Anda di halaman 1dari 17

NAMA : ANISAH

NIM : 2008722056
PRODI : MATEMATIKA

LK. 1.2. Eksplorasi Penyebab Masalah

No. Masalah yang diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah

1 Motivasi belajar matematika siswa 1.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
rendah Menurut Muhibbin Syah (2011 : 153), pengertian dasar motivasi adalah kajian literature dan hasil wawancara,
keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan untuk dapat diketahui bahwa penyebab
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi berarti pemasok daya motivasi belajar matematika siswa
untuk bertingkah laku secara terarah. Sejalan dengan pengertian di atas rendah adalah:
Hamzah B. Uno (2007: 23) mengemukakan motivasi belajar adalah Kondisi fisik yang sering sakit dan
dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar kurangnya perhatian keluarga terhadap
untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan peserta didik, serta kurangnya sarana
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai prasarana yang menunjang pembelajaran.
peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Adapun Upaya untuk meningkatkan motivasi
indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) belajar adalah:
adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil; (2) adanya dorongan dan  Guru menggunakan metode dan
kebutuhan untuk belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) media pembelajaran yang menarik
adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik  Guru mengaitkan materi matematika
dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga dengan dunia nyata
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.  Guru memberikan reward kepada
(https://jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc/article/download/1730/1763) siswa yang menyelesaikan tugas
dengan baik
1.2 Wawancara ( Guru Matematika : Susilo Utomo, S. Pd)
1.2.1 Lemahnya motivasi belajar dari dalam diri siswa sendiri
1.2.2 Kebanyakan orang tua kurang peduli terhadap pendidikan anaknya
1.2.3 Lingkungan pedesaan kurang mendukung motivasi belajar

1.3 Wawancara ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd)


1.3.1 Kurangnya perhatian orang tua
1.3.2 Pendidikan orang tua rendah
1.3.3 Mudah terpengaruh oleh dampak negative teknologi
1.3.4 Lingkungan pergaulan yang buruk

1.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)


1.4.1 Kebermaknaan materi belum tersampaikan

1.5 Wawancara ( Pakar : Putri Nur Kumalasari, M. Pd/ Dosen prodi


Matematika IAIN KUDUS)
1.5.1 Pembelajaran bersifat monoton
1.5.2 Guru tidak menggunakan media pembelajaran
1.5.3 Cita-cita/ aspirasi siswa kurang jelas

1.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan


1.6.1 Siswa kurang konsentrasi
1.6.2 Kondisi fisik anak kurang sehat
1.6.2 Matemtika seringkali dianggap momok oleh beberapa siswa
1.6.4 Siswa cenderung pasif
2. Guru belum optimal dalam 2.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
mengembangkan perangkat Winarno (2009) dalam Chotimah (2011) menyatakan pembelajaran yang kajian literature dan hasil wawancara,
pembelajaran yang sesuai dengan berkualitas memiliki pengaruh yang signifikan dalam menghasilkan dapat diketahui bahwa penyebab
kebutuhan peserta didik lulusan yang berkualitas. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang motivasi belajar matematika siswa
berkualitas, terdapat banyak aspek yang turut memengaruhi diantaranya rendah adalah:
adalah pengajar (guru dan dosen) yang profesional dan berkualitas dengan Waktu yang terbatas membuat guru
kualifikasi yang diamanatkan oleh Undang-Undang Guru dan Dosen, kesulitan untuk merangcang RPP dengan
penggunaan metode mengajar yang menarik dan bervariasi, perilaku perencanaan yang mendalam, Guru lebih
belajar peserta didik yang positif, dan penggunaan media pembelajaran memilih jalan pintas dengan cara
yang tepat dalam mendukung proses belajar itu sendiri (Wijayati, 2008). mendowload dan mengedit RPP yang
Berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh, kenyataan di sudah ada dan tidak mengkombinasikan
lapangan banyak sekolah yang guru-guru nya mengajar dengan dengan kebutuhan dan kondisi karakter
menggunakan perangkat pembelajaran seadanya tanpa memerhatikan siswa di kelas
konsep belajar dalam penyususnan perangkat pembelajaran. Padahal
penting bagi seorang guru menganalisis konsep belajar dan merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku sehingga
memungkinkan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran yang
terarah dan terencana sesuai yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Maryati (2009), bahwa konsep belajar mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata serta
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dan penerapan dalam kehidupan mereka sendiri. Kurangnya
pengetahuan guru terhadap perangkat pembelajaran menyebabkan
rendahnya minat dan motivasi belajar siswa,
( Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2
Nomor: 4 Bulan April Tahun 2017 Halaman: 535—539)

2.2 Wawancara ( Guru Matematika : Susilo Utomo, S. Pd)


2.2.1 Keterbatasan waktu karena kesibukan guru

2.3 Wawancara ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd)


2.3.1 Kurangnya pelatihan/ workshop pembuatan perangkat pembelajaran
sesuai kebutuhan siswa

2.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)


2.4.1 Pengetahuan guru yang rendah
2.4.2 Guru hanya sekedar membuat dan tidak benar-benar dipraktekkan
2.4.3 Kebanyakan RPP yang dibuat guru bukan karya sendiri

2.5 Pakar ( Putri Nur Kumalasari, M. Pd)


2.5.1 Kurangnya motivasi/ semangat guru untuk membuat perangkat
pembelajaran yang baik
2.5.2 Supervisi akademik dan administrasi oleh kepsek dan pengawas
kurang optimal

2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan


2.6.1 Guru baru membuat perangkat ketika akan disupervisi/ akreditasi
2.6.2 Guru mendownload RPP yang sudah ada tanpa disesuaikan dengan
karakter siswa
3. Guru belum memaksimalkan 2.1 Kajian Literatur  Kebanyakan guru masih
pembuatan LKPD Menurut Purwoko (dalam Utama 2017:21) menyatakan bahwa : LKPD mengandalkan LKS yang dijual
merupakan bahan yang berbentuk lembaran-lembaran yang didalamnya penerbit. Alasannya karena masih
berisi materi pembelajaran serta tugas dan latihan yang berkaitan terdapat beberapa kendala .
dengan pembelajaran. Peran LKPD adalah sebagai alat untuk Meskipun terdapat banyak kendala
memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang dalam membuat LKPD, sebaiknya
dapat digunakan sebagai penunjang dalam pembelajaran untuk itu tidak menjadi penghambat.
mengoptimalkan hasil belajar. Penggunaan LKPD bisa membuat
(Aini, NA.dkk. (2017). Pengembangan LKPD Berbasis Problem Based siswa lebih aktif dan membantu
Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Sistem Persamaan meningkatkan kemampuan
Linier Dua Variabel. Jurnal Pendidikan Dasar E-ISSN2549-5801. (Juni berinteraksi siswa karena ada
2020) beberapa tugas yang harus
dikerjakan secara kelompok.
2.2 Wawancara ( Guru Matematika : Susilo Utomo, S. Pd) Banyaknya manfaat dari LKPD,
2.2.1 Kebanyakan guru menggunakan LKPD yang sudah jadi maka sebaiknya LKPD dibuat
2.2.2 Adanya keterbatasan dana untuk bisa mengembangkan/ sendiri oleh semua guru
menerbitkan LKPD sendiri
2.3 Wawancara ( Kepala Madrasah : Kasmuin, S. Ag, S. Pd, M. Pd))
2.3.1 LKPD belum sesuai dengan karakter siswa dan belum bisa
menggali kemampuan berpikir siswa
2.3.2 Murid yang bersifat heterogen membuat guru susah membuat
modul pembelajaran yang sesuai untuk semua siswa
2.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)
2.4.1 Motivasi dan daya kreasi untuk mencipta masih rendah
2.4.2 Pemahaman guru tentang LKPD masih rendah
2.5 Pakar ( Dosen Prodi matematika IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M.
Pd)
2.5.1 Guru lebih suka menggunakan bahan ajar yang lain
2.5.2 Kurangnya pelatihan pembuatan LKPD yang sesuai karakter dan
profil belajar siswa
2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan
2.6.1 Keterbatasan sumber materi yang relevan dan keterbatasan
penggunaan IT
2.6.2 Belum ada wadah seperti MGMP/ KKG untuk mengembangkan
modul yang sesuai kebutuhan siswa

4. Minat baca siswa masih rendah 2.1 Kajian Literatur  Generasi sekarang ini menginginkan
Sandjaja (2005) menyatakan bahwa minat membaca anak adalah suatu segala sesuatunya serba cepat atau
perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang instan dan mulai tidak menghargai
terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca proses. Mereka cenderung malas
dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan berpikir dan lebih suka
membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan mengandalkan gadget untuk
jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. melakukan banyak hal. Bibit-bibit
Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca Menurut Soeatminah (2012), membaca seharusnya dtanamkan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca adalah sebagai berikut: a. sedari kecil. Semuanya kembali lagi
Faktor dari dalam 1) Pembawaan/ bakat 2) Jenis kelamin 3) Tingkat kepada diri sendiri, jika sudah tidak
pendidikan 4) Keadaan kesehatan 5) Keadaan jiwa 6) Kebiasaan b. Faktor memiliki niat, pasti juga sudah tidak
dari luar 1) Buku/ bahan bacaan 2) Kebutuhan anak 3) Faktor lingkungan berminat
anak.
Hasninda Damrin (Educational Research and Evaluation State University
Of Makassar). http://eprints.unm.ac.id/10943/1/Artikel...pdf

2.2 Wawancara ( Guru Bahasa Inggris : Siti Ulinnikmah, S. Pd. I)


2.2.1 Tidak memiliki niat/ ketertarikan dari dalam diri untuk membaca
2.2.2 Kurangnya dukungan dari orang tua
2.2.3 Pengaruh teman sekelas
2.3 Wawancara ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd /Bidang studi: Bahasa
Jawa)
2.3.1 Kurangnya akses untuk membaca di sekolah, yaitu fasilitas
perpustakaan

2.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)


2.4.1 Siswa malas membaca materi pelajaran matematika dibanding
membaca bacaan seperti novel, cerpen dll
2.4.2 Kurangnya pembiasaan membaca sejak dini
2.4.3 Tidak ada kesadaran anak akan manfaat berliterasi

2.5 Pakar ( Putri Nur Kumalasari, M. Pd)


2.5.1 Generasi serba instan/ cenderung tidak mau berproses
2.5.2 Kecanggihan teknologi semakin menjauhkan kebiasaan siswa
untuk membaca
2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan
2.6.1 Siswa beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang
sangat sulit
2.6.2 Siswa kesulitan dalam memahami kalimat atau maksud dari soal
2.6.3 Masih kesulitan membaca grafik, table, bagan dll
2.6.4 Masih kurang paham mengenai symbol-simbol atau notasi
matematika

5. Keterampilan siswa dalam operasi 5.1 Kajian Literatur  Drill atau pelatihan soal – soal
hitung sederhana masih rendah Tujuan diajarkannya matematika di sekolah dasar yaitu supaya siswa secara terus menerus dapat
mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar dilakukan untuk membantu siswa
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, yang memiliki kecerdasan dibawah
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari1 . teman yang lain agar dapat
Salah satu materi yang dipelajari adalah operasi 1 Permendiknas RI mengikuti pelajaran. Untuk
nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untk satuan pendidikan dasar meningkatkan perhatian siswa dan
dan menengah. hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan minat siswa terhadap pembelajaran
pembagian) pada bilangan bulat. Dalam kalimat matematika Kesulitan dapat dengan menciptakan kondisi
menerjemahkan maksud soal kedalam kalimat matematika diawali belajar yang menyenangkan
dengan kesulitan siswa memahami maksud soal. Kesulitan dalam  Siswa pasif karena tidak banyak
mengerjakan soal cerita disebabkan karena siswa kurang cermat dalam berlatih baik di rumah maupun di
membaca dan memahami kalimat demi kalimat serta mengenai apa yang sekolah
diketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan, serta bagaimana cara
menyelesaikan soal secara tepat (Muncarno, 2008; Paridjo, 2012: 7;
Kartikasari, 2017).
(Sidik, G.S., Nugraha, F., & Ferisa, D. Analisis Proses Berpikir Siswa
Sekolah Dasar Dalam Memahami Aplikasi Operasi Hitung Matematika
Dengan pemberian Scaffolding. Jurnal Forum Didaktik, Vol I No 1
(2017): 1-7. Universitas Perjuangan Tasikmalaya).

5.2 Wawancara teman sejawat ( Guru matematika : Susilo Utomo, S. Pd)


5.2.1 Kemampuan berhitung pada saat SD masih lemah
5.2.2 Masih mengandalkan alat hitung

5.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd)


5.3.1 Guru jarang memberikan pembiasaan kepada siswa untuk
berhitung
5.3.2 Metode mengajar perhitungan kurang menarik

5.4 Wawancara pengawas ( Abd Hamid, M. Pd)


5.4.1 Kurangnya semangat pada diri siswa untuk berhitung
5.4.2 Pemberian drill soal tentang hitung sederhana belum optimal

5.5 Wawancara pakar ( Dosen prodi matematika IAIN KUDUS : Putri Nur
Kumalasari, M. Pd)
5.5.1 Kurangnya perhatian orang tua untuk melatih berhitung di rumah
5.5.2 Siswa malas berlatih soal hitungan

5.6 Observasi/ hasil penmgamatan di lapangan


5.6.1 siswa kesulitan memahami maksud soal sehingga salah
menerjemahkan ke kalimat matematika
5.6.2 siswa kesulitan mengoperasikan bilangan yang memuat tanda
negative
5.6.3 siswa kesulitan melakukan operasi hitung perkalian dan
pembagian
5.6.4 siswa kesulitan memahami makna lambang tanda kurung “()”.

6. Guru tidak memiliki data tentang 6.1 Kajian literature Berdasarkan hasil kajian literature,
karakteristik siswa sebagai bahan Karakteristik peserta didik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik, wawancara, dan observasi dapat
untuk merancang, melaksanakan dan karena ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam merumuskan dianalisis bahwa sebagai guru kita harus
mengevaluasi pembelajaran strategi pengajaran. Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik mengetahui karakter siswa yang berbeda-
atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan.Strategi dan metode beda. Sebab, hal itu berkaitan dengan
pembelajaran berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang cara kita merancang dan melaksanakan
diinginkan. Menurut Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran yang sesuai.
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan Persoalan yang terjadi saat ini adalah
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R.David , Wina masih banyak guru yang salah
Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran memperlakuakn siswa karena kurang
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya pahamnya dalam melihat karakter yang
masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan dimiliki siswa.
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
(Jurnal pendidikan.Nevi Septianti & Rara Afiani Universitas Jika dalam menyampaikan materi
Muhammadiyah Tangerang. PENTINGNYA MEMAHAMI pelajaran guru kurang memperhatikan
KARAKTERISTIK SISWA) neviseptianti@gmail.com, karakteristik siswa dan ciri-ciri
rara.afiani11@gmail.com kepribadian siswa tidak dijadikan pijakan
dalam pembelajaran, siswa akan
6.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Bahasa Inggris : Siti Ulinnikmah, S. mengalami kesulitan memahami materi
Pd. I) pelajaran. Mereka merasa bosan dan
6.2.1 Pengetahuan guru pada karakter masing-masing siswa masih timbul kebencian terhadap materi
kurang pelajaran yang diajarkan oleh guru.
6.2.2 Kurangnya pendekatan/ komunikasi dua arah antara guru
terhadap siswa

6.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Wakasis : Muhammad Khazin, S.Pd)


6.3.1 Guru belum memberikan pendampingan secara khusus kepada
siswa
6.3.1 Guru belum mengetahui background siswa mulai dari tingkat
pendidikan orang tua, factor ekonomi dll.

6.4 Wawancara Pengawas ( Abd. Hamid, M. Pd)


6.4.1 Guru tidak mengamati siswa dalam proses mengajar
6.4.2 Guru belum melakukan pendekatan psikologis
6.4.3 Guru memberi jarak kepada siswanya/ cenderung tidak
bersahabat
6.4.4 Belum mencoba masuk ke dunia siswa

6.5 Wawancara pakar (Dosen prodi matematika IAIN KUDUS : Putri Nur
Kumalasari, M.Pd)
6.5.1 Guru belum mengklasifikasi konten/ materi pembelajaran
berdasarkan karakter siswa
6.5.2 Guru belum memberikan penugasan sesuai dengan minat dan
profil belajar siswa
6.5.3 Guru belum menggunakan penilaian yang diagnostic untuk
memastikan bahwa siswa sudah di level yang sesuai

6.6 Observasi/ hasil pengamatan di lapangan


6.6.1 Guru belum berdiskusi/ berkomunikasi dengan orang tua terkait
minat dan gaya belajar siswa di rumah
6.6.2 Keterbatasan waktu untuk menerapkan pembelajaran
berdifferensiasi
6.6.3 Guru belum memberikan penugasan sesuai dengan minat dan
profil belajar siswa
6.6.4 Belum adanya instrument standart mengenai data karakter
7. Guru belum menerapkan model 7.1 Kajian Literatur Suasana belajar yang monoton
pembelajaran yang inovatif pastinya sangat membosankan
bagi para siswa. Para pendidik
seharusnya mengetahui apa yang
diinginkan siswanya, dan tidak
menerapkan metode
pembelajaran yang “sesukanya”
dia saja. Apabila pendidik
menjalankan metode
pembelajaran yang tidak sesuai
7.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Matematika MTsN 6 Demak: Susilo dengan pengetahuan yang telah
Utomo, S. Pd) diperoleh oleh peserta didik, ini
7.2.1 Kurangnya pemahaman guru tentang model pembelajaran yang akan menyebabkan peserta didik
inovatif bingung dalam menyerap materi
7.2.2 Kolaborasi antara guru dan siswa belum terbangun yang diberikan oleh gurunya.
7.2.3 Ketidaksiapan guru dalam mengajar menjadikan guru masih kaku
ketika mengajar Seharusnya, guru mengetahui
7.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Kepala MTsN 6 Demak: Kasmuin, S. Ag, tanda-tanda bagaimana apabila
S. Pd, M. Pd) siswa mengalami suasana bosan.
7.3.1 Supervisi dan pengawasan tidak berjalan dengan baik Tanda-tandanya misalnya, siswa
7.3.2 Guru lebih mementingkan pencapaian materi kurikulum daripada tidur di kelas saat kegiatan
pemahaman siswa belajar mengajar berjalan,siswa
7.4 Wawancara Pengawas (Abd. Hamid, M. Pd) tidak bertanya ketika diberi
7.4.1 Guru lebih sering menggunakan metode lama, yaitu ceramah kesempatan bertanya, siswa diam
7.4.2 Rendahnya daya kreatifitas guru dalam menerapkan pembelajaran ketika diberi pertanyaan oleh
inovatif guru, siswa tidak mengerjakan
7.5 Wawancara Pakar ( Dosen IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M. Pd) tugas rumah mereka, siswa
7.5.1 Hanya ada penyampaian dari guru tanpa ada timbal balik dari siswa berbicara sendiri saat guru
7.5.2 Guru terlalu focus mengajar tanpa mengindahkan apa yang dimau menerangkan.
oleh siswa
7.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan Tanda-tanda siswa ini tentunya
7.6.1 Guru kesulitan dalam mengelola kelas disebabkan dari beberapa sebab.
7.6.2 Guru kesulitan menagtur alokasi waktu Diantaranya adalah siswa tidak
7.6.3 Guru kurang percaya diri saat mengajar suka dengan guru yang mengajar,
siswa merasa bosan dengan
pelajaran yang diberikan,
kegiatan belajar mengajar tidak
menarik, dan lain lain. Masalah
ini merupakan masalah kompleks
karena menyangkut masalah
sistem pembelajaran yang terdiri
dari banyak komponen yang
saling berkaitan dan saling
mempengaruhi.

8. Pembelajaran belum berorientasi pada 1. Kajian Literatur Banyak guru yang belum menerapkan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi Selaras dengan penelitian Budiarta et al (2008:110) yang menyatakan kegiatan pembelajaran dengan berbasis
(HOTS) bahwa factor penghambat dalam pengimplementasian soal HOTS yaitu HOTS, sedangkan pada saat UNBK/
guru masih kesulitan dalam merumuskan indicator, kurikulum 2013 baru AKM para siswa harus mengerjakan soal-
diimplementasikan dalam sekolah, guru kesulitan memahami konsep dan soal HOTS.Oleh karena itu sangat wajar
implikasi HOTS dalam pembelajaran, kurangnya pelatihan penulisan soal siswa mengalami kesulitan ketika
HOTS, kurangnya pendampingan contoh implementasi secara langsung. mengerjakannya.
10.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Matematika MTsN 6 Demak: Susilo Sebelum pemerintah meminta guru
Utomo, S. Pd) menyusun soal-soal HOTS, sebaiknya
10.2.1 Wawasan/ pemahaman guru mengenai soal HOTS masih kurang jika kemampuan guru dalam
10.2.2 Minimnya sosialisasi mengenai implementasi soal HOTS melaksanakan pembelajaran berbasis
HOTS pun ditingkatkan terlebih dahulu.
10.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Kepala MTsN 6 Demak: Kasmuin, S. Ag, Hal tersebut dapat dilakukan melalui
S. Pd, M. Pd) sosialisasi, MGMP, maupun pelatihan
10.3.1 Redaksi soal panjang dan berkelit-kelit sehingga siswa malas supaya guru dapat memahami dan
membaca menerapkan soal HOTS pada proses
10.3.2 Siswa belum terbiasa dengan soal HOTS belajar mengajar untuk meningkatkan
pola pikir kritis dan kreatif siswa.
10.4 Wawancara Pengawas (Abd. Hamid, M. Pd)
10.4.1 Kurangnya pelatihan penulisan soal HOTS
10.4.2 Keterbatasan waktu guru dalam membuat soal HOTS

10.5 Wawancara Pakar ( Dosen IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M. Pd)
10.5.1 Guru kesulitan menyelaraskan soal dengan indicator
10.5.2 Proses pembelajaran masih di level C1, C2, dan C3
10.5.3 Guru masih membuat soal yang modelnya sama

10.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan


10.6.1 Guru kurang aktif berdiskusi dengan rekan sejawat mengenai
soal HOTS
10.6.2 Guru kesulitan mengaitkan antara stimulus dengan pertanyaan
yang akan dibuat
10.6.3 Pemahaman peserta didik masih rendah

9. Guru kesulitan menerapkan 10.1 Kajian Literatur Berdasarkan hasil wawancara dan
pembelajaran berbasis digital Guru berperan untuk mengarahkan dan memberi fasilitas belajar kepada observasi, pertama, kesulitan guru di
peserta didik (directing and facilitating the learning) agar proses belajar dalam penggunaan media pembelajaran
berjalan secara memadai, tidak semata-mata memberikan informasi. online adalah merancang media berbasis
Bagaimana dan apapun bentuk strategi, model, dan media pembelajaran yang kemampuan guru untuk merancang
digunakan guru, sejatinya diorientasikan pada satu syarat utama, yaitu media berbasis IT masih sangat rendah.
menarik sehingga menumbuhkan minat belajar siswa (Wahyono, 2020). Di dalam proses pembelajaran, guru
Seperti saat ini, guru sangat perlu memahami dan mampu memilih media hanya menggunakan dan memanfaatkan
pembelajaran yang sesaui untuk digunakan, salah satunya yaitu pembelajaran media atau materi yang sudah ada pada
berbasis IT/ digital. situs web seperti youtube.
(Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran Volume 4, Number 2, Tahun 2021, pp.
211-221 P-ISSN: 2614-3909, E-ISSN: 2614-3895)
Kedua, mengoprasikan media
Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/index
pembelajaran online, khususnya guru-
guru yang sudah lanjut usia. Factor
penyebab guru kesulitan
mengoperasikan media berbasis IT adalh
kurangnya pengetahuan guru tentang IT
(laptop/computer, infokus, printer dan
internet).

10.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Matematika MTsN 6 Demak: Susilo


Ketiga, kendala guru selanjutnya adalah
Utomo, S. Pd) sarana prasarana yang tidak memadai.
10.2.1 Motivasi guru untuk mengembangkan media pembelajaran masih
kurang Keempat, kreatifitas guru masih banyak
10.2.2 Keterbatasan guru dalam penguasaan IT guru yang tidak kreatif, kebanyakan
10.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Kepala MTsN 6 Demak: Kasmuin, S. Ag, guru hanya sekedar mengajar dan
S. Pd, M. Pd) memanfaatkan segala yang sudah ada.
10.3.1 Ketrampilan dan daya kreativitas guru rendah
10.3.2 Guru kesulitan mengatur waktu

10.4 Wawancara Pengawas (Abd. Hamid, M. Pd)


10.4.1 Kurangnya pelatihan dalam hal penggunaan maupun pembuatan
media pembelajaran
10.4.2 Guru merasa nyaman dengan metode pembelajaran lain

10.5 Wawancara Pakar ( Dosen IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M. Pd)
10.5.1 Guru hanya memanfaatkan buku sebagai media pembelajaran
10.5.2 Tidak adanya tuntutan dari pihak sekolah agar guru menggunakan
IT
10.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan
10.6.1 Kurangnya pengetahuan guru

Anda mungkin juga menyukai