Anda di halaman 1dari 8

1. b.

Literasi sains dalam pembelajaran fisika


Menurut standar kompetensi lulusan yang terdapat pada Kurikulum 2006, terdapat dua tujuan
pelajaran fisika di sekolah yang sejalan dengan literasi sains, dua kemampuan itu adalah
1. Kemampuan untuk dapat mengembangkan pengalaman agar dapat merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan
hasil percobaan secara lisan atau tertulis.
2. Mengambangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif
dengan menggunakan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
menyelesaikan masalah baik secara kualitaif maupun kuantatif.
Dengan dua tujuan dari pelajaran fisika ini, diharapkan sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal dapat menciptakan lingkungan pembelajaran demi tercapainya tujuan pelajaran fisika.
Pertanyaannya adalah apakah pembelajaran fisika dikelas sudah melatihkan kemampuan literasi
sains siswa?. untuk itu sebagai seorang guru tentu kita harus memiliki wawasan pembelajaran
seperti apa yang bisa diaplikasikan agar kemampuan literasi sains siswa dapat meningkat.
Kompoenen-komponen pembelajaran mulai dari perencanaan, proses dan evaluasi harus dikuasai
oleh guru agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Pembelajaran adalah penciptaan lingkungan agar manusia-manusia yang ada didalamnya
mengalami pengalaman tertentu, sehingga tanggapan dan tingkat laku seseorang dapat berubah
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, atau dari suatu keadaan ke keadaan
lain yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran.
Penyusunan rangkaian pembelajaran mengacu pada kompetensi yang diharapkan tercapai. Setiap
kegiatan dalam proses pembelajaran memberikan andil bagi kompetensi yang ingin dimiliki
siswa. Rangkaian aktivitas pembelajaran terangkum dalam model pembelajaran yang digunakan.
Pemilihan model pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Jika tujuan pembelajarannya adalah ingin melatihkan kemampuan literasi sains
maka guru harus memilih model pembelajaran yang dapat melatihkan kemampuan literasi sains
pada siswa.
Terdapat prinsip-prinsip penting yang harus ada dalam sebuah pemebalajaran yang bertujuan
untuk melatihkan kemampuan literasi sains pada siswa. prinsip-prisip tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membuat pembelajaran lebih konseptual, sehingga siswa mampu mengintegrasikan
konsep dengan kehidupan sehari-hari. Setelah siswa memahami konsep, siswa dituntun
agar dapat melihat aplikasi dari konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
2. Agar siswa lebih termotivasi dalam belajar, maka guru harus dapat menyediakan
pembelajaran yang interaktif.

3. Buat pembelajaran lebih konseptual, siswa selalu terpapar dengan informasi dan
peristiwa terbaru yang terjadi yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari.
4. Buat topik yang dipelajari ada kaitannya dengan isu sosial yang sedang hangat
dibicarakan.
5. Siswa diajak untuk memahami topk-topik secara lebih mendalam sehingga siswa benarbenar mengerti mulai dari konsep sampai aplikasi mengenai topik tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Kelima prinsip diatas adalah hal-hal minimal yang harus ada dalam sebuah pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan literasi sains. Terdapat beberapa model pembelajaran yang bisa
digunakan dalam melatihkan kemampuan literasi sains, salahsatunya adalah model pembelajaran
berbasis inkuiri. Secara garis besar model pembelajaran berbasis inkuiri memiliki hal-hal penting
dimana disetiap tahapannya memiliki tujuan tertentu.
Tabel 1. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri dan Tujuannya

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Tahapan

Tujuan

Brainstorming
Menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa
Merumuskan masalah
Memfokuskan siswa pada apa yang ingin dicari
Merumuskan jawaban sementara Menjadikan siswa terlatih dengan merumuskan
jawaban sementara
Memprediksi
Membuat siswa merancang cara yang tepat untuk
menguji jawaban sementara
Mengumpulkan data
Melatihkan kemampuan observasi pada siswa
Mengolah data
Melatihkan kemampuan interpretasi data
Menarik kesimpulan
Siswa dilatih bagaimana membuat kesimpulan dari
kecendrungan data yang didapatkan
Aplikasi konsep
Siswa mampu mencari hubungan, aplikasi, dan
mensistesis konsep yang telah dipelajari dalam
situasi yang berbeda-beda.

Berdasarkan tahap-tahapan yang ada pada pembelajaran inkuiri diatas, maka dapat dsimpulkan
bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang cocok digunakan jika ingin melatihkan
kemampuan literasi sains pada siswa. tahap-tahapan yang ada pada pemebalajaran sains tersebut
melatihkan kemampuan kemapuan yang dimilki oleh saintis sehingga secara tidak langsung
model pembelajaran ini dapat melatihkan kemampuan perbikir tingkat tinggi.
1. c. Sistem Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi sains

Begitu banyak model-model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model pembelajaran


inkuiri. Model-model terapan ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
ingin dicapai. Tiga komponen penting dalam sebuah pembelajaran, yaitu perencanaan, proses
dan evaluasi. Evaluasi adalah sistem penilaian dimana system penilaian ini akan digunakan
sebagai dasar dalam mengambil kebijakan. Evaluasi di awali oleh proses pencatatan data. Data
yang dicatat menggunakan alat pencatatan atau alat ukur yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Jika tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah literasi sains
maka alat ukur yang digunakan haruslah benar-benar bisa mengakses informasi mengenai
kemampuan literasi sains siswa.
Salah satu komponen yang bisa diukur untuk mengakses kemampuan literasi sains siswa adalah
dengan mengakses kemampuan inquiri. Wenning (2007) dalam jurnalnya Assessing Inquiry
Skills as a component of Scientific Literacy mengatakan bahwa kemampuan literasi sains dapat
diketahui dengan mengukur kemampuan inkuiri siswa. Kemampuan inkuiri berati kemampuan
menyelidiki. Dalam penyelidikan ilmiah terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki
siswa, kompetensi itu antara lain:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat akan masalah yang akan diinvestigasi
2. Mampu mengindentifikasi masalah yang akan diinvestigasi
3. Menggunakan pola pikir induktif, sehingga siswa mampu menyusun hipotesis
4. Menggunakan pola pikir deduktif, sehingga siswa memformulasikan kemungkinan apa
yang akan terjadi berdasarkan hipotesa yang sudah disusun
5. Mampu merancang eksperimen dan melakukan observasi untuk menguji hipotesa
6. Mengumpulkan data, mengorganisasi data, dan menganalisa data secara akurat
7. Mampu mengaplikasikan perhitungan statistik dalam pengolahan data untuk mengambil
kesimpulan
8. Dapat menjelaskan secara logis hasil eksperimen jika data yang diinginkan tidak didapat
9. Menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan hasil temuan
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengukur literasi sains siswa adalah dengan
menjadikan komponen-komponen inkuiri diatas sebagai indikator ketercapapaian tujuan
pembelajaran. Jika yang ingin dicapai adalah kemampuan inkuiri, maka yang cocok digunakan
sebagai model pembelajaran adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri dan
system penilaian inkuiri sudah meruakan satu paket yang dapat diaplikasikan dalam suatu
pembelajaran.
Literasi sains tidak hanya bisa diukur melalui melalui kompetensi inkuiri siswa, namun bisa juga
diukur dengan kompetensi yang lain. Sebelum mengukur kemampuan literasi sains, maka kita

harus menentukan terlebih dahulu indikator yang bisa dijadikan sebagai penanda bahwa siswa
memiliki kemampuan literasi sains.
PISA menteapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yaitu proses sains,
konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat
ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk didalamnya mengenal jenis
pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan
dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada.
Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk memahami fenomena
alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. PISA tidak secara
khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi
kurikulum sains sekolah, namun pengetahuan ini dapat pula bersumber dari sumber-sumber yang
lain. Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi
aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Dalam kaitan ini PISA membagi bidang aplikasi
literasi sains dalam beberapa kelompok, yaitu; kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan,
serta teknologi.
Tiga dimensi versi PISA juga bisa dijadikan acuan dalam penyusunan indikator ketercapaian
literasi sains siswa. dimensi-dimensi diatas tinggal disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan
disampaikan. Pada jurnal yang sama PISA juga mendeskripsikan topik-topik apa saja yang bisa
menjadi sumber belajar agar literasi sains dapat diwujudkan. Topik-topik tersebut diantaranya:
struktur dan sifat materi, perubahan atmosfer, perubahan fisis dan perubahan kimia, transformasi
energy, gerak dan gaya, bentuk dan fungsi, biologi manusia, perubahan fisiologis, keragaman
mahluk hidup, pengendalian genetik, ekosistem, bumi dan kedudukannya di alam semesta serta
perubahan geologis. Secara umum topik-topik diatas dapat dikategorikan berasal dari tiga mata
pelajaran yaitu: fisika, biologi dan kimia.
Pengembanagan alat ukur literasi sains disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dilihat
literasi sainsnya, sehingga hadirlah fisika literasi, kimia literasi, ataupun biologi literasi. Semua
ini dilakukan bertujuan untuk seberapa besar konsep-konsep fisika, kimia dan biologi dapat
diaplikasikan oleh siswa agar dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Satu penelitian yang bisa menjadi acuan dalam pengembangan alat ukur literasi sain adalah
penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Sains di Negara Israel. Literasi sains
yang diukur adalah literasi sains pada cabang disiplin ilmu kimia. Jurnal ini berjudul The Use Of
Scientific Literacy Taxonomy For Assessing The Development Of Chemical Literacy Among
High School Students. Penelitian dalam jurnal ini dilakukan pada kelas 10 sampai kelas 12 untuk
melihat apakah ada pengaruh pembelajaran kimia pada literasi sains. Untuk kelas 10 yang baru
masuk pertanyaan penelitian yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah, apakah ada
pengaruhnya pembelajaran kimia pada tingkat dasar pada kimia literasi siswa. Sedangkan untuk
siswa diakhir kelas 10, pertengahan kelas 11 dan diakhir kelas 12, pertanyaan yang akan dicari
jawabannya dalam penelitian adalah apakah ada pengaruhnya dan apakah terdapat perbedaan
mengenai materi kimia yang didapatkan dikelas 10, 11 dan 12 terhadap kimia literasi siswa.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian diatas maka, dikembangkanlah alat ukur


kimia literasi yang mengacu pada jurnal yang dikeluarkan oleh PISA. Terdapat empat indikator
yang dijadikan acuan, tiga indikator tersebut adalah:

Nominal Literacy dapat mengenali konsep-konsep kimia


o Functional Literacy dapat menentukan beberapa konsep inti dari pembelajaran
kimia
o Conseptual Literacy menggunakan pemahaman mengenai konsep kimia agar
dapat memahami fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Multi-Dimensional Literacy menggunakan pemahaman kimia untuk


membaca dan menganalisa artikel-artikel kimia, informasi yang terdapat
dalam tulisan-tulisan kimia.

Acuan-acuan diatas selanjutnya diturunkan menjadi indikator-indikator yang lebih operasional.


Untuk kemampuan nominal literasi instrument yang digunakan adalah skala Likert, artinya siswa
memberikan nilai dari 1-3. Fungsional Literasi diberikan dalam pertanyaan terbuka, untuk
kemampuan konseptual literasi diberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban berganda,
sedangkan Multidimensional Literasi diujikan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
terbuka.
Untuk menguji kemampuan nominal literacy, siswa dihadapkan dengan beberapa pertanyaan,
pertanyaan yang dikemukakan diambil dari beberapa topik. Siswa diminta memberikan skala 13, angka 1 untuk tidak tahu sama sekali, angka 2 untuk sedikit tau, dan angka 3 untuk sangat
tahu. Topic-topik yang ditanyakan dalam nominal literacy adalah saintific Inkuiri, Konsep
struktur mikro, kimia material, reaksi kimia. Untuk menguji kemampuan funsional Literasi,
siswa diminta untuk memberikan penjelasan mengenai masalah-masalah yang diberikan.
Masalah-masalah yang diberikan adalah mengenai molekul, reaksi kimia, asam, ozon, ikatan
kimia dan temperature. Konseptual Literasi diuji dengan meminta pendapat siswa, mengenai
fenomena-fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat yang diberikan
dikategorikan dalam tiga kategori, pernyataan benar, pernyataan salah, dan saya tidak tahu.
Contoh pertanyaan untuk menguji kemampuan konseptual literasi ini adalah ketika botol parfum
dibuka maka beberapa saat kemudian ruangan terisi oleh molekul-molekul parfum yang
tersebara melalui udara. Untuk mengetahui kemampuan multi dimensional literasi, siswa
diberikan artikel-artikel yang berkaitan dengan kimia, serta isu-isu social yang berkaitan dengan
kimia literasi. Dalam jurnal ini dipaparkan pertanyaan yang diberikan untuk menguji
kemampuan multi dimensional kimia literasi siswa adalah dengan memberikan artikel yang salah
satu artikelnya bertemakan peran ilmu kimia dalam mengurangi masalah polusi dan sampah.
Kemudian pertanyaan juga diberikan melalui paragraf yang menceritakan bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh pengonsumsian garam secara berlebihan. Yang diukur dari respon siswa
melalui pertanyaan terbuka yang diberikan adalah kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Mengerti informasi yang terdapat dalam paragraph atau pemahaman bacaan

2. Menghubungkan tema dalam artikel yang dibaca dengan konsep kimia yang sebelumnya
sudah dipelajari
3. Memberikan penjelasan mengenai keputusan apa yang paling tepat untuk dipilih dan
mampu memberikan alasan yang logis dari setiap pertanyaan
4. Dapat memberikan pertanyaan lebih lanjut mengenai hal apa yang ingin diketahui oleh
siswa.
Agar pertanyaan penelitian dapat dijawab, maka data-data yang didapatkan diolah dan
dikelompokkan sehingga dapat dibuat kesimpulan. cara pengolahan data untuk setiap pertanyaan
instrument dapat disusun dalam table berikut. Agar dapat mengatahui bagaimana pengaruh
konsep dasar kimia yang diberikan pada kelas 10 terhadap kimia literasi maka data-data yang
didapatkan dikelompokkan dalam table berikut.
Tabel 2. Matrik instrument dan data penelitian

No

Kemampuan yang
diukur
Nominal Literacy dan
Fungsional Literacy

Instrumen yang
digunakan

Data yang
didapatkan

Pengolahan data

Angket, dengan Jumlah siswa Data yang didapatkan


skala Likert (1- yang menjawab dibandingkan antara kelas
3)
1,2 dan 3
sepuluh diawal tahun ajaran dan
kelas sepuluh diakhir tahun
ajaran, digunakan pada sampel
yang sama
Hubungan dengan literasi sains
dicari dengan menggunakan t tes

Konseptual Literasi

Multi dimensional
Literasi

Angket dalam Tanggapan


skala Likert 1-3 siswa
pernyataan
benar,
pernyataan
salah, dan saya
tidak tahu
Pertanyaan
Jawaban siswa
terbuka
berupa
penjelasan

Pengolahan data sama dengan


pengolahan data Nominal dan
fungsional literasi

Jawaban siswa dikategorikan


1. Jawaban salah dan alasan
tidak mencerminkan pemahaman
yang sesuai
2. Setengah benar, menunjukkan
pemahaman yang benar namun
tidak memberikan alasan yang
memadai
1. Jawaban benar

menggambarkan jawaban
dan pemahaman yang
benar
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua yaitu apakah ada pengaruh bertambahnya
pelajaran kimia pada kelas 10 akhir, kelas 11 pertengahan dan kelas 12 akhir, maka data-data
yang didapatkan di kelompokkan dengan cara yang sama dengan pengelompokkan data
sebelumnya. Namun untuk mencari korelasinya digunakanlah analisis variansi atau Anova.
Alat akur literasi sains yang diuraikan diatas dapat menjadi rujukan untuk mengembangkan alat
ukur literasi sains yang diinginkan.
d. Topik-Topik yang Terkait

Keterampilan Generik Sains

Literasi Energi

1. III.

Rencana Penelitian Lanjut

Literasi sains merupakan tujuan pendidikan khususnya pembelajaran Fisika yang harus
dikembangkan, diteliti dan di evaluasi pelaksanaannya. Penulis akan mengembangkan suatu
metode pembelajaran berbasis inkuiri yang dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa,
baik sekolah menengah maupun sekolah tingkat tinggi. Selain itu perlu juga disusun alat ukur
literasi sains, agar dapat mengukur indikator-indikator literasi sains yang sudah dibuat. Ide-ide
ini akan peneliti laksanakan pada penelitian-penelitian terkait dengan literasi sains selanjutnya.
1. IV.

Penutup

Melalui uraian yang dikemukakan di atas maka terdapat hal-hal penting yang bisa kita
simpulkan, beberapa hal penting itu adalah:
1. Mengetahui pengertian literasi sains
2. Mengetahui prinsip-prinsip yang harus ada dalam pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan literasi sains
3. Mengetahui indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengakses kemampuan
literasi sains
4. Mendapatkan gambaran mengenai alat ukur yang bisa digunakan dan dijadikan rujukan
untuk mengukur literasi sains
5. Mendapatkan gambaran pengolahan data agar dapat menjawab pertanyaan penelitian
berkaitan dengan literasi sains.

Anda mungkin juga menyukai