Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BASED LEARNING (PBL) TERHADAP

KEMAMPUAN BERNALAR KRITIS


SISWA KELAS XII MIA SMA ST. IGNASIUS MEDAN

LISTON HAPOSAN SIBURIAN, M.Pd


(Guru SMA ST. IGNASIUS MEDAN)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran biologi kelas XII MIPA 2 SMA SMA ST. IGNASIUS MEDAN dengan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran biologi tahun ajaran
2023/2024. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November sd Februari tahun 2023. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XII MIPA 2 SMA ST. IGNASIUS MEDAN. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu tahapan dari siklus 1 dan siklus 2. Dari data penelitian dapat dilihat
bahwa terdapat peningkatan kemampuan bernalar kritis peserta didik. Pada siklus I jumlah
siswa yang lulus berjumlah 16 orang sehingga persentase ketuntasannya 80%. Melihat
pencapaian pada siklus I maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Hasil pada siklus II dengan
jumlah siswa yang lulus meningkat menjadi 20 orang sehingga persentase ketuntasannya
menjadi 93 %. Dengan persentase pada siklus II dapat dilihat bahwa penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata Kunci: bernalar kritis model pembelajaran Problem Based Learnig

PENDAHULUAN (2019) berpikir ktitis merupakan kegiatan yang


Pada jaman sekarang, siswa dituntut mampu bertujuan untuk memeriksa dan menganalisis
memiliki kemampuan untuk memecahkan secara mendalam suatu pemikiran rasional yang
masalah secara inovatif. Dan para siswa tercermin dalam tindakan memecahkan
diharapkan mampu bekerja sama secara masalah.
kolaboratif yang dapat memungkinkan nilai
tambah. Misalnya siswa memperoleh Peneliti juga memiliki data yang
pengalaman bekerjasama dengan temannya, memperlihatkan hasil berpikir kritis siswa di
interaksi yang terarah karena mengikuti Kelas XII SMA St. Ignasius rendah melalui
program yang sudah direncanakan oleh guru, lembar jawaban salah satu siswa, dimana siswa
mendorong siswa termotivasi dan siswa tersebut mengerjakan soal yang berhubungan
mendapatkan sumber belajar yang banyak dari dengan soal berfikir kritis masih rendah.
guru lain. Oleh sebab itu, setiap siswa “Pemanasan global merupakan isu lingkungan
diharapkan mampu memecahkan masalah hidup yang dapat menyebabkan perubahan
terlebih masalah dalam pembelajaran biologi. iklim global. Perubahan iklim global terjadi
Kemampuan berfikir kritis merupakan salah secara perlahan jangka waktu yang cukup
satu kemampuan yang harus dimiliki siswa panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi
dalam sistem pembelajaran pada abad-21 secara perlahan, perubahan iklim memberikan
sekarang ini. Kemampuan berfikir kritis dampak yang sangat besar pada kehidupan
merupakan salah satu kemampuan yang harus makhluk hidup. Emisi gas rumah kaca
dikembangkan dan dimiliki oleh siswa merupakan faktor yang mengakibatkan
khususnya dalam pembelajaran biologi. perubahan iklim yang berdampak pada
“Berpikir kritis membantu siswa untuk mampu berbagai sendi-sendi kehidupan. Salah satu
berpikir secara logis dan dinamis, sehingga sendi kehidupan yang vital dan terancam oleh
akan lebih efisien dalam menghadapi tantangan adanya perubahan iklim adalah
dalam kehidupan” (Tivani, Wibowo, & keanekaragaman hayati (biodiversitas).
Nugraheni, 2019). Menurut Yohanie & Samijo Perubahan iklim memberikan dampak terhadap
perubahan ekosistem baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dampak yang METODOLOGI PENELITIAN
ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap
ekosistem adalah laju kepunahan semakin Jenis Penelitian
meningkat, penyusutan keragaman sumber
Penelitian ini merupakan model Penelitian
daya genetik, dan reproduksi hewan semakin
Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
stabil.”
yang menggunakan data pengamatan langsung
Dari 25 orang siswa, 32% siswa
terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas.
memberikan penjelasan yang mudah dipahami
Dari data tersebut kemudian dianalisis melalui
dalam berpikir kritis biologis, 28% siswa dapat
beberapa tahapan di dalam siklus-siklus
mengembangkan keterampilan dasar, 20%
tindakan. Sebagai acuan akan digunakan alur
siswa bisa membuat kesimpulan, 12% siswa
Penelitian Tindakan Kelas model John Elliot.
mengapa menawarkan penjelasan lebih lanjut,
Model ini secara ringkas merupakan rangkaian
dan 8% siswa mampu membuat rencana atau
tindakan penelitian kelas meliputi siklus-siklus.
strategi. Berdasarkan informasi yang sudah
Tiap siklus terdiri 4 tahapan tindakan, yakni:
disampaikan, kita dapat menyimpulkan bahwa
perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
siswa memiliki kemampuan berpikir kritis di
tindakan (implementing), pengamatan
bawah 50%.
(monitoring) dan refleksi (reflecting).
Materi Pola - Pola Hereditas Pada
Manusia mampu melatih siswa untuk bisa Desain Penelitian
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Selain itu materi Pola - Pola Hereditas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara garis
Pada Manusiajuga mampu menciptakan beras terdapat empat tahapan yang lazim dilalui
suasana belajar yang bisa melatih siswa untuk (Arikunto dkk, 2017) yaitu : (1) Perencanaan.
menemukan dan membangun konsep sendiri Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang
berdasarkan kehiduoan sehari – hari yang apa, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana
diterapkan melalui model pembelajaran penelitian dilakukan., (2) Pelaksanaan. Pada
berbasis masalah atau Problem Based Learning tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan
(PBL). Materi Pola - Pola Hereditas Pada implementasi atau penerapan perencanaan
Manusiabelum pernah dikolaborasikan dengan tindakan., (3) Pengamatan. Pada tahap
model pembelajaran berbasis masalah. pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan
Model Problem Based Learning adalah diamati, yaitu kegiatan belajar peserta didik dan
pembelajaran yang menggunakan masalah kegiatan pembelajaran., (4) Refleksi. Kegiatan
dunia nyata (autentik) yang tidak terstruktur refleksi dilaksanakan ketika sudah selesai
dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa melakukan pengamatan terhadap peneliti
untuk mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran.
menyelesaikan masalah dan berkiri kritis
Jadwal Penelitian
sekaligus membangun pengetahuan baru. Siswa
secara kritis mengidentifikasi informasi dan Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada
strategi yang relevan serta melakukan semester genap Tahun Pembelajaran
penyelidikan untuk menyelesaikan masalah 2023/2024. Penentuan waktu ini didasarkan
tersebut. Selain itu, Model Problem Based pada kalender akademik SMA St. Ignasius
Learning melibatkan siswa untuk memecahkan Medan.
masalah melalui tahapan metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan Populasi Dan Sampel Penelitian
yang berhubungan dengan masalah tersebut
Populasi pada sampel penelitian ini adalah
sekaligus mengembangkan siswanya dalam
kelas XII MIA dan sampel penelitian ini adalah
menyelesaikan masalahnya (Fathurrihman,
siswa ini adalah siswa kelas XII-MIA St
2018).
Ignatius yang berjumlah 20 orang.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Instrumen Test Kemampuan Berpikir
Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kritis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XII
SMA St. Ignasius Medan Pada Materi Pola – Instrumen yang digunakan untuk mengukur
Pola Hereditas Pada Manusia. kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini
adalah tes tertulis. Test tertulis disusun dalam
bentuk uraian yang dikembangkan berdasarkan Model pembelajaran berbasis masalah dimana
5 indikator kemampuan berpirkir kritis. Tes pendekatan ini mengacu pada kegiatan yang
uraian ini mencakup materi Pola - Pola menuntun siswa untuk lebih berperan aktif
Hereditas Pada Manusiadan pemberian skor dalam menggali dan mencari informasi yang
disesuaikan dengan bobot soal dengan rentang berkaitan dengan pembelajaran yang sedang
0-4. Soal pilihan berganda berjumlah 5 soal. mereka hadapi.
Teknik Analisis Data. Dalam penelitian ini setiap siklus terdiri
Analisis data yang diperoleh dilakukan secara dari perencanaan, tindakan, observasi dan
deskriptif, untuk menggambarkan rata-rata refleksi. Pada siklus II tahap-tahap yang
kemampuan berpikir kritis siswa, dan dilakukan merupakan perbaikan pada siklus
pengukuran aktivitas siswa selama proses sebelumnya yaitu siklus I. Hasil yang diperoleh
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pada penelitian ini terdiri dari data tes yang
catatan lapangan (field notes). Catatan ini berupa kemampuan berpikir kritis siswa serta
mencakup kesan dan penafsiran subjektif, dan data non tes yang terdiri dari hasil observasi dan
perhatian diarahkan pada persoalan yang dokumentasi. Nilai rata-rata kelas pembelajaran
dianggap menarik. Selanjutnya, diidentifikasi siklus I menunjukkan peningkatan bila
data esensialnya seperti siapa, kejadian atau dibandingkan dengan tahap pratindakan, yaitu
situasi, tema yang dibahas, masalah atau fokus dari 45 menjadi 80. Nilai tertinggi 84 dan nilai
dari catatan tersebut, kemudian membuat terendah 60. Sementara persentase siswa yang
analisis teoritik dari catatan tersebut. Untuk telah mencapai KKM pada siklus I meningkat
menentukan daya retensi siswa, analisis data 80% dari 0 % pada pratindakan. Sedangkan
dilakukan dengan membandingkan nilai jumlah siswa yang tuntas KKM ada 16 siswa
posttest pada siklus terakhir dengan nilai retest dan 4 siswa belum tuntas karena nilainya masih
yang dilakukan seminggu setelah pemberian di bawah KKM. Peningkatan prestasi belajar
tindakan terakhir. Data yang diperoleh siswa terjadi pada siklus I karena dengan
digunakan untuk mengukur adanya model pembelajaran berbasis masalah
keberhasilan/ketercapaian indikator yang digunakan peneliti. Selain itu, dimana
keberhasilan, yakni: (1) kemampuan berpikir peningkatanya sangat signifikan, kemampuan
kritis ≥ KKM, (2) meningkatnya aktivitas berpikir kritis pada siklus I menurut peneliti
belajar siswa, dan (3) daya retensi yang sendiri sudah mulai terbangun. Hal ini dapat
optimal. Ketercapaian indikator keberhasilan dilihat dari penyelesaian bahan diskusi yang
dijadikan landasan evaluasi, kemudian ada pada LKPD serta penyelesaian soal posttest
dilakukan analisis akar permasalahannya, dan yang mengacu pada taraf C4, C5, dan C6 yaitu
selanjutnya direfleksi dalam bentuk rencana kritis. Kemampuan berpikir kritis peserta didik
tidakan pada siklus berikutnya. dapat dibangun melalui pembelajaran yang
dimulai dengan adanya permasalahan yang
Hasil Dan Pembahasan ditemukan oleh siswa dan merencanakan upaya
Berdasarkan hasil test pratindakan yang yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
dilakukan peneliti, diperoleh data nilai rata-rata tersebut.
kelas dengan nilai tertinggi 68 dan nilai Pada penelitian siklus I persentase
terendah 32. Nilai rata-rata tersebut belum keberhasilannya belum mencapai 90% karena
mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan baru mencapai 80%. Untuk itu penelitian
yaitu 75. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas dilanjutkan ke siklus II dengan melihat catatan-
KKM saat pratindakan tidak ada. Hasil tersebut catatan penting yang masih perlu direfleksikan
menggambarkan bahwa hasil berpikir kritis lagi untuk pembelajaran berikutnya.
siswa pada materi keanekaragaman hayati Pelaksanaan tindakan siklus II ini merupakan
masih rendah, hal ini dapat diketahui dari tindak lanjut dari siklus I. Pada siklus I
rendahnya nilai pretest siswa dalam ditemukan faktor penyebab kurang tercapainya
menyelesaikan soal-soal berpikir kritis bertaraf indikator keberhasilan diantaranya siswa masih
C4,C5 dan C6. Oleh karena itu, perlu adanya kurang semangat dan kurang aktif ketika
tindakan perbaikan yang harus segera diskusi kelompok, waktu kurang efektif, siswa
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masih takut dan malu-malu untuk
berpikir kritis tersebut. Tindakan yang dipilih mengemukakan jawabannya, siswa yang aktif
peneliti yaitu dengan menggunakan pendekatan bertanya dan menyampaikan pendapat masih
didominasi oleh beberapa siswa, ketika Berdasarkan diagram di atas, nilai rata-rata
menunggu giliran untuk persentasi siswa malah siswa mengalami peningkatan pada setiap
bercanda dan bermain dengan teman tahapan penelitian. Pada tahap pratindakan nilai
kelompoknya. rata-rata siswa mencapai 45 dan pada siklus I
Tindakan yang dilakukan pada siklus II meningkat menjadi 80 kemudian meningkat
masih tetap menggunakan model pembelajaran lagi pada siklus II menjadi 93.
berbasis masalah , akan tetapi lebih efektif
dibandingkan pada siklus I karena guru lebih Tabel 4.2. Analisis Kemampuan Berpikir
intensif memberikan bimbingan pada Kritis Pada Pratindakan,
kelompok-kelompok dalam diskusi dan Siklus I dan Siklus II
memotivasi siswa agar lebih berani dalam
menyampaikan pendapat ketika persentasi
sehingga aktivitas siswa cenderung meningkat
dibandingkan dengan siklus I. Adanya upaya
perbaikan tindakan pada siklus II ini, maka
hasil pembelajaran menjadi meningkat jika
dibandingkan dengan pratindakan dan siklus I.
Hal ini dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Data Perbandingan Prestasi
Belajar Siswa pada Pratindakan
SiklusI dan Siklus II
Siklus Siklus
No Point Prasiklus
I II
Nilai 40 60 87
1
terendah
Nilai 68 84 100 Kemampuan berpikir kritis siswa
2
tertinggi mengalami peningkatan selama tindakan
3 Rata-rata 45 80 93 penerapan model pembelajaran berbasis
% 0% 38,8 % 86,11 masalah. Penerapan model PBL memberikan
4 dampak positif bagi proses pembelajaran untuk
Ketuntasan %
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal
ini dapat dilihat dari kemampuan yang
Jika nilai rata-rata yang dicapai siswa pada diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal
pratindakan, siklus I, dan siklus II disajikan yang bertaraf level C4, C5 dan C6 serta
dengan diagram maka hasilnya adalah sebagai pengerjaan Lembar Kerja Peserta Didik yang
berikut. diberikan oleh guru selama proses
Gambar 4.1. Grafik Rata-Rata pembelajaran. Menurut (Napsiah, dkk. 2021)
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa hasil belajar rendah disekolah disebabkan oleh
kurangnya interaksi antara peserta didik
dan pendidik selain itu juga dikarenakan
penggunaan model pembelajaran yang kurang
bervariasi sehingga peserta didik lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar proses
pembelajaran, misalnya seringnya siswa izin
dari kelas, banyaknya siswa yang mengantuk,
mengobrol dengan teman dan lain sebagainya.
Hal tersebut karena pembelajaran masih
berpusat ke pendidik dan pendidik juga belum
menerapkan media pembelajaran yang menarik
sehingga siswa akan menjadi cepat bosan dalam
belajar. Oleh karena itu pendidik perlu
melakukan inovasi yaitu dengan mencoba
menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah yang lebih dikenal dengan istilah PBL.
Model PBL merupakan salah satu model Learning dirasa cocok diterapkan dalam upaya
pembelajaran yang inovatif yang mengajak menyiapkan peserta didik dengan keterampilan
peserta didik dalam mencari solusi/ pemecahan abad 21-nya. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas
masalah yang dihadapi baik berdasarkan isu siswa selama proses pembelajaran. Pada siklus
lokal, nasional atau global pada masa sekarang I, pendekatan saintifik belum sepenuhnya
ini. Adapun alasan saya memilih model PBL mampu membangun aspek-aspek yang ada
dikarenakan materi pola – pola hereditas pada dalam kemampuan berpikir kritis. Hal ini bisa
manusia yang saya angkat berhubungan dengan saja disebabkan karena siswa belum terbiasa
pembelajaran kontekstual. Selain itu melakukan pembelajaran dengan model
berdasarkan hasi; wawancara dengan rekan pembelajaran berbasis masalah. Namun jika
sejawat/guru senior, materi pola hereditas pada dilihat dalam siklus II, aspek mengorganisasi
manusia membutuhkan kemampuan berpikir mengalami peningkatan dapat disebabkan
kritis dalam menganalisis sebuah karena kegiatan yang dilakukan siswa
permasalahan. Pada materi ini juga, peserta membantu mengasah kemampuan
didik banyak mengalami masalah yang terlihat mengorganisasi. Siswa sudah terbiasa
pada proses penilaian yang masih rendah. dalam menyusun suatu struktur dari
Selaku seorang guru, saya berkewajiban untuk potongan informasi yang dimiliki seperti
mencari solusi/upaya bagaimana pada materi pada saat menganalisis data pengamatan dan
pola hereditas semua peserta didik saya paham mengorganisasi data pengamatan dalam
dan dibuktikan dengan hasil penilaian yang bentuk penyelesaian yang dituangkan dalam
mencapai kriteria ketuntasan tujuan LKPD. Berdasarkan hasil penelitian dan teori
pembelajaran. Dari berbagai model pendukung menunjukkan bahwa pembelajaran
pembelajaran yang ada, model Problem Base Biologi dengan menerapkan model
Learning (PBL) adalah model yang paling pembelajaran berbasis masalah / Problem
memungkinkan mengaitkan antara proses Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
pembelajaran dengan dunia nyata dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XII
kehidupan sehari - hari. Berdasarkan hal MIPA 2 SMA ST. Ignasius Medan.
tersebut penerapan model Problem Based

Kesimpulan Saran
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti
peneliti dapat menyimpulkan bahwa: (1) mengajukan beberapa saran sebagai berikut: (1)
Penerapan model pembelajaran berbasais Guru biologi khususnya pada sekolah ini,
masalah / Problem Based Learning (PBL) disarankan dapat menerapkan model
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pembelajaran berbasais masalah / Problem
siswa dalam pembelajaran Biologi kelas XII Based Learning (PBL) karena model
MIPA 2 SMA ST. Ignasius Medan. (2) pembelajaran berbasais masalah / Problem
Penerapan model pembelajaran berbasais Based Learning (PBL) ini mampu
masalah / Problem Based Learning (PBL) meningkatkan kemmpuan berpikir kritis
meningkatkan interaksi siswa dan guru, siswa peserta didik. (2) Hasil penelitian ini
dan siswa dengan menerapkan model diharapkan dapat dipergunakan sebagai
pembelajaran berbasais masalah / Problem referensi untuk melakukan penelitian sejenis
Based Learning (PBL) dalam pembelajaran dalam pembelajaran yang berbeda. (3) Bagi
Biologi kelas XII MIPA 2 SMA ST. Ignasius peneliti yang ingin mengembangkan penelitian
Medan yakni dengan adanya tanya jawab dan lanjut kiranya dapat mengkolaborasikan media
diskusi selama proses pembelajaran. yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIPA -2.
Journal Of Classrom Action Research.
Abdul Haris, Asep Jihad. 2018. Evaluasi Herminarto Sofyan Wagiran, Kokom Komariah.
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo 2015. Model Pembelajaran Based Learning
Arends, Richard. 2008. Learning to Teach. Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Di
Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani. SMK. Fakultas Teknik Universitas Negeri
New York: McGraw Hill Company. Yogyakarta.
Arestu., Bhakti K., Irwandi A. 2019. Peningkatan Ivani, D., Wibowo, T., & Nugraheni, P. (2019).
Kemampuan Memecahkan Masalah AnalisisBerpikir Kritis Matematis Siswa
Melalui Lembar Kegiatan Peserta Didik Sma Dalam Penyelesaian Masalah
(LKPD) berbasis Masalah. Vol 2(2). Hal Matematika. Prosiding Sednika, 5, 161–
58-66. 166
Arikunto, (2009). Dasar – dasar evaluasi Kurniahtunnisa, Nur Kusuma Dewi, and Nur
Pendidikan, PT. Bumi Aksara . Jakarta Rahayu Utami. 2016. “Pengaruh Model
Aufa, M., Saragih, S., & Minarni, A. (2016). Problem Based Learning Terhadap
Development of Learning Devices trhough Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi
Problem Based Learning Model Based on Sistem Ekskresi.” Journal of Biology
Context of Aceh Cultural to Improve Education 5(3): 310–18.
Matematical Communication Skills and
Social Skills of SMPN Muara Batu Selviani, I. 2019. Pengembangan Modul Biologi
Students. Journal of Education and Problem Based Learning Untuk
Practice, 232-248. Meningkatkan Kemmapuan Berpikir Kritis
Chotimah, C, dan Fathurrohman, M. (2018). Peserta Didik SMA. Indonesian J.
Paradigma baru system pembelajaran: dari Integr.Sci.Education. Vol 1(2). Hal 147-
teori, metode, model, media, hingga 154.
evaluasi pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Pane, R.S., Sorta, L., Sinta, D.M. 2022.
Media Impelementasi Pembelajaran
Dewina, Sindy, Ondi Suganda, Rahma Widiantie. Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan
2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta
Problem Based Learning (PBL) terhadap Didik. Jurnal Multidisiplin Ilmu. Vol
Kemampuan Menganalisis dan 1(3). Hal 173-180.
Keterampilan Berargumentasi Siswa pada Warsono dan Hariyanto. (2021). Pembelajaran aktif.
Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
X. Jurnal Pendidikan dan Biologi Volume Yohanie, D., & Samijo, S. (2019). Pengembangan
9, Nomor 2 Hal. 46-54. Modul Berdasarkan Pemecahan Masalah
Eka Yulianti dan Indra Gunawan. 2019. Model Polya Pada Mata Kulia Analisis Vektor.
Pembelajaran Problem Based Learning Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana
(PBL): Efeknya Terhadap Pemahaman Publikasi Karya Tullis Di Bidang
Konsep Dan Berpikir Kritis. Indonesian Pedidikan Matematika, 5(2), 172 – 181.
Journal of Science and Mathematics
Education 02 (3) (2019) 399-408. Zai, J. et al. (2020) ‘Implementasi Learning
Febrina, D. A., & Airlanda, G. S. (2020). Meta Manegement System (LMS) Berbantukan
Analisis Pengaruh Problem Based Learning Edmodo untuk Meningkatkan Kemampuan
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Di berpikir kritis Siswa pada Materi Fluida
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Wahana Dinamis’, Radiasi : Jurnal Berkala
Pendidikan, 6(4), 564–572. Pendidikan Fisika, 13(1), pp. 7–13. doi:
Haryani Sri Mardiyanti. 2020. Penerapan Model 10.37729/radiasi.v13i1.123.
Pembelajaran Problem Based Learning Zakiah, Linda & Lestari, Ika. (2019). Berpikir Kritis
Untuk Meningkatkan Kemampuan Dalam Konteks Pembelajaran. Bogor:
Erzatama Karya Abadi.

Anda mungkin juga menyukai