Anda di halaman 1dari 13

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Rulih Pranata Bukit, S.Pd
Masalah yang telah
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1  Peserta didik memiliki minat 1. Pembelajaran yang tidak menarik Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
belajar yang rendah. 2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran masalah baik dari hasil pengamatan, studi
 Kurangnya 3. Penerapan metode mengajar kurang maksimal literatur dan wawancara, maka dominan
kemampuan peserta didik 4. Pembelajaran didominasi guru/ pembelajaran masih konvensional penyebab masalah berdasarkan urutan
dalam operasi hitungan pada 5. Fasilitas pembelajaran yang kurang memadai prioritas
soal geografi materi dinamika 6. Sikap guru yang kurang memahami siswa 1. Pembelajaran yang tidak menarik dapat
kependudukan dan pemetaan disebabkan karena guru tidak
Literatur menggunakan media pembelajaran,
1. Kurikulum yang digunakan siswa Hasil penelitian Martiin tahun 2019, penerapan metode mengajar kurang
Universitas Tanjungpura Metode mengajar guru, kurikulum yang maksimal, pembelajaran didominasi
digunakan, relasi antara guru dengan peserta didik, relasi peserta didik guru/pembelajaran masih
dengan peserta didik, media atau alat pembelajaran yang kurang serta konvensional, sikap guru yang kurang
keadaan gedung atau kelas yang kurang memadai menjadi penyebab memahami siswa ditambah dengan
rendahnya minat belajar peserta didik kurangnya motivasi belajar siswa. Hal
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/33958/7 ini berdampak pada materi pelajaran
5676581973 sulit dipahami siswa, daya juang siswa
menjadi rendah, siswa belajar hanya
2. Ernawati. 2019. Jounal Of Education. Berdasarkan data yang pada saat ujian
diperoleh, sebanyak 73% siswa masih memiliki kemampuan 2. Kompetensi guru yang kurang
pemecahan masalah yang relatif kurang. Salah satu faktor memadai
penyebabnya adalah kurangya minat siswa dalam pembelajaran 3. Fasilitas pembelajaran yang kurang
matematika, proses pembejaran yang masih konvensional yaitu guru memadai
yang lebih mendominasi dalam pembelajaran, serta sarana 4. Kurangnya motivasi dari orang tua
pembelajaran yang masih kurang. Salah satu meningkatkan minat 5. Lingkungan belajar siswa/kondisi
siswa dengan memberikan pembelajaran yang menarik dengan masing-masing siswa yang beragam
menggunakan media pembelajaran. 6. Kebijakan/regulasi pendidikan
https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/252/212
3. Menurut Fernandez, dkk. (2021), bahwa minat belajar murid dapat
mempengaruhi fokus belajar murid serta keterlibatannya dalam
proses pembelajaran, dimana minat peserta didik meningkat dengan
menggunakan media seperti Powerpoint (PPT).
(https://jurnal.um-palembang.ac.id/dikbio/article/view/2993/2924)

Hasil wawancara(Rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)

1. Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri


Amal.
Hasil wawancara : Peserta didik itu memiliki minat yang beragam,
rendahnya minat belajar dapat disebabkan oleh momok atau pandangan
peserta didik terhadap mata pelajaran Geografi yang membosankan dan
tentunya berkaitan juga dengan kurang maksimalnya guru dalam
menfasilitasi proses pembelajaran dikelas, tidak termotivasi dengan
Geografi karna memang bukan bidang yang diminati anak.

2. Tri Buana Tarigan, S.Pd Guru Sejarah


Hasil wawancara: Menurut pengalaman Bapak Tri Buana Tarigan, S.Pd,
bahwa minat belajar peserta didik mata pelajaran sejarah rendah, adapun
penyebab tersebut menurut bapak Tri Buana Tarigan karena pelajaran
sejarah akibat dari pembelajaran yang mempelajari masa lalu dan materi
banyak mengarah kepada cerita dan tanggal-tanggal yang wajib di ingat
dan pelajaran tersebut tidak akan di bawa dalam pekerjaan nanti.

2 Motivasi belajar peserta didik 1. Guru belum mengoptimalkan peran aktif siswa Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
rendah 2. Guru belum membiasakan metode diskusi di dalam kelas masalah baik dari hasil pengamatan, studi
3. Guru kurang maksimal sebagai fasilitator diskusi literatur dan wawancara, maka dominan
4. Guru belum maksimal dalam merancang kegiatan diskusi penyebab masalah berdasarkan urutan
prioritas
Literatur 1. Guru belum maksimal dalam
1. Any, L, dkk. 2018. Jurnal Pendidikan Edutama. merancang kegiatan diskusi
Hambatan yang dihadapi guru dalam memotivasi siswa yaitu saat 2. Kurangnya pendekatan guru terhadap
mengkondisikan siswa untuk memulai diskusi, mengkondisikan siswa
kelas dan mengatur siswa untuk konsentrasi, suasana belajar yang 3. Guru belum membiasakan metode
kurang kondusif, siswa yang masih pasif, terbatasnya waktu diskusi di dalam kelas
pembelajaran, dan fasilitas belajar yang kurang memadai. 4. Guru tidak mempersiapkan kesiapan
http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/1629/1/Artikel%20Any%2 belajar anak
0Lailatul%20N%20PPKN.pdf
2. Menurut Damopolii, dkk. (2017), bahwa motivasi peserta didik
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan motivasi belajar yang rendah
mempengaruhi hasil belajar, sehingga perlu upaya meningkatkan
motivasi dan dorongan akan berdampak terhadap hasil belajar yang
baik.
https://osf.io/preprints/inarxiv/wsvek/
3. Menurut Setiyadi (2019), rendahnya hasil belajar peserta didik dapat
disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar peserta didik. Salah satu
untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based learning atau
berbasis masalah. Hal ini dibuktikan bahwa pembelajaran dikatakan
secara klasikal karena hasil pembelajaran peserta didik meningkat.
https://journal.ummat.ac.id/index.php/justek/article/view/3710

Hasil wawancara(Rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Siswa merasa di dalam kelompok sudah ada orang tertentu yang
diunggulkan
2. Guru kurang mengatur keberagaman kemampuan kelompok
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Ada rasa saling segan diantara siswa terutama dalam kelompok ada
siswa yang unggul
2. Siswa belum mempelajari topik diskusi sebelumnya
3. Ada pemikiran guru jika diskusi, siswa berpeluang untuk bermain-
main
4. Guru belum maksimal mempersiapkan untuk melakukan metode
diskusi
5. Guru kurang membiasakan siswa dalam diskusi kelompok
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Faktor emosi siswa dimana interaksi setiap siswa berbeda
2. Pemahaman materi pelajaran kurang
3. Psikologis siswa saat diskusi kurang baik pengaruh dari rumah
4. Siswa merasa diabaikan dalam kelompok
5. Kurangnya pendekatan guru terhadap siswa
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal.
1. Sarana/prasarana yang kurang memadai
2. Sikap siswa yang tidak memberikan perhatian
3. Penerapan strategi yang digunakan guru dalam metode diskusi
kurang maksimal
3 Pemahaman siswa terhadap soal Hasil Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
HOTS masih rendah 1. Guru belum maksimal melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS masalah baik dari hasil pengamatan, studi
2. Pembelajaran masih didominasi oleh guru literatur dan wawancara, maka dominan
3. Masih ada guru yang kurang paham tentang soal HOTS penyebab masalah berdasarkan urutan
4. Waktu guru yang terbatas prioritas
5. Karakteristik siswa yang beragam 1. Siswa kurang diajak untuk
menyelesaikan soal HOTS
Literatur 2. Guru belum melibatkan siswa ikut aktif
1. Ridwan. A. 2019.ebook dalam pembelajaran
Dampak dari pembelajaran yang bersifat LOTS menyebabkan 3. Kurangnya kemampuan berpikir kritis
sebagian besar siswa tidak memiliki ketrampilan berpikir tingkat siswa
tinggi. Sebagian besar siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal 4. Kurangnya pembiasaan mengerjakan
yang bersifat rutin dan pernah dikerjakan di sekolah. Sebagian guru soal HOTS dari guru
telah menggunakan pendekatan dialogis yang melibatkan siswa 5. Guru belum maksimal melaksanakan
untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Sayangnya peran guru pembelajaran berbasis HOTS
masih sangat dominan.
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=GrfrDwAAQBAJ&
oi=fnd&pg=PR5&dq=pembelajaran+berbasis+HOTS&ots=kHAWI
Xtt6&sig=JFhVglZYBtkOjWaFuz6fOmpAoVA&redir_esc=y#v=on
epage&q=pembelajaran%20berbasis%20HOTS&f=false
2. Ahmad.F. 2019 Jurnal Pendidikan Dasar
Masih banyak guru yang kurang paham tentang HOTS. Hal ini
tampak pada rumusan indikator, tujuan, maupun kegiatan
pembelajaran dan penilaiannya dalam rancangan pembelajaran yang
dibuat dan pelaksanaan proses pembelajarannya
https://media.neliti.com/media/publications/476601-none-
67610ad2.pdf
3. Menurut Suriani, F., Nisa, K., & Jiwandono, I. S. (2022), Terdapat
beberapa kesulitan guru dalam mengembangkan RPP berbasis
HOTS yang dirasakan oleh guru kelas rendah di SDN 4 Praya
yakni guru kesulitan menyusun dan mengembangkan beberapa
komponen RPP sebagai berikut: (1) merumuskan indicator
pencapaian kompetensi, (2) Mengembangkan uraian materi (3)
Menentukan model dan metode pembelajaran, (4) Menentukan
media pembelajaran, dan (5) Instrumen penilaian. Faktor
kesulitan guru dalam mengembangkan RPP berbasis HOTS
dapat berasal dari internal dan ekstenal seperti: (1)
Kemampuan guru dalam mengembangkan RPP, (2) Waktu yang
terbatas, dan (3) Karakteristik peserta didik.
https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jcar/article/view/1699/1211

Hasil wawancara(rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Kurangnya pembiasaan mengerjakan soal HOTS dari guru
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Kurangnya minat siswa untuk ditantang
2. Siswa terbiasa memperoleh hasil secara instan dari internet
3. Siswa kurang diajak untuk menyelesaikan soal HOTS
Kepala Sekolah Marugan Simbolon, S.Pd
1. Guru kurang menanamkan pembiasaan
2. Kurangnya minat siswa terhadap tantangan
3. Siswa terbiasa mengerjakan soal tanpa konsep
4. Guru belum melibatkan siswa ikut aktif dalam pembelajaran
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa
2. Kemampuan literasi siswa masih rendah
4 Peserta didik memiliki 1. Rendahnya minat baca siswa Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
kemampuan literasi yang rendah 2. Alat evaluasi yang belum mengarah pada pengembangan literasi masalah baik dari hasil pengamatan, studi
Sains literatur dan wawancara, maka dominan
3. Kurangnya pengetahuan guru tentang literasi sains penyebab masalah berdasarkan urutan
4. Kondisi lingkungan sekolah yang kurang nyaman prioritas
5. Teknik pengajaran yang digunakan oleh seorang guru yang belum 1. Rendahnya minat baca siswa
maksimal 2. Teknik pengajaran yang digunakan
Literatur oleh seorang guru yang belum
1. Penelitian Erlinda, dkk. 2022. Rendahnya kemampuan literasi sains maksimal
peserta didik di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor 3. Pembelajaran yang tidak kontekstual
antara lain minat membaca peserta didik masih rendah, alat 4. Alat evaluasi yang belum mengarah
evaluasi yang belum mengarah pada pengembangan literasi pada pengembangan literasi Sains
sains, dan kurangnya pengetahuan guru tentang literasi sains 5. Kurangnya pengetahuan guru tentang
(Sutrisna, dalam erlinda) literasi sains
http://103.84.119.236/index.php/snpk/article/view/73/62 6. Fasilitas yang belum lengkap,
2. Singgih, dkk. 2021. Hasil menyatakan bahwa kemapuan literasi 7. Kondisi lingkungan sekolah yang
peserta didik Indonesia sangat rendah dan dibawah standar yang kurang nyaman
telah ditetapkan oleh PISA, peserta didik Indonesia menepati
urutan 74 dari 79 negara yang berpartisipasi dan memperoleh nilai
396 dari 489 pada literasi sains. Fasilitas yang lengkap, kondisi
lingkungan sekolah yang nyaman, kurikulum, aktivitas antara
peserta didik dengan peserta didik, aktivitas pendidik dengan
peserta didik, serta bagiamana teknik pengajaran yang digunakan
oleh seorang guru merupakan kunci utama dalam peningkatkan
literasi.
3. Menurut Nugraheni, dkk., (2021) menyatakan bahawa terdapat
beberapa faktor penyebab rendahnya literasi peserta didik adalah:
(1) materi pelajaran yang belum pernah dipelajari sehingga peserta
didik mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal yang
diberikan, (2) peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal yang
menggunakan wacana, dan (3) guru kurang membiasakan proses
pembelajaran yang mendukung peserta didik dalam
mengembangkan literasi sains. Untuk itu diperlukan suatu model
pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan literasi siswa
meningkat seperti model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Hasil wawancara (rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Budaya literasi belum berjalan maksimal
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Siswa merasa pengalaman belajar yang masih rutinitas
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Siswa merasa semua informasi sudah ada di internet
2. Tidak adanya rasa ingin tahu
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Kurangnya rasa ingin tahu siswa
2. Fasilitas buku-buku yang kurang mendukung
3. Tidak terbiasa menyampaikan ide-ide
4. Pembelajaran yang tidak kontekstual
5 Cara mengajar guru masih 1. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
konvensional 2. Cocok digunakan untuk mnyelesaikan materi pelajaran yang padat masalah baik dari hasil pengamatan, studi
3. Siswa dituntut belajar secara mandiri literatur dan wawancara, maka dominan
4. Efektif untuk jumlah siswa yang banyak penyebab masalah berdasarkan urutan
5. Guru mudah menguasai kelas prioritas
Literatur 1. Mudah mempersiapkan dan
1. Pada penelitian Nahdatul, 2019. Journal of Elemantary School. melaksanakannya
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaaan individual 2. Siswa dituntut belajar secara mandiri
anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat 3. Cocok digunakan untuk mnyelesaikan
mengantarkan peseta didik ke arah pencapaian tujuan materi pelajaran yang padat
pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi 4. Beragam informasi dapat diperoleh
pada pembelajaran konvensional. dari guru dengan cepat
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOES/article/view/934 5. Guru mudah menguasai kelas
2. Pada penelitian Magdalena, M. 2018. Jurnal Warta Edisi : 58. 6. Efektif untuk jumlah siswa yang
Metode pembelajaran konvensional sederhana dan mudah banyak
digunakan 7. Penggunaan waktu lebih efektif
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/downlo
ad/389/382
Hasil wawancara (rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)
Rekan Sejawat
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Guru tidak perlu banyak persiapan
2. Siswa kurang terlibat dalam pembelajaran
3. Penggunaan waktu lebih efektif
4. Mudah dilaksanakan
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Siswa dapat menyelesaikan tugas secara mandiri
2. Dapat digunakan untuk menyeragamkan pengetahuan siswa.
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Pembelajaran menjadi monoton
2. Membangkitkan minat siswa akan informasi
3. Beragam informasi dapat diperoleh dari guru dengan cepat
6 Kemampuan berpikir kritis siswa 1. Pembelajaran di kelas kurang interaktif Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
masih rendah 2. Guru kurang maksimal sebagai mediator dan fasilitator masalah baik dari hasil pengamatan, studi
3. Guru tidak menganggap siswa sebagai pemikir literatur dan wawancara, maka dominan
4. Siswa tidak suka tantangan/daya juang rendah penyebab masalah berdasarkan urutan
5. Kurangnya pembiasaan berpikir kritis kepada siswa prioritas
6. Siswa tidak memahami konsep, cenderung menghapal teori dan 1. Soal-soal yang diberikan kepada siswa
rumus belum menggambarkan kemampuan
berpikir kritis
Literatur 2. Kurangnya pembiasaan berpikir kritis
1. Sebagai pendidik, seorang guru harus mampu menciptakan kepada siswa
3. Siswa tidak suka tantangan/daya juang
pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kritis siswa
rendah
untuk menemukan informasi belajar secara mandiri dan aktif 4. Guru kurang maksimal sebagai
menciptakan struktur kognitif pada siswa (Patonah dalam Nuryanti. mediator dan fasilitator
2018). Upaya untuk pembentukan kemampuan berpikir kritis siswa 5. Kurangnya referensi guru
yang optimal mensyaratkan adanya kelas yang interaktif, siswa
dipandang sebagai pemikir bukan seorang yang diajar, dan guru
berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator yang membantu
siswa dalam belajar bukan mengajar.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/10490/5163

2. Penelitian Hary, dkk. 2019. Chemistry Education Practice.


Kurangnya kemampuan berpikir kritis ini juga mengakibatkan
siswa hanya menghafal dan tidak memahami materi yang
diajarkan sehingga siswa banyak yang memiliki jawaban yang
sama satu dengan yang lainnya.
https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/CEP/article/view/1817/
1494
Hasil wawancara
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Kurangnya pembiasaan berpikir kritis kepada siswa
2. Soal-soal yang diberikan guru belum menggambarkan soal berpikir
kritis
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Siswa tidak suka tantangan
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Daya juang siswa rendah
2. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembuatan soal
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Kurangnya referensi guru
2. Kemampuan, pengalaman, informasi guru tentang soal berpikir kritis
yang masih terbatas
7 Penguasaan kelas oleh guru belum 1. Guru kurang menguasai materi pelajaran Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
maksimal 2. Guru kurang menguasai metode pembelajaran masalah baik dari hasil pengamatan, studi
3. Guru kurang memahami situasi belajar-mengajar literatur dan wawancara, maka dominan
4. Kurang mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif penyebab masalah berdasarkan urutan
Literatur prioritas
1. Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran 1. Guru tidak maksimal dalam
menurut Mulyasa (2008) dalam Nur Hasanah menerapkan strategi, metode atau
Sebagai pengelola pembelajaran setiap guru harus mampu dan penggunaan media dalam
menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi pembelajaran
belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas. Sebagai pendidik 2. Kurang mampu menciptakan
dan pengajar. Setiap guru harus memiliki kestabian emosi, ingin pembelajaran yang kondusif
memajukan peserta didik, bersikap realistis, jujur, dan terbuka, 3. Guru kurang menguasai materi
serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan. pelajaran
https://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/viewFi
le/362/293
2. Hasil penelitian Sri Warsono.2016. Manajer Pendidikan.
Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan
suasana dan iklim pembelajaran yang kondusif. Pengelolaan kelas
ini bertujuan menyediakan berbagai fasilitas bagi kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam
kelas sehingga menciptakan suasana menyenangkan.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/
viewFile/1298/1093
Hasil wawancara
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Komunikasi guru yang kurang interaktif
2. Guru kurang menguasai materi pelajaran
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Guru tidak melakukan refleksi/evaluasi
2. Guru kurang terbuka terhadap masukan

Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd


1. Guru kurang persiapan
2. Cara komunikasi guru yang belum maksimal
3. Karakter peserta didik yang beragam
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Guru kurang menguasai materi pembelajaran
2. Guru tidak maksimal dalam menerapkan strategi, metode atau
penggunaan media dalam pembelajaran
3. Guru kurang interaktif/ kurang komunikatif
4. Kompetensi guru yang kurang memadai
8 Penguasaan konten materi masih 1. Kompetensi guru belum memadai Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
kurang 2. Guru kurang persiapan masalah baik dari hasil pengamatan, studi
3. Belum maksimalnya motivasi kerja guru literatur dan wawancara, maka dominan
4. Kurangnya fasilitas pembelajaran penyebab masalah berdasarkan urutan
5. Etos kerja yang belum maksimal prioritas
6. Pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru yang belum maksimal 1. Perencanaan/persiapan guru yang
7. Latar belakang sosial ekonomi yang belum memadai belum maksimal
Literatur 2. Guru kurang mengupgrade diri
1. Berdasarkan hasil penelitian Pariana,2020. Jurnal Manajer 3. Guru jarang melakukan evaluasi diri
Pendidikan. Untuk itu seorang guru harus memiliki kemampuan yang 4. Motivasi kerja guru yang belum
maksimal
meliputi penguasaan materi pelajaran, kemampuan mengelola
5. Pelaksanaan supervisi akademik
pembelajaran, dan pengetahuan tentang evaluasi. Guru yang dalam terhadap guru yang belum maksimal
melaksanakan tugasnya secara profesional akan dapat memberikan 6. Kurangnya fasilitas pembelajaran
output pendidikan yang hebat dan bermartabat. Oleh karena itu guru 7. Latar belakang sosial ekonomi yang
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang antara lain belum memadai
mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan displin. Adapun 8. Jurusan tidak sesuai dengan minat
permasalahan pada saat ini yang dihadapi masih rendahnya hasil guru
pendidikan yang diperoleh. Hal ini disebabkan masih rendahnya
kualitas guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian kompetensi guru
kimia Sekolah Menengah Atas Negeri SeKabupaten Bengkulu
Selatan dan Kaur masih relatif rendah dilihat dari hasil tes uji
kompetensi guru yang dilakukan oleh Depertemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah yang
bekerja sama dengan Pusat Penilaian Pendidikan pada Tahun 2016,
dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kaur melalui situs resmi ICT- Dikpora Kabupaten
Bengkulu Selatan dan Kaur masih diperoleh nilai rata-rata
kompetensi guru kimia di bawah KKM yang ditetapkan.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/down
load/12901/6715
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartini (2006) dalam Nurhasanah
tentang faktor-faktor strategis yang mempengaruhi kompetensi guru
dalam pembelajaran (Studi kasus pada guru MTsN Salatiga) yang
kesimpulannya adalah kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain etos kerja, tingkat pendidikan, dan latar belakang
sosial ekonomi. Sebagai pemimpin. Setiap guru adalah pemimpin
yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan,
prinsip hubungan antar manusia, teknik komunikasi, serta menguasai
berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.
https://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/viewFile
/362/293
3. Hasil penelitian Ria, H. Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan
Teknologi ISBN : 978-602-61599-6-0 Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Semarang
menunjukan kompetensi profesional guru sangat berpengaruh
terhadap minat belajar kimia siswa kelas X IPA dan IPS di SMA
Muhammadiyah 1 Semarang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Rahmawati (2010) bahwa kompetensi
profesional guru memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal berikut sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008) bahwa kompetensi
profesional guru sangat berperan penting bagi guru karena berkaitan
langsung dengan kinerja yang ditampilkan mencerminkan sikap
keprofesionalannya sebagai guru
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/
3073/2982
Hasil wawancara
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Kurang persiapan
2. Guru kurang meningkatkan kapasitas diri
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Persiapan guru yang belum maksimal
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Kurangnya kemauan guru untuk berbenah
2. Guru jarang melakukan evaluasi diri
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Jurusan tidak sesuai dengan minat guru dan tidak mengupgrade
diri
2. Kurang memperbesar kapasitas rasa ingin tau guru

Anda mungkin juga menyukai