Anda di halaman 1dari 15

Belajar Sains Anak Usia Dini

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum,
menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas
dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan
berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu
mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya.

Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk.
Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana
sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai
benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar
menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda
dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan
mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa
yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai
benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal
berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan
tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga
melatih anak berpikir logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan
pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau
kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih
menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional.
Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.hayat.

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah pokok yang muncul dalam makalah ini meliputi:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran sains anak usia dini ?


2. Bagaimana pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar sains ?
3. Bagaimana pengelolaan kelas atau kegiatan sains anak usia dini ?

1.3. Tujuan

Analisis makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran sains anak usia dini.


2. Mengetahui pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar sains.
3. Mengetahui pengelolaan kelas atau kegiatan sains anak usia dini.
1. PEMBAHASAN

2.1. Perencanaan Pembelajaran Sains

Perencanaan adalah aktivitas yang menggambarkan di muka hal-hal yang harus dikerjakan
dan cara mengerjakannya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (The Liang Gie, 1996
). Pendapat lain dikemukakan oleh Murdick and Ross (2000), bahwa  perencanaan
merupakan pemikiran yang mendahului tindakan mencakup pengembangan dan pemilihan
alternatif-alternatif tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan perencanaan pembelajaran menurut Nana Sudjana ( 1998), secara umum adalah
kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilakukan dalam suatu pembelajaran
(PBM), yaitu dengan mengkoordinasikan     (mengatur dan menetapkan ) komponen-
komponen pengajaran ; sehingga arah kegian ( tujuan),  isi kegiatan (materi), cara pencapaian
kegiatan (metode dan teknik) serta bagaimana mengukurnya  (evaluasi) menjadi jelas dan
sistematis.

Apabila aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran sains Holt, Bess-Genne (2001)
menjelaskan aspek-aspek pengembangan sains bagi anak usia dini yang meliputi tujuan,
dukungan material yang dibutuhkan, penyiapan anak , pengembangan kegiatan, penguatan
dan penghargaan, lembar kerja anak dan dan evaluasi; maka batasan dari perencanaan
pembelajaran sain adalah memprediksi atau memperkirakan hal-hal yang diperlukan
sebagaimana kebutuhan dari unsur-unsur yang teridentifikasi tersebut .

Perencanaan adalah aktivitas yang menggambarkan dimuka hal-hal yang harus dikerjaan dan
cara mengerjakannnya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan(The Liang Gie,1972).
Pendapat lain dikemukan oleh murdick and ross tahun 1982 bahwa perencaan merupakan
pemikran yang mendahului tindakan mencakup pengembangan dan pemilihan alternative-
alternatif tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan.

Kedua batasan di atas menyiratkan bahwa perencaaan sesungguhnya merupakan kegiatan


memproyeksi atau memperkirakan mengenai apa yang akan dilakukan. Hal-hal yang
dproyeksi adalah prioritas-prioritas yang akan  dan harus dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan, kegiatan yang dipilih dan dirumuskan hendaklah atas pertimbangan rasional, sehingga
tindakan yang dipilih menjadi sistematis. Pembelajaran sains sangat penting untuk
direncanakan karena terdapat beberapa alasan diantaranya:

1. Pilihan-pilihan kegiatan serta hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran sains
menjadi terjabarkan secara lebih sistematis sesuai dengan format yang dipilih dan
tertib.
2. Perencaaan sains yang dikembangkan dalam memberikan arah dan tugas harus jelas
sehingga hal-hal yang harus ditempuh dan dilaksanakan guru terhindar dari kesalahan.
3. Mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran sains.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri pada guru dalam melaksanakan pembelajaran sains.
5. Menjamin kontinuitas program dan pembelajaran sains yang dilaksanakan.

 
Untuk memperoleh suatu perencanaan pembelajaran sains yang baik (efektif), para perencana
harus mengikuti langkah-langkah pengembangan perencanaan yang selayaknya diikuti.
Terdapat dua tahan utama dalam perencanaan sains:

1. Tahap pra perencanaan

Yaitu tahapan yang ditempuh oleh seorang perencana sebelum merumuskan perencanaan
sesungguhnya, dan tahap ini berada paling awal dalam proses perencanaan

2. Tahap pengembangan perencanaan

Yaitu tahap melakukan kegiatan nyata dalam pembuatan perencanaan.

Aktifitas yang dilakukan pada tahap pra-perencaaan diantaranya adalah berfikir. Hal-hal yang
harus difikirkan oleh seorang perencana atau guru diantaranya; 1) mau dibawa kemanakah
anak-anak dalam pengembangan sains. Bagian ini terkait dengan memikirkan tujuan-tujuan
yang akan dicapai atau pengalaman-pengalaman belajar sains yang akan dicapai dan
diberikan pasda anak. 2) berfikir tentang bagaimana cara mencapai tujuan atau kemampuan
sains yang telah dirumuskan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran sains pada anak usia dini
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Dalam menentukan tujuan pembelajaran bagi program pendidikan anak usia dini selama ini
masih mengalami miskonsepsi. Menurut Bredekamp and Rosegrant dalam Ilfiandra (2011)
miskonsepsi ini berasal dari kekeliruan mengartikan istilah “ child-centered” yang dimaknai
sebagai “child-determinant”, ”child-dictated”, dan “child-indulgent”. Dalam perspektif
pendidikan anak usia dini, tujuan pembelajaran meliputi semua dimensi perkembangan,
berdasarkan pemahaman terhadap tingkat kebutuhan dan perkembangan individual anak .

Oleh karena itu, dalam pembelajaran sains, Nugraha (2000), menjelaskan bahwa sebetulnya
terdapat dua teknik penentuan tujuan pembelajaran sains. Pertama, dengan memilih dari
kurikulum/program sains yang telah ada; jika hal tersebut memang telah tersedia. kedua,
dengan merumuskan sendiri dengan mengacu pada pada rambu-rambu yang semestinya
(bersifat konkrit, hubungan sebab akibat terlihat secara langsung, memungkinkan anak
melakukan eksplorasi, memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri,
memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”, lebih menekankan
proses daripada produk, memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika,
menyajikan kegiatan yang menarik /the wondwer of science).

Rumusan tujuan hendaklah jelas sasarannya , dapat digambarkan perilakunya, kondisi


penunjang atau prasyaratnya efektif serta tingkat atau kualifikasinya sesuai dengan
karakteristik anak. Tuntutan rumusan tujuan seperti itu akan semakin tinggi manakala tujuan
yang diminta berupa berupa rumusan tujuan pembelajaran yang bersifat khusus, karena
tujuan yang bersifat khusus merupakan indikator standar dalam mengetahui ketercapaian
suatu program pembelajaran .
Secara sederhana rumusan tersebut dapat mengacu pada rumus ABCD, yang bermakna A
untuk status peserta didik (audience) sebagai subyek belajar sains, B untuk perubahan
perilaku yang diharapkan (behavior) terjadi pada anak setalah mengikuti pembelajaran sains,
C untuk kondisi , yaitu jenis ransangan – pilihan kegiatan atau bentuk-bentuk kegiatan belajar
yang disediakan (condition) yang diduga dapat menjadi medium tercapainya perolehan
perilaku baru pada anak .

Sedang D untuk memberikan batasan, baik kualitatif maupun kuantitatif tingkatan perilaku
baru yang diharapkan, biasanya mencerminkan tingkat (degree) kedalaman dan keluasan
materi yang diberikan dan harus dikuasaianak dalam pengembangan pembelajaran sains,
yang disesuaikan dengan daya dukung pembelajaran yang tersedia.

Yang harus menjadi catatan guru sains , rumusan tujuan  yang dibuat hendaklah merupakan
dan mencerminkan suatu kesatuan yang utuh dalam kemasannya. Beberapa contoh
pernyataan tujuan dapat disajikan secara bervariasi, sebagai berikut:

Contoh 1 :

Dipertunjukkan akuarium, anak TK kelompok B

C                                             A

Dapat membedakan 2 jenis ikan yang terdapat di dalamnya

Berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada setiap ikan

Contoh 2 :

Anak-anak dapat menceritakan ciri-ciri gajah secara benar

A                               B                                D

Berdasarkan pengalaman kunjungan ke kebun binatang

Pada hari minggu ( 14 september 2011 )

Muncul pertanyaan apakah mutlak rumusan suatu tujuan pembelajaran dikemas sebagaimana
ketentuan di atas ? Jawabannya sangat tergantung pada kemampuan dan kepraktisan bagi
guru/tutor dalam menyusunnya. Dari sudut pandang psikologis, sesungguhnya tujuan
pendidikan itu secara umum menyatu ( holistis ) dan saling mengkait sehingga tidak tepat bila
terlalu analistis dan dipecah-pecah sekecil mungkin. Apalagi tujuan untuk pembelajaran anak
usia dini, sebaiknya rumusan dalam bentuk tidak terlalu rinci, karena memang sulit
mengeceknya pada anak. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pendekatan pembelajaran
pada tingkatan usia anak itu, dimana dianjurkan menggunakan pendekatan terpadu , yang
salah satu implikasinya tujuan-tujuan  pembelajaran yang dipetakan pun bersifat terpadu pula.

1. Menentukan Material Yang  Dibutuhkan

Rumusan  tujuan yang dibuat oleh guru sains, jika rumusannya benar dan dibuat secara
sempurna akan menunjukkan dan menggambarkan, paling tidak memprediksi berbagai
kebutuhan material yang diperkirakan diperlukan. Sejumlah contoh material yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sains bagi anak usia dini, diantaranya : akuarium, lem, palu
baking soda, tabung karet, jam pasir, gelas takaran, dan sebagainya. Semua peralatan tersebut
jika tersedia di sudut (area) kegiatan sains, maka guru tinggal memilihnya, tetapi jika tidak
ada maka tetap harus mengusahakan dengan maksud tujuan yang telah dicanangkan dapat
tercapai secara baik.

1. Penyimpanan Anak dan Setting Lingkungan

Kegiatan yang terkait dengan penyiapan anak meliputi; penyiapan emosi, pengenalan
peraturan, pembagian kerja, pembagian kelompok, dan sebagainya. Adapun yang
terkait dengan setting lingkungan, menyiapkan lingkungan atau tempat yang akan digunakan
anak dalam melakukan eksplorasi dan pengajian sains, baik di sudut (area) sains
(laboratorium), maupun di luar (di kebun sekolah, taman, sawah, dan sebaginya), yang
disebut laboratorium alamiah.

1. Pengembangan Kegiatan

Kegiatan yang mesti diidentifikasi secara jelas yaitu kegiatan anak dan kegiatan Guru/ Tutor 
selama pembelajaran sains. Baik untuk kegiatan pada awal, kegiatan inti maupun
kulminasi (review, eveluasi, display/ pameran) serta kegiatan penutup seluruh aktivitas sains
yang telah dijalankan.

1. Penguatan dan Penghargaan

   Pembelajaran yang bernilai edukatif yaitu kegiatan yang dapat menimbulkan gairah belajar
anak. Salah satu alat yang dapat digunakan yaitu dengan menyediakan berbagai Variasi
penguatan dan penghargaan sehingga kemajuan dan motivasi anak makin meningkat.
Hindarilah hukuman seminimal mungkin. Berbagai penguatan dan penghagaan dapat
dilakukan melalui ucapan, gerakan, atau menunjukan peran positif pada anak (misal: Sang
Profesor), atau dengan gift (kado/benda) dan lain-lain. Kemudian tentukanlah dalam
perencanaan, misalkan anak yang pekerjaan sains dengan sempurna diberikan coklat atau
bunga, atau sesuatu yang diperkirakan bermanfaat bagi peserta didik.

1. Melakukan Tindakan Pengayaan

Kebermaknaan suatu studi sains akan semakin tinggi jika para guru menyediakan program
Pengayaan. Program yang direncanakan tidak selalu dalam bentuk formal, bahkan yang
terbaik dalam bentuk menyenangkan. Untuk pengayaan guru dapat merencanakan kunjungan
ke kebun binatang, kantor pos atau ke tempat-tempat yang cocok dengan bidang sains yang
dikembangkan termasuk ke industry, seperti ke pabrik roti, bengkel mobil, perusahaan batik,
dan sebagainya.

1. Mengembangkan Penilaian Pembelajaran Sains Untuk Anak

Kegiatan evaluasi merupakan suatu kesempatan untuk merefleksikan pengalaman anak serta
sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun hasil belajar anak yang dicapai oleh
anak. Jika tujuan evaluasi itu dilihat dari sisi implikasi dan konsekuensi yang lebih jauh,
maka tujuan penelitian tersebut dimaksudkan untuk merencanakan kurikulum 
pengembangan anak, meningkatkan perkembangan kemampuan  anak  selanjutnya, serta
keberhasilan belajar anak dikelas; baik pada dimensi  individu, kelompok, maupun klasikal.

Dengan demikian kedudukan perkembangan dan kemajuan anak serta langkah-langkah


tindak lanjutnya dapat diketahui secara baik dan sistemik melalui serangkaian kegiatan
evaluasi yang dilaksanakan.

Terdapat beberapa jenis dan cara melakukan evaluasi pebelajaran sains pada anak usia dini,
diantaranya dimulai:

 Observasi atau Pengamatan

Observasi adalah cara mengumpulkan data penilaian yang pengisianya berdasarkan


pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar data perkembangan anak
selama mengikuti program sains dapat diperoleh secara rinci atau akurat, serta tidak ada ada
bagian yang terlewatkan maka sebaliknya guru menggunakan pedoman observisi yang tepat.

 Catatan Anekdot

Catatan Anekdot atau “anecdotal record“ adalah kumpulan catatan tentang sikap dan
perilaku  anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Kedua perilaku tersebut
apabila muncul pada anak saat mengikuti program sains, harus dicatatat oleh guru. Hal itu
akan sangat berguna bagi pembinaan anak, dan penentuan keputusan serta layanan khusus
lainnya.

 Percakapan Atau “interview”

Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau wawancara
antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Percakapan sangat berguna
untuk menggali secara langsung tentang apa yang sedang dirasakan, dipikirkn dan diinginkan
anak. Dari percakapan kita akan dapat memperoleh gambaran tentang minat, motivasi, dan
kebutuhan-kebutuhan anak dalam program sains. Pada saat melakukan percakapan sebaiknya
guru selalu memegang daftar cek perkembangan anak sehingga segala hasilnya
terdokumentasikan.

 Pemberian Tugas

Pemberian tugas dalah suatu metode penilaian dimana guru dapat memberikannya setelah
melihat hasil kerja anak.  Pemberian tugas dalam kegitan sains berpasangan maupun
individul sehingg hasil pemberian tugas dapat berupa satu karya kelompok, sepasang atau
seorang anak. Yang terpenting  dalam pemberian tugas pada aktifitas sains yang harus dinilai
bukan hanya hasilnya, guru juga harus menilai bagaimana proses sains dilaksanakan oleh
setiap anak. Dari sejumlah cara evaluasi sains yang dapat dilakukan guru diatas, akan
menjadi semakin bermakna dan fungsional bagi guru/tutor apabila dalam pelaksanaannya
memperhatikan beberapa fungsi berikut ini :

 Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak bukan pada
prestasi. Jadi evaluasi kemajuan sains setiap anak tidak dibandingkan secara formal
dengan anak lainnya, karena memang  setiap anak adalah berbeda (every child is
defferent ),
 Kegiatan evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada saat anak sedang dalam
kegiatan. Disanalah saat  yang tepat anda mengetahui apa yang dilakukan, apa yang
diselesaikan, apa yang dipikirkan bahkan termasuk apa yang dihayalkan anak terkait
dengan kegiatan sains yang dilaksanakannya,
 Lakukan evaluasi dengan cara alamiah atau naturlistik, sehingga meskipun
Guru/Tutor melakukan evaluasi  pada saat anak tidak merasa terganggu. Tidak perlu
Guru/Tutor  mengumumkan pada anak bahwa guru/tutor akan sedang melakukan
kegiatan, kesadaran itu hanya ada pada guru/tutor  yang sedang menilai saja,
 Lakukanlah penandaan, pencatatan dan reportase secara segera terhadap segala
perilaku yang muncul pada anak pada saat mengikuti kegiatan sains. Guru yang
memahami arti penting evaluasi pada anak usia dini, akan selalu menyelipkan
beberapa lembar kertas disakunya serta sebuah alat tulis yang dapat digunakan setiap 
saat diperlukan.

Dengan demikian perilaku penting yang terjadi pada anak dapat segera dicatat  dan tidak
terlewatkan untuk didokumentasikan.  Perlu diingat bahwa karaktristik anak usia  dini yang
spontan, mudah beralih, dan dinamis sehingga kesempatan berperilaku kadang-kadang sekali
saja.

2.2. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Belajar Sains

Sumber belajar sebagai komponen sistem  pembelajaran perlu dikembangkan keberadaannya


maupun pemanfaatannya dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Warsita (2008: 209) sumber
belajar adalah semua komponen sistem instruksional baik yang secara khusus dirancang
maupun yang menurut sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan
pembelajaran.  Suparman (2010: 110) berpendapat “Sumber belajar adalah daya yang bisa
dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak
langsung, sebahagian atau secara keseluruhan.  Selain itu Majid (2011: 170) mengatakan
bahwa sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar,benda dan
orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah semua
komponen sistem instruksional (orang, benda atau lingkungan sekitar) yang bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan proses pembelajaran bagi peserta didik guna membantu
dalam perubahan tingkah laku.

Berbagai sumber belajar pada dasarnya tidak boleh dilihat secara parsial. Hendaknya
dipandang sebagai satu kasatuan yang utuh dalam sebuah proses pembelajaran. Semua jenis
sumber belajar yang memang sesuai perlu dipertimbangkan demi tercapainya pembelajaran
yang lebih baik.  Dengan demikian diharapkan akan berdampak positif terhadap hasil
pembelajaran.

Menurut Warsita (2008: 212) secara garis besarnya terdapat dua jenis sumber belajar yaitu :

 Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu      sumber


belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang atau dikembangkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
 Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by
utilization), yaitu sumber belajar yang secara tidak khusus dirancang atau
dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat dipilih dan dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran.

Menurut Tim Dosen (2011: 3) tempat atau alam sekitar , yaitu di mana saja seseorang dapat
melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan
sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar. Misalnya perpustakaan, pasar, museum,
sungai, kolam ikan, dan sebagainya.

Di samping itu masyarakat atau lingkungan dapat pula menjadi sumber yang penuh
kemungkinan untuk memperkaya pengajaran.  Itulah sebabnya setiap pendidik harus
mengenal masyarakat serta lingkungannya dan menggunakannya secara fungsional dalam
pembelajarannya .

Menurut Nasution (2010: 213) sekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Sekolah
dipandang sebagai suatu lembaga untuk memperbaiki kehidupan dalam masyarakat, mulai
dengan lingkungan yang dekat kemudian meluas kepada lingkungan yang lebih jauh, b)
Sekolah dan masyarakat bekerja sama untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
serta menetapkan program untuk memenuhi kebutuhan itu, c) Sekolah dan masyarakat
bersifat dinamis dan senantiasa menyesuaikan programnya dengan perubahan-perubahan
dalam masyarakat, dan  d)  Sekolah sepenuhnya menggunakan sumber-sumber yang ada
dalam masyarakat untuk kepentingan pelajaran.

Ada berbagai macam cara untuk menggunakan sumber-sumber belajar dalam lingkungan
untuk kepentingan belajar yaitu: a) membawa anak kedalam lingkungan dan masyarakat
untuk keperluan pelajaran, dan b) membawa sumber-sumber dari lingkungan ke dalam kelas
untuk kepentingan pelajaran.

Menurut Majid (2011: 173) tahap-tahap dalam mengelola sumber belajar adalah sebagai
berikut : Pertama, membuat daftar kebutuhan melalui identifikasi sumber dan sarana
pembelajaran yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas atau di sekolah.
Kedua, golongkan ketersediaan alat, bahan atau sumber belajar tersebut. Ketiga, bila sumber
belajar tersebut tersedia, pikirkan sesuai dengan penggunaannya, bila belum, lakukan
modifikasi bila diperlukan.

Dengan tersedianya sumber belajar yang bervariasi, maka kegiatan pembelajaran menjadi
lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. Siswa juga akan
mrndapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.

Menurut Tim Dosen (2011: 8) manfaat sumber belajar dalam proses belajar mengajar adalah
 Menyediakan materi ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni materi ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
 Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks
yang terkadang sulit diperoleh.
 Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Menurut Daryanto (2010: 74) prinsip umum pemanfaatan sumber belajar adalah a) Mengacu
ke tujuan instruksional, b) Berorientasi kepada siswa, c) Proses pemanfaatannya berjenjang,
dan d) Sumber belajar harus terkombinasi dan menyatu dengan proses belajar mengajar.

Adapun nilai sains bagi pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik anak

1. Nilai sains bagi pengembangan kemampuan kognitif anak

Abruscato (1982) menilai bahwa kegiatan sekolah yang seringkali dihabiskan untuk
mengasah daya pikir dan menyerap pengetahuan semata-mata, itu adalah keliru. Mengacu
pada teori perkembangan kognitif, yang terpenting anak menyerap sebanyak-banyaknya
pengetahuan, tetapi bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya,
serta bagaimana ia dapat menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam
lingkup kehidupannya atau belajar. Jadi nilai yang sesungguhnya dari sifat pengembangan
kognitif harus mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi proses. Dalam
mengarahkan anak untuk mengusai isi pengetahuan, dilakukan melalui proses atau aktivitas
yang bermakna. Jika anak diharapkan menguasai konsep-konsep terkait dengan sains baik
berapa fakta konsep maupun teori. Fasilitasilah mereka dalam menguasainya melalui
kegiatan yang bisa mencakup dimensi isi maupun proses tersebut, misal melalui observasi,
membaca, diskusi, eksperimen atau media yang relevan.

1. Nilai sains bagi pengembangan afektif anak

Setiap anak sejak dini perlu diberikan dan dilibatkan pada suasana atau situasi yang dapat
memberikan afeksi yang membekas. Pemain afeksi akan melekat dan menjadi suatu karakter
yang mempribadi atau mengindividualisasi pada jati diri anak, jika pengembangannya
disesuaikan dengan tuntutan perilaku yang terjadi secara nyata dalam kehidupan anak.
Sehingga nilai afeksi yang dikembangkan merupakan suatu pola perilaku yang benar-benar
diwujudkan dalam perbuatan. Tugas guru dalam pembelajaran sains adalah menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, menyentuh anak sehingga dapat
menumbuhkembangkan afeksi anak secara positif.

1. Nilai sains bagi pengembangan psikomotorik anak

Mengarahkan pada tuntutan anak memiliki kesanggupan untuk menggerakkan anggota tubuh
dan bagian-bagiannya. Pengembangan sains dengan sifat-sifat yang melekatnya dapat
membantu meningkatkan keterampilan psikomotorik anak. Motorik kasar anak dapat
berkembang melalui aktivitas sains. Misal dengan cara membentuk bangunan dari pasir,
tanah, bercocok tanam bunga, dan lain-lain. Sedangkan motorik halus dilakukan melalui
aktivitas menggaris dengan pensil dan penggaris, mengukur, memilah benda-benda (kasar,
halus dan lain-lain) menggunting dan sebagainya. Jadi, pengembangan motorik akan banyak
diperoleh melalui kegiatan sains yang bernilai kognitif maupun afektif, artinya aktivitas
motorik akan berkontribusi positif terhadap pembentukan kognitif dan afektif anak dalam
pengenalan dan penguasaan sains.

1. Nilai sains bagi perkembangan berfikir kritis dan kreatifitas, aktualisasi diri dan
kesiapan kehidupan anak serta pengembangan nilai religius
2. Nilai sains bagi perkembangan keterampilan berfikir dan kreativitas anak

Melalui pengembangan sains pada anak akan mengundang dan menumbuhkan rasa ingin tahu
yang amat tinggi. Setting dan lingkungan belajar sains yang disediakan akan merangsang
anak untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan menakjubkan. Maka itulah wujud dari
berpikir dan belajar kreatif yang nyata. Nilai sains bagi perkembangan dan pertumbuhan anak
yaitu daya pikir dan imajinasi anak dalam mengajukan suatu pertanyaan atau dengan
mengajak anak untuk mengamati suatu pertumbuhan hidup tanaman maka keterampilan
berfikir kritis anak akan berkembang.

2. Nilai sains bagi pengembangan kemampuan aktualisasi dan kesiapan anak dalam
mengisi kehidupannya

Jika praktek-praktek pengembangan pembelajaran sains diberikan sedemikian rupa, maka


kematangan pada aspek-aspek pengembangan dalam diri anak akan semakin baik, artinya jika
akumulasi dari dampak pembelajaran sains itu terus berkembang dan akan berkontribusi
positif terhadap peningkatan kemampuan anak untuk mengaktualisasikan dirinya dalam
kehidupan yang luas.

3. Nilai sains bagi perkembangan religius anak

Sumaji (1980) mengakui semakin luas dan dalam seseorang mempelajari sains, ia akan
merasa semakin kecil sebagai makhluk bila dibanding Tuhan. Itulah  nilai lainnya dari sains,
ternyata pemahaman akan sains berkorelasi dengan peningkatan kesadaran nilai religius
seseorang. Issac Newton misalnya fisikawan terkemuka mengibaratkan dirinya sebagai anak
kecil yang sedang bermain kerang dipantai, sedangkan lautan yang membentang luas ibarat
sains.

Like Wilardja (1997) menyatakan dengan proses pengembangan pembelajaran sains yang
tepat pada anak, maka anak akan dibiasakan menjadi sosok yang jujur dan tidak mudah
berprasangka menjadi pribadi yang gigih dan tekun dalam menghadapi kesulitan, bahkan
dapat menumbuhkan nilai religius, yaitu rasa bersyukur dan memuliakannya.

Dari kegiatan sains banyak yang dikembangkan kepada anak, yaitu kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik serta berfikir kritis dan kreatifitas, aktualitas serta nilai religius
anak. Seorang guru harus bisa memberikan kegiatan sains yang menyenangkan, dari kegiatan
tersebut cara anak berfikir dan berimajinasi serta rasa ingin tahu anak akan lebih terangsang.
Dan rasa ingin tahu apa, mengapa, akan terjawab dari kegiatan tersebut serta pengembangan
afektif dan psikomotorik anak juga berkembang sejalan dengan perkembangan kognitif.

Kognitif itu pengembangan daya pikir anak, afektif itu pengembangan perilaku anak dan
psikomotorik itu pengembangan motorik kasar dan  motorik halus. Contohnya membentuk
bangun dari pasir (motorik kasar), membentuk dengan playdought/ platisin (motorik halus).
Dengan mengajak anak jalan-jalan ke luar dari lingkungan sekolah atau pergi ke pantai.
Jelaskan pada anak-anak bahwa itu ciptaan Tuhan, dan manusia juga ciptaan Tuhan, agar
anak mengetahui siapa sang pencipta dan anak juga memiliki rasa sukur dan rendah diri.
Begitulah nilai religius yang dikembangkan pada anak dan cara anak berfikir kritis atas
penciptaan alam raya ini.

2.3. Pengelolaan Kelas atau Kegiatan Sains

Menurut Holton (1992) dalam pengembangan pembelajaran Sains khususnya yang


menggunakan strategi berbasis discovery inquiry adalah:

1. Distribusi material pembelajaran

Guru harus memahami karakteristik dari setiap material pembelajaran yang digunakan, baik
dari sisi kualitas, kunatitas maupun daya jangkauannya terhadap sasara belajar. Dengan
memperhatikan distribusi material, hal yang dapat dihindari diantaranya:

 Kebiasaan anak bergerombolan pada obyek sains tertentu saja sehingga meninggalkan
obyek sains lainnya yang seharusnya mereka observasi dan pelajari dapat ditekan
seminimal mungkin.
 Kebiasaan berebut material pembelajaran yang sering dilakukan anak-anak.

1. Penyediaan area atau arena bekerja anak

Guru harus memadai, ketidaksediaan arena kerja sains akan mengganggu dan menghalangi
dinamika anak dalam perolehan pengalaman belajar sains yang diikutinya.

Adapaun strategi atau cara-cara untuk mengoptimalkan pembelajaran kegiatan sains


diantaranya:

1. Pengembangan sudut (area) sains secara terintegrasi (menyatu)

Jika ruangan terbatas, maka sudut yang dibuat cukup satu saja, yaitu sudut IPA. Tidak dipisah
menjadi sudut biologi, fisika, dan sebagainya. Dengan demikian dari sisi pemanfaatan  ruang
akan menjadi efisien dalam penyajiannya dapat di tampilkan secara keseluruhan masih terkait
sains, ataupun secara bergiliran.

Dengan model penyajian secara terintegrasi, tidak ada alasan bagi sekolah manapun untuk
menghindari mengembangkan pembelajaran sains secara lebih baik kepada anak-anak yang
bersekolah pada lembaganya.

1. Pembuatan kebun sekolah

Dengan penyediaan kebun sekolah, maka memperkenalkan sains kepada mereka tidak perlu
jauh-jauh, di samping itu pembelajaran sains akan menjadi lebih nyata dan efesien, karena
jarak antara sekolah dan kebun relatif berdekatan. ketersediaan kebun sekolah merupakan
medium yang efektif bagi demontrasi berbagai konsep dan kajian sains yang seharusnya di
kuasai oleh anak, dengan kata lain kebun sekolah merupakan laboratorium alamiah.
Keberadaan kebun sekolah akan menjadikan sekolah lebih segar dari asri lingkungannya.
Pertimbangan utama yang harus di fikirkan dalam pengembangan kebun sekolah untuk
pembelajaran sains adalah bagaimana menyesuaikan desain kebun sekolah dengan keadaan
sekolah.

Keadaan yang perlu mendapatkan perhatian agar sesuai dengan sekolah:

1. Keseimbangan isi atau tumbuhan yang di tanam, baik jenis maupun kaitannya dengan
materi pembelajaran sains hendaklah tanaman atau tumbuhan yang di pilih di
usahakan sesuai dengan pokok-pokok pembelajaran sains yang akan di sampaikan
kepada anak
2. Keharmonisan antar tanaman, cara menanam dan tinggi rendah tanaman yang di
tanam di kebun sekolah
3. Kaitannya dengan karakteristik anak, misalkan: kemampuan anak merawat,
ketinggian anak menjangkau tanaman, kemampuan anak mengobservasi tanaman, dsb
4. Kemungkinan mempertegas identitas tanaman, misalkan dengan memberi label
tanaman dengan informasi nama, umur, asal,dsb
5. Kemungkinan periode pergantian, misalkan: tanaman-tanaman yang berumur pendek,
seperti sayur dan bunga.
6. Melibatkan anak dalam kegiatan.

1. Pemanfaatan sumber belajar yang tesedia dan terjangkau

Sumber belajar untuk sains sangat melimpah asalkan para guru mau menggali dan
mengangkat sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah seperti bumbu dapur, kerikil,
rumput-rumput, daun-daun, tanah, air disekitar sekolah dan rumah, merupakan hal mendasar
yang merupakan bagian dari pembelajaran sains yang dapat bahkan harus diperkenalkan
kepada anak.

Jadi dapat dikatakan sesungguhnya lingkungan anak merupakan laboratorium alami sains
yang dapat menggiring anak ke arah pengenalan sains yang menyeluruh dan utuh
mengabaikan segala sumber belajar sains yang dekat, justru akan menjadikan pembelajaran
sains menjadi kurang bermakna dan fungsional bagi anak.

1. Peningkatan kemampuan dan kreativitas guru sains

Bekal kemampuan dan kreativitas yang tinggi akan mampu memfasilitasi dan menemukan
cara-cara yang produktif dalam mendongkrak pengenalan dan penguasaan sains pada anak
usia dini. Untuk itu kata kunci agar optimalisasi pembelajaran sains pada anak usia dini dapat
dicapai maka secara simultan dan konsisten dari waktu ke waktu guru hendaklah senantiasa
meningkatkan kemampuannya dalam membelajarkan sains pada anak-anak sehingga
ditemukan cara-cara yang peling efektif dalam mewujudkan segala tujuan dari pembelajaran
sains yang diharapkan.

1. Peningkatan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan anak

Salah satu keterampilan yang sangat besar pengaruhnya bagi penguasaan sains oleh anak-
anak, kemampuan guru dalam mengkomunikasikan sains kepada anak-anak. Terdapat tiga
bentuk yang terkait dengan komunikasi sains kepada anak-anak yaitu:
 Kemampuan guru dalam menyederhanakan konsep sains, maksudnya adalah guru
selayaknya mampu mengemas pesan-pesan sains secara sederhana kepada anak.
Sederhananya kemasan pesan akan memudahkan anak dalam menguasai sains.
 Kemampuan dalam mendekatkan anak pada sains, maksudnya adalah kemampuan
guru dalam mencari cara atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik
anak.
 Kemampuan guru dalam memahami ungkapan (ekspresi) sains yang ditampilkan
anak. Dengan demikian komunikasi akan efektif jika guru mampu mengungkap
pesan-pesan yang disajikan anak, bagi guru pemula memang kadang kesulitan
menangkap pesan anak secara baik karena terkadang bahasa anak bersifat miltifrase
(menimbullkan banyak arti). Apabila salah menafsirkan, maka akan menimbulkan
kegagalan berkomunikasi dengan mereka, untuk itu harus dipelajari cara-cara dan
bagaimana anak berekspresi. Jadi guru yang harus pandai menangkap pesan anak
bukan sebaliknya, tetapi justru jika anak tidak mampu menangkap pesan guru
bergegaslah guru mencari cara-cara lain untuk memperjelas apa-apa yang akan
dikomunikasikannya.

1. Membangun hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat potensial

Berbagai keterbatasan yang dihadapi sekolah sesungguhnya dapat dikomunikasikan kepada


pihak-pihak yang dianggap potensial membantu salah satunya adalah orang tua. Jika sekolah
secara nyata memang dihadapkan pada berbagai keterbatasan, sebaiknya pihak pertama yang
dikontak oleh sekolah adalah orang tua. Dengan kejujuran dan keterbukaan, maka ulur tangan
orang tua akan semakin terbuka.

Beberapa keuntungan jika pelibatan orang tua dapat dikelola secara baik, diantaranya:

1. Keuntungan bagi orang tua atau keluarga anak, diantaranya:

 Mengembangkan rasa memiliki atas program atau kurikulum sekolah


 Dapat melihat bagaimana anaknya berhubungan dan berkomunikasi dengan orang
lain.
 Dapat lebih memahami perkembangan anaknya.
 Dapat lebih mengetahui dan menghargai tugas dan beban dari para guru atau
pengajar.
 Dapat mempelajari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang dapat dikembangkan
dirumah.
 Dapat bertemu dan berkomunikasi dengan teman anak-anak mereka
 Dapat menjadi sarana dalam membangun persahabatan yang abadi dengan orang tua
dari anak lain
 Dapat menindaklanjuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan anak di rumah sehingga
terdapat keharmonisan dan konsisiten antara program rumah dengan program sekolah

2. Keuntungan bagi pihak sekolah terutama bagi para guru, diantaranya:

 Para guru dapat mrngetahui dan mempelajari bagaimana para orang tua memotivasi
anaknya dalam kegiatan pembelajaran
 Mengamati bagaimana orang tua atau anggota keluarga menolong anak mereka dalam
memecahkan masalah yang dihadapi anak
 Dengan pelibatan orang tua dalam pembelajaran, para guru memiliki waktu yang
lebih leluasa bersama seorang anak atau kesempatan untuk bekerja pada kelompok
yang lebih kecil.
 Para guru dapat memahami berbagai keragaman budaya dan sosial setiap keluarga
anak
 Para guru dapat mempelajari berbagai keterampilan khusus yang dikuasai orang tua
atau keluarga, misalkan keterampilan memasak atau lain-lain

III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pembelajaran sains pada anak usia dini sangat penting untuk memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada anak tentang alam dan segala isinya yang memberikan makna
terhadap kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Pembelajaran sains disajikan pada anak usia dini hendaknya  memperhatikan
beberapa unsur yaitu proporsional  tujuan yang ingin  dicapai, antara domain kognitif,
afektif dan psikomotorik  yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak
untuk setiap tingkatan usia.
3. Perencanaan dalam pembelajaran dirumuskan secara sistimatis, dengan menggunakan
berbagai metode dan berbagai media dan dipersiapkan dengan konsep bermain seraya
belajar, sehingga mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan.

3.2. Saran

1. Bagi pengembang pembelajaran sains pada anak usia dini, hendaknya pahami terlebih
dahulu tujuan sains secara  komprehensif  dan karakteristik perkembangan anak usia
dini untuk setiap tahapan usia, kemudian tuangkan dalam rencana pembelajaran yang
operasional dengan menerapkan konsep bermain yang menyenangkan.
2. Gunakan multi media dalam pembelajaran sains, untuk menghindari rasa jenuh,
bosan  pada anak, serta mempertahan perhatian anak untuk tidak berpaling pada objek
lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha, A.Sy. Dina Dwiyana (Editor), Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak
Usia Dini, JIL SI Foundation, 2008.

Daryono. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung : Yrama Widya.

Jamaris, Martini. 2000.  Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-
Kanak. Jakarta : Grasindo.

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar   Kompetensi


Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai