2 Siswa memiliki literasi yang rendah Guru kurang Berdasarkan hasil analisis
memotivasi siswa masalah ditentukan bahwa akar
Menurut Maria Kanusta, Pieter Sahertian, Joice secara intens dalam penyebab masalah siswa
Soraya (2021) Rendahnya minat baca siswa pembiasaan literasi
memiliki literasi yang rendah
disebabkan karena :
1. Siswa tidak dibiasakan membaca adalah guru kurang memotivasi
2. Guru kurang memotivasi siswa secara intens dalam
3. Siswa kurang memanfaatkan fasilitas pembiasaan literasi. Hal
belajar yang disediakan tersebut disebabkan karena :
1. Guru belum punya
Sumber : komitmen bersama
Kanusta, Maria, Pieter Sahertian, and Joice dalam
Soraya. "Implementasi Gerakan Literasi Minat memberlakukan
Baca Dan Hasil Belajar." Jurnal Penelitian dan aturan untuk
Pendidikan IPS 15.2 (2021): 152-156 pembiasaan siswa
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI/ dalam berliterasi.
article/view/5678 Misalnya sebelum
KBM dimulai siswa
Menurut Sarlina dalam Jayadi, dkk (2017) diminta membaca
menyatakan faktor yang mempengaruhi minat materi saat itu selama
baca adalah ketersediaan waktu untuk 10 menit dan atau
membaca, status sosial ekonomi keluarga, membaca buku
pengaruh lingkungan dan dorongan dari dalam sesuai dengan tema
diri atau motivasi untuk lebih berprestasi atau yang digemari.
memiliki prestasi yang lebih baik. Pengaturan waktu
membaca antara buku
Sumber : pelajaran dengan
Jayadi, Jayadi, Novianti Rahmawati, and bahan bacaan yang
Mariyanah Mariyanah. "FAKTOR PENYEBAB umum disesuaikan
KURANGNYA MINAT BACA MAHASISWA dengan kesepakatan
DIPERPUSTAKAAN." Jurnal Paedagogie bersama .
Media Kependidikan, Keilmuan dan 2. Guru kurang optimal
Keagamaan 5.2 (2017): 85-92. dan konsisten dalam
http://ejurnal.stkipmsampit.ac.id/index.php/ mendampingi siswa
Pendidikan/article/view/58 selama proses
pembelajaran yang
Menurut Sabilal Muhtadien dan Ika Krismayani mengarahkan siswa
(2019) menyatakan faktor penyebab dalam berliterasi dan
rendahnya minat baca siswa yang berkaitan menyimpulkan isi dari
dengan rendahnya minat kunjung siswa ke apa yang sudah
perpustakaan sekolah yaitu: dibaca siswa.
a. Faktor internal: adanya 3. Guru kurang memberi
kecenderungan malas dalam motivasi dan
beraktivitas (minat dan motivasi yang mengingatkan akan
rendah) manfaat membaca
b. Faktor eksternal: sarana dan prasana, secara terus menerus.
pelayanan, status sosial, lingkungan, 4. Kurangnya buku-buku
kemajuan tekhnologi bacaan yang
Sumber : bervariasi misalnya
Muhtadien, Sabilal, and Ika Krismayani. buku-buku berupa
"Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat novel sejarah
Kunjung Siswa ke Perpustakaan SMAN 2
Mranggen." Jurnal Ilmu Perpustakaan 6.4
(2019): 341-350.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/
article/viewFile/23240/21268
Hasil wawancara
Narasumber : Ilhaniatul Aini, S. Pd (satgas
kurikulum)
Waktu : Kamis, 10 November 2022
1. Pembiasaan membaca dirumah yang
kurang
2. Tidak memahami makna bacaan
3. Siswa enggan memanfaatkan waktu luang
untuk berkunjung ke perpustakaan
4. Kurangnya motivasi dari guru dan orang
tua secara intens terhadap siswa dalam
pembiasaan membaca.
5. Siswa lebih mudah mengakses informasi
melalui internet
3 Guru belum optimal dalam menerapkan model- Terbatasnya Berdasarkan hasil analisis
model pembelajaran yang inovatif pemahaman guru masalah ditentukan bahwa akar
tentang model-model penyebab masalah guru belum
Menurut Ade Koesnandar (2020) pembelajaran Inovatif optimal dalam menerapkan
Kurangnya pemahaman guru terhadap model model-model pembelajaran
pembelajaran inovatif disebabkan oleh : inovatif adalah
1. Guru masih banyak menghadapi kesulitan terbatasnya pemahaman guru
terhadap model-model
dalam menerapkan model-model
pembelajaran Inovatif sehingga
pembelajaran inovatif. berpengaruh terhadap
2. Kurangnya contoh-contoh dan pelatihan pembelajaran di kelas
implementasi model pembelajaran inovatif dengan segala aspek yang
menyebabkan masih lemahnya saling terintegrasi satu
pemahaman guru terhadap konsep sama lainnya.
pembelajaran inovatif Terbatasnya pemahaman guru
terhadap model-model
3. Guru kurang bimbingan pengetahuan
pembelajaran Inovatif
dalam penerapan pembelajaran inovatif disebabkan karena :
Sumber : 1. Rendahnya kreatifitas
Koesnandar, Ade. "Pengembangan model guru dalam
pembelajaran inovatif berbasis teknologi mengembangkan model
informasi dan komunikasi (TIK) sesuai pembelajaran
kurikulum 2013." Kwangsan: Jurnal Teknologi 2. Guru tidak termotivasi
dalam mencari,
Pendidikan 8.1 (2020): 33-61.
menemukan dan
https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/ kemudian menerapkan
index.php/jurnalkwangsan/article/download/ model-model
121/151 pembelajaran dalam
kegiatan proses
Khodijah,N ,(2012) pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi penerapan model- 3. terbatasnya
model pembelajaran inovatif, yaitu: pemahaman guru
a. Rendahnya kualitas terhadap model-model
pelatihan/workshop yang diikuti pembelajaran Inovatif
b. Rendahnya komitmen dan motivasi 4. Guru tetap
guru untuk menerapkan model-model mempertahankan
pembelajaran inovatif. metode pembelajaran
Sumber: yang konvensional atau
Khodijah, N. (2012). Profesionalisme Guru teacher center
Dalam Penerapan Model-Model Pembelajaran 5. Kesibukan guru di luar
jam belajar
Inovatif Pada Rintisan Sekolah Bertaraf
menyebabkan
Internasional. Jurnal Teknodik, 255-264.. kurangnya waktu untuk
https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.27 mempelajari dan
menerapkan model
Menurut Susanti, Elva, and Anggia Arista pembelajaran inovatif
6. Guru kurang mengikuti
(2019) kegiatan pelatihan dan
Rendahnya kemampuan berfikir kritis pada tidak adanya
guru akan berdampak pada rendahnya nilai pendampingan-
pendampingan yang
peserta didik. Oleh karena itu diperlukan
konsisten sehingga guru
inovasi guru atau pendidik, salah satunya tidak memahami model
adalah inovasi pada metode pembelajaran pembelajaran inovatif
Sumber : 7. Guru kurang memahami
Susanti, Elva, and Anggia Arista. "Analisa sintak-sintak model
Tingkat Pengetahuan Guru terhadap pembelajaran sehingga
Kompetensi 4C." Prosiding Seminar Nasional sulit menerapkannya
dalam pembelajaran.
Ilmu Sosial dan Teknologi (SNISTEK) . No. 2.
2019.
https://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/
prosiding/article/view/1509
Hasil wawancara
Narasumber : Ilhaniatul Aini, S. Pd (satgas
kurikulum)
Waktu : Kamis, 10 November 2022
1. Guru sulit menerapkan sintak-sintak
dalam model pembelajaran
2. Jarang diadakan pelatihan-pelatihan
khusus terkait model, metode dan media
pembelajaran sesuai mapel.
3. Kurangnya semangat guru dalam
mengembangkan kemampuannya
4. Situasi dan kondisi kelas yang kadang-
kadang tidak memungkinkan dalam
menerapkan model pembelajaran yang
sudah dirancang
4 Siswa kesulitan memahami soal-soal berbasis Guru kurang Berdasarkan hasil analisis
HOTS optimal dalam ditentukan bahwa akar masalah
mengarahkan Siswa kesulitan memahami
Menurut Dalman dan Junaidi (2022), peserta didik pada soal-soal berbasis HOTS
Beberapa penyebab siswa kesulitan menjawab pembelajaran yang adalah guru kurang optimal
soal HOTS dalam pembelajaran disebabkan merangsang dalam mengarahkan
antara lain: kemampuan pembelajaran yang melatih anak
a. Siswa yang tidak memahami materi berfikir kritis siswa untuk berpikir Kritis (HOTS). Hal
b. Siswa yang tidak mengerti perintah soal atau HOTS. tersebut dapat terjadi karena :
c. Guru yang tidak menjelaskan dan tidak 1. Kurangnya
membiasakan siswa dalam mengerjakan kemampuan atau
soal HOTS dikarenakan kurangnya kompetensi guru dalam
pelatihan tentang HOTS yang diberikan menyusun soal-soal
kepada guru. HOTS
Sumber : 2. Dalam kegiatan
Dalman, Rizki Pratama dan Junaidi, Junaidi. pembelajaran, sumber
2022. Penyebab Sulitnya Siswa Menjawab belajar yang digunakan
Soal HOTS dalam Pembelajaran Sosiologi di pendidik terpaku hanya
Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Kapas Pesisir pada buku teks
Selatan (E-journal). (Online) pelajaran, pendidik
https://naradidik.ppj.unp.ac.id/index.php/nara/ masih kurang
article/download/12/13 memanfaatkan literatur
lain yang ada kaitannya
Menurut Faridah, E. M. I. (2019) dengan materi
Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pembelajaran
melalui pengerjaan soal-soal HOTS
dipengaruhi oleh :
1. Dalam upaya penyusunan soal-soal
HOTS (Higher Order Thinking Skills)
guru belum melaksanakan langkah-
langkahnya dengan maksimal. Artinya
ada beberapa langkah-langkahn yang
tidak dilakukan sehingga soal yang
dibuat berbentuk soal biasa.
2. Siswa belum sampai pada tahap
berpikir kritis melalui uji soal-soal
HOTS (Higher Order Thinking Skills).
Hal tersebut
dikarenakan siswa tidak
menyelesaikan soal-soal-soal HOTS
dengan benar. Siswa merasa
kesulitan dengan model soal yang
menggunakan stimulus panjang.
3. Siswa membutuhkan waktu yang lebih
banyak
untuk memahami dan menganalisa
maksud dari soal-soal dengan
stimulus yang panjang.
4. Penggunakan bahasa yang baku dan
tidak familiar juga membuat siswa
tidak memahami maksud dari soal
tersebut.
5. Untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis, siswa perlu dibiasakan
menggunakan soal berbasis HOTS
Sumber :
Faridah, E. M. I. "Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Melalui Soal-Soal HOTS (Higher
Order Thinking Skills) Mata Pelajaran Sejarah
Kelas X-IPS SMAN 2 SIDOARJO." Avatara 8.2
(2019).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/
index.php/29/article/view/29409
Hasil wawancara
Narasumber : Ilhaniatul Aini, S. Pd (satgas
kurikulum)
Waktu : Kamis, 10 November 2022
1. Kurangnya pemahaman siswa dalam
menganalisis materi dan soal HOTS
2. Tingkat berfikir kritis kurang
3. Sumber daya guru yang kurang kompeten
dalam menyusun soal HOTS yang mudah
dipahami