Anda di halaman 1dari 21

Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari

hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk1, IPA sebagai proses2 dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah3. Sebagai ilmu pengetahuan, IPA juga mempunyai ciri khusus sebagaimanan ilmu pengetahuan yang lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini. 1. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. 2. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya metode ilmiah (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah (working scientifically), nilai dan sikapi lmiah (scientific attitudes) (Depdiknas, 2006). Hakikat Pembelajaran IPA Belajar dan pembelajaran menurut paradigma behavioristik adalah merupakan perubahan tingkah laku yang sifatnya permanen. Pembelajaran behavioristik ditekankan pada penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar (biasanya berupa pemberian penguatan), adanya stimuli4, respons siswa merupakan bentuk hasil belajar, materi ajar disusun secara hirarkis. Dari uraian tersebut dapat dikatakan belajar melibatkan terbentuknya hubunganhubungan tertentu antara satu seri stimulus (serangkaian stimulus) dengan respon-respon. Para penganut teori perilaku (behaviourist) berpendapat, bahwa sudah cukup bagi siswa untuk megasosiasikan stimulus-stimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan bila mereka memberikan respon yang benar. Para penganut teori ini tidak mempersoalkan apa yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat. Salah satu bentuk realisasi pembelajaran behavioristik adalah seperti yang dikemukakan oleh Gagne yang dikenal dengan sebutan teori Hierarki Belajar Gagne. Prosedur yang ditempuh adalah yang dimulai dari (a) menetapkan secara verbal deskripsi operasional sejumlah variabel kemampuan yang diharapkan (sekarang disebut tujuan pembelajaran/sasaran belajar), (b) membuat hipotesis hubungan hirarki antar variabel, (c) menetapkan model hirarki belajar untuk mewujudkan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan, serta (d) menetapkan sejumlah tata cara untuk memvalidasi hirarki. Belajar menurut paradigma kontruktivistik adalah merupakan proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya yang

dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru. Empat (4) ciri utama belajar dan pembelajaran konstruktiivistik adalah: (a) pengetahuan awal siswa menjadi bagian penting dalam pembelajaran; (b) siswa aktif belajar dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang sedang dipelajari; (c) siswa membangun pengetahuan sendiri sehingga pengetahuan tersebut bermakna bagi dirinya; dan (d) selalu beriteraksi multi arah (guru-siswa, siswa-siswa) Dampak pengertian belajar dan pembelajaran konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA /MI adalah seperti bagan alur pembelajaran berikut ini. Menggali pengetahuan awal siswa yang terkait dengan materi baru yang akan dipelajari, melakukan investigasi/penyelidikan, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengumpulkan bukti-bukti/faktafakta sebagai bahan untuk mengkonstruksi pengetahuannya atas bantuan guru (atau melalui kerja sama dengan teman) Kurikulum IPA Apakah Kurikulum? Dalam melakukan proses pembelajaran IPA , guru dipandu oleh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun guru. Akan tetapi, dari manakah guru memperoleh acuan tentang tujuan pembelajaran IPA, kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA, bagaimana pembelajaran IPA akan dilakukan, dan bagamanakah cara menilainya? Acuan guru adalah kurikulum IPA pada sekolah yang bersangkutan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum sekolah dikembangkan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas). Acuan pengembangan kurikulum adalah Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA Mata pelajaran IPA /MI betujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4. Mengembangkanketerampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan , 2007: 13-14). Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA /MI secara garis besar terinci menjadi empat (4) kelompok yaitu: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas; 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. (Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan , 2007: 14) Keempat kelompok bahan kajian IPA /MI tersebut disajikan secara spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat kelas tetapi dengan tingkat kedalaman yang berbeda; semakin tinggi tingkat kelas semakin dalam bahasannya. Pemecahan Masalah sebagai Salah Satu Tujuan Pembelajaran IPA ? Di dalam tujuan mata pelajaran IPA terdapat frasa pemecahan masalah. Pada kenyataannya, setiap orang selalu berhadapan dengan masalah yang perlu diselesaikan. Masalah timbul karena adanya jurang pemisah antara harapan dengan kenyataan dan Anda tidak tahu bagaimana cara menuju ke arah tujuan tersebut. Pemecahan masalah merupakan sebuah proses yang mengikuti pola umum (heuristik) atau mengikuti langkahlangkah tertentu (algoritmik). Langkah-langkah penyelesaian masalah adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah. Menyusun strategi pemecahan masalah. Menerapkan strategi pemecahan masalah. Mengevaluasi.

Pemecahan masalah dengan menggunakan keterampilan proses IPA pada hakikatnya adalah keterampilan pemecahan masalah dengan metode ilmiah. Pemecahan masalah ini menerapkan logika deduktif dan induktif. Logika deduktif digunakan untuk mendefinisikan masalah, menemukan informasi awal yang berkaitan dengan masalah, sampai dengan merumuskan hipotesis. Logika induktif digunakan pada saat merancang, melaksanakan cara mengumpulkan data, serta menganalisis data untuk menguji hipotesis. Hasil pemecahan masalahnya berupa simpulan, yang memverifikasi permasalahan, hipotesis, dan analisis data. Bagan di bawah ini merangkum penjelasan tersebut.

Selain pemecahan masalah, Anda akan menemukan pula frase pembuatan keputusan di dalam tujuan Matapelajaran IPA. Seperti halnya kegiatan pemecahan masalah, dalam kehidupan

sehari-hari Anda selalu terlibat dalam pembuatan keputusan. Bahkan, kata orang bijak, Nasib Anda di masa depan bergantung pada keputusan Anda hari ini. Pembuatan Keputusan sebagai Salah Satu Tujuan Pembelajaran IPA Keputusan merupakan sebuah pilihan yang diambil dari berbagai alternatif pilihan yang ada. Pada matapelajaran IPA , tentu saja IPA menjadi salah satu dasar untuk pengambilan keputusan. Secara umum, langkah-langkah pembuatan keputusan adalah: 1)Menuliskan pertanyaan, 2) Menentukan alternatif pilihan-pilihan, 3)Mengumpulkan informasi, 4) Membuat Daftar Pro dan Kontra, 5) Mengambil Keputusan. Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu. 2. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. 3. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tersurat dalam standar isi merupakan batas minimal yang harus dicapai peserta didik dalam proses belajarnya. Artinya pesan yang tersurat dalam SK dan KD tersebut tidak dapat ditawar lagi oleh guru dalam hal penyajiannya di kelas maupun di luar kelas. Hal tersebut mempunyai implikasi terhadap kompetensi guru. Jika guru merasa kurang kompeten dalam SK dan atau/ KD tertentu maka wajib mempelajarinya. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat memfasilitsi belajar siswa secara maksimal, jangan sampai dilewati untuk tidak dibelajarkan. Setiap SK dan KD perlu dimaknai dulu secara tepat, sebelum dijabarkan menjadi indikator dan tujuan pembelajaran, agar pesan edukatif dari SK dan KD tersebut dapat tercapai. Mari kita simak saran pembelajaran IPA di dalam dokumen Latar Belakang Kurikulum IPA menurut Standar Isi: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan

secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Tujuan pembelajaran IPA yang disuratkan dalam latar belakang mata pelajaran IPA menegaskan (1) bahwa pembelajaran IPA bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah melalui inkuiri ilmiah, dan mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup; dan (2) untuk mengembangkan kemampuan menerapkan konsep IPA yang dimiliki siswa melalui pembelajaran Salingtemas, dalam bentuk kegiatan merancang dan membuat suatu karya. Dampak dari tujuan pembelajaran IPA terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA adalah pelaksanaan pembelajaran IPA harus selalu menerapkan pesan dalam 2 tujuan pembelajaran di atas, yaitu pembelajaran IPA dilaksanakan dengan (1) inkuiri ilmiah dan (2) berorientasi pada pembelajaran Salingtemas. Silabus IPA Pada menu sebelumnya telah diuraikan tujuan pembelajaran IPA yang di dalamnya terdapat pengembangan keterampilan berpikir. Nah, misalkan Bu Ria (seorang guru ) hendak melakukan pembelajaran IPA pada Kompetensi Dasar (KD) tertentu atau tema tertentu. Apa yang akan dilakukan Bu Ria? Tentu saja, Bu Ria harus membuat perencanaan pembelajaran untuk KD atau tema tersebut, yang dikenal dengan istilah silabus. Untuk dapat mengembangkan silabus, Bu Ria harus mampu menganalisis KD dari sisi dimensi pengetahuan serta dimensi proses kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya Bu Ria merumuskan silabus yang memuat bagaimana kegiatan pembelajaran, indikator penilaian, dan merancang kegiatan penilaian KD tersebut. Pengembangan Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006). Langkah-langkah Pengembangan Silabus meliputi: a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi e. Penentuan Jenis Penilaian

f. Menentukan Alokasi Waktu g. Menentukan Sumber Belajar

Silabus yang dikembangkan dapat dituliskan sesuai format silabus. Silabus dapat disusun ke samping dengan menggunakan matriks atau disusun ke bawah . Kedua model silabus tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Silabus yang disusun ke samping dengan menggunakan matriks agak rumit ketika menyusun layout-nya tetapi lebih mudah membaca dan memahaminya karena koherensi masing-masing komponen langsung terbaca. Silabus yang disusun ke bawah lebih mudah diurutkan tetapi agak sulit mencermati hubungan komponen satu dengan komponen lainnya.

Langkah-langkah Pengembangan Silabus meliputi: Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di standar isi; 2. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; 3. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. potensi peserta didik; relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; kebermanfaatan bagi peserta didik; struktur keilmuan; aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.

Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. 3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. 4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Indikator pencapaian kompetensi diklasifikasikan pada dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Contoh: KD 3.1 (Kelas II semester 1): mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang ada di lingkungan sekitar. Indikator Kognitif: 1. Mengamati berbagai sumber energi di lingkungan sekitar 2. Mengklasifikasikan sumber-sumber energi 3. Memberikan 3 contoh sumber energi untuk energi panas 4. Memberikan 1 contoh sumber energi untuk listrik

5. Memberikan 3 contoh sumber energi untuk energi cahaya 6. Memberikan 3 contoh sumber energi untuk bunyi Indikator Afektif: 1. Menunjukkan kejujuran 2. Menunjukkan ketekunan 3. Menunjukkan rasa ingin tahu Indikator Psikomotorik: 1. Mengikuti petujuk dalam melakukan pengamatan terhadap sumber-sumber energi. 2. Menuliskan hasil pengamatan terhadap sumber-sumber energy 3. Menghasilkan klasifikasi sumber-sumber energi sesuai petunjuk.

Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hasil belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika -matematika), domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi,dengan kata lain kecerdasan emosional), domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah 1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi; 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya; 3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa; 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan; 5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Silabus yang dikembangkan dapat dituliskan sesuai format silabus. Silabus dapat disusun ke samping dengan menggunakan matriks atau disusun ke bawah . Kedua model silabus tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Silabus yang disusun ke samping dengan menggunakan matriks agak rumit ketika menyusun layout-nya tetapi lebih mudah membaca dan memahaminya karena koherensi masing-masing komponen langsung terbaca. Silabus yang disusun ke bawah lebih mudah diurutkan tetapi agak sulit mencermati hubungan komponen satu dengan komponen lainnya. Pada langkah pertama dari pengembangan silabus, pengkajian SK - KD harus memperhatikan empat dimensi, antara lain: 1. 2. 3. 4. Dimensi Pengetahuan Dimensi Proses Kognitif Dimensi Afektif Dimensi Psikomotorik

Format Silabus A SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/semester : : Ilmu Pengetahuan Alam : IV/1

Standar Kompetensi : Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

Format Silabus B SILABUS

Nama Sekolah : Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/semester: IV/1 I. Standar Kompetensi II. Kompetensi Dasar III. Materi Pokok/Pembelajaran IV. Kegiatan Pembelajaran V. Indikator VI. Penilaian VII. Alokasi Waktu VIII. Sumber Belajar Dimensi Pengetahuan Perhatikan contoh KD berikut: Membiasakan hidup sehat. Kata membiasakan merupakan kata kerja atau perilaku yang harus dicapai siswa dan kata hidup sehat merupakan kata benda atau pengetahuan yang harus dikuasai siswa. Kata benda pada pernyataan tujuan pembelajaran, baik KD maupun SK, menunjukkan pengetahuan yang harus dikuasai siswa. Secara hierarki, pengetahuan tersebut terdiri dari beberapa level dan dinyatakan dengan dimensi pengetahuan. Apa yang dimaksud dengan dimensi pengetahuan? Dimensi pengetahuan merupakan pengetahuan yang diharapkan dikonstruk siswa berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognisi . Ke-empat pengetahuan ini diasumsikan sebagai kontinuum dari hal yang bersifat konkrit ke abstrak Pengetahuan Faktual Pengetahuan faktual adalah pengetahuan diskrit, berupa informasi yang terpisah-pisah. pengetahuan faktual merupakan unsur-unsur dasar (basic element) yang harus dipahami siswa dari suatu disiplin ilmu. Contohnya: nama-nama benda, tempat, dan ciri-ciri benda tertentu. Pengetahuan Konseptual Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih kompleks dan diorganisasi dari beberapa pengetahuan faktual. Pengetahuan konseptual menyatakan hubungan antara pengetahuan faktual berupa unsur-unsur dasar dengan struktur keilmuan yang lebih besar sehingga memungkinkan terjadinya pengetahuan baru. Contoh: panas, bunyi, cahaya, hidup sehat. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur. Perolehan pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu metode penyelidikan dengan menggunakan keterampilan-keterampilan, teknik dan metode serta kriteria tertentu. Contoh: cara mengukur panjang meja, cara mengamati preparat dengan mikroskop. Pengetahuan Metakognisi Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan tentang bagaimana berpikirnya (berpikir tentang bagaimana dia berpikir). Contoh: Apa yang akan saya pelajari? Bagaimanakah cara saya mempelajari topik ini? Apakah saya telah mengerti topik yang telah saya pelajari tadi? Dimensi Proses Kognitif Perhatikan lagi contoh KD berikut: Membiasakan hidup sehat. Kata membiasakan merupakan kata kerja atau perilaku yang harus dicapai siswa. Kata kerja ini dikenal dengan dimensi proses kognitif. Apakah yang dimaksud dengan dimensi proses kognitif? Dimensi proses kognitif merupakan proses berpikir dalam mengkonstruk pengetahuan yang meliputi mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Kategori dimensi proses kognitif ini merupakan revisi oleh Anderson & Krathwohl (2000) dari pengklasifikasian dimensi kognitif Benjamin Bloom.

Memahami (understand) Memahami merupakan proses membangun makna dari informasi yang diberikan melalui komunikasi lisan, tertulis dan gambar grafik. Seseorang disebut memahami suatu pengetahuan jika orang tersebut dapat membuat hubungan antara pengetahuan baru yang diperolehnya dengan pengetahuan awalnya. Secara khusus, pengetahuan baru diintegrasikan dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses kognitif dalam dimensi understand terdiri dari menginterpretasi, memberikan contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Menerapkan (apply) Menerapkan merupakan kemampuan menggunakan konsep atau prosedur yang dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari atau pemecahan masalah. Kemampuan menerapkan

berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang telah dijabarkan pada sub unit sebelumnya. Kemampuan menerapkan terdiri dari dua kategori proses kognitif, yaitu melakukan latihan dan memecahkan masalah. Siswa dikatakan melakukan latihan jika siswa tersebut secara rutin melakukan prosedur yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tugas-tugas yang telah dipelajarinya. Siswa dikatakan memecahkan masalah jika siswa tersebut memilih dan menggunakan prosedur yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari pada konteks yang berbeda dengan tugas-tugas yang dipelajarinya. Karena siswa harus memilih prosedur yang akan digunakan, siswa tersebut harus memiliki pemahaman jenis-jenis masalah yang dihadapinya. Menganalisis(analyze) Menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi atau konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Kemampuan menganalisis merupakan salah satu tujuan pembelajaran yang sangat penting bagi siswa terutama pada siswa yang sudah dapat berpikir abstrak. Siswa yang memiliki kemampuan menganalisis diharapkan memiliki kemampuan membedakan fakta dari opini, menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan yang mendukung kesimpulan tersebut, menunjukkan hubungan gagasan yang satu dengan gagasan lain, dan membedakan konsep-konsep yang relevan dengan yang tidak relevan. Proses dimensi kognitif pada kemampuan menganalisis meliputi kemampuan membedakan, mengorganisasi, dan memberikan atribut. Kemampuan membedakan terjadi pada siswa jika siswa tersebut dapat membedakan infromasi-informasi yang relevan dan tidak relevan, penting dan tidak penting, informasi yang relevan dan yang penting. Mengevaluasi(evaluate) Evaluasi didefinisikan sebagai pembuatan keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditetapkan. Kriteria yang sering digunakan adalah kriteria berdasarkan kualitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria tersebut berlaku untuk guru dan siswa. Proses kognitif pada mengevaluasi terdiri dari pengecekan (checking) dan peninjauan (critiquing). Pengecekan merupakan pengujian terhadap ketidak-konsistenan atau kesalahan dalam suatu kegiatan atau produk pendidikan. Misal, pengecekan terjadi ketika siswa diuji apakah siswa tersebut dapat membuat kesimpulan berdasarkan data hasil pengamatan atau tidak, atau apakah data yang diperoleh mendukung pada hipotesis atau sebaliknya. Peninjauan merupakan pembuatan keputusan tentang produk atau kegiatan berdasarkan kriteria atau standar yang diberikan secara eksternal. Pada saat peninjauan, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk atau kegiatan, kemudian membuat keputusan dengan membandingkan ciri-ciri tersebut dengan kriteria yang ditetapkan. Proses kognitif peninjauan merupakan inti dari proses berpikir kritis. Dalam istilah lain, peninjauan ini disebut juga dengan pemberian keputusan. Menciptakan(create) Menciptakan merupakan proses kognitif yang melibatkan kemampuan mewujudkan suatu konsep ke dalam suatu produk. Siswa dikatakan memiliki kemampuan proses

kognitif menciptakan jika siswa tersebut membuat suatu produk baru yang merupakan re-organisasi dari beberapa konsep. Kemampuan yang mendasari proses kognitif menciptakan adalah kemampuan mengkoordinasi pengalaman belajar siswa sebelumnya dan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir kreatif dalam menciptakan merujuk pada hal yang dapat dilakukan siswa dan hal yang akan dilakukan siswa. Oleh karena itu, berpikir kreatif dalam konteks ini merujuk pada kemampuan siswa mensintesis informasi atau konsep ke dalam bentuk yang lebih menyeluruh. Proses kognitif pada menciptakan meliputi penyusunan (generating), perencanaan (planning), dan produksi (producing). Dimensi Afektif Pembelajaran IPA tidak dapat dilepaskan dari berbagai sikap siswa. Sikap positif siswa seharusnya terus dipupuk dan akhirnya muncul sebagai hasil belajar IPA. Sikap yang mendapatkan penguatan ini diharapkan terus berkembang menjadi nilai-nilai yang diinternalisasi siswa. Sikap negatif siswa yang muncul dalam pembelajaran IPA sedapat mungkin digeser menuju netral dan akhirnya menjadi sikap positip. Sikap (attitude) adalah kecenderungan mental terhadap orang, objek, subjek, peristiwa, dan sebagainya. Sikap termasuk dimensi afektif (dari kata latin affectus yang berarti perasaan). Dimensi afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Terdapat 5 kategori afektif menurut Bloom dan Krathwohl (1973) sebagai berikut:

Nilai-nilai IPA apa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA ? Pembelajaran IPA paling tidak dapat mengembangkan nilai-nilai kejujuran, ketekunan, rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap ide-ide baru, dan skeptisme (Rutherford dan Ahlgren, 1990). Pendidikan IPA merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan Undangundang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan pengembangan afektif, maka karakter-karakter tersebut juga menjadi tujuan afektif yang relevan dengan pembelajaran IPA. Penjelasan tentang bagan diatas:

Penerimaan terhadap fenomena Kategori ini meliputi memberikan perhatian, kesediaan untuk mendengar, serta memilih perhatian. Siswa secara aktif mengikuti fenomena atau stimuli (misalnya aktivitas di kelas, buku teks, dan lain-lain). Perhatian utama pada kategori ini adalah perhatian siswa yang terfokus. Sebagai contoh, siswa mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian. Kata kerja yang dapat digunakan: bertanya, memilih, mengidentifikasi, menentukan, menunjukkan, dan lain-lain. Tanggapan terhadap fenomena Kategori ini meliputi berpartisipasi aktif, memberi perhatian, dan bereaksi terhadap fenomena tertentu. Siswa tidak hanya menganggapi fenomena atau stimuli, tetapi bereaksi. Contoh: siswa mengerjakan pekerjaan rumah, berpartisipasi dalam diskusi kelas, memberikan presentasi, bertanya, memahami aturan keselamatan dalam eksperimen IPA dan menerapkannya. Kata kerja yang dapat digunakan: menjawab, membantu, memenuhi, mendiskusikan, membantu, menunjukkan, berlatih, mempresentasikan, dan lain-lain. Penilaian Kategori ini meliputi penilaian seseorang terhadap obyek, fenomena, atau perilaku tertentu. Penilaian tersebut mulai dari penerimaan sampai dengan pernyataan komitmen. Penilaian merupakan dasar internalisasi seperangkat nilai-nilai tertentu, yang ditunjukkan siswa melalui perilakunya (dan seringkali dapat diamati). Sebagai Contoh: siswa menunjukkan kepercayaan terhadap proses kerja kelompok dalam pemecahan masalah, mengusulkan suatu rencana perbaikan dan mengikutinya dengan penuh komitmen. Kata kerja yang dapat digunakan: membedakan, menjelaskan, memulai, membenarkan, mengusulkan, berbagi, dan lain-lain. Organisasi Kategori ini mengatur nilai-nilai ke dalam prioritas-prioritas dengan mengontraskan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik antar nilai tersebut, dan menciptakan sistem nilai sendiri. Contoh: siswa mengenali kebutuhan akan keseimbangan kebebasan dan tanggungjawab dalam kelompok kooperatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA. Kata kerja yang dapat digunakan: mengatur, mengkombinasikan, membandingkan, menggeneralisasikan, menggabungkan, memodifikasi, mengorganisasi, menyusun, dan lain-lain. Internalisasi nilai-nilai (karakterisasi) Pada tahap ini, siswa memiliki suatu sistem nilai yang mengontrol perilakunya. Perilaku tersebut sangat meluas, konsisten, dapat diprediksi, dan yang paling penting, menjadi karakteristik siswa. Contoh: siswa menampilkan kemandirian ketika bekerja secara independen, bekerjasama dalam kelompok kooperatif (menampilkan kerja tim), menggunakan pendekatan obyektif dalam pemecahan masalah, dan merevisi penilaiannya berdasarkan bukti baru. Kata kerja yang dapat digunakan: menampilkan kepercayaan diri, menjaga, bekerjasama, dan lain-lain. Dimensi Psikomotorik Dimensi psikomotorik umumnya berupa keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Contoh dimensi psikomotorik dalam hasil belajar IPA antara lain keterampilan mengukur panjang kecambah, mengukur gaya yang diperlukan untuk

menggerakkan sebuah benda, mengeset sebuah percobaan untuk membandingkan gaya kuasa dengan gaya beban, dan lain-lain. Bagaimanakah tingkatan (kategori) dimensi psikomotorik? Hingga akhir hayatnya, Bloom tidak merumuskan kategori dalam ranah psikomotorik. Ahli psikologi berikutnyalah yang mengembangkan kategori psikomotorik, yakni Dave (1967), Simpson (1972), dan Harrow (1972). Berikut ini adalah kategori psikomotorik menurut Dave (1967):

Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan seseorang. Contoh imitasi misalnya seorang siswa mengamati demonstrasi guru dan kemudian siswa tersebut meniru proses atau aktivitas guru. Kata kerja yang digunakan misalnya: mengamati, mencoba, mengikuti, mengulang, dan lain-lain. Manipulasi Kategori manipulasi berarti melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan cara dengan mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan observasi. Pada kategori ini, siswa dipandu melalui instruksi untuk melakukan keterampilan tertentu. Dalam pembelajaran IPA, siswa yang dapat melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk LKS berarti sudah masuk dalam kategori ini. Kata kerja yang digunakan misalnya: mengikuti (petunjuk), melengkapi, menampilkan, memainkan, menghasilkan (sesuai petunjuk), dan lain-lain. Presisi Kategori presisi berarti secara independen melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan. Dalam bahasa sehari-hari, kategori ini dinyatakan sebagai tingkat mahir. Dalam pembelajaran IPA, kategori presisi ini misalnya siswa terampil melakukan pengukuran suhu dengan termometer. Kata kerja yang digunakan misalnya: mencapai tingkat otomatis, ahli, mahir, terampil, mengkalibrasi, mengontrol, mempraktikkan. Artikulasi Kategori artikulasi artinya memodifikasi keterampilan atau produk agar sesuai dengan situasi baru, atau menggabungkan lebih dari satu keterampilan dalam urutan harmonis dan

konsisten. Dalam pembelajaran IPA, misalnya siswa sudah dapat menggabungkan langkahlangkah tertentu dalam memecahkan masalah dengan metode ilmiah. Kata kerja yang digunakan untuk merumuskan indikator pada kategori ini misalnya: membangun, menyelesaikan, menggabungkan, mengkoordinasikan, mengintegrasikan, beradaptasi, mengembangkan, merumuskan, memodifikasi, meningkatkan, mengajarkan, dan lain-lain. Naturalisasi Kategori naturalisasi artinya menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan otomatis dengan tenaga fisik atau mental yang ada. Pada kategori ini, sifat aktivitas telah otomatis, sadar penguasaan aktivitas, dan penguasaan keterampilan terkait sudah pada tingkat strategis (misalnya dapat menentukan langkah yang lebih efisien). Kategori ini relatif sulit dicapai dalam pembelajaran tingkat . Kata kerja yang dapat digunakan untuk kategori manipulasi misalnya mendesain, menentukan, mengatur, menemukan, mengelola proyek, dan lain-lain. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran silabus yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya pencapaian KD. Guru harus menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Setiap guru diberi peluang untuk berkreativitas dalam penyusunan RPP. Namun, secara umum pada setiap RPP hendaknya tercantum komponen-komponen RPP seperti tercantum dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Komponen-komponen RPP tersebut adalah: 1. Identitas mata pelajaran 2. Standar kompetensi (SK) 3. Kompetensi dasar (KD) 4. Indikator pencapaian kompetensi 5. Tujuan pembelajaran 6. Materi/Bahan ajar 7. Alokasi waktu 8. Model dan metode pembelajaran 9. Kegiatan pembelajaran 10. Penilaian hasil belajar 11. Sumber belajar Pada bagian sebelumnya telah diuraikan poin-poin penting komponen-komponen di atas, terutama aspek SK, KD, serta indikator dan tujuan pembelajaran. Berikut ini akan dibahas Bahan Ajar, Model dan Metode Pembelajaran, dan Penilaian Pembelajaran.

Bahan Ajar IPA

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Ditinjau dari pihak guru, bahan ajar itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Dengan demikian, langkah-langkah pemilihan bahan ajar terdiri dari: a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam SK dan KD. b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran. c. Memilih jenis materi yang sesuai dengan SK dan KD. Contoh pemilihan bahan ajar IPA sesuai dengan SK dan KD tertentu, yang selanjutnya dikemas dalam bentuk buku teks pelajaran dapat dilihat dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) Matapelajaran IPA (www.bse.depdiknas.go.id atau www.bse.kemendiknas.go.id). Media Pembelajaran IPA Media merupakan alat bantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dan berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Jika digunakan secara benar, media pembelajaran dapat memperlancar interkasi guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan sumber belajar. Media yang digunakan dalam pembelajaran banyak ragamnya. Secara umum media pembelajaran di terdiri dari media audio, media visual, dan media audio-visual. Media audio adalah media pembelajaran yang dapat didengar, misal radio dan alat musik. Media visual adalah media pembelajaran yang dapat dilihat, misal gambar, grafik, model, dan slide. Media audio-visual adalah media pembelajaran yang dapat didengar dan dapat dilihat misal video, simulasi computer, dan film. Berdasarkan bentuk penyajiannya, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi media pembelajaran non-projected yaitu media pembelajaran yang langsung dapat digunakan tanpa menggunakan alat proyeksi seperti

gambar, charta, foto, dan peta, dan media pembelajaran projected yaitu media pembelajaran yang memerlukan alat proyeksi seperti film, slide, dan power point. Media pembelajaran dapat bersifat alami dan buatan. Media pembelajaran alami merupakan media pembelajaran yang sesuai dengan benda aslinya di alam seperti hewan, tumbuhan, danau, dan gunung. Media pembelajaran buatan merupakan media pembelajaran hasil modfikasi atau meniru benda aslinya, seperti model alat pernafasan, model jantung manusia, dan torso. Media-media tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan dan kemampuan guru serta sekolah. Media pembelajaran dapat memiliki nilai praktis, yaitu: 1. dapat menampilkan objek yang terlalu besar, yang tidak mungkin dibawa kedalam kelas, seperti bulan, bumi dan matahari, 2. dapat memperlambat gerakan yang terlalu cepat seperti gerakan kecambah yang tumbuh, dan 3) memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka yang sulit diamati atau yang berbahaya di lingkungan belajar. Jadi, pertimbangan kelayakan yang dapat dipakai oleh guru IPA untuk memilih media pembelajaran yang baik antara lain; 1. kelayakan praktis (keakraban guru dengan jenis media pembelajaran) meliputi ketersediaan media pembelajaran di lingkungan belajar setempat, ketersediaan waktu untuk mempersiapkan media, ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung dan keluwesan, artinya mudah dibawa kemana-mana, digunakan kapan saja dan oleh siapa saja; 2. kelayakan teknis (relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan merangsang terjadinya proses belajar), dan 3) kelayakan biaya (biaya yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat yang diperoleh). Saat ini pemanfaatan komputer untuk media pembelajaran IPA yang interaktif telah lazim dilakukan. Berbagai pengembang media interaktif berbasis komputer telah menyediakan hasil karyanya untuk dipakai secara berbayar maupun gratis. Sebagai contoh: www.phet.colorado.edu dan www.ebphysics.davidson.edu/Applets/jars menyediakan berbagai media laboratorium virtual yang dapat dimanfaatkan (tentu saja harus dipilih yang relevan dengan SK dan KD IPA yang hendak diajarkan); www.curriki.org Pelaksanaan Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA di tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep IPA saja, tetapi juga menekankan pada proses penemuan. Dengan demikian setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPA, siswa tidak hanya menguasai konsep tetapi juga menguasai keterampilan proses dan sikap ilmiah. Peralatan IPA

Pembelajaran IPA yang demikian membutuhkan berbagai macam peralatan dan bahan. Berbagai benda dalam kehidupan sehari-hari dapat dimanfaatkan sebagai peralatan dalam pembelajaran IPA. Selain itu, ada juga peralatan pembelajaran IPA yang standar, misalnya gelas kimia, neraca, Kit IPA, dan lain-lain. Sebagai guru, Anda harus menguasai bagaimana mengatur berbagai peralatan tersebut sehingga persiapan, pelaksanaan, dan pasca pembelajaran IPA berlangsung seperti yang Anda rencanakan. 1. Manajemen Pemanfaatan Peralatan IPA Apakah anda menginginkan pemanfaatan peralatan IPA dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang anda lakukan berjalan dengan lancar? Hal ini akan terjadi bila anda melakukan pengelolaan peralatan IPA dengan benar mulai dari pengambilan peralatan, penggunaan, penyimpanan, dan perawatan. Untuk itu anda harus menguasai dengan baik manajemen pemanfaatan peralatan IPA. Dalam manajemen pemanfaatan peralatan IPA, terdapat dua kegiatan utama yaitu pengklasifikasian peralatan dan pengelolaan peralatan. 2. Pengklasifikasian Peralatan IPA Pengklasifikasian merupakan suatu proses pengelompokan berdasarkan ciri tertentu. Langkah yang dilakukan mulai dari identifikasi ciri dari masing-masing peralatan, menentukan ciri yang digunakan sebagi dasar pengelompokan, dan melakukan pengelompokan berdasarkan ciri yang ditentukan. Peralatan IPA dapat diklasifikan berdasarkan bahan dan fungsinya, misal: alat ukur1, alat dari gelas2, model3, bagan4, alat siap pakai (rakitan)5, alat bantu proses percobaan6. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pengelompokan peralatan IPA yang diantaranya adalah memudahkan penyimpanan, perawatan, dan pengambilan peralatan dari tempat penyimpanan. 3. Pengelolaan Peralatan IPA Pengelolaan peralatan IPA merupakan proses perencanaan, pemanfaatan, pengorganisasian, dan perawatan berbagai peralatan dalam IPA. Perencanaan praktikum meliputi kegiatan menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengidentikasi peralatan dan bahan yang tersedia, memeriksa kelayakan alat dan kecukupan jumlah, menentukan solusi jika ada permasalahan, menentukan strategi yang akan digunakan dalam praktikum. 4. pakah Evaluasi itu?

5.

Penilaian adalah kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran sehingga diketahui apakah suatu program telah berhasil. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penilaian, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. 6. Model Evaluasi Pembelajaran IPA 7. Penilaian unjuk kerja Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian

kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu seperti praktek di laboratorium. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Penilaian secara tertulis Dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu 1) soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, yatidak), dan menjodohkan); 2) Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi,uraian terbatas,uraian obyektif/non obyektif, dan uraian terstruktur/nonterstruktur). Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Penilaian proyek Merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara 8. Penilaian produk Adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barangbarang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Penilaian portofolio Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.

9. Penilaian diri Adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: siswa diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, siswa dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Anda mungkin juga menyukai