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru
sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi
penguatan.
Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik
tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan
keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
1.
c. Observasi
Partisipasi siswa Kelas III ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
kondisi awal sebelum dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons
siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah
yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah
tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu
meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas III
dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi
awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah 16 terdapat 9 siswa atau 56 % yang tuntas dan yang
tidak tuntas ada 7 Siswa atau 44% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 59,7.
Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal
14 Moza 70 Tuntas
Jumlah 955
Rata-rata 59,7
d. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar
pada materi Materi Daur Hidup Hewan Multikultural dengan ceramah ternyata hasil yang
didapat nilai rata-rata sebesar 59,7 dan secara klasikal sebesar 56%. Hal ini masih jauh
dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Daur Hidup Hewan.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi
Daur Hidup Hewan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini
terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada model Pembelajaran dan pengisian LKS
sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan
sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,
seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok
tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi
di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk
mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan
diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang
siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua.
Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih
memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain
dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan
lebih detail tentang materi Materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang
sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk
masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
1. Perencanaan
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali
pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses
menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan
dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, pertama-tama guru membagi siswa dalam
kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan
sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru
berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari
hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok
yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru
sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi
penguatan.
Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan
dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan
gembira.
f. Observasi
1. Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas 3 ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran
pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan
respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil
masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat
merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan
harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas III dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini
terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan
penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan jumlah siswa 16 orang, terdapat 12 siswa atau 75% yang tuntas
dan yang tidak tuntas ada 4 Siswa atau 25% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat
pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I
14 Moza 75 Tuntas
Jumlah 1080
Rata-rata 67,5
1.
2. Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang
menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Daur Hidup Hewan
pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani
dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD digunakan angket yang
diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket
respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil
angket tentang tanggapan 16 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran
materi Materi Daur Hidup Hewan, siswa secara umum memberikan tanggapan yang
positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa
senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh
guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran
berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa
merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD.
Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
F % F %
F % F %
16 100 0 0
Mudah TSulit
F % F %
Bermanfaat Tidak
Bermanfaat
F % F %
F % F %
Ya Tidak
F % F %
RPP I Keterangan
4. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar
pada Materi Daur Hidup Hewan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada Materi Daur Hidup
Hewan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Daur Hidup Hewan.
Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa
tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak
terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks
pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau
dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada
saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk
mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan
diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang
siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua.
Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih
memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain
dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan
lebih detail tentang Materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang sulit
atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah
yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
3. Deskripsi siklus II
1. Perencanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 13 Oktober 2016 dari
pukul 07.00 s.d 08.10 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang
dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu
untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali
pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses
menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan
dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, pertama-tama guru membagi siswa dalam
5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan
sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru
berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari
hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok
yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru
sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi
penguatan.
Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan
(3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
Observasi
1. Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas III ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II
setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap
Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat
proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Partisipasi siswa Kelas III dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari
hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah 16 siswa,
terdapat 14 siswa atau 87,5% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 12,5% yang
tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 74,1. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II
10 Riyehni 65 Tuntas
14 Moza 80 Tuntas
15 Samuel Paska Herkuni 70 Tidak Tuntas
Jumlah 1185
Rata-rata 74,1
Keterangan :
2. Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditunjukan pada tabel 4, bahwa
pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam
materi pelajaran Daur Hidup Hewan pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk
kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan
Siklus II Keterangan
3. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar
pada Materi Daur Hidup Hewan dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Daur Hidup
Hewan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Daur Hidup Hewan.
Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa
tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak
terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks
pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau
dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada
saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi
penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan
pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada
setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara
demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami
materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan
temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail
tentang materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak
mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini
penjelasannya dibantu oleh pengamat.
.2 Pembahasan
1. Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas III untuk
Materi Daur Hidup Hewan dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 59,7 dengan nilai tertinggi adalah 75
terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 56%
dan yang tidak tuntas 44%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas III pada siklus 1 untuk Materi Daur
Hidup Hewan dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diperoleh nilai
rata – rata siklus 1 sebesar 67,5 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai
terendah adalah 55 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 75% dan yang tidak tuntas 25%.
Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Daur Hidup Hewan diperoleh nilai rata – rata siklus
II sebesar 74,1 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 65
terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 87,5% dan yang tidak tuntas 12,5%.
Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini
disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk
sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya
Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan Upaya
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan.
Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan Upaya Meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan
siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD.
2. Aktivitas Siswa
Tipe STAD
Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa
merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi
oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru
dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi,
sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.
Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya
menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan siswa merasa bahwa model
pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD bermanfaat bagi
mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat
mudah diingat.
BAB V PENUTUP
1 Kesimpulan
1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang lebih
menarik dan bervariasi.