Anda di halaman 1dari 16

Nama : Purwanti

No Peserta : 201900426889
Prodi : IPA
LPTK : Universitas Pendidikan Indonesia

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Pembelajaran Kajian Literatur Setelah dilakukan
berpusat pada 1. Rozali, A., dkk (2022) menyatakan kajian literatur dan
guru (teacher bahwa penggunaan model wawancara, maka dapat
center) dan pembelajaran teacher centered diketahui penyebab
peserta didik menyebabkan siswa tidak masalah yang ditemui,
cenderung pasif berpartisipasi aktif di kelas, siswa yaitu:
mengikuti takut untuk bertanya, proses 1. Guru belum
pembelajaran pembelajaran berbasis ceramah merancang
IPA. dan tugas. pembelajaran yang
2. Hutasoit, S. A. (2021). aktif dan
Menyatakan bahwa pembelajaran menyenangkan.
Teacher Center Learning (TCL) 2. Guru belum
kurang memberikan hasil yang menguasai model –
maksimal terkait dengan model pembelajaran
penyerapan ilmu dan pemberian yang berpusat pada
pengalaman secara langsung peserta didik.
kepada siswa. 3. Guru belum
3. Salay, R. (2019) model melakukan variasi
pembelajaran teacher center pembelajaran yang
learning membuat peserta didik membuat peserta
pasif karena hanya didik terlibat.
mendengarkan saat proses 4. Guru kurang trampil
pembelajaran berlangsung mengelola kelas.
sehingga kreativitas peserta didik 5. Tuntutan materi
kurang terpupuk atau bahkan dalam kurikulum
cenderung tidak kreatif. yang cukup banyak.
4. Moslem, M. dkk (2019) faktor – 6. Guru dan peserta
faktor yang mempengaruhi didik belum terbiasa
motivasi belajar siswa terdiri atas: melakukan
cita-cita atau aspirasi siswa, pembelajaran
kondisi lingkungan, unsur berbasis student
dinamis dalam belajar dan center.
pembelajaran, kondisi siswa, dan 7. Tindak lanjut
upaya guru dalam mengelola program IHT belum
kelas. maksimal.
Wawancara
Guru IPA/Teman Sejawat
Narasumber : Sadid Soleh, S.Pd
Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Pembelajaran klasik yang
berpusat pada guru sering
digunakan karena tuntutan
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
materi yang cukup banyak
disetiap semester.
2. Guru dan siswa belum terbiasa
menggunakan model
pembelajaran yang berfokus
pada siswa.
Kepala Sekolah
Narasumber : Aa Kusdinar, S.Pd.,
M.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh kesimpulan bahwa:
Program IHT setiap tahun selalu
ada, namun tindak lanjut dari IHT
untuk pengaplikasiannya belum
maksimal.
2 Peserta didik Kajian Literatur Setelah dilakukan
memiliki 1. Faktor penyebab minat membaca kajian literatur dan
kemampuan siswa yang rendah salah satunya wawancara, maka dapat
membaca yang yaitu tidak tersedianya program diketahui penyebab
rendah, sering sekolah yang dapat masalah yang ditemui,
ditemui peserta meningkatkan minat membaca yaitu:
didik tidak siswa, menurut Sudiana, N. 1. Kurangnya program
memahami (2020) program sekoalah berupa sekolah untuk
LKPD IPA yang gerakan literasi sekolah dengan meningkatkan literasi
diberikan. pojok baca asri dan perpustakaan peserta didik.
dinding di sekolah dapat 2. Sarana pendukung
meningkatkan minat membaca kegiatan literasi yang
siswa. masih rendah.
2. Pahrurrazi, dkk (2018) koleksi 3. Kurangnya variasi
buku, penataan buku, dan media pembelajaran
pengelolaan perpustakaan yang yang dapat
kurang baik dapat mempengaruhi meningkatkan minat
minat membaca siswa. membaca peserta
3. Suparya, I. K.,dkk (2022) faktor didik.
penyebab rendahnya literasi 4. Kurangnya integrasi
sains siswa yaitu penggunaan antara sains dan
buku ajar yang belum tepat, bahasa dalam
miskonsepsi siswa, pembelajaran pembelajaran.
yang tidak kontekstual, 5. Sebagian peserta
rendahnya kemampuan didik belum bisa
membaca, lingkungan dan iklim membaca dengan
belajar, infrastuktur sekolah, baik.
sumber daya manusia, dan 6. Keingin tahuan
manajemen sekolah. peserta didik rendah.
4. Belum adanya integrasi sains dan 7. Motivasi belajar
bahasa dalam pembelajaran, peserta didik rendah.
menurut Sinyanyuri, S. dkk
(2022) terbukti bahwa integrasi
sains ke dalam bahasa sangat
efektif untuk meningkatkan
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
kemampuan literasi dan sangat
dipengaruhi oleh persepsi,
keyakinan dan kemampuan
pedagogis guru.
Wawancara
Guru/Kepala Perpustakaan
Narasumber: Teti Hermayanti, S.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Ketertarikan siswa terhadap
membaca kurang
2. Keingin tahuan siswa masih
rendah
3. Motivasi belajar siswa masih
rendah
4. Sumber bacaan yang tersedia
kurang menarik dan tidak up to
date
3 Kemampuan Kajian Literatur Setelah dilakukan
matematika 1. Kurniadi, G., & Purwaningrum, J. kajian literatur dan
dasar (perkalian P. (2018) mengidentifikasi wawancara, maka dapat
dan pembagian) penyebab rendahnya diketahui penyebab
peserta didik kemampuan dasar matematika masalah yang ditemui,
masih rendah siswa yaitu: yaitu:
dalam a. siswa terbiasa menghafal 1. Peserta didik terbiasa
mengerjakan rumus matematika dan tidak menghafal rumus
soal IPA berupa terbiasa untuk tanpa mengetahui
hitungan. mengkonstruksi konsepnya secara
pengetahuannya secara jelas.
mandiri. 2. Soal – soal yang
b. Soal – soal yang diberikan diberikan guru
guru kepada siswa adalah kurang variatif. Guru
soal rutin yang sudah memberikan soal
diajarkan terlebih dahulu, yang sama persis
ketika siswa dihadapkan dengan contoh soal
dengan soal yang tidak rutin, yang diberikan
mereka kesulitan kepada peserta didik.
mengerjakannya 3. Asumsi peserta didik
2. Harahap, D. H., & Syarifah, R. bahwa IPA dan
(2017) faktor penyebab kesulitan matematika itu sulit,
belajar matematika pada remaja sehingga ketika
diantaranya: bertemu soal yang
a. Rendahnya rasa ingin tahu harus diselesaikan
siswa membuat siswa malas secara matematis
belajar matematika peserta didik tersebut
b. Siswa yang memiliki sedikit tidak bersemangat
pengalaman mengenai untuk
pelajaran matematika mengerjakannya.
menunjukan ketidaksukaan 4. Kurangnya latihan
soal membuat
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
terhadap pelajaran peserta didik
matematika kesulitan ketilka
c. Dorongan untuk belajar mengerjakan soal -
matematika rendah soal dalam tipe lain.
d. Siswa tidak tertarik terhadap 5. Alat bantu hitung
pelajaran matematika yang dapat
3. Tidak teserdianya alat bantu memudahkan siswa
hitung yang dapat membantu berlatih matematika
siswa untuk meningkatkan dasar belum tersedia.
kemampuan dasar matematika. 6. Peserta didik tidak
Haelermans, C., & Ghysels, J. menyukai materi
(2017) penggunaan alat bantu hitungan.
hitung digital dan alat hitung
biasa di rumah dapat membantu
siswa meningkatkan kemampuan
matematika dasar siswa.
Wawancara
Guru Matematika/Teman Sejawat
Narasumber: Alit Susi Garwati, S.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Kurangnya penerapan perkalian
dan pembagian di SD.
2. Karakteristik anak yang berbeda
– beda dipengaruhi oleh
lingkungan belajarnya dan
dukungan orang tua.
3. Anak kurang memahami simbol –
simbol (tanda) di matematika.
4. Untuk mengulang konsep
perkalian biasanya guru
matematika meminta setiap
siswa maju ke depan
mengerjakan soal dengan
bimbingan guru.
4 Peserta didik Kajian Literatur Setelah dilakukan
belum terbiasa 1. Iheanyichukwu, T., dkk (2019) kajian literatur dan
belajar pembelajaran kooperatif wawancara, maka dapat
berkelompok merupakan cara efektif dalam diketahui penyebab
(cooperative meningkatkan kebiasaan belajar masalah yang ditemui,
learning) dalam peserta didik. Pembelajaran yaitu:
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan 1. Peserta didik tidak
IPA. prestasi belajar siswa khususnya menyukai
dalam rangka meningkatkan pembelajaran
kebiasaan belajar. berkelompok karena
2. Fernandez-Rio, J., dkk (2017) terdapat peraturan
dalam pembelajaran koperatif yang harus
siswa berinteraksi melalui disepakati.
berbagai jenis peraturan, yaitu : 2. Peserta didik sering
sendiri, bersama, dan berbagi. mengandalkan
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
3. Toklucu, S. K., & Bayram, T. A. Y. temannya yang
(2016) pembelajaran kooperatif kemampuan lebih
dapat meningkatkan retensi tinggi.
pengetahuan siswa. 3. Beberapa peserta
4. Ubaidillah, T. (2020) keberhasilan didik kurang
model pembelajaran kooperatif berinteraksi dengan
disebabkan oleh beberapa faktor, temannya.
yaitu keseriusan siswa, kerajinan 4. Komposisi kelompok
siswa, kedisiplinan dalam belajar kurang sesuai.
dan guru yang kompeten. 5. Kurangnya stimulus
Wawancara yang diberikan oleh
Pakar (Dosen IAIN Ponorogo) guru kepada peserta
Narasumber : Taqorrub Ubaidillah, didik.
S.Pd., M.Sc. 6. Kemampuan guru
Berdasarkan hasil wawancara, dalam mengelola
disimpulkan bahwa: kondisi kelas masih
Keberhasilan pembelajaran kurang.
kooperatif dapat dipengaruhi oleh 7. Kurangnya latihan
faktor guru dan siswa. komunikasi
1. Faktor Guru : kemampuan guru berkelanjutan antar
mengkondisikan kelas, dan peserta didik.
pembagian tugas setiap anggota 8. Kurang jelasnya
kelompok harus jelas. deadline kerja
2. Faktor siswa : stimulus yang kelompok.
diberikan guru, siswa perlu
mengetahui materi terlebih
dahulu (bisa dengan penugasan
mempelajari materi di rumah),
dan latihan komunikasi secara
berkelanjutan.
Guru IPS/ Teman Sejawat
Narasumber : Hidayatur Roihana,
S.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Pembelajaran berkelompok tidak
berhasil karena komposisi
kelompok yang kurang sesuai.
2. Tidak jelasnya deadline kerja
kelompok membuat setiap
anggota kelompok tidak
memerhatikan tugasnya.
5 Kerja sama Kajian Literatur 1. Orang tua tidak
antara orang tua 1. Menurut Fatmawati, E. (2020) menghadiri
dan sekolah persamaan nilai – nilai persepsi undangan rapat
terhadap antara sekolah dan orang tua diawal tahun ajaran
perkembangan dapat meningkatkan motivasi baru untuk
belajar peserta belajar peserta didik , sementara menyamakan nilai –
didik masih di sekolah kami hal tersebut nilai persepsi antara
kurang. Orang belum optimal.
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
tua cenderung 2. Menurut Nazarudin, M. (2018) sekolah dan orang
menyerahkan bentuk kerja sama yang dapat tua.
sepenuhnya dilakukan untuk menjalin 2. Kurangnya kegiatan
siswa kepada hubungan dengan orang tua pendukung yang
sekolah. diantaranya parenting, dapat melibatkan
komunikasi, volunteer, orang tua seperti
keterlibatan orang tua dalam parenting,
pembelajaran anak di rumah, komunikasi, dan
dan kerja sama dengan sekolah. keterlibatan orang
Hal tersebut belum terlaksana di tua dalam
sekolah kami. pembelajaran peserta
3. Handayani, H. L., dkk (2020) didik di rumah.
kerja sama atau pendekatan 3. Orang tua sibuk
terhadap orang tua siswa dapat bekerja sehingga
mengatasi prilaku negatif siswa kurang
seperti mengganggu, membully, memerhatikan
emosional, provokator, berkelahi, perkembangan anak.
membolos, berbicara kotor, ramai 4. Home visit
saat jam pelajaran, tidak berkelanjutan harus
mematuhi tata tertib, dan sering ditingkatkan untuk
masuk keluar kelas. menjalin kerja sama
4. Santos Rego, M. A., dkk (2018) yang lebih baik
kerja sama dan keterlibatan dengan orang tua
keluarga dalam pendidikan peserta didik.
mempengaruhi variabel-variabel 5. Menyediakan open
yang dikaitkan dengan class atau lesson
peningkatan kinerja sekolah. study untuk orang
Wawancara tua supaya dapat
Kepala Sekolah melihat bagaimana
Narasumber : Aa Kusdinar, S.Pd., proses belajar yang
M.Pd. berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala sekolah dapat
disimpulkan bahwa:
Home visit secara berkelanjutan
perlu ditingkatkan untuk menjalin
komunikasi yang lebih baik dengan
orang tua peserta didik. Open Class
atau lesson study dapat juga
dilakukan supaya orang tua dapat
melihat bagaimana proses belajar
peserta didik di sekolah.
6 Guru belum Kajian Literatur Setelah dilakukan
mengoptimalkan 1. Yusrina, F., dkk (2019) kajian literatur dan
model hambatan yang terjadi pada guru wawancara, maka dapat
pembelajaran ketika menggunakan model diketahui penyebab
yang inovatif pembelajaran inovatif adalah masalah yang ditemui,
sesuai dengan penguasaan materi yang kurang, yaitu:
karakteristik merangkap dua posisi di sekolah,
materi dan
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
karakeristik dan pemahaman model inovatif 1. Guru kurang
siswa. yang masih terbatas. menguasai materi
2. Mustafa, M. N., (2021) dimensi pembelajaran.
berpikir produktif dan dimensi 2. Guru kurang
penataan tugas guru terhadap memahami cara
pembelajaran inovatif masih menerapkan model –
kurang. Dimensi berpikir model pembelajaran
produktif merupakan proses inovatif.
pengembangan ide untuk 3. Guru tidak memiliki
menstimulus dan mengarahkan waktu yang cukup
peserta didik. Sedangkan dimensi untuk mengatur dan
pentaan tugas merupakan menata kembali
kemampuan guru dalam tugasnya dan
mengatur dan menata tugasnya mengembangkan ide.
sehingga semuanya menjadi 4. Kurangnya
terarah dan sistematis. kemampuan guru
3. Penyebab belum terlaksananya dalam mengelola
pembelajaran inovatif menurut kelas sehingga ketika
Hiasa, F., & Agustina, E. (2020) pembelajaran di
yaitu guru mengetahui adanya desain inovatif waktu
model - model pembelajaran yang tersedia di kelas
inovatif namun belum terlalu tidak cukup.
memahami mengenai penerapan
model - model pembelajaran
inovatif tersebut di dalam kelas.
Wawancara
Guru/ Teman Sejawat
Narasumber : Ida Farida, S.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa penyebab
pembelajaran inovatif di sekolah
belum optimal diantaranya:
1. Guru kurang memahami
tahapan – tahapan
pembelajaran inovatif
2. Model – model pembelajaran
inovatif menyita waktu ketika
diterapkan di kelas
3. Kurangnya kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran
di kelas
7 Pembelajaran Kajian Literatur Setelah dilakukan
belum berbasis 1. Caswita, C., dkk (2022) faktor kajian literatur dan
HOTS. penyebab guru belum wawancara, maka dapat
melaksanakan pembelajaran diketahui penyebab
berbasis HOTS yaitu ketrampilan masalah yang ditemui,
berpikir ktreatif guru yang masih yaitu:
rendah. 1. Keterampilan
2. Purwasih, J. H. G. (2020) berpikir kreatif guru
menyatakan bahwa kendala yang dalam menyusun
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
dialami dalam menyusun soal pembelajaran
HOTS diantaranya: berbasis HOTS masih
a. Sulit membuat stimulus dan rendah.
kalimat soal dengan baik 3. Guru belum
b. Kurang menguasai materi menguasai
c. Kurang menguasai taksonomi pembelajaran
bloom berbasis HOTS.
d. Waktu yang dibutuhkan di 4. Guru belum
kelas tidak cukup menguasai
3. Saraswati, P. M. S., & Agustika, penyusunan soal
G. N. S. (2020). Kendala siswa berbasis HOTS.
dalam mengerjakan soal HOTS 5. Peserta didik perlu
terdapat pada proses dilatih dan
membuat/membentuk kalimat dibiasakan
matematika. mengerjakan soal –
Wawancara soal HOTS.
WK. Kurikulum 6. Kurangnya pelatihan
Narasumber : Sehabudin Gunawan, untuk meningkatkan
S.Pd. kemampuan dan
Berdasarkan hasil wawancara, kompetensi guru
diperoleh kesimpulan bahwa: yang diadakan oleh
1. Pembelajaran yang berlangsung sekolah.
selama ini masih LOTS, sehingga 7. Kemampuan
ketika dicoba pembelajaran matematika peserta
berbasis HOTS siswa dan guru didik yang masih
mengalami kendala karena belum rendah perlu
terbiasa. ditingkatkan.
2. Perlu adanya pelatihan untuk
guru terkait pembelajaran
berbasis HOTS karena ditemui
masih banyak guru yang belum
menguasai hal tersebut.
8 Pemanfaatan Kajian Literatur Setelah dilakukan
TIK dalam 1. Buabeng-Andoh, C. (2012) kajian literatur dan
pembelajaran hambatan penggunaan TIK wawancara, maka dapat
masih belum dalam pembelajaran diantaranya diketahui penyebab
optimal. kurangnya keterampilan TIK masalah belum
guru, kurangnya kepercayaan optimalnya
guru, kurangnya pelatihan pemanfaatan TIK dalam
pedagogik, kurangnya perangkat pembelajaran, yaitu:
lunak pendidikan yang sesuai, 1. Kurangnya
akses TIK terbatas, struktur keterampilan guru
sistem pendidikan tradisional, dalam memanfaatkan
kurikulum yang membatasi, dan TIK.
lain – lain. 2. Guru masih
2. Sawitri, E., dkk (2019) hambatan mengalami kendala
dalam penerapan pembelajaran dalam
berbasis TIK yaitu belum mengoperasikan TIK.
meratanya infrastuktur yang 3. Keterbatasan waktu
mendukung penerapan TIK di guru untuk
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
bidang pendidikan merupakan menyiapkan media
permasalahan awal yang harus berbasis TIK.
segera diselesaikan oleh pihak 4. Anjuran penggunaan
yang berwenang, karena tanpa TIK dalam
adanya infrastruktur yang pembelajaran masih
mendukung maka penerapan TIK berupa anjuran lisan
di bidang pendidikan hanya akan sehingga tidak ada
menjadi impian semata. ketegasan bagi
3. Sahelatua, L. S.,dkk (2018) sekolah untuk
Kendala guru dalam melaksanakan
menafaatkan media IT dalam pembelajaran
pembelajaran yaitu : guru masih berbasis TIK.
mengalami kendala dalam
mengoperasikan IT sebagai media
pembelajaran diantaranya yaitu
kurangnya pengetahuan guru
tentang IT, kurangnya fasilitas IT
yang tersedia di sekolah, arus
listrik di sekolah tidak normal,
internet tidak dapat menjangkau
ke seluruh kelas, serta tidak
adanya kewajiban dari pihak
sekolah agar guru yang mengajar
harus menggunakan IT.
Wawancara
Pengawas
Narasumber : Koni Kusnadi, S.Pd.,
M.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh kesimpulan bahwa:
Anjuran kepada setiap sekolah
untuk melaksanakan pembelajaran
dengan mengoptimalkan TIK masih
berbentuk lisan yang disampaikan
ketika ada pertemuan – pertemuan
dengan para kepala sekola
dilingkungan bina.
Pakar (Dosen IAIN Ponorogo)
Narasumber : Taqorrub Ubaidillah,
S.Pd., M.Sc.
Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh kesimpulan bahwa
kurangnya pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran disebabkan oleh:
1. Keterbatasan waktu yang dimiliki
guru untuk mempersiapkan
media berbasis TIK
2. Guru perlu mencoba TIK dalam
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA

Buabeng-Andoh, C. (2012). Factors influencing teachersâ adoption and integration


of information and communication technology into teaching: A review of the
literature. International Journal of Education and Development using
ICT, 8(1).

Caswita, C., Asnawati, R., Bharata, H., & Agnesa, T. (2022). PELATIHAN
PENGEMBANGAN KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF GURU SLTP DENGAN
PENDEKATAN INKUIRI-DISCOVERY PADA MATERI SEGI EMPAT. Ruang
Pengabdian: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 103-111.

Fatmawati, E. (2020). Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Meningkatkan


Motivasi Belajar Peserta Didik. IBTIDA', 1(2), 135-150.

Fernandez-Rio, J., Cecchini, J. A., Méndez-Gimenez, A., Mendez-Alonso, D., & Prieto,
J. A. (2017). Self-regulation, cooperative learning, and academic self-efficacy:
Interactions to prevent school failure. Frontiers in psychology, 8, 22.

Haelermans, C., & Ghysels, J. (2017). The effect of individualized digital practice at
home on math skills–Evidence from a two-stage experiment on whether and
why it works. Computers & Education, 113, 119-134.

Handayani, H. L., Ghufron, S., & Kasiyun, S. (2020). Perilaku Negatif Siswa: Bentuk,
Faktor Penyebab, Dan Solusi Guru Dalam Mengatasinya. Elementary School:
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran ke-SD-an, 7(2).

Harahap, D. H., & Syarifah, R. (2017). Studi kasus kesulitan belajar matematika
pada remaja. jurnal Psikologi, 11(1).

Hiasa, F., & Agustina, E. (2020). Pelatihan model-model pembelajaran inovatif untuk
guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kota Bengkulu. Jurnal
Anugerah, 2(1), 19-26.

Hutasoit, S. A. (2021). Pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) dan Project


Based Learning (PBL) dalam Pengembangan Kinerja Ilmiah dan Peninjauan
Karakter Siswa. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(10), 1775-1799.

Iheanyichukwu, T., Sotonade, O. A., & Omonuwa, E. F. (2019). Effect of the


Cooperative Learning Strategy on Study Habit of Senior Secondary School
Students in Ogun State, Nigeria. East African Journal of Education and Social
Sciences (EAJESS), 3(3), 153-159.

Kurniadi, G., & Purwaningrum, J. P. (2018). Kesalahan siswa pada kategori


kemampuan awal matematis rendah dalam penyelesaian tes kemampuan
pemecahan masalah matematis. JPPM (Jurnal Penelitian dan Pembelajaran
Matematika), 11(2).

Moslem, M. C., Komaro, M., & Yayat, Y. (2019). Faktor-Faktor yang menyebabkan
rendahnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran aircraft drawing di
SMK. Journal of Mechanical Engineering Education, 6(2), 258-265.

Mustafa, M. N., Hermandra, H., & Zulhafizh, Z. (2021). Strategi berinovasi guru di
sekolah menengah atas. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 7(3),
364-376.
Nazarudin, M. (2018). Pola Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan di MIN 2 Kota Palembang. Intizar, 24(2), 211-218.

Pahrurrazi, P., Kurniaman, O., & Alpusari, M. (2018). Analisis Minat Baca Siswa Di
Perpustakaan SDN 37 Pekanbaru. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan
Pengajaran), 2(6), 872-882.

Purwasih, J. H. G. (2020). Kendala calon pendidik dalam membuat soal pilihan


ganda higher order thinking (HOT). Jurnal Sosial Humaniora (JSH), 13(1),
12-22.

Rozali, A., Irianto, D. M., & Yuniarti, Y. (2022). Kajian Problematika Teacher
Centered Learning Dalam Pembelajaran Siswa Studi Kasus: Sdn Dukuh,
Sukabumi. COLLASE (Creative of Learning Students Elementary
Education), 5(1), 77-85.

Sahelatua, L. S., Vitoria, L., & Mislinawati, M. (2018). Kendala Guru Memanfaatkan
Media It Dalam Pembelajaran Di Sdn 1 Pagar Air Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(2).

Salay, R. (2019). Perbedaan Motivasi Belajar Siswa yang Mendapatkan Teacher


Centered Learning (TCL) Dengan Student Centered Learning (SCL).

Santos Rego, M. A., Ferraces Otero, M. J., Godás Otero, A., & Lorenzo Moledo, M. D.
M. (2018). Do cooperative learning and family involvement improve variables
linked to academic performance?. Psicothema.

Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. S. (2020). Kemampuan berpikir tingkat tinggi


dalam menyelesaikan soal HOTS mata pelajaran matematika. Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar, 4(2), 257-269.

Sawitri, E., Astiti, M. S., & Fitriani, Y. (2019, July). Hambatan dan tantangan
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. In Prosiding
Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang.

Sinyanyuri, S., Utomo, E., Sumantri, M. S., & Iasha, V. (2022). Literasi Sains dan
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Integrasi Bahasa dalam Pendidikan
Sains. Jurnal Basicedu, 6(1), 1331-1340.

Sudiana, N. (2020). Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VII SMP Negeri 2
Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018 Melalui Gerakan Literasi Sekolah
dengan Pocari dan Puding. Journal of Education Action Research, 4(1), 10-
16.

Suparya, I. K., Suastra, I. W., & Arnyana, I. B. P. (2022). RENDAHNYA LITERASI


SAINS: FAKTOR PENYEBAB DAN ALTERNATIF SOLUSINYA. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Citra Bakti, 9(1), 153-166.

Toklucu, S. K., & Bayram, T. A. Y. (2016). The effect of cooperative learning method
and systematic teaching on students’ achievement and retention of
knowledge in social studies lesson. Eurasian Journal of Educational
Research, 16(66), 315-334.
Ubaidillah, T. (2020). PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI DI
SMAN 1 CEPIRING KABUPATEN KENDAL. ASANKA: Journal of Social Science
And Education, 1(1), 31-34.

Yusrina, F., Bain, B., & Suryadi, A. (2019). Hambatan Guru Dalam Menerapkan
Model Pembelajaran Inovatif Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMP Negeri 3
Magelang. Historia Pedagogia, 8(1), 51-57.
LAMPIRAN

Wawancara dengan Ibu Alit Susi Garwati, Wawancara dengan Ibu Hidayatur
S.Pd. Roihana, S.Pd.

(Guru Matematika/ Rekan Sejawat) (Guru IP/ Rekan Sejawat)

Wawancara dengan Bapak Sadid Soleh, Wawancara dengan Ibu Teti Hermayanti,
S.Pd. S.Pd.

(Guru IPA) (Guru/ Kepala Perpustakaan)

Wawancara dengan Ibu Ida Farida, S.Pd. Wawancara dengan Bapak Sehabudin
Gunawan, S.Pd.
(Guru/ Rekan Sejawat)
(WK. Kurikulum)
Wawancara dengan Bapak Aa Kudinar, Wawancara dengan Bapak Taqorrub
S.Pd., M.Pd. Ubaidilah, S.Pd., M.Sc.

(Kepala Sekolah) (Pakar/ Dosen IAIN Ponorogo)

Wawancara dengan Bapak Koni Kusnadi, S.Pd., M.Pd.

(Pengawas)
Pedoman Wawancara

Guru IPA : Bapak Sadid Soleh, S.Pd.

Pertanyaan 1. Bagaimana Pembelajaran IPA yang berlangsung selama ini di kelas


Bapak?
2. Apakah Bapak sering menggunakan metode pembelajaran teacher
center? Mengapa?
3. Pernahkah Bapak mencoba menerapkan pembelajaran student
center? Bagaimana prosesnya?

Guru Matematika: Ibu Alit Susi Garwati, S.Pd.

Pertanyaan 1. Menurut Ibu, apa saja penyebab kemampuan matematika dasar


siswa rendah?
2. Bagaimana Ibu mengajarkan konsep perkalian dan pembagian
kepada siswa?

Guru/ Kepala Perpustakaan: Ibu Teti Hermayanti, S.Pd.

Pertanyaan Menurut Ibu apa saja faktor yang mempengaruhi rendahnya


kemampuan literasi peserta didik di sekolah?

Guru Bahasa Inggris: Ibu Ida Farida, S.Pd.

Pertanyaan Menurut Ibu faktor apa saja yang menyebabkan pembelajaran inovatif
di sekolah belum optimal?

Guru IPS: Ibu Hidayatur Roihana, S.Pd.

Pertanyaan 1. Menurut Ibu faktor apa saja yang menunjang keberhasilan belajar
berkelompok (cooperative learning) di kelas?
2. Bagaimana Ibu mengelola pembelajaran kelompok di kelas?

WK. Kurikulum: Bapak Sehabudin Gunawan, S.Pd.

Pertanyaan 1. Menurut Bapak, apakah pembelajaran yang dilakukan oleh Bapak


dan guru – guru di sekolah ini sudah berbasis HOTS? Mengapa?
2. Apa solusi yang dapat dilakukan untuk membangun pembelajaran
berbasis HOTS?

Kepala Sekolah: Aa Kusdinar, S.Pd., M.Pd.

Pertanyaan 1. Kegiatan apa yang bisa dilakukan sekolah untuk pengembangan


keprofesin guru terkait pengelolaan pembelajaran yang berpusat
kepada peserta didik?
2. Apa kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program
tersebut?
3. Apa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk mempererat kerja
sama antara sekolah dengan orang tua terkait perkembangan
belajar peserta didik?

Pengawas: Koni Kusnadi, S.Pd., M.Pd.

Pertanyaan 1. Menurut Bapak seberapa penting TIK dalam pembelajaran?


2. Cara seperti apa yang Bapak lakukan untuk menganjurkan
pengoptimalan TIK dalam pembelajaran kepada setiap sekolah
yang Bapak bina?
3. Apakah ada anjuran khusus misalnya dalam bentuk tulisan yang
Bapak sampaikan kepada setiap sekolah untuk mengoptimalkan
penggunaan TIK dalam pembelajaran?

Pakar: Bapak Taqorrub Ubaidillah, S.Pd., M.Sc.

Pertanyaan 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran


berkelompok (cooperative learning)?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan kurang optimalnya
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran?

Anda mungkin juga menyukai