Anda di halaman 1dari 19

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Oleh: FADILLAH ANRIANI ACHMAD, S.Pd
Bidang Studi : Matematika

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Rendahnya 1. Siswa beranggapan dan meyakini bahwa matematika merupakan pelajaran 1. Kecemasan matematika
tingkat yang sulit dan menakutkan. siswa.
2. Siswa cenderung takut gagal, salah, dan diejek teman sekelas atau guru.
kepercayaan
3. Anak tidak diajari bahwa membuat kesalahan itu bagian dari belajar 2. Sikap dan metode guru
diri siswa dalam 4. Anak diberi label negatif atau bahkan dihukum saat melakukan kesalahan. dalam pembelajaran
belajar 5. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran.
6. Pengalaman yang tidak menyenangkan dalam kelas matematika,
matematika.
7. Kesan yang ditumbulkan orang tua bahwa matematika itu subjek yang
membosankan dan tidak berguna
8. Sering dibanding-bandingkan dengan orang lain oleh guru bahkan orang
tua.
9. Orang tua yang kurang memberi dukungan pada anak.
10. Tuntutan orang tua pada anak cenderung tinggi.

Sumber:
• Kajian Literatur :
Pangestu, R. A., & Sutirna. (2021). Analisis Kepercayaan Diri Siswa Terhadap
Pembelajaran Matematika. MAJU: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 8(1),
118-125.
Lintuman, A., & Wijaya, A. (2020). Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis
Inkuiri Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Dalam Belajar
Matematika Siswa SMP. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 7(1), 13-23
Reyes, J. D. C. (2019). Mathematics Anxiety And Self-Efficacy: A
Phenomenological Dimension. International Journal of Humanities and
Education Development (IJHED), 1(1), 22–34.
• Wawancara : Siswa, Guru Matematika, dan Dosen Pemdidikan Matematika

2 Kemampuan 1. Secara internal, pemahaman konsep siswa lemah, cenderung menghapal, 1. Model pembelajaran
dasar minat terhadap matematika rendah, siswa tidak fokus selama pembelajaran. yang diterapkan
2. Pembelajaran masih kurang kreatif dan inovatif. guru kurang inovatif.
matematika
3. Pembelajaran masih berpusat pada guru. 2. Bahan/media ajar
siswa rendah. 4. Guru kurang mampu mengajarkan konsep/materi dengan baik dan benar yang digunakan
(menghubungkan dengan hal konkret sebelum masuk ke simbolik). kurang menarik dan
5. Kompetensi guru dalam hal pengembangan perangkat (bahan/media ajar interaktif.
yang menarik, lembar kerja yang menuntun) masih kurang.
6. Pembelajaran berorientasi nilai

Sumber:
• Kajian Literatur :
Wahyuni, F., & Fatimah, A. E. (2021). Analisis Hubungan Kemampuan Dasar
Matematika Terhadap Hasil Belajar Statistika. Jurnal Pena Edukasi, 8(2), 55-62.
Hafriani. (2021). Mengembangkan Kemampuan Dasar Matematika Siswa
Berdasarkan NCTM Melalui Tugas Terstruktur dengan Menggunakan ICT.
Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 22(1), 63-80.
Doi: http://dx.doi.org/10.22373/jid.v22i1.7974
• Wawancara : Guru Matematika dan Dosen Pendidikan Matematika
3 Siswa kesulitan 1.
Kemampuan koneksi matematis siswa rendah. 1. Kemampuan literasi
menyelesaikan 2.
Aspek bahasa siswa lemah sehingga sulit memahami maksud soal dan pemecahan
3.
Siswa sulit membuat model matematika dari masalah yang diberikan masalah siswa rendah.
masalah dengan
4.
Kemampuan awal (pemahaman konsep, operasi hitung) siswa kurang
konteks (soal 5.
Model pembelajaran yang diterapkan guru belum tepat 2. Kemampuan dan
cerita). 6.
Guru tidak melihat perbedaan kemampuan siswa kreatifitas guru dan
7.
Perilaku dan kemampuan guru dalam mengajar serta kreatifitas guru dalam menyajikan,
memberikan dan memecahkan soal pemecahan masalah. mengajarkan, dan
8. Motivasi dan self-efficacy untuk belajar siswa rendah menyelesaiakan soal
Sumber: pemecahan masalah
• Kajian Literatur : kurang.
Mahdayani, R. (2016). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Pada Materi Aritmetika, Aljabar, Statistika, Dan
Geometri. PENDAS MAHAKAM: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah
Dasar , 1(1), 86-98.
Jatmiko, J (2018). Kesulitan Siswa dalam Memahami Pemecahan Masalah
Matematika. JIPMat, 3(1), 17-20.
• Wawancara : Guru Matematika dan Dosen Pendidikan Matematika

4 Komunikasi 1. Komunikasi mengenai pembelajaran cenderung terbangun hanya pada saat 1. Kurangnya forum/
antara guru siswa bermasalah dalam pembelajaran tersebut. program pertemuan
2. Kurangnya forum pertemuan guru dan orang tua serta kerumitan dalam guru dan orang tua
bidang studi
membuat program yang melibatkan guru, anak dan orang tua terutama untuk membahas
dan orang tua dalam kegiatan belajar. perkembangan siswa
siswa terkait 3. Kreativitas guru dalam membangun persepsi positif orang tua. di sekolah.
4. Kesesuaian pemilihan waktu dalam menyampaikan pesan.
pembelajaran 5. Alur komunikasi yang dibangun adalah, guru bidang studi, wali kelas dan
masih rendah. guru BK, baru ke orang tua, sehingga guru bidang studi tidak berkomunikasi
langsung dengan orang tua. 2. Orang tua yang sibuk
6. Kurangnya orang tua menghadiri undangan rapat tertentu karena khawatir dan cenderung
akan malu jika anaknya berbuat tidak baik selama pelajaran. menyerahkan
7. Orang tua sibuk bekerja dan cenderung menyerahkan sepenuhnya sepenuhnya masalah
pendidikan anak pada guru dan sekolah. pendidikan anak ke
Sumber: sekolah.
• Kajian Literatur :
Megawati & Kahar, F. (2017). Pengaruh Komunikasi Orang Tua dengan
Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jurnal Office: Jurnal
Pemikiran Ilmiah dan Pendidikan Administrasi Perkantoran, 3(1), 33-42. Doi:
https://doi.org/10.26858/jo.v3i1.3458
Triwardhani, I. J., Trigartanti, W., Rachmawati, I., & Putra, R. P. (2020).
Strategi Guru dalam Membangun Komunikasi dengan Orang Tua Siswa di
Sekolah. Jurnal Kajian Komunikasi, 8(1), 99-113. Doi:
https://doi.org/10.24198/jkk.v8i1.23620
• Wawancara : Guru BP dan Dosen Matematika

5 Model 1. Kurangnya pengetahuan guru tentang kompetensi literasi matematis 1. Pengetahuan dan
pembelajaran 2. Kemampuan guru untuk menumbuhkan minat bertanya masih kurang kemampuan guru
3. Kemampuan guru untuk mengelola waktu masih kurang terkait literasi
yang diterapkan
4. Guru masih ingin mempertahankan metode tradisional yang mereka matematika kurang.
belum lakukan bertahun-tahun. 2. Pembelajaran tidak
mendorong 5. Pembelajaran yang diterapkan tidak dikaitkan dengan masalah kehidupan dikaitkan dengan
sehari-hari atau tidak mengikuti perkembangan kehidupan siswa jaman masalah kehidupan
berkembangnya
sekarang. sehari-hari.
kemampuan 6. Model pembelajaran yang diterapkan kurang sesuai dengan karakteristik
literasi materi
7. Keunikan setiap siswa, membuat guru merasa sulit untuk menerapkan satu
matematika
model pembelajaran yang cocok untuk semua siswa dalam tiap pertemuan.
siswa secara
Sumber:
maksimal. • Kajian Literatur :
Fatwa, V. C., Septian, A., Inayah, S. (2019). Kemampuan Literasi Matematis
Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Instruction.
MOSHARAFA: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(3), 389-398. Doi:
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i3.535
Umbara, U. (2015). Implementasi Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP. JUMLAHKU: Jurnal Matematika
Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan, 1(1), Vol. 1 No. 1 Mei 2015.
• Wawancara : Guru Matematika dan Dosen Pendidikan Matematika

6 Materi 1. Sebagian besar siswa merasa bahwa membaca adalah aktivitas yang 1. Kurangnya program
matematika membosankan. literasi numerasi di
2. Kemampuan peserta didik untuk mengaplikasikan konsep matematika sekolah.
yang diajarkan
dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. 2. Kurangnya kreativitas
guru tidak 3. Terbatasnya bahan pustaka menarik untuk meningkatkan pembaruan dalam guru dalam menyusun
dikaitkan implementasi program literasi, pembelajaran berbasis
4. Motivasi guru tidak didukung oleh teman sejawat. masalah kehidupan
dengan literasi
5. Kinerja guru; strategi, media, dan metode pembelajaran yang sehari-hari.
numerasi. diterapkan.
6. Kurangnya kreativitas guru dalam mengaitkan materi dengan masalah
kehidupan sehari-hari.
7. Kurangnya kesadaran guru tentang pentingnya mengaitkan materi ajar
dengan literasi numerasi.
8. Kurangnya (kemauan untuk mengikuti) pelatihan untuk mengembangkan
kompetensi guru, khususnya terkait literasi numerasi.
9. Siswa kesulitan memahami materi pembelajaran.

Sumber:
• Kajian Literatur :
Fadillah, Y. (2022). Literasi Numerasi dalam Pembelajaran Matematika Kelas
Tinggi di Madrasah Ibtidayah. AL IBTIDAYAH: Jurnal Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidayah, 3(1), 18-27. Doi:
https://doi.org/10.46773/al%20ibtidaiyah.v3i1.280
Shabrina, L. M. (2022). Kegiatan Kampus Mengajar dalam Meningkatkan
Keterampilan Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu: Journal
of Elementary Education, 6(1), 916-924. Doi:
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2041
• Wawancara : Guru Matematika dan Dosen Pendidikan Matematika

7 Guru belum 1. Internal guru, yaitu kurangnya kepercayaan diri dalam penggunaan 1. Kompetensi guru
memanfaatkan teknologi serta motivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya terkait terkait penggunaan
teknologi kurang. teknologi inovatif
teknologi
2. Guru kesulitan dalam mengelola waktu. dalam pembelajaran
inovatif dalam 3. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung penggunaan kurang.
pembelajaran. teknologi digital 2. Terbatasnya sarana dan
4. Siswa tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk penerapan teknologi prasarana sekolah.
pembelajaran.
5. Dampak negatif yang muncul pada perilaku belajar siswa seperti menjadi
malas membuka buku pegangan fisik yang telah dimiliki, terganggu dengan
iklan yang muncul dalam mengakses internet dan sumber referensi yang
digunakan siswa bisa jadi salah karena tidak semua informasi yang berdar
benar.

Sumber:
• Kajian Literatur :
Qurrotaini, L., Sari, T. W., Sundi, V. H., & Nurmalia, L. (2020). Efektivitas
Penggunaan Media Video Berbasis Powtoon dalam Pembelajaran Daring.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ. Diakses dari:
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit/article/view/7869/4682
Putra, Z. H. (2019). Tantangan dan Peluang Guru SD Dalam Pembelajaran
Matematika Berbasis Teknologi Digital di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diakses dari:
https://psn.prosiding.unri.ac.id/index.php/PSN/article/view/7766
Muthy, A. N., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis Media Pembelajaran E-
Learning Melalui Media Teknologi dalam Pembelajaran Matematika di
Rumah Sebagai Dampak 2019-nCoV. Jurnal Math Educator Nusantara:
Wahana Publikasi Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Matematika,
6(1), 94-103. Doi: https://doi.org/10.29407/jmen.v6i1.14356
• Wawancara : Guru Matematika dan Dosen Pendidikan Matematika
Kegiatan Pra LK 1.2
Masalah yang telah
No. Eksplorasi Penyebab Masalah (Kajian Riset Sederhana)
diidentifikasi
1 Rendahnya tingkat Hasil Kajian Literatur:
kepercayaan diri siswa
dalam belajar Pangestu & Sutirna (2021), beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya kepercayaan diri siswa belajar
matematika. matematika, antara lain:
1. Siswa beranggapan dan meyakini bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan
menakutkan.
2. Siswa cenderung takut terhadap kegagalan, takut melakukan kesalahan, serta takut diejek teman
sekelas atau guru.
Sumber: ANALISIS KEPERCAYAAN DIRI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA |
Pangestu | MAJU : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika (stkipbbm.ac.id)

Azizah & Widjajanti (2019) dan Martyanti (2016) menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya
kepercayaan diri siswa yaitu metode yang digunakan guru dalam pembelajaran (dalam Lintuman &
Wijaya, 2020).
Sumber: Keefektifan model pembelajaran berbasis inkuiri ditinjau dari prestasi belajar dan kepercayaan diri dalam
belajar matematika siswa SMP | Lintuman | Jurnal Riset Pendidikan Matematika (uny.ac.id)

Scarpello (dalam Reyes, 2019) menyebutkan kepercayaan diri yang rendah adalah hasil dari kecemasan
matematika siswa yang menurut Barnes (dalam Reyes, 2019) disebabkan oleh pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam kelas matematika, kesan yang ditumbulkan orang tua bahwa matematika itu
subjek yang membosankan dan tidak berguna , atau bahkan dipengaruhi oleh sikap guru dalam
pembelajaran.
Sumber: Reyes, J. D. C. (2019). MATHEMATICS ANXIETY AND SELF-EFFICACY: A
PHENOMENOLOGICAL DIMENSION. International Journal of Humanities and Education Development
(IJHED), 1(1), 22–34. Retrieved from https://mail.theshillonga.com/index.php/jhed/article/view/9

Analisis Hasil Wawancara:

Rendahnya tingkat kepercayaan diri sebagian besar siswa dalam belajar matematika disebabkan oleh:
1. Faktor internal dari dalam diri siswa, antara lain:
a. Anak memiliki persepsi bahwa matematika sulit (terlalu abstrak atau menggunakan banyak
simbol).
b. anak merasa ragu atau bahkan takut melakukan kesalahan jika mengerjakan soal/masalah yang
diberikan
2. Faktor eksternal dari luar diri siswa, antara lain:
a. anak tidak diajari bahwa membuat kesalahan itu bagian dari belajar
b. anak diberi label negatif atau bahkan dihukum saat melakukan kesalahan.
c. Sering dibanding-bandingkan dengan orang lain oleh guru bahkan orang tua.
d. Orang tua yang kurang memberi dukungan pada anak.
e. Tuntutan orang tua pada anak cenderung tinggi.
f. Selalu dikritik tanpa diberi saran yang membangun

Narasumber Wawancara:
Siswa Kelas IX SMPN Ujung Jampea No.9 Kep.Sel
Lely Indra Suryani Umar, S.Pd (Guru Matematika SMP Sekolah Bosowa Makassar)
Ahmad Muhtar, S.Pd (Guru Matematika SMPN Ujung Jampea No.9 Kep.Sel)
Nurwahidah, S.Pd., M.Si.(Dosen Matematika UIN Makassar)
Nurfutriani Zainal, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Manado)
2 Kemampuan dasar Hasil Kajian Literatur:
matematika siswa
rendah. Masni (dalam Wahyuni & Fatimah, 2021) menyatakan ada 5 kemampuan dasar matematika tingkat
sekolah menengah, yaitu : (1) kemampuan menerapkan konsep, prosedur dan prinsip matematika; (2)
problem solving; (3) reasoning; (4) mathematical connection; (5) mathematical communication.
Sumber: http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPE/article/download/690/591

Hafriani (2021) menyebutkan beberapa sebab kemampuan dasar matematika siswa Indonesia masih
rendah adalah:
7. Guru dalam menyampaikan pembelajarannya masih kurang kreatif dan inovatif.
8. Guru masih banyak menjelaskan sehingga peserta didik kurang mengalami proses penemuan
konsep-konsep pembelajaran, yang menyebabkan siswa menjadi mudah lupa terhadap materi yang
diterimanya dan kurang aktif dalam pembelajaran matematika
Sumber: MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA SISWA BERDASARKAN NCTM
MELALUI TUGAS TERSTRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN ICT (Developing The Basic Abilities of
Mathematics Students Based on NCTM Through Structured Tasks Using ICT) | Hafriani | JURNAL ILMIAH
DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran (ar-raniry.ac.id)

Analisis Hasil Wawancara:

Hal-hal yang mempengaruhi rendahnya kemampuan dasar siswa, antara lain:


1. Secara internal, pemahaman konsep siswa lemah, cenderung menghapal, minat terhadap
matematika rendah, siswa tidak fokus selama pembelajaran.
2. Metode mengajar guru yang tidak mengikuti tahapan usia siswa, misalnya di tingkat dasar konsep
tidak diperkenalkan melalui hal/contoh/benda/ konkrit, kemudian berkembang ke level semi
abstrak (pictorial) baru kemudian abstrak.
3. Kompetensi guru dalam hal pengembangan perangkat (bahan/media ajar yang menarik, lembar
kerja yang menuntun) serta cara mengajar (pemilihan model dan metode mengajar) masih kurang.
4. Pembelajaran berorientasi nilai.

Narasumber Wawancara:
Lely Indra Suryani Umar, S.Pd (Guru Matematika SMP Sekolah Bosowa Makassar)
Ahmad Muhtar, S.Pd (Guru Matematika SMPN Ujung Jampea No.9 Kep.Sel)
Noor Azizah, S.Pd (Guru Matematika SMPN 3 Tanjung Palas Timut)
Nurwahidah, S.Pd., M.Si.(Dosen Matematika UIN Makassar)
Nurfutriani Zainal, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Manado)
Lisnasari A Mattoliang, M.Pd (Dosen Matematika UIN Makassar)

3 Siswa kesulitan Hasil Kajian Literatur:


menyelesaikan masalah
dengan konteks (soal Mahdayani (2016) merangkum beberapa penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah
cerita). matematika, antara lain:
9. Siswa tidak mampu membuat hubungan informasi yang terdapat pada masalah (Tambychik &
Meerah, 2010).
10. Siswa sulit memahami masalah, membuat rencana dalam penyelesaian masalah, menjabarkan, serta
mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya. Selain itu siswa juga kesulitan memahami kalimat
yang tertera pada persoalan, kurang familiar dengan permasalahan, serta kurang bisa menerapkan
strategi untuk menyelesaikan permasalahan (Seifi, M., et.al, 2012)
Sumber: Mahdayani Risa. (2016). ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA PADA MATERI ARITMETIKA, ALJABAR, STATISTIKA, DAN GEOMETRI. PENDAS
MAHAKAM: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar , 1(1), 86-98. Retrieved from
http://103.8.79.252/index.php/pendasmahakam/article/view/39
Buschman (dalam Jatmiko, 2018) menjelaskan penyebab kesulitan siswa dalam memecahkan masalah
matematika adalah:
1. Kemampuan awal siswa kurang
2. Kemampuan literasi matematika kurang
3. Model pembelajaran yang diterapkan guru belum tepat
4. Guru tidak melihat perbedaan kemampuan siswa
5. Kemampuan guru dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah kurang

Jatmiko (2018) dalam penelitiannya menyimpulkan kesulitan belajar dalam memecahkan masalah
matematika adalah: (i) Strategi yang guru digunakan tidak lazim dan kurang efisien, (ii) siswa tidak
memahami masalah dan tidak memahami prosedur penyelesaian, serta kurang memahami soal berbasis-
konteks. Penyebab kesulitan memecahkan masalah matematika:
1. kemampuan awal siswa dan sikap siswa kepada matematika yang kurang,
2. motivasi dan self-efficacy untuk belajar yang rendah, serta
3. perilaku dan kemampuan guru dalam mengajar serta kreatifitas guru dalam memberikan dan
memecahkan soal pemecahan masalah.
Sumber: Jatmiko (2018), KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA | Jatmiko | JIPMat (upgris.ac.id)

Analisis Hasil Wawancara:

Kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan konteks (soal cerita), disebabkan oleh:
1. Aspek bahasa siswa lemah sehingga sulit memahami maksud soal
2. Pemahaman konsep siswa rendah
3. Siswa sulit membuat model matematika dari masalah yang diberikan
4. Kemampuan koneksi matematis siswa rendah.
5. Keterampilan operasi hitung siswa kurang
6. Guru tidak membiasakan siswa dengan soal-soal yang membutuhkan kemampuan analisa.

Narasumber Wawancara:
Lely Indra Suryani Umar, S.Pd (Guru Matematika SMP Sekolah Bosowa Makassar)
Ahmad Muhtar, S.Pd (Guru Matematika SMPN Ujung Jampea No.9 Kep.Sel)
A Wiwiek Pratiwi Fujiwijaya (Guru Matematika MAN Makassar)
Nurwahidah, S.Pd., M.Si.(Dosen Matematika UIN Makassar)
Nurfutriani Zainal, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Manado)
Alfiani Akib, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Bone)
4 Komunikasi antara guru Hasil Kajian Literatur:
bidang studi dan orang
tua siswa terkait Megawati (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa komunikasi antara guru dan orang tua kurang
pembelajaran masih disebabkan karena:
rendah. 8. Kurangnya orang tua yang menghadiri undangan rapat-rapat tertentu.
9. Banyaknya orang tua yang kurang peduli dengan kegiatan anaknya di sekolah.
10. Orang tua sibuk dengan pekerjaan masing-masing atau orang tua khawatir terhadap pertemuan
bersama mereka akan malu jika anaknya berbuat tidak baik selama pelajaran.
Sumber: Megawati (2017), Pengaruh Komunikasi Orang Tua Dengan Guru terhadap Peningkatan Kualitas
Pembelajaran | Megawati | Jurnal Office (unm.ac.id)

Triwardhani, dkk (2020) menyebutkan bahwa di lapangan kendala yang seringkali ditemukan dalam
komunikasi adalah membuat program yang melibatkan guru, anak dan orang tua memiliki tingkat
kerumitan yang tinggi terutama ketika menghadirkan orang tua dalam kegiatan belajar. Selain itu,
beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi/kedekatan antara guru dan orang tua antara lain:
1. Kreativitas guru dalam membangun persepsi positif orang tua
2. Pemahaman guru terhadap kondisi orang tua
3. Kesesuaian pemilihan waktu dalam menyampaikan pesan.
Sumber: Triwardhani, dkk (2020), Strategi Guru dalam membangun komunikasi dengan Orang Tua Siswa di
Sekolah | Triwardhani | Jurnal Kajian Komunikasi (unpad.ac.id)

Analisis Hasil Wawancara:

Rendahnya komunikasi antara guru bidang studi dan orang tua terkait pembelajaran mereka, antara lain
disebabkan oleh:
1. Komunikasi mengenai pembelajaran cenderung terbangun hanya pada saat siswa bermasalah
dalam pembelajaran tersebut.
2. Orang tua cenderung menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada guru dan sekolah.
3. Alur komunikasi yang dibangun adalah, guru bidang studi, wali kelas dan guru BK, baru ke orang
tua, sehingga guru bidang studi tidak berkomunikasi langsung dengan orang tua.
4. Komite sekolah tidak menyediakan forum pertemuan guru dan orang tua.

Narasumber Wawancara:
Mutmainnah Fil Jannah (Guru BP SMPN Ujung Jampea No.9 Kep.Sel)
Nurwahidah, S.Pd., M.Si.(Dosen Matematika UIN Makassar)

5 Model pembelajaran Hasil Kajian Literatur:


yang diterapkan belum
mendorong Fatwa, dkk (2019) menyatakan bahwa beberapa sumber kendala yang dihadapi guru dalam menilai
berkembangnya literasi matematis, yaitu: (1) kurangnya pengetahuan guru tentang kompetensi literasi matematis dan (2)
kemampuan literasi belum ada format penilaian literasi matematis
matematika siswa Sumber: Fatwa, dkk (2019), Kemampuan Literasi Matematis Siswa melalui Model Pembelajaran Problem Based
secara maksimal. Instruction | Fatwa | Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika (institutpendidikan.ac.id)

Umbara (2015) menemukan bahwa kemampuan literasi matematika dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran kontekstual. Ridhowati & Sumarsih (2015) menemukan dalam penilitiannya beberapa
hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran kontekstual antara lain: (1) guru masih ingin
mempertahankan metode tradisional yang mereka lakukan bertahun-tahun, (2) kemampuan guru untuk
menumbuhkan minat bertanya masih kurang, (3) kemampuan guru untuk mengelola waktu masih
kurang, (4) guru kesulitan dalam melaksanakan penilaian autentik karena belum memahami prosedur
penggunaannya.
Sumber: Umbara (2015), IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP
KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP | JUMLAHKU: Jurnal Matematika Ilmiah STKIP
Muhammadiyah Kuningan (upmk.ac.id)

Analisis Hasil Wawancara:

Pemilihan model pembelajaran yang belum mendorong berkembangnya literasi numerasi siswa, antara
lain disebabkan oleh:
1. Pembelajaran yang diterapkan tidak dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari atau tidak
mengikuti perkembangan kehidupan siswa jaman sekarang.
2. Kurangnya pemahaman guru dalam mengintegrasikan materi yang diajarkan dengan model
pembelajaran yang diterapkan
3. Keunikan setiap siswa, membuat guru merasa sulit untuk menerapkan satu model pembelajaran yang
cocok untuk semua siswa dalam tiap pertemuan.
Narasumber Wawancara:
A Wiwiek Pratiwi Fujiwijaya (Guru Matematika MAN Makassar)
Nurwahidah, S.Pd., M.Si.(Dosen Matematika UIN Makassar)
Nurfutriani Zainal, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Manado)
Alfiani Akib, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Bone)
St. Syahdan, M.Pd (Dosen Matematika Unikaltar)
6 Materi matematika yang Hasil Kajian Literatur:
diajarkan guru tidak
dikaitkan dengan Fadillah (2022), menemukan bahwa hambatan yang ditemui dalam penerapan literasi numerasi dalam
literasi numerasi. pembelajaran matematika, antara lain:
1) Rendahnya keinginan peserta didik untuk mengikuti kegiatan literasi yang dijadwalkan oleh
sekolah, hal ini disebabkan sebagian besar peserta didik merasa bahwa membaca adalah aktivitas
yang membosankan,
2) Jumlah pelatihan/seminar guru dengan tema penerapan literasi numerasi yang masih sedikit,
3) Kelengkapan koleksi buku-buku bahan bacaan tentang literasi numerasi yang belum mencukupi,
4) Kemampuan peserta didik untuk mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-
hari masih kurang,
5) Terbatasnya bahan pustaka untuk meningkatkan pembaruan dalam implementasi program literasi,
dan
6) Motivasi guru tidak didukung oleh teman sejawat dari kelas pararel lainnya.
Sumber: Fadillah (2022), LITERASI NUMERASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS
TINGGI DI MADRASAH IBTIDAIYAH | Fadilah | AL IBTIDAIYAH: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (staim-probolinggo.ac.id)

Shabrina (2022) menemukan hambatan yang dialami siswa sekolah dasar dalam pembelajaran literasi
antara lain siswa kesulitan memahami materi pembelajaran dikarenakan daya tangkap dan ingatannya
kurang baik. Kinerja guru, sumber bacaan untuk siswa, strategi, media, dan metode pembelajaran
yang diterapkan juga dikatakan menjadi aspek yang menjadi perhatian bersama.
Sumber: Shabrina (2022), Kegiatan Kampus Mengajar dalam Meningkatkan Keterampilan Literasi dan Numerasi
Siswa Sekolah Dasar | Shabrina | Jurnal Basicedu (jbasic.org)

Analisis Hasil Wawancara:

Tidak dikaitkannya materi matematika dengan literasi numerasi, disebabkan oleh:


1. Kurangnya kreativitas guru dalam mengaitkan materi dengan masalah kehidupan sehari-hari.
2. Kurangnya pemahaman guru terkait pembelajaran berbasis literasi numerasi.
3. Kurangnya (kemauan untuk mengikuti) pelatihan untuk mengembangkan kompetensi guru,
khususnya terkait literasi numerasi.

Narasumber Wawancara:
Risnawati, S.Pd (Guru Matematika SMPN Ujung Jampea No.9 Kep.Sel)
Nurwahidah, S.Pd., M.Si.(Dosen Matematika UIN Makassar)
Nurfutriani Zainal, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Manado)
Alfiani Akib, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Bone)

7 Guru belum Hasil Kajian Literatur:


memanfaatkan
teknologi inovatif dalam Qurrotaini, dkk (2020) dalam penelitiannya mengenai efektivitas penggunaan media video pembelajaran
pembelajaran. powtoon dalam pembelajaran daring, dikemukakan beberapa kendala yang ditemukan, yaitu: tenaga
pengajar dan peserta didik harus menggunakan aplikasi tambahan, sarana internet membutuhkan kuota
yang cukup banyak, durasi yang terlalu singkat dan masih terdapat tenaga pengajar yang belum
menguasainya.
Sumber: Qurrotaini, dkk (2020), Efektivitas Penggunaan Media Video Berbasis Powtoon dalam Pembelajaran
Daring | Qurrotaini | Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ

Putra (2019) dalam makalahnya mengenai tantangan dan peluang guru Sekolah Dasar dalam
pembelajaran matematika menggunakan teknologi digital menyebutkan bahwa tantangan yang utama
yaitu berasal dari diri guru sendiri (faktor internal) seperti rendahnya kemampuan matematis dan
didaktis guru, kurangnya kepercayaan diri, dan kurangnya kemampuan menggunakan teknologi digital
dalam pembelajaran. Selain itu faktor eksternal yang menjadi kendala utama terkait dengan ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung penggunaan teknologi digital.
Sumber: Putra (2019), TANTANGAN DAN PELUANG GURU SD DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS TEKNOLOGI DIGITAL DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 | Putra |
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (unri.ac.id)

Muthy & Pujiastuti (2020), menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
teknologi media pembelajaran e-learning dalam pembelajaran matematika, antara lain:
1. Access, yaitu kemudahan akses
2. Cost, yaitu pertimbangan biaya yang digunakan
3. Technology, yaitu ketersediaan teknologi dan kemudahan dalam penggunaaanya
4. Interactivity, yaitu media yang digunakan dapat menimbulkan komunikasi dua arah, guru dan
siswa.
5. Organization, yaitu dukungan organisasi
6. Novelty, yaitu kebaruan dari media yang dipilih (sesuai untuk situasi sekarang)

Muthy & Pujiastuty (2020) juga menyebutkan dampak negatif dari penggunaan media e-learning
diantaranya pada perilaku belajar peserta didik merasa menjadi malas membuka buku pegangan fisik
yang telah dimiliki saat ini, terganggu dengan iklan yang muncul dalam mengakses internet dan sumber
referensi yang digunakan siswa bisa jadi salah karena tidak semua informasi yang berdar benar
Sumber: Muthy & Pujiastuti (2020), Analisis media pembelajaran e-learning melalui pemanfaatan teknologi
dalam pembelajaran matematika di rumah sebagai dampak 2019-nCoV | Jurnal Math Educator Nusantara:
Wahana Publikasi Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan Matematika (unpkediri.ac.id)

Analisis Hasil Wawancara:

Beberapa faktor yang mempengaruhi guru belum memanfaatkan teknologi inovatif dalam
pembelajaran, antara lain:
6. Internal guru, yaitu motivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya terkait teknologi kurang.
7. Fasilitas sekolah kurang mendukung, serta jaringan internet belum memadai.
8. Siswa tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk penerapan teknologi pembelajaran.

Narasumber Wawancara:
Risnawati, S.Pd (Guru Matematika SMPN Ujung Jampea No.9 Kep.Sel)
Nurwahidah, S.Pd., M.Si.(Dosen Matematika UIN Makassar)
Alfiani Akib, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Bone)

Anda mungkin juga menyukai