MAKALAH
oleh
Kelompok 3
Kelas 3B
Neng Revi Rismayanti 122154061
Rahayu Siti Fatonah 122154063
Yosi Nurhakiki 122154067
Iftahul Fajriyah 122154069
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pesatnya kemajuan teknologi utamanya bidang informasi di era
globalisasi, membawa dampak ketatnya persaingan di segala bidang
kehidupan baik dalam bidang pendidikan, teknologi, ekonomi, politik
sampai pada tingkat kesehatan. Sehingga diperlukan kesiapan sumber daya
manusia (SDM) yang lebih berkualitas. Berbagai upaya peningkatan SDM
dilakukan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik agar memiliki
kompetensi unggul mampu bersaing pada era global. Upaya yang
dilakukan salah satunya yaitu dalam proses pendidikan.
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan seseorang atau suatu
kelompok agar tercapainya suatu keinginan positif. Kegiatan ini
diharapkan mampu mengembangkan potensi diri, kepribadian, akhlak
serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Apabila dihadapkan pada suatu kondisi dan lingkungan yang
terpilih maka manusia harus mampu berpengaruh dan mengembangkan
potensinya secara optimal.
Pendidikan dalam proses pembelajarannya diharapkan merupakan
pembelajaran yang inovatif, relevan dengan kebutuhan dan peran aktif
peserta didik dalam prosesnya. Pendekatan pembelajaran yang inovatif
adalah yang berpusat pada peserta didik dan terkait dengan permasalahan
kehidupan sehari-hari. Lampiran Permendiknas no 22 Tahun 2006 antara
lain dinyatakan bahwa IPA (sains) diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah
yang dapat diidentifikasikan. Penerapan sains perlu dilakukan secara
bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Produk
karya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, ada proses dilakukan
dengan cara memecahkan masalah dan sikap perilaku ilmiah serta
bijaksana dalam pengelolaan lingkungan.
Berbagi kendala yang menjadi penyebab kurang berhasilnya
prestasi yang diraih oleh peserta didik, salah satunya adalah pendekatan
atau model pembelajaran yang diterapkan oleh para pendidik. Proses
pembelajaran secara konvensional dimana pembelajaran masih berpusat
pada pendidik atau guru dan peserta didik pasif mengikuti pembelajaran.
Hal inilah yang menyebabkan prestasi belajar masih rendah. Sebagai ilmu
pengetahuan, sains terdiri tiga unsur yaitu: sikap ilmiah, proses atau
metode dan hasil (produk), oleh karenanya proses pembelajaran dan
penilaiannya harus mencakup ketiga aspek tersebut secara integratif dan
berimbang. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses
pembelajaran lebih mengarah pada transfer materi yang disajikan dengan
metode ceramah dan penilaiannya menitik beratkan pada aspek kognitif
dari pada aspek lainnya. Keadaan ini mengesankan bahwa pembelajaran
sains hanya berisi kumpulan produk saja yang berupa kumpulan fakta,
konsep dan prinsip-prinsip, bukan proses penemuan dan pemecahan
masalah atau proses penanaman sikap, tentu saja hal tersebut berdampak
pada prestasi dan kompetensi yang dimiliki peserta didik.
Selain itu kegiatan praktikum yang dilaksanakan hanya sekedar
praktikum yang mengikuti tuntunan atau prosedur dari lembar kerja,
sehingga peserta didik kurang terampil dalam menyusun hipotesis,
melakukan pengamatan, menentukan variabel percobaan,
menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan. Akibatnya, peserta
didik sulit dalam menerapkan konsep IPA atau sains dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini juga menyebabkan hasil belajar yang semakin
menurun.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat di kemukakan bahwa
tantangan pembelajaran saat ini adalah perlunya mengembangkan
pembelajaran dengan menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga dapat menjadi solusi masalah-masalah yang
berkaitan dengan sains dan teknologi. Untuk kepentingan itu pembelajaran
sains perlu dikaitkan dengan aspek teknologi yang berkembang di
masyarakat. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka perlu di cari
solusi belajar mengajar yang sebaik-baiknya. Dalam proses belajar
mengajar ada banyak variasi pendekatan dalam strategi pembelajaran aktif.
Setiap pendekatan memberi penekanan pada tujuan tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Pendekatan
yang memandang bahwa belajar IPA harus mencerminkan bagaimana para
ilmuwan bekerja dalam bidang keilmuannya adalah aliran baru Pendekatan
ketrampilan proses sains (science process skill) merupakan pendekatan
yang sering dijelaskan atau diungkapkan dengan “learning how to learn.”
Pendekatan pembelajaran yang memandang bahwa siswa belajar untuk
menguasai dan menerapkan keterampilan proses sains.
Menurut Barba (dalam Pudyo, 1999), Keterampilan Proses Sains
(KPS) dibedakan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan
proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar meliputi: observasi,
klasifikasi, pengukuran, komunikasi, menyimpulkan, prediksi, penggunaan
hubungan tempat atau waktu, penggunaan angka dan identifikasi variabel.
Sedangkan keterampilan proses terintegrasi meliputi: penyusunan
hipotesis, pengontrolan variabel, investigasi, pendefinisian operasional dan
eksperimen. Keterampilan-keterampilan proses sains tersebut harus
ditumbuhkan dalam diri siswa sesuai dengan taraf perkembangan
pemikirannya. Keterampilan-keterampilan ini akan menjadi roda
penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta
pertumbuhan dan perkembangan sikap, wawasan dan nilai. Keterampilan
Proses Sains (KPS) yang dipadukan dengan kegiatan eksperimen,
mengharuskan dapat mempelajari IPA dengan pengamatan langsung
terhadap gejala-gejala atau proses-proses sains, dapat melatih kemampuan
berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah,
dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui
metode ilmiah dan lain sebagainya.
Ada beberapa alasan keterampilan proses sains dapat
mengembangkan keterampilan. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan
berlangsung cepat sehingga pendidik tidak mungkin mengajarkan semua
fakta dan konsep. Kedua, sesuai pendapat para ahli psikologi yang
menyatakan bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang
rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang wajar sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan cara mempraktekkan
sendiri. Ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun
penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak
setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan
kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi teori baru, yang prinsipnya
mengandung kebenaran relatif. Sedangkan alasan keempat, dalam proses
pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dari diri peserta didik. Selain itu dengan
kegiatan eksperimen dapat membantu pemahaman siswa terhadap
pelajaran menjadi lebih bermakna dan mendalam.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. apa yang dimaksud dengan Keterampilan Proses Sains?
b. bagaimana cara mengukur Keterampilan Proses Sains?
c. apa saja indikator yang termasuk ke dalam Keterampilan Proses Sains?
B. Pembahasan
1. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Sains adalah salah satu pelajaran yang erat hubungannya
dengan teknologi. Belajar fisika tidak lepas dari belajar tentang sains,
karena belajar fisika sama halnya dengan belajar hakikat sains. (U.
Nugroho, Hartono, S. S. Edi. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5:2009:
108-112).
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari
latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.
Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah
terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.
Sedangkan pengertian pendekatan keterampilan proses adalah cara
memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini
dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan
pengembangan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan. Ketiga unsur
itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreativitas.
Depdikbud mendefinisikan pendekatan keterampilan proses
sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan
intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan
mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Keterampilan proses sains menurut Rustaman, N. Y. (2007)
melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual
dan sosial.
Keterampilan proses sains (Science Process Skills) adalah
keterampilan yang dapat membekali peserta didik untuk mampu
melakukan berbagai kegiatan fisik selama proses penemuan (Hands on
Activities) maupun keterampilan proses berpikir (Minds on Activities) dan
menanamkan sikap ilmiah (Heart on Activities).
Pendekatan keterampilan proses sains adalah pendekatan
pengajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk ikut menghayati
proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses. Keterampilan proses sains berfungsi sebagai roda
penggerak dalam penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta
penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai yang berfokus pada
pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam perolehan hasil belajar. Hal
ini juga didukung oleh Rustaman, N. Y., dkk (2003), keterampilan proses
adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif
atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena
dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena
mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan
atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan
proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-
pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman
langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang
sedang dilakukan.
Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan
kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut
Dahar (1996: 56), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan
siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting
bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru
atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Penelitian yang dilakukan Haryono (2006) menyimpulkan bahwa
model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains
adalah bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses
sains ke dalam rangkaian proses belajar mengajar guna mengarahkan
siswa pada proses konstruksi pengetahuan secara mandiri.
Keterampilan proses sains perlu dikembangkan pada diri
siswa karena memiliki beberapa manfaat penting dalam mempelajari
sains. Dimyati dan Mudjiono (2002) menerangkan mengenai manfaat
keterampilan proses sains yaitu: pertama, ilmu pengetahuan siswa
dapat berkembang dengan pendekatan keterampilan proses. Kedua,
pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan.
Ketiga, keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar
proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan.Siswa memperoleh
ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep
ilmu pengetahuan.
Jadi tujuan pengajaran sains dalam keterampilan proses sains
adalah sebagai proses untuk meningkatkan keterampilan berfikir siswa,
sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam bidang
psikomotorik dan sekedar ahli menghafal.
Susiwi (2009) menerangkan bahwa tujuan dari pembelajaran
sains adalah menjelaskan fenomena alam sekitar. Belajar sains harus
melibatkan siswa pada pengalaman langsung.
Dalam pembelajaran IPA, Keterampilan-keterampilan proses sains
adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka
melakukan inkuiri ilmiah. Mereka menggunakan berbagai macam
keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal.
Keterampilan-keterampilan proses tersebut adalah pengamatan,
pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian,
pengukuran, penggunaan bilangan, penginteprentasian data, melakukan
eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian
secara operasional, dan perumusan model.
Menurut Sukis, ada enam dasar keterampilan proses sains.
a. Pengamatan (Observation)
b. Komunikasi (Communication)
c. Pengelompokan (Classification)
d. Pengukuran (Measurement)
e. Kesimpulan (Inference)
f. Ramalan (Prediction)
Berikut penjelasan enam dasar dari keterampilan proses sains.
a. Pengamatan
Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal.
Pengamatan dapat berupa mengamati benda-benda dan peristiwa
menggunakan panca indera. Kemampuan untuk membuat pengamatan
yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan proses
sains lainnya, dianatarannya yaitu: berkomunikasi, mengklasifikasi,
mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana
dibuat hanya menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan
pengamatan kualitatif (misalnya: daun berwarna hijau, nula lilin
lemah,dll)
b. Komunikasi
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua,
komunikasiselalu berkaitan dengan pengamatan. Siswa harus
berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada
orang lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain
dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci untuk
berkomunikasi efektif adalah dengan menggunakan rujukan
(referensi).
c. Pengukuran
Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus
khusus dari mengamati dan berkomunikasi. Ketika kita mengukur
beberapa benda, kita membandingkan benda tersebut untuk
didefinisikan dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi
hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu
berapa banyak, dan nama satuan untuk memberitahu kita berapa
banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil
pengamatan baik secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar.
Metode lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering
digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual
d. Pengelompokan
Pengelompokan atau pemilahan obyek objek berdasarkan
kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ada beberapa metode yang
berbeda dalam melakukan klasifikasi. Metode yang paling sederhana
adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat
didasarkan pada beberapa persyaratan. Dua metode lainnya adalah
klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikasi
biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan
bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar apakah setiap objek
memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu.
e. Kesimpulan
Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul
di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran
(interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kita
mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih
baik terhadap lingkungan di sekitar kita. Para ilmuwan mengemukakan
hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan
pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa
perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan
kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang
mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran
mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.
f. Prediksi
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara
logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk
membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan kita
untuk berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita. Ramalan
ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat
tentang kejadian yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan
pada apa yang kita amati dan masa lalu kita sehingga mengalami
model mental yang terbangun dari pengalaman- pengalaman. Jadi
meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan
kesimpulan kita atau hipotesis tentang peristiwa yang memberi kita
cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut
ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan lebih besar pada
inferensi /hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan
oleh para ilmuwan yang bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar proses.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), kelebihan KPS adalah:
a. KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa
dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita
tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih
aktif.
c. KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu
pengetahuan sekaligus.
C. Contoh Instrumen
TES KETERAMPILAN PROSES SAINS
Petunjuk
1. Kerjakan soal-soal dibawah ini
2. Kerjakan dengan tepat dan benar
Soal Indikator KPS
Observasi
Gambar 1
Gambar 2
1. Dari Gambar 1, bedakan yang termasuk:
Komponen Biotik
Komponen Abiotik
2. Cermati Gambar 1, dalam rantai makanan tersebut
manakah yang berperan sebagai hewan herbivore?
3. Berdasarkan komponen biotik pada Gambar 2, bedakan
yang termasuk:
Produsen
Konsumen Sekunder?
Prediksi
Gambar 3
4. Berdasarkan gambar 3, kelompokkanlah hewan yang
termasuk konsumen primer
5. Berdasarkan jenis makanannya, ada hewan pemakan
tumbuhan, daging, hewan pemakan tumbuhan dan
daging, kelompokkanlah mahluk hidup berdasarkan
gambar!
6. Apakah yang akan terjadi jika tidak ada matahari di
dalam aliran energi?
7. Menurut kalian, apa yang akan terjadi jika di dalam
rantai makanan terdapat ketidakseimbangan antara
komponen biotik dan abiotik?
Interpretasi
Gambar 4
8. Dari gambar tersebut, apa yang dapat kalian
simpulkan?
Gambar 5
Mengajukan
9. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan gambar 5
rantai makanan (minimal 3 pertanyaan) pertanyaan
10. Apa yang menyebabkan kelinci tergolong sebagai
hewan herbivore? (sertakan dengan contoh) Mengajukan
11. Bedakan yang termasuk: hipotesis
a. Produsen
b. Konsumen Primer Menerapkan konsep
c. Konsumen Sekunder
d. Konsumen Tersier
Komunikasi
Gambar 6
12. Di dalam piramida makanan terdapat tingkatan struktur
tropik, nyatakan gambar 6 dalam bentuk kalimat!
13. Berikan pendapatmu tentang bentuk piramida
makanan, jika semakin tinggi tingkat tropiknya,
bentuknya semakin mengerucut!
Rubrik Penilaian
No Indikator Skor Kriteria
1 Observasi Jika cermat dalam mengobservasi dan menyebutkan
3
dengan benar
Jika kurang cermat dalam mengobservasi dan
2
menyebutkan kurang benar
Jika tidak cermat dalam mengobservasi dan
1
menyebutkan tidak benar
2 Prediksi Jika benar dalam memprediksi dan menjelaskan yang
3
terjadi
Jika kurang benar dalam memprediksi dan
2
menjelaskan yang terjadi
Jika tidak benar dalam memprediksi dan menjelaskan
1
yang terjadi
3 Interpretasi 3 Jika tepat dalam menginterpretasi sebuah keadaan
Jika kurang tepat dalam menginterpretasi sebuah
2
keadaan
Jika tidak tepat dalam menginterpretasi sebuah
1
keadaan
4 Mengajukan
3 Jika tepat dalam mengajukan pertanyaan.
pertanyaan
2 Jika kurang tepat dalam mengajukan pertanyaan.
1 Jika tidak tepat dalam mengajukan pertanyaan.
5 Mengajukan
3 Jika tepat dalam mengajukan hipotesis
hipotesis
2 Jika kurang tepat dalam mengajukan hipotesis
1 Jika tidak tepat dalam mengajukan hipotesis
6 Menerapkan Jika menerapkan konsep dengan benar ke dalam
3
konsep situasi baru
Jika kurang menerapkan konsep dengan benar ke
2
dalam situasi baru
Jika tidak menerapkan konsep dengan benar ke dalam
1
situasi baru
7 Komunikasi 3 Jika mampu mengkomunikasikan dengan benar
Jika kurang mampu mengkomunikasikan dengan
2
benar
1 Jika tidak mampu mengkomunikasikan dengan benar
D. Kesimpulan dari Setiap Jurnal
Judul 1 :
Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Starter Eksperimen (PSE) melalui
Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari
Keterampilan Proses Sains dan Kreativitas Siswa
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan,
dapat disimpulkan (1) pendekatan starter eksperimen melalui inkuiri
terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi memberikan adanya perbedaan
kekuatan atau pengaruh dimana inkuiri terbimbing hasil rata-ratanya lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata pada inkuiri bebas termodifikasi. (2)
keterampilan proses sains siswa baik tinggi maupun rendah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor. (3) siswa yang mempunyai keterampilan tinggi lebih
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif, afektif,
dan psikomotor. (4) siswa yang mempunyai tingkat keterampilan proses
sains dengan pendekatan starter eksperimen melalui inkuiri terbimbing dan
inkuiri bebas termodifikasi mempunyai pengaruh sendirisendiri terhadap
prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor. (5) tingkat kreativitas verbal
dengan pendekatan starter eksperimen melalui inkuiri terbimbing dan
inkuiri bebas termodifikasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi afektif dan psikomotor. (6) tingkat keterampilan proses sains
dengan kreativitas verbal mempunyai pengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar biologi aspek kognitif pada materi metabolisma. (7)
tingkat pendekatan starter eksperimen melalui inkuiri terbimbing dan
inkuiri bebas termodifikasi dengan keterampilan preses dan krativitas
mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi.
Penggunaan pendekatan starter eksperimen melalui inkuiri terbimbing dan
inkuiri bebas termodifikasi, hendaknya dilakukan dengan persiapan yang
matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan
rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam penggunaan pendekatan
starter eksperimen melalui inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas
termodifikasi antara lain: (1) menyiapkan dan mengecek alat dan bahan
untuk melakukan praktikum, (2) menyiapkan LKS dengan sintaks inkuiri
dan sumber informasi lain yang dapat mempermudah siswa dalam memahami
konsep. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah
pengetahuan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru
harus memberi tes awal sebelum pembelajaran dimulai, bagi siswa yang
memiliki minat belajar rendah maka harus dilaksanakan remedial, agar
minat belajarnya menjadi tinggi. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya yang sejenis dan hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan pada khususnya pada mata pembelajaran materi
metabolisma.
Judul 2 :
Pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses sains
menggunakan metode eksperimen bebas termodifikasi dan eksperimen
terbimbing ditinjau darisikap ilmiah dan motivasi belajar siswa.
Kesimpulan :
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1). pembelajaran
IPA pada materi limbah dan pemanfaatan limbah melalui pendekatan
ketrampilan proses sains dengan eksperimen terbimbing lebih efektif
dibandingkan dengan metode eksperimen bebas termodifikasi; 2). siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi afektif yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
Sedangkan untuk aspek kognitif dan psikomotorik tidak berpengaruh
terhadap sikap ilmiah tinggi maupun sikap ilmiah rendah; 3). motivasi
belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa khususnya
prestasi afektif; 4). ada interaksi antara metode pembelajaran eksperimen
bebas termodifikasi dan eksperimen terbimbing serta tinggi rendahnya
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif IPA tetapi tidak terdapat
interaksi antara metode pembelajaran eksperimen bebas termodifikasi dan
eksperimen terbimbing serta tinggi rendahnya sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi afektif maupun psikomotorik. 5). tidak terdapat interaksi antara
metode pembelajaran yang digunakan dengan motivasi belajar siswa; 6).
tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dengan motivasi belajar siswa;
7). tidak terdapat interaksi antara pendekatan ketrampilan proses sains
dengan metode eksperimen, sikap ilmiah dan motivasi belajar siswa baik
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Rekomendasi dalam penelitian
ini: 1). penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran harus sesuai
dengan materi pokok pelajaran yang diajarkan atau untuk penelitian yang
sejenis dengan materi/konsep lain, juga dapat dikembangkan dengan
menambah variabel-variabel lainnya; 2). pembelajaran IPA dengan
pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS) melalui metode eksperimen
bebas termodifikasi dan eksperimen terbimbing dapat diterapkan pada siswa
dengan sikap ilmiah dan motivasi belajar siswa tinggi, sedang, maupun
siswa rendah.
Judul 3 :
Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA melalui Pembelajaran
Praktikum Berbasis Inkuiri pada Materi Laju Reaksi
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa secara umum
pelaksanaan pembelajaran laju reaksi dengan praktikum berbasis inkuiri
tertimbing dapat berlangsung sesuai dengan tahapan inkuiri, dimana pada
setiap tahapannya diberikan bimbingan. Pembelajaran ini mampu menarik
minat dan motivasi siswa karena masalah yang diungkapkan dikaitkan dengan
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang telah
dilakukan pada penelitian ini dapat mengembangkan keterampilan proses
dengan N-Gain kategori tinggi. Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator
meramalkan sedangkan terendah pada indikator berkomunikasi. Berdasarkan
kategori kelompok, siswa kelompok tinggi aktif, meningkatkan minat dan
motivasi mengalami tertinggi pada indikator berkomunikasi dan indikator
meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator merencanakan
percobaan. Siswa kelompok sedang mengalami peningkatan tertinggi pada
indikator meramalkan sedangkan terendah pada indikator berkomunikasi.
Siswa kelompok rendah mengalami peningkatan tertinggi pada indikator
meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator berkomunikasi.
Siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran praktikum
berbasis inkuiri tertimbing pada materi laju reaksi. Siswa berpendapat bahwa
pembelajaran yang diterapkan telah memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi secara aktif, meningkatkan minat dan motivasi belajar, serta
membantu siswa menemukan konsep berdasarkan eksperimen sehingga materi
pembelajaran lebih mudah dipahami.
Judul 4 :
Pembelajaran Biologi menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Dapat dibuat
rancangan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan
keterampilan proses sains untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar pada mahasiswa pendidikan Biologi FKIP UNTAN semester II mata
kuliah Pengetahuan Lingkungan tahun akademik 2011/2012; 2) Model
pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains
dapat diterapkan pada mahasiswa pendidikan Biologi FKIP UNTAN semester
II mata kuliah Pengetahuan Lingkungan tahun akademik 2011/2012; 3)
Pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains
melibatkan masalah lingkungan dalam belajar sehingga mahasiswa tertarik
mengikuti pembelajaran; 4) Pada kegiatan pembelajaran mahasiswa
merancang percobaan dan melakukan investigasi sehingga mahasiswa aktif
melakukan pemecahan masalah, menumbuhkan kerjasama dan sikap ilmiah;
5) Motivasi dan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan KPS mengalami
peningkatan. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi Pra Siklus, Siklus I, II,
III (31,57%; 63,15%; 68,42%; 79%). Pada ranah kognitif jumlah mahasiswa
yang lulus Pra Siklus, Siklus I, II, III (26,31%; 68,42%; 89,47%; 94,73%).
Pada ranah afektif rata-rata nilai pada Pra Siklus, Siklus I, II, III (31,08; 75,20;
82,6; 87,42) sedangkan nilai rata-rata KPS Pra Siklus, Siklus I, II, III (52,81;
58,10; 61,62; 78,38); 6) Terdapat perbedaan signifikan Keterampilan Proses
Sains antara siklus II dan siklus III (sign = 0,000); 7) terdapat perbedaan
signifikan hasil belajar kognitif antara siklus I dan siklus II (sign = 0,000); 8)
Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar ranah afektif antara Pra Siklus dan
siklus I (sign = 0,000), siklus I dan siklus II (sign = 0,000), siklus II dan siklus
III (sign = 0,000).
E. Kesimpulan
Keterampilan proses sains (KPS) merupakan salah satu proses yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk menerapkan metode ilmiah
dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan.
Selain memahami aspek kognitif, peserta didik juga diajarkan untuk terampil
dalam melaksanakan suatu metode ilmiah secara benar sehingga dalam proses
pembelajaran peserta didik menjadi aktif dan akan meningkatkan hasil
belajarnya serta menambah wawasan dan melakukan apa yang harus
dilakukan ketika ada masalah dalam belajar maupun masalah dalam
lingkungan masyarakat. Jadi tujuan pengajaran sains dalam keterampilan
proses sains adalah sebagai proses untuk meningkatkan keterampilan berfikir
peserta didik, sehingga peserta didik bukan hanya mampu dan terampil dalam
bidang psikomotorik dan sekedar ahli menghafal.
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA dapat
dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu melakukan Pengamatan (observasi),
menafsirkan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan
(prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan atau
penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA
B, Meli Siska, dkk. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri pada Materi Laju
Reaksi. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, ISSN: 2301-721x, Vol
1, No 1, Mei 2013. http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jrppk/article/
view/216.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Susiwi. 2009. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada “Model
Pembelajaran Praktikum D-E-H. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 920:
142-117. Rambuda dan Fraser. 2004. Perceptions of teachers of the
application of science process skills in the teaching of Geography in
secondary schools in the Free State province. South African Jurnal of
Education. Vol 24 (1) 10-17.
U. Nugroho, Hartono, S. S. Edi. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Berorientasi Keterampilan Proses. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 5:2009 (hal 108-112).