Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas, berakhlak mulia dan mempunyai kemampuan bernalar tinggi. Melalui

pendidikan diharapkan terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

rangka menyikapi perubahan global yang melanda dunia. Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan

potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan.

Tujuan pendidikan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suyanti, 2010).

Sains berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut. Menurut

Budiono (Sari et al., 2008) Sains merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak

manusia itu mengenal diri dan alam sekitarnya. Manusia dan lingkungan manusia

hidup merupakan sumber, objek, serta subjek sains. Di Indonesia sains lebih

dikenal dengan IPA. Pada dasarnya IPA merupakan suatu proses (sciences as

proceess) dan produk (sciences as products) serta sikap (sciences as attitude).

Dengan demikian IPA tidak hanya mengajarkan produk saja yang berupa fakta-

1
2

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga mengajarkan

bagaimana suatu pengetahuan IPA itu ditemukan. Tahap-tahap yang bisa

dilakukan untuk menemukan suatu konsep IPA yaitu tahap mengajukan

pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,

interpretasi data, dan menyimpulkan.

Kimia merupakan salah satu cabang dari IPA. Pembelajaran kimia yang

dikehendaki adalah pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang

menantang dan mendorong siswa secara aktif untuk memahami konsep-konsep

kimia tanpa mengabaikan hakekat IPA itu sendiri yaitu sebagai produk ilmiah dan

sebagai proses ilmiah melalui keterampilan proses (Depdiknas, 2003). Selain itu,

proses pembelajaran kimia harus dapat merepresentasikan mikroskopik,

makroskopik dan simbolik (Wu, 2000). Jadi pembelajaran kimia diharapkan

mencakup karakteristik IPA yaitu produk ilmiah dan proses serta karakteristik

kimia yaitu mikroskopik, makroskopik dan simbolik.

Untuk memenuhi karakteristik tersebut, diperlukan suatu proses

pembelajaran yang dikemas dalam suatu bentuk model pembelajaran. Menurut

Joyce, Weil & Calhoun (2000), model pembelajaran dikelompokkan menjadi

empat jenis, yang salah satunya adalah model pemrosesan informasi. Salah satu

model pembelajaran yang tergolong model pemrosesan informasi adalah model

pembelajaran inkuiri. Seperti dalam kurikulum 2006 yang dinyatakan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (2006) dikatakan bahwa pembelajaran IPA bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan yang salah satunya adalah melakukan
3

inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan keterampilan berpikir, bersikap dan bertindak

ilmiah serta berkomunikasi.

Melalui pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat

menumbuhkembangkan kemampuan berinkuiri siswa ketika siswa tersebut belajar

Kimia. Walaupun kemampuan berinkuiri ini penting, ternyata pencapaian

kemampuan berinkuri ini belum dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa

dalam pembelajaran Kimia. Sebagai contoh, dari beberapa analisis dokumen

hanya sedikit atau bahkan tidak ada soal-soal yang dapat dikategorikan menguji

kemampuan berinkuiri. Di samping minimnya soal-soal yang mengukur

kemampuan berinkuiri siswa, sampai saat ini belum ditemukan adanya studi

penelitian tentang kemampuan berinkuiri siswa dalam mata pelajaran kimia.

Padahal informasi tentang kemampuan berinkuiri siswa ini penting sebagai bahan

evaluasi terhadap pembelajaran guru Kimia di kelas.

Selama ini banyak sekali penelitian tentang model pembelajaran inkuiri,

yang menunjukkan hasil bahwa dengan model pembelajaran inkuiri dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Fardhilah (2005) tentang efektivitas

penggunaan strategi belajar mengajar inkuiri berbasis eksperimen terhadap

prestasi belajar Kimia siswa SMA kelas 2 semester 1 pokok bahasan Laju Reaksi.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan strategi belajar mengajar

inkuiri berbasis eksperimen lebih efektif dibanding dengan strategi belajar

mengajar ekspositori dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan Laju Reaksi.

Selain itu, hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh banyak peneliti
4

sebelumnya baik itu dari dalam maupun luar negeri banyak yang telah

mengungkapkan hubungan antara model pembelajaran inkuiri terhadap

pemahaman konsep. Namun, sejauh ini belum ada penelitian yang

mengungkapakan tentang profil kemampuan berinkuiri siswa itu sendiri.

Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut

siswa untuk terlibat dan menemukan konsep sendiri, salah satunya adalah Laju

Reaksi. Pembelajaran untuk materi pokok Laju Reaksi harus sesuai dengan

karakteristik konsep kimia yang menekankan pada keterampilan proses. Idealnya

pembelajaran pada materi pokok ini, sesuai dengan uraian di atas, melalui model

pembelajaran inkuiri. Namun karena berbagai faktor yang mungkin terjadi,

pembelajaran inkuiri tidak dapat terlaksana atau tidak dilaksanakan. Berdasarkan

kajian literatur sampai saat ini belum ada penelitian yang mengungkap

kemampuan berinkuiri siswa pada materi pokok Laju Reaksi. Oleh karena itu,

diperlukan penelitian sejauh mana kemampuan berinkuiri pada materi pokok Laju

Reaksi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Profil

Kemampuan Berinkuiri Siswa pada materi pokok Laju Reaksi?” Pada penelitian

ini, hanya salah satu topik Laju Reaksi yang diteliti yaitu Pengaruh Konsentrasi

terhadap Laju Reaksi.


5

B. Rumusan Masalah

Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

profil kemampuan berinkuiri siswa SMA pada topik Pengaruh Konsentrasi

terhadap Laju Reaksi?”. Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut diuraikan

dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam mengajukan pertanyaan

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi?

2. Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam merumuskan hipotesis

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi?

3. Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam merancang percobaan

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi?

4. Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam mengumpulkan data

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi??

5. Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam interpretasi data pada

topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi?

6. Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam menyimpulkan pada

topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi?

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, biaya dan tenaga maka dalam penelitian

ini:

1. Siswa yang diteliti hanya lima SMA yang berasal dari 4 SMA di kota Bandung

dan satu SMA di kabupaten Bandung Barat.


6

2. Aspek kemampuan berinkuiri yang diteliti dalam penelitian ini adalah

mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan,

mengumpulkan data, interpretasi data, dan menyimpulkan.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah “Mengetahui profil

kemampuan berinkuiri siswa SMA pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap

Laju Reaksi”. Untuk memperjelas tujuan penelitian tersebut diuraikan menjadi

sub-sub tujuan berikut:

1. Mengetahui kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam mengajukan

pertanyaan pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi.

2. Mengetahui kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam merumuskan hipotesis

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi.

3. Mengetahui kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam merancang percobaan

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi.

4. Mengetahui kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam mengumpulkan data

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi.

5. Mengetahui kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam menginterpretasi data

pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi.

6. Mengetahui kemampuan berinkuiri siswa SMA dalam menyimpulkan pada

topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi.


7

E. Manfaat penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah:

1. Tersedianya contoh RPP yang langkah-langkah pembelajarannya mengikuti

model pembelajaran inkuiri untuk topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju

Reaksi.

2. Tersedianya alat evaluasi yang dapat mengukur kemampuan berinkuiri siswa

SMA pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi.

F. Definisi Operasional

Suatu istilah dapat saja diinterpretasikan berbeda. Oleh karena itu, peneliti

memberikan batasan istilah agar kita memiliki interpretasi yang sama. Batasan

istilah yang dimaksud sebagai berikut:

1. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal

khusus (Alwi, 1994). Dalam penelitian ini, profil tersebut berupa gambaran

kemampuan berinkuiri siswa SMA pada topik Pengaruh Konsentrasi terhadap

Laju Reaksi.

2. Kemampuan berinkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan untuk memperoleh informasi dalam rangka memecahkan suatu

masalah dengan menggunakan serangkaian tahap-tahap seperti mengajukan

pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan

data, interpretasi data dan menyimpulkan.

Anda mungkin juga menyukai