Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X MIA-2 SMA NEGERI
3 KOTA BENGKULU

Rista Mutia Anggraini, Drs. Irwan Koto M.A.Ph.D, Desy Hanisa Putri, M.Si

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bengkulu

Email: ristaangraini1@gmail.com

ABSTRAK
Penerapan Model Guided Discovery untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan
Proses Sains Siswa Kelas X MIA-2 SMA Negeri 3 Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman konsep
dan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada konsep Fluida Statis. Subjek penelitian adalah
siswa kelas X MIA-2 SMA Negeri 3 Kota Bengkulu yang berjumlah 30 orang. Penelitian dilakukan
dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa untuk rata-rata pemahaman konsep indikator memberi contoh
sebesar 11,6 pada siklus I, 20 pada siklus II dan 17,59 pada siklus III; indikator menjelaskan
sebesar 23 pada siklus I, 16,61 pada siklus II, dan 27,59 pada siklus III; dan indikator
membandingkan sebesar 35,04 pada siklus I, 41,43 pada siklus II dan 43,45 pada siklus III. Untuk
rata-rata KPS indikator mengamati sebesar 10,40 pada siklus I, 7,68 pada siklus II dan 19,14 pada
siklus III; mengajukan pertanyaan sebesar 15,20 pada siklus I, 20 pada siklus II dan 13,39 pada
siklus III; membuat hipotesis sebesar 17,36 pada siklus I, 20 pada siklus II dan 16,14 pada siklus
III; melaksanakan percobaan sebesar 17,6 pada siklus I, 18,57 pada siklus II dan 20 pada siklus III;
dan berkomunikasi sebesar 15,20 pada siklus I, 17,07 pada siklus II dan 19,72 pada siklus III. Dari
data tersebut model guided discovery dapat digunakan untuk meningkatkan beberapa indikator
pemahaman konsep dan KPS.

Kata kunci: Model Guided Discovery, Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains
PENDAHULUAN (2,67). (2) Minimnya kegiatan eksperimen
pada pembelajaran yang mengakibatkan
Pendidikan merupakan salah satu aspek kurangnya keterampilan proses sains siswa,
yang menjadi bagian penting dari kehidupan hal ini terlihat dari situasi dimana siswa
manusia. Pendidikan berkaitan dengan kebingungan ketika mencoba melakukan
perkembangan manusia secara fisik, pikiran, praktikum sederhana. Faktor-faktor penyebab
perasaan, keterampilan hingga hubungan dari permasalahan tersebut antara lain
sosial. Melalui pengembangkan dirinya penerapan Kurikulum 2013 yang kurang
manusia diharapkan mampu menghadapi optimal. Hal ini ditunjukkan oleh proses
perubahan yang terjadi seiring dengan pembelajaran yang kurang menekankan pada
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. pendekatan saintifik yang meliputi aspek 5M
Untuk mewujudkan harapan tersebut, (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi
diselenggrakan suatu sistem pendidikan dan mengkomunikasi).Selain itu pembelajaran
nasional. Sistem pendidikan ini mengacu pada di kelas cenderung berpusat pada pemberian
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 materi secara langsung tanpa melalui proses
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ilmiah seperti kegiatan eksperimen. Dari
menyatakan bahwa Pendidikan nasional permasalahan yang diuraikan diatas dapat
berfungsi mengembangkan kemampuan dan diasumsikan bahwa pemahaman konsep serta
membentuk watak serta peradaban bangsa keterampilan proses sains siswa perlu
bermartabat dalam rangka mencerdaskan ditingkatkan.
kehidupan bangsa. Guided Discovery adalah salah satu
Fisika merupakan ilmu yang model pembelajaran yang dapat diterapkan
mempelajari fenomena atau gejala alam. Mata pada pembelajaran fisika. Guided discovery
pelajaran fisika menekankan siswa merupakan model pembelajaran yang
mengkonstruksi dan menemukan mengajak siswa untuk memperoleh
pengetahuannya lewat percobaan yang bersifat pengetahuan tidak secara langsung, melainkan
ilmiah. Melalui percobaan, siswa menemukan secara mandiri melalui kegiatan yang
beberapa konsep melalui suatu kegiatan. dibimbing oleh guru. Guided discovery
Berhubungan dengan hal tersebut,dapat dikategorikan kedalam model pembelajaran
dikatakan bahwa fisika merupakan mata yang mendukung belajar yang aktif dan
pelajaran yang dapat melatih keterampilan mandiri. Anak harus berperan aktif di dalam
proses sains siswa melalui pembelajaran. Di belajar. Peran aktif anak dalam belajar ini
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), fisika diterapkan melalui cara penemuan. Penemuan
menjadi mata pelajaran yang disampaikan yang dilaksanakan dalam proses belajar siswa
untuk siswa dari program Matematika dan diarahka untuk menemukan suatu prinsip atau
Ilmu Alam (MIA) disetiap tingkatan kelas. konsep. Model guided discovery merupakan
Mata pelajaran fisika memiliki alokasi waktu proses mental di mana siswa mampu
tertentu disetiap minggunya. mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip
SMA Negeri 3 Kota Bengkulu (Jauwad dan Supriyono,2015:51).
menerapkan Kurikulum 2013 sebagai dasar Agar pelaksanaan model guided
pembelajaran. Ditinjau dari segi perangkat discovery ini berjalan dengan efektif, diperlukan
pembelajaran yang dipakai secara umum langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan
sudah mengacu dengan Kurikulum 2013. siswa dalam proses pembelajaran. Menurut
Namun dari segi lain, berdasarkan hasil Syah (2004) dalam Abidin (2014 : 177)
observasi dikelas diketahui beberapa masalah langkah-langkah tersebut secara umum adalah
yang timbul, diantaranya: (1) Hasil belajar motivasi (motivation) yang terdiri dari stimulasi
fisika aspek pengetahuan siswa kurang, hal ini (stimulation) dan menyatakan masalah
terlihat pada ulangan harian pertama sebanyak (problem statement), pengumpulan data (data
12,1% dari 30 siswa yang tuntas dan ulangan colection), mengolahan data (data processing),
harian kedua sebanyak 54,5 % dari 30 siswa verifikasi data atau pembuktian(verification),
yang tuntas berdasarkan ketuntasan minimal

2
dan perumusan kesimpulan penelitian ini, kategori yang dipakai untuk
(appraisal/generalization). mengukur pemahaman konsep siswa yakni
Menurut Sakti, Puspitasari dan Risdianto ketegori memberi contoh (exemplifying),
(2012) pemahaman (understanding) merupakan menjelaskan (explaining) dari, serta
kata kunci dalam pembelajaran . Pemahaman ini membandingkan (comparing).
menyangkut kemampuan seseorang untuk Menurut Rustaman (2011), keterampilan
menangkap makna suatu konsep dengan kata- proses sains merupakan seluruh keterampilan
kata sendiri. Berkaitan dengan konsep, Dahar ilmiah yang digunakan untuk menemukan
(2011:63) menyatakan bahwa konsep konsep atau prinsip atau teori dalam rangka
merupakan suatu abstraksi mental yang mengembangkan konsep yang telah ada atau
mewakili satu kelas stimulus. Konsep menyangkal penemuan sebelumnya.
dikatakan telah dipelajari apabila seseorang Widayanto (2009:2) mengungkapkan bahwa
yang belajar konsep menampilkan prilaku- keterampilan proses sains dapat diartikan
prilaku tertentu terkait konsep yang diajarkan. sebagai kemampuan atau kecakapan untuk
Selain itu, Pujianto dan Suyoso (2011) melaksanakan suatu tindakan dalam belajar
menyatakan bahwa konsep adalah gagasan sains sehingga menghasilkan konsep, prinsip,
atau ide berdasarkan pengalaman yangrelevan hukum ataupun fakta atau bukti. Dari uraian
yang dapat digeneralisasikan akan membentuk diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
suatu konsep. Konsep dapatmembantu proses sains adalah keterampilan yang
seseorang mengklasifikasi, menganalisis, dan didapatkan melalui suatu proses yang bersifat
menghubungkan strukturfudamental bagi mata ilmiah dalam rangka menemukan suatu konsep
pelajaran di sekolah. Dari penjabaran atau teori ataupun prinsip.
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Sewiawan (1992) menyebutkan bahwa
pemahaman konsep merupakan kemampuan penilaian keterampilan proses sains dapat
seseorang memaknai suatu gagasan/ide yang dilakukan melalui pemberian soal ataupun
merupakan hasil dari abstraksi mental yang bentuk lainnya. Menurut Rustaman (2005),
mewakili suatu kelas stimulus berdasarkan keterampilan proses sains terdiri atas sejumlah
pengalaman yang relevan. keterampilan yang satu sama lain memiliki
Anderson dan Krathwohl (2001) dalam penekanan khusus. Jenis-jenis keterampilan
Muhaimin, Susilawati, dan Soeprianto (2015) proses sains tersebut antara lain: (1)
menyatakan bahwa terdapat tujuh kategori Melakukan pengamatan (observasi) dimana
penilaian pemahaman konsep yaitu: (1) kegiatan ini melibatkan penggunaan indera
menafsirkan (interpreting), (2) memberi penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan
contoh (exemplifying), (3) mengklasifikasikan peraba; (2) mengajukan pertanyaan; (3)
(classifying), (4) merangkum (summarizing), membuat hipotesis yang menyatakan
(5) menarik referensi (inferring), (6) hubungan antara dua variabel, atau
menjelaskan (explaining), dan (7) mengajukan perkiraan penyebab sesuatu
membandingkan (comparing). Dari tujuh terjadi; (4) merencanakan percobaan atau
kategori tersebut, pemahaman konsep siswa penyelidikan; (5) berkomunikasi yang dapat
dapat diukur melalui indikator-indikator: (1) dilihat dari membaca grafik/diagram/tabel,
mengubah dari satu bentuk informasi ke menggambarkan data empiris dengan
bentuk informasi lainnya, (2) mengidentifikasi grafik/dagram/tabel, menjelakan hasil
ciri khas suatu konsep untuk membuat contoh, percobaan ataupun menyusun dan
(3) mengenali ciri-ciri benda atau fenomena menyapaikan laporan secara sistematis dan
untuk dimasukkan dalam kategori tertentu, (4) jelas; (6) menerapkan konsep atau prinsip,
membuat suatu pernyataan yang mewakili apabila seorang siswa mampu menjelaskan
seluruh informasi, (5) menemukan suatu pola peristiwa baru dengan menggunakan konsep
dari sederetan fakta, (6) menemukan kaitan yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan
antara usur-unsur suatu, dan (7) menyusun prinsip yang telah dipelajarinya; (7)
model sebab akibat dengan menggabungkan mengelompokkan (klasifikasi) yang
bagian-bagian dari sebuah sistem. Dalam memcakup beberapa kegiatan seperti mencari

3
perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari pembelajaran selama tiga siklus menggunakan
kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar model guided discovery, diperoleh data yang
penggolongan; (8) meramalkan (prediksi) yang dapat dilihat pada Tabel 1.
mencakup keterampilan mengajukan perkiraan Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus
tentang sesuatu yang belum terjadi I, II dan III
berdasarkan suatu kecendrungan atau pola Siklus Jumlah aspek Jumlah aspek
yang sudah ada; (9) menafksirkan pengamatan terlaksana tidak terlaksana
I 13 3
(interpretasi); (10) menggunakan alat dan
II 16 0
bahan; dan (12) melaksanakan percobaan. III 16 0
Dalam penelitian ini, keterampilan yang akan
diukur yakni keterampilan melakukan Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa kedua
pengamatan (observasi), keterampilan pengamat memiliki hasil pengamatan yang
mengajukan pertanyaan, keterampilan sama pada setiap siklus. Pada setiap akhir
membuat hipotesis, keterampilan pertemuan tiap siklus diadakan evaluasi antara
melaksanakan percobaan serta keterampilan pengamat I, pengamat II dan guru untuk
berkomunikasi. Kelima keterampilan tersebut membahas kekurangan-kekurangan yang ada
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran pada proses pembelajaran. Menurut kedua
yang dilakukan sesuai dengan model guided pengamat, pada siklus II dan siklus III seluruh
discovery. aspek sudah terlaksana, jadi terjadi
METODE peningkatan pada aktivitas guru pada siklus II
Penelitian ini menggunakan kelas X dan dipertahankan pada siklus III. Hal ini
sebagai objek penelitian, yaitu kelas X MIA-2 terjadi karena refleksi yang dilakukan pada
yang berjumlah 30 siswa. penelitian terdiri akhir setiap siklus sebagai perbaikan pada
dari pra tindakan (pemberian tes awakl), siklus berikutnya.
pelaksanaan tindakan (penerapan model 2. Aktivitas Siswa
guided discovery) dan pasca tindaklan Aktivitas siswa merupakan segala kegiatan
(pemberian tes akhir. Teknik pengumpulan siswa pada proses pembelajaran dengan
data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan model guided discovery.
tes. Instrumen tes berbentuk uraian pada Berdasarkan hasil pengamatan pada proses
konsep fluida statis yang digunakan untuk pembelajaran selama tiga siklus menggunakan
mengukur pemahaman konsep dan model guided discovery, diperoleh data yang
keterampilan proses sains siswa. Sebelum dapat dilihat pada Tabel 2.
instrumen tes digunakan untuk penelitian Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
terlebih dahulu dilakukan Judgement ahli dan hanya siklus I yang memiliki aspek tidak
kemudian dilakukan validitas soal. Soal yang terlaksana seperti halnya pada aktivitas guru.
valid dan reliabel lah yang digunakan dalam Kedua pengamat memiliki hasil pengamatan
penelitian. yang sama pada setiap siklus. Menurut kedua
Data yang diperoleh dianalisis secara pengamat, pada siklus II dan siklus III seluruh
deskriptif, yaitu suatu analisis data yang aspek sudah terlaksana, jadi terjadi
menggambarkan penemuan-penemuan proses peningkatan pada aktivitas siswa pada siklus II
pembelajaran dengan pernyataan logis. Data dan dipertahankan pada siklus III. Hal ini
observasi digunakan untuk merefleksi tindakan terjadi karena refleksi yang dilakukan pada
yang telah dilakukan setiap siklus dan diolah akhir setiap siklus sebagai perbaikan pada
secara deskriptif kuantitatif menggunakan siklus berikutnya. Hal ini juga sesuai dengan
skala penilaian. apa yang dikemukakan oleh Watyna dan Eidi
(2012) bahwa model pembelajaran guided
HASIL DAN PEMBAHASAN discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar
1. Aktivitas Guru siswa.
Aktivitas guru dinilai melalui pengamatan Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus
menggunakan lembar observasi aktivitas guru. I, II dan III
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses Siklus Jumlah aspek Jumlah aspek

4
terlaksana tidak terlaksana Siswa mencapai
4 28 17,86 82,76
I 13 3 nilai maksimum (%)
II 16 0 5 Standar Deviasi 5,95 7,46 5,11
III 16 0 Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa
persentase siswa yang memperoleh nilai
3. Pemahaman Konsep maksimum dari siklus I ke siklus II menurun,
Pada penelitian ini, pemahaman konsep namun dari siklus II ke siklus III kembali
diukur melalui indikator memberi meningkat. Begitupun dengan rata-rata siswa,
contoh,menjelaskan dan membandingkan. dari siklus I ke siklus II menurun, namun dari
Indikator pertama yakni memberi cotoh. siklus II ke siklus III kembali meningkat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari tes Penurunan yang terjadi disebabkan karena
pemahaman konsep siswa dari siklus I sampai penjelasan yang berkaitan dengan pompa
siklus III, maka hasil yang diperoleh untuk hidrolik yang menjadi pertanyaan untuk
indikator memberi contoh dapat dilihat pada indikator menjelaskan terbilang kurang. Hal
Tabel 3. ini sesuai dengan apa yang disampaikan
Tabel 3. Hasil Tes Pemahaman Konsep pengamat dimana saat siswa menarik
Indikator Memberi Contoh kesimpulan, tidak ada penjelasan mengenai
Siklus ke konsep yang melibatkan gaya dan luas
No Hasil
I II III penampang pada pompa hidrolik. Kesalahan
1 Nilai terendah 10 20 10 ini menjadi bahan refleksi guru pada
2 Nilai tertinggi 20 20 20 pembelajaran di siklus III. Pada siklus III,
3 Nilai rata-rata 11,6 20 17,59 kemampuan menjelaskan siswa kembali
Siswa mencapai nilai
4
maksimum (%)
16 100 75,86 meningkat yang dibuktikan dengan
5 Standar Deviasi 3,74 0,00 4,35
peningkatan persentase siswa yang mencapai
nilai maksismum serta rata-rata siswa.
Indikator terakhir yakni indikator
Dari Tabel 3 terlihat bahwa persentase siswa
membandingkan, hasil yang diperoleh dapat
yang memperoleh nilai maksimum dari siklus I
dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5
ke siklus II meningkat, namun dari siklus II ke
terlihat bahwa persentase siswa yang
siklus III kembali menurun. Peningkatan dari
memperoleh nilai maksimum serta rata-rata
siklus I ke siklus II merupakan hasil dari upaya
siswa dari siklus I hingga siklus III terus
guru yang sudah mempernbaiki proses
meningkat. Peningkatan ini karena kesalahan-
pembelajaran berdasarkan refleksi dan
kesalahan yang ada pada siklus I sudah
menekankan pada beberapa hal penting terkait
diperbaiki pada siklus II dan pada siklus III
dengan memberi contoh. Untuk penurunan
tetap mempertahan apa yang benar di siklus
yang terjadi pada siklus III merupakan dampak
III. Penjelasan yang dianggap kurang pada
dari beberapa siswa yang menuliskan jawaban
siklus sebelumnya terkait indikator
tidak lengkap seperti yang telah dijelaskan
menjelaskan disampaikan sebagaimana
sebelumnya. Kondisi yang sama terjadi pada
mestinya.
rata-rata yang diperoleh untuk indikator
Tabel 5 Hasil Tes Pemahaman Konsep
memberi contoh. Nilai rata-rata dari siklus I ke
Indikator Membandingkan
siklus II meningkat, namun dari siklus II ke
siklus III kembali menurun. Siklus ke
No Hasil
Selanjutnya hasil untuk indikator I II III
menjelaskan dapat dilihat pada Tabel 4. 1 Nilai terendah 16 10 15
Tabel 4. Hasil Tes Pemahaman Konsep 2 Nilai tertinggi 50 50 50
Indikator Menjelaskan 3 Nilai rata-rata 35,04 41,43 43,45
Siswa mencapai
Siklus ke 4 8 35,71 68,97
No Hasil nilai maksimum (%)
I II III 5 Standar Deviasi 9,72 10,17 11,11
1 Nilai terendah 10 15 15 Berdasarkan penjabaran mengenai hasil
2 Nilai tertinggi 30 30 30 penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
3 Nilai rata-rata 23 16,61 27,59 pembelajaran fisika dengan menggunakan
5
guided discovery mampu meningkatkan Oleh karena itu, pada siklus III terjadi
pemahaman konsep fisika siswa. Hasil peningkatan kembali baik nilai siswa yang
penelitian ini didukung oleh penelitian yang berkemampuan rendah, persentase siswa yang
dilakukan Widiadyana (2015) yang mencapai skor maksimum serta rata-rata
mengemukakan bahwa pembelajaran guided siswa.
discovery dapat meningkatkan pemahaman 100.00% 86.21%
konsep siswa. Selain itu, jumlah nilai siswa 80.00%
dari ketiga indikator pemahaman konsep diatas
60.00%
dijadikan sebagai nilai pengetahuan. Siswa
dikatakan tuntas apabila nilai pengetahuan 40.00%
yang diperoleh 72 dan ketuntasan belajar 20.00%
klasikal 70%. Berdasarkan penelitian, 0.00% 0.00%
ketuntasan belajar klasikal dari siklus I ke 0.00%
Siklus I Siklus II Siklus III
siklus III dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 1, Grafik perkembangan jumlah siswa
Tabel 6 Ketuntasan belajar klasikal siklus I, II
yang memperoleh nilai maksimum untuk
dan III
Ketuntasan
indikator mengamati
20.00 19.14
No Siklus Belajar Kesimpulan
Klasikal
Belum tuntas secara 15.00
1 I 65,38%
klasikal
10.00 7.68
2 II 75% Tuntas secara klasikal
3 III 82,76% Tuntas secara klasikal 5.00

0.00
4. Keterampilan Proses Sains Siklus
10.40 I Siklus II Siklus III
Pada penelitian ini, keterampilan proses Gambar 2. Grafik perkembangan rata-rata
sains diukur melalui indikator mengamati, indikator mengamati
mengajukan pertanyaan, membuat hipotesis,
melaksanakan percobaan dan berkomunikasi. Selanjutnya adalah indikator mengajukan
Untuk indikator mengamati, data yang pertanyaan, data yang diperoleh dari tes
diperoleh dari tes keterampilan proses sains keterampilan proses sains siswa dari siklus I
siswa dari siklus I sampai siklus III dapat sampai siklus III dapat dilihat pada Gambar 3
dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. dan 4. Penurunan seluruh data pada siklus III
Persentase siswa yang memperoleh nilai disebabkan karena soal yang diberikan pada
maksimum pada siklus I kdan siklus II sama siklus III lebih sulit daripada soal di siklus I dan
sedangkan pada siklus III meningkat. Selain siklus II. Pada siklus I dan II, jawaban yang
itu, rata-rata kelas yang diperoleh tidak selalu diminta untuk soal mengajukan pertanyaan
meningkat pula. Terjadi penurunan pada saat hanya 1 jawaban saja, namun pada siklus III
siklus II namun kembali meningkat lagi jawaban yang diinginkan ada 4. Oleh karena itu,
disiklus III. Keadaan data yang tetap ataupun terjadi penurunan baik itu dari segi nilai
menurun dari siklus I ke siklus II merupakan minimum siswa, jumlah siswa yang memperoleh
akibat dari siswa yang belum terbiasa dengan skor maksimum, hingga rata-rata siswa.
proses mengamati. Pada siklus II pengamatan 100.00%
siswa menjadi terlalu sempit. Mereka hanya 100.00%
terfokus pada satu hal yakni jarak pancaran air 80.00% 76.00%
yang keluar dari seluruh lubang sama. Siswa 60.00%
tidak memperhatikan hal lain seperti wadah
40.00%
yang awalnya terbuka menjadi tertutup, posisi
lubang dan lain-lain. Keadaan ini menjadi 20.00% 13.79%
bahan pertimbangan di siklus III bahwa siswa 0.00%
Siklus I Siklus II Siklus III
perlu diarahkan untuk melihat segala sesuatu
yang ditampilkan ketika proses mengamati. Gambar 3. Grafik perkembangan jumlah siswa
6
yang memperoleh nilai maksimum untuk percobaan, data yang diperoleh dari tes
indikator mengajukan pertanyaan keterampilan proses sains siswa dari siklus I
sampai siklus III dapat dilihat pada Gambar 7
20.00 dan 8.
20.00
15.20 100.00% 86.21%
15.00 13.39
80.00%
64.00%
10.00 60.00%
5.00 40.00%

0.00 20.00%
Siklus I Siklus II Siklus III
0.00%
Gambar 4. Grafik perkembangan rata-rata Siklus I Siklus
71.43%II Siklus III
indikator mengajukan pertanyaan Gambar 7. Grafik perkembangan jumlah siswa
Untuk indikator membuat hipotesis, data yang memperoleh nilai maksimum untuk
yang diperoleh dari tes keterampilan proses indikator melaksanakan percobaan
sains siswa dari siklus I sampai siklus III dapat 20.00
20.00
dilihat pada Gambar 5 dan 6. 19.50
100.00% 19.00 18.57
100.00%
18.50
80.00% 76.00% 75.86% 18.00
17.50
60.00% 17.00
40.00% 16.50
16.00
20.00% Siklus
17.60 I Siklus II Siklus III

0.00% Gambar 4.16 Grafik perkembangan rata-rata


Siklus I Siklus II Siklus III indikator melaksanakan percobaan
Gambar 5. Grafik perkembangan jumlah siswa Peningkatan data dari siklus ke siklus
yang memperoleh nilai maksimum untuk menandakan bahwa siswa semakin terbiasa
indikator membuat hipotesis dengan sebuah percobaan. Antusias siswa dalam
Penurunan seluruh data pada siklus III karena melaksanakan percobaaan membuat siswa
terdapat tujuh siswa yang tidak menjawab mudah menjawab pertanyaan tes yang diberikan.
ataupun menjawab menggunakan karena. Indikator terakhir yakni berkomunikasi,
Setelah ditanyakan dengan siswa yang data yang diperoleh dari tes keterampilan
bersangkutan, siswa yang tidak memiliki nilai proses sains siswa dari siklus I sampai siklus
mengaku bahwa mereka tidak memiliki cukup III dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10.
waktu untuk menjawab seluruh pertanyaan. 100.00%
Sedangkan siswa yang menjawab menggunakan 80.00% 71.43%
karena mengaku salah fokus dengan perintah 64.00%
soal. Terlepas dari tujuh siswa ini, siswa lainnya 60.00%
dapat menjawab pertanyaan membuat hipotesis 40.00%
dengan benar. 20.00%
20.00
20.00 17.36 0.00%
Siklus I Siklus II Siklus
86.21%III
15.00
Gambar 9. Grafik perkembangan jumlah siswa
10.00 yang memperoleh nilai maksimum untuk
5.00
indikator berkomunikasi

0.00
Siklus I Siklus II Siklus
16.14III
Gambar 6. Grafik perkembangan rata-rata
indikator membuat hipotesis
Selanjutnya indikator melaksanakan

7
20.00 Syafii, Handayani, dan Khanafiyah(2014)
20.00
19.50 yang menyatakan bahwa untuk mempelajari
19.00 18.57 keterampilan, salah satu hal yang penting
18.50
18.00
adalah adanya latihan (practice) secara
17.50 berulang.
17.00 5. Tes Awal dan Tes akhir
16.50 Tes awal dan tes akhir adalah rangkaian
16.00
Siklus
17.60 I Siklus II Siklus III kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudah
Gambar 10. Grafik perkembangan rata-rata menerapkan model guided discovery. Tujuan
indikator berkomunikasi dari kedua tes ini yakni untuk melihat
Peningkatan data dari siklus ke siklus peningkatan pengetahuan siswa sebelum dan
merupakan hasil dari perbaikan yang sesudah menerima pembelajaran. Peningkatan
dilakukan guru berdasarkan hasil refleksi. dilihat dari nilai N-gain yang didapat dari
Pada siklus I, salah satu refleksi bahan untuk pengolahan data hasil kedua tes. Hasil
keterampilan proses sains yakni indikator perhitungan menunjukkan bahwa peningkatan
berkomunikasi. Pada siklus II guru berhasil pengetahuan seluruh siswa yang mengikuti tes
memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dan berada dalam kategori sedang.
pada siklus III guru mempertahankan yang
baik pada siklus III. PENUTUP
Selain itu, jumlah nilai siswa dari kelima Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
indikator keterampilan proses sains dijadikan disarankan perbaikan penelitian dimasa yang
sebagai nilai keterampilan. Siswa dikatakan akan datang yakni : (1) Apabila subjek
tuntas apabila nilai keterampilan yang penelitian belum pernah mendapatkan latihan
diperoleh memiliki predikat baik. Berdasarkan menyangkut proses sains sebaiknya indikator
penelitian, persentase siswa yang memperoleh yang dipilih cukup beberapa saja;(2) sebaiknya
predikat baik serta rata-rata nilai keterampilan tambahkan rubrik penilaian sebagai panduan
dari siklus I ke siklus III dan dapat dilihat pada penilaian uji coba instrumen ketika dilakukan
Tabel 7. validitas isi; dan (3) Hendaknya dilaksanakan
Tabel 7. Persentase siswa berpredikat baik terlebih dahul pra tindakan untuk
(B) dan rata-ratasiklus I, II dan III memperkenalkan model yang akan digunakan
Persentase siswa Rata- untuk penelitian.
No Siklus
berpredikat baik (B) rata
1 I 84,00 % 75,76 DAFTAR PUSTAKA
2 II 100 % 89,73
3 III 100 % 96,69 Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran
Dari penjabaran mengenai hasil penelitian Dalam Konteks Kurikulum 2013.
di atas, dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta : Refika Aditema
pembelajaran fisika dengan menggunakan
guided discovery mampu meningkatkan Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi
keterampilan proses sains siswa. Hasil Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Rachayuni (2015) yang _______. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
menyimpulkan bahwa pembelajaran guided Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
discovery dapat meningkatkan keterampilan
_______.2010. Prosedur Penelitian Suatu
proses sains peserta didik pada pokok bahasan
Pendekatan Praktek.
saling ketergantungan dalam ekosistem di
Jakarta: Rineka Cipta.
kelas VII-I SMPN 32 Semarang. Selain itu,
penurunan yang terjadi pada indikator tertentu Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan
disebabkan karena mereka belum terbiasa Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.
melakukan keterampilan tersebut. Hal ini
didukung oleh Hamalik (2003: 175) dalam
8
Hosnan, M. 2014. Pendekatan saintifik dan belajar Ipa Melalui Penerapan Model
Kontekstuual Dalam Pembelajaran Abad Guided Discoverydi Kelas VII-I SMPN 32
21. Bogor: Ghalia Indonesia. Semarang. Jurnal Scientia Indonesia No
ISSN 2460-8335
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo Rustaman, N. Y. 2005. Strategi Belajar
Mengajar Biologi. Malang: UM Press
Jauwad, Husen dan Supriyono. 2015.
Penerapan Model Guided Discovery Pada __________. 2011. Membangun Literasi Sains
Materi Kalor Kelas X Untuk Meningkatkan Peserta Didik. Bandung: Humaniora
Hasil Belajar Siswa SMA Al-Mahadul
Islami. Jurnal Inovasi pendidikan Fisika Sakti, I., Puspitasari, Yuniar Mega., dan
No. ISSN 2302-4496 Risdianto, Eko. 2012. Pengaruh Model
Pembalajaran Langsung (Direct Instruction)
Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Melalui Media Animasi Berbasis
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Macromedia Flash TerhadapMinat Belajar
Kemendikbud. dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Di
SMA PlusNegeri 7 Kota Bengkulu.Jurnal
___________. 2015. Panduan Penilaian Exacta No. ISSN 1412-3617
Untuk Sekolah Menengah Atas. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Salma, Vidya Matarani. 2015. Pengembangan
Menengah E-Diagnostic Test Untuk Mengidentifikasi
Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Skripsi
Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan pada FMIPA Universitas Negeri Semarang;
Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. tidak diterbitkan

McHugh, Marry L. Interrater reliability: the Sewiawan, Conny. 1992. Pendekatan


kappa statistic.Department of Nursing, Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia
National University, Aero Court, San
Diego, California Biochemia Medica Sholihah dan Sunarti. 2015. Penerapan Model
2012;22(3):276-82.[Online].Tersedia: Pembelajaran Guided Discovery Dengan
http://dx.doi.org/10.11613/BM.2012.031 Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan
(30 April 2016) Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Perpindahan Kalor di Kelas X SMA Negeri
Muhaimin, A., Susilawati, dan Soeprianto, H. 1 Geger Madiun. Jurnal Inovasi
2015. Pengembangan Media Kapasitor Pendidikan Fisika (JIPF) No ISSN: 2302-
Dan Pengaruhnya Terhadap Pemahaman 4496
Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia No. ISSN: Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung :
1693-1246 Tarsito.
Nurkancana dan Sumartana, 1986. Evaluasi Sulbasari, A. J. 2015. Pembelajaran
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Berorientasi Keterampilan Proses Sains
Dengan Model Penemuan Terbimbing
Pujianto dan Suyoso. 2011. Analisis (Guided Discovery) Untuk Meningkatkan
Kecendrungan dan Tren Penelitian Pada Keterampilan Berpikir Kritis dan Kinerja
Mahasiswa Pendidikan Fisika Sebagai Ilmiah Siswa Pada Konsep Kalor di SMP N
Revitalisasi Bidang Keahlian Penunjang 2 Kota Bengkulu. Skripsi pada FKIP
Akreditasi. Yogyakarta : Graha Ilmu Universitas Bengkulu; tidak diterbitkan
Rachayuni. 2015. Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Dan Hasil
9
Syafii, Handayani, dan Khanafiyah. 2014. Watyna, Siska dan Eidi. Penerapan Model
Penerapan Question Based Discovery Pembelajaran Guided Discovery Untuk
Learning Pada Kegiatan Laboratorium Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Fisika Untuk Meningkatkan Keterampiulan Materi Pokok Suhu dan Kalor di Kelas X
Proses Sains. Unnes Physics Education Semester II SMA Negeri 1 Kuala T.A.
JournalUPEJ 3 (2) (2014) 2012/2013. Inpafi Vol. 2 No. 1 Pebruari
2014
Trianto, 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Widayanto. 2009. Pengembangan
Landasan, dan Implementasinya pada Keterampilan Proses dan Pemahaman
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Siswa Kelas X Melalui Kit Optik. Jurnal
(KTSP). Jakarta: Kencana. Pendidikan FisikaIndonesia No. ISSN:
1693-1246
_______. 2010. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Widiadnyana, I.W. 2014. Pengaruh Model
Landasan, dan Implementasinya pada Discovery Learning Terhadap Pemahaman
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa. E-
(KTSP). Jakarta: Kencana. Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Vol 5.

10

Anda mungkin juga menyukai