Anda di halaman 1dari 17

NAMA : ANISAH

NIM : 2008722056
PRODI : MATEMATIKA

LK. 1.2. Eksplorasi Penyebab Masalah

No. Masalah yang diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah

1 Motivasi belajar matematika siswa 1.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
rendah Menurut Muhibbin Syah (2011 : 153), pengertian dasar motivasi adalah kajian literature dan hasil wawancara,
keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan untuk dapat diketahui bahwa penyebab
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi berarti pemasok daya motivasi belajar matematika siswa
untuk bertingkah laku secara terarah. Sejalan dengan pengertian di atas rendah adalah:
Hamzah B. Uno (2007: 23) mengemukakan motivasi belajar adalah Kondisi fisik yang sering sakit dan
dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar kurangnya perhatian keluarga terhadap
untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan peserta didik, serta kurangnya sarana
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai prasarana yang menunjang pembelajaran.
peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Adapun Upaya untuk meningkatkan motivasi
indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) belajar adalah:
adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil; (2) adanya dorongan dan  Guru menggunakan metode dan
kebutuhan untuk belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) media pembelajaran yang menarik
adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik  Guru mengaitkan materi matematika
dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga dengan dunia nyata
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.  Guru memberikan reward kepada
(https://jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc/article/download/1730/1763) siswa yang menyelesaikan tugas
dengan baik
1.2 Wawancara ( Guru Matematika : Susilo Utomo, S. Pd)
1.2.1 Lemahnya motivasi belajar dari dalam diri siswa sendiri
1.2.2 Kebanyakan orang tua kurang peduli terhadap pendidikan anaknya
1.2.3 Lingkungan pedesaan kurang mendukung motivasi belajar

1.3 Wawancara ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd)


1.3.1 Kurangnya perhatian orang tua
1.3.2 Pendidikan orang tua rendah
1.3.3 Mudah terpengaruh oleh dampak negative teknologi
1.3.4 Lingkungan pergaulan yang buruk

1.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)


1.4.1 Kebermaknaan materi belum tersampaikan

1.5 Wawancara ( Pakar : Putri Nur Kumalasari, M. Pd/ Dosen prodi


Matematika IAIN KUDUS)
1.5.1 Pembelajaran bersifat monoton
1.5.2 Guru tidak menggunakan media pembelajaran
1.5.3 Cita-cita/ aspirasi siswa kurang jelas

1.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan


1.6.1 Siswa kurang konsentrasi
1.6.2 Kondisi fisik anak kurang sehat
1.6.2 Matemtika seringkali dianggap momok oleh beberapa siswa
1.6.4 Siswa cenderung pasif
2. Guru belum optimal dalam 2.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
mengembangkan perangkat Winarno (2009) dalam Chotimah (2011) menyatakan pembelajaran yang kajian literature dan hasil wawancara,
pembelajaran yang sesuai dengan berkualitas memiliki pengaruh yang signifikan dalam menghasilkan dapat diketahui bahwa penyebab
kebutuhan peserta didik lulusan yang berkualitas. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang motivasi belajar matematika siswa
berkualitas, terdapat banyak aspek yang turut memengaruhi diantaranya rendah adalah:
adalah pengajar (guru dan dosen) yang profesional dan berkualitas dengan Waktu yang terbatas membuat guru
kualifikasi yang diamanatkan oleh Undang-Undang Guru dan Dosen, kesulitan untuk merangcang RPP dengan
penggunaan metode mengajar yang menarik dan bervariasi, perilaku perencanaan yang mendalam, Guru lebih
belajar peserta didik yang positif, dan penggunaan media pembelajaran memilih jalan pintas dengan cara
yang tepat dalam mendukung proses belajar itu sendiri (Wijayati, 2008). mendowload dan mengedit RPP yang
Berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh, kenyataan di sudah ada dan tidak mengkombinasikan
lapangan banyak sekolah yang guru-guru nya mengajar dengan dengan kebutuhan dan kondisi karakter
menggunakan perangkat pembelajaran seadanya tanpa memerhatikan siswa di kelas
konsep belajar dalam penyususnan perangkat pembelajaran. Padahal
penting bagi seorang guru menganalisis konsep belajar dan merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku sehingga
memungkinkan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran yang
terarah dan terencana sesuai yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Maryati (2009), bahwa konsep belajar mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata serta
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dan penerapan dalam kehidupan mereka sendiri. Kurangnya
pengetahuan guru terhadap perangkat pembelajaran menyebabkan
rendahnya minat dan motivasi belajar siswa,
( Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2
Nomor: 4 Bulan April Tahun 2017 Halaman: 535—539)

2.2 Wawancara ( Guru Matematika : Susilo Utomo, S. Pd)


2.2.1 Keterbatasan waktu karena kesibukan guru

2.3 Wawancara ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd)


2.3.1 Kurangnya pelatihan/ workshop pembuatan perangkat pembelajaran
sesuai kebutuhan siswa

2.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)


2.4.1 Pengetahuan guru yang rendah
2.4.2 Guru hanya sekedar membuat dan tidak benar-benar dipraktekkan
2.4.3 Kebanyakan RPP yang dibuat guru bukan karya sendiri

2.5 Pakar ( Putri Nur Kumalasari, M. Pd)


2.5.1 Kurangnya motivasi/ semangat guru untuk membuat perangkat
pembelajaran yang baik
2.5.2 Supervisi akademik dan administrasi oleh kepsek dan pengawas
kurang optimal

2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan


2.6.1 Guru baru membuat perangkat ketika akan disupervisi/ akreditasi
2.6.2 Guru mendownload RPP yang sudah ada tanpa disesuaikan dengan
karakter siswa
3. Guru belum memaksimalkan 2.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
pembuatan LKPD Menurut Purwoko (dalam Utama 2017:21) menyatakan bahwa : LKPD hasil kajian literature dan hasil
merupakan bahan yang berbentuk lembaran-lembaran yang didalamnya wawancara, dapat diketahui bahwa
berisi materi pembelajaran serta tugas dan latihan yang berkaitan kebanyakan guru masih
dengan pembelajaran. Peran LKPD adalah sebagai alat untuk mengandalkan LKS yang dijual
memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang penerbit. Alasannya karena masih
dapat digunakan sebagai penunjang dalam pembelajaran untuk terdapat beberapa kendala .
mengoptimalkan hasil belajar. Meskipun terdapat banyak kendala
(Aini, NA.dkk. (2017). Pengembangan LKPD Berbasis Problem Based dalam membuat LKPD, sebaiknya
Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Sistem Persamaan itu tidak menjadi penghambat.
Linier Dua Variabel. Jurnal Pendidikan Dasar E-ISSN2549-5801. (Juni Penggunaan LKPD bisa membuat
2020) siswa lebih aktif dan membantu
meningkatkan kemampuan
2.2 Wawancara ( Guru Matematika : Susilo Utomo, S. Pd) berinteraksi siswa karena ada
2.2.1 Kebanyakan guru menggunakan LKPD yang sudah jadi beberapa tugas yang harus
2.2.2 Adanya keterbatasan dana untuk bisa mengembangkan/ dikerjakan secara kelompok.
menerbitkan LKPD sendiri Banyaknya manfaat dari LKPD,
2.3 Wawancara ( Kepala Madrasah : Kasmuin, S. Ag, S. Pd, M. Pd)) maka sebaiknya LKPD dibuat
2.3.1 LKPD belum sesuai dengan karakter siswa dan belum bisa sendiri oleh semua guru
menggali kemampuan berpikir siswa
2.3.2 Murid yang bersifat heterogen membuat guru susah membuat
modul pembelajaran yang sesuai untuk semua siswa
2.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)
2.4.1 Motivasi dan daya kreasi untuk mencipta masih rendah
2.4.2 Pemahaman guru tentang LKPD masih rendah
2.5 Pakar ( Dosen Prodi matematika IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M.
Pd)
2.5.1 Guru lebih suka menggunakan bahan ajar yang lain
2.5.2 Kurangnya pelatihan pembuatan LKPD yang sesuai karakter dan
profil belajar siswa
2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan
2.6.1 Keterbatasan sumber materi yang relevan dan keterbatasan
penggunaan IT
2.6.2 Belum ada wadah seperti MGMP/ KKG untuk mengembangkan
modul yang sesuai kebutuhan siswa

4. Minat baca siswa masih rendah 2.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
Sandjaja (2005) menyatakan bahwa minat membaca anak adalah suatu hasil kajian literature dan hasil
perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang wawancara, dapat diketahui bahwa
terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca generasi sekarang ini menginginkan
dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan segala sesuatunya serba cepat atau
membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan instan dan mulai tidak menghargai
jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. proses. Mereka cenderung malas
Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca Menurut Soeatminah (2012), berpikir dan lebih suka
faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca adalah sebagai berikut: a. mengandalkan gadget untuk
Faktor dari dalam 1) Pembawaan/ bakat 2) Jenis kelamin 3) Tingkat melakukan banyak hal. Bibit-bibit
pendidikan 4) Keadaan kesehatan 5) Keadaan jiwa 6) Kebiasaan b. Faktor membaca seharusnya dtanamkan
dari luar 1) Buku/ bahan bacaan 2) Kebutuhan anak 3) Faktor lingkungan sedari kecil. Semuanya kembali lagi
anak. kepada diri sendiri, jika sudah tidak
Hasninda Damrin (Educational Research and Evaluation State University memiliki niat, pasti juga sudah tidak
Of Makassar). http://eprints.unm.ac.id/10943/1/Artikel...pdf berminat

2.2 Wawancara ( Guru Bahasa Inggris : Siti Ulinnikmah, S. Pd. I)


2.2.1 Tidak memiliki niat/ ketertarikan dari dalam diri untuk membaca
2.2.2 Kurangnya dukungan dari orang tua
2.2.3 Pengaruh teman sekelas
2.3 Wawancara ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd /Bidang studi: Bahasa
Jawa)
2.3.1 Kurangnya akses untuk membaca di sekolah, yaitu fasilitas
perpustakaan

2.4 Wawancara ( Pengawas : Abd. Hamid, M. Pd)


2.4.1 Siswa malas membaca materi pelajaran matematika dibanding
membaca bacaan seperti novel, cerpen dll
2.4.2 Kurangnya pembiasaan membaca sejak dini
2.4.3 Tidak ada kesadaran anak akan manfaat berliterasi

2.5 Pakar ( Putri Nur Kumalasari, M. Pd)


2.5.1 Generasi serba instan/ cenderung tidak mau berproses
2.5.2 Kecanggihan teknologi semakin menjauhkan kebiasaan siswa
untuk membaca
2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan
2.6.1 Siswa beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang
sangat sulit
2.6.2 Siswa kesulitan dalam memahami kalimat atau maksud dari soal
2.6.3 Masih kesulitan membaca grafik, table, bagan dll
2.6.4 Masih kurang paham mengenai symbol-simbol atau notasi
matematika

5. Keterampilan siswa dalam operasi 5.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
hitung sederhana masih rendah Tujuan diajarkannya matematika di sekolah dasar yaitu supaya siswa hasil kajian literature dan hasil
mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar wawancara, dapat diketahui bahwa:
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,  Drill atau pelatihan soal – soal secara
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari1 . terus menerus dapat dilakukan untuk
Salah satu materi yang dipelajari adalah operasi 1 Permendiknas RI membantu siswa yang memiliki
nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untk satuan pendidikan dasar kecerdasan dibawah teman yang lain
dan menengah. hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan agar dapat mengikuti pelajaran.
pembagian) pada bilangan bulat. Dalam kalimat matematika Kesulitan Untuk meningkatkan perhatian siswa
menerjemahkan maksud soal kedalam kalimat matematika diawali dan minat siswa terhadap
dengan kesulitan siswa memahami maksud soal. Kesulitan dalam pembelajaran dapat dengan
mengerjakan soal cerita disebabkan karena siswa kurang cermat dalam menciptakan kondisi belajar yang
membaca dan memahami kalimat demi kalimat serta mengenai apa yang menyenangkan
diketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan, serta bagaimana cara  Siswa pasif karena tidak banyak
menyelesaikan soal secara tepat (Muncarno, 2008; Paridjo, 2012: 7; berlatih baik di rumah maupun di
Kartikasari, 2017). sekolah
(Sidik, G.S., Nugraha, F., & Ferisa, D. Analisis Proses Berpikir Siswa
Sekolah Dasar Dalam Memahami Aplikasi Operasi Hitung Matematika
Dengan pemberian Scaffolding. Jurnal Forum Didaktik, Vol I No 1
(2017): 1-7. Universitas Perjuangan Tasikmalaya).

5.2 Wawancara teman sejawat ( Guru matematika : Susilo Utomo, S. Pd)


5.2.1 Kemampuan berhitung pada saat SD masih lemah
5.2.2 Masih mengandalkan alat hitung

5.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Wakasis : Muhammad Khazin, S. Pd)


5.3.1 Guru jarang memberikan pembiasaan kepada siswa untuk
berhitung
5.3.2 Metode mengajar perhitungan kurang menarik

5.4 Wawancara pengawas ( Abd Hamid, M. Pd)


5.4.1 Kurangnya semangat pada diri siswa untuk berhitung
5.4.2 Pemberian drill soal tentang hitung sederhana belum optimal

5.5 Wawancara pakar ( Dosen prodi matematika IAIN KUDUS : Putri Nur
Kumalasari, M. Pd)
5.5.1 Kurangnya perhatian orang tua untuk melatih berhitung di rumah
5.5.2 Siswa malas berlatih soal hitungan

5.6 Observasi/ hasil penmgamatan di lapangan


5.6.1 siswa kesulitan memahami maksud soal sehingga salah
menerjemahkan ke kalimat matematika
5.6.2 siswa kesulitan mengoperasikan bilangan yang memuat tanda
negative
5.6.3 siswa kesulitan melakukan operasi hitung perkalian dan
pembagian
5.6.4 siswa kesulitan memahami makna lambang tanda kurung “()”.

6. Guru tidak memiliki data tentang 6.1 Kajian literature Berdasarkan hasil kajian literature,
karakteristik siswa sebagai bahan Karakteristik peserta didik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik, wawancara, dan observasi dapat
untuk merancang, melaksanakan dan karena ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam merumuskan dianalisis bahwa sebagai guru kita harus
mengevaluasi pembelajaran strategi pengajaran. Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik mengetahui karakter siswa yang berbeda-
atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan.Strategi dan beda. Sebab, hal itu berkaitan dengan
metode pembelajaran berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran cara kita merancang dan melaksanakan
yang diinginkan. Menurut Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran yang sesuai.
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara Persoalan yang terjadi saat ini adalah
efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R.David , masih banyak guru yang salah
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran memperlakuakn siswa karena kurang
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya pahamnya dalam melihat karakter yang
masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan dimiliki siswa.
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
(Jurnal pendidikan.Nevi Septianti & Rara Afiani Universitas Jika dalam menyampaikan materi
Muhammadiyah Tangerang. PENTINGNYA MEMAHAMI pelajaran guru kurang memperhatikan
KARAKTERISTIK SISWA) neviseptianti@gmail.com, karakteristik siswa dan ciri-ciri
rara.afiani11@gmail.com kepribadian siswa tidak dijadikan pijakan
dalam pembelajaran, siswa akan
6.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Bahasa Inggris : Siti Ulinnikmah, S. mengalami kesulitan memahami materi
Pd. I) pelajaran. Mereka merasa bosan dan
6.2.1 Pengetahuan guru pada karakter masing-masing siswa masih timbul kebencian terhadap materi
kurang pelajaran yang diajarkan oleh guru.
6.2.2 Kurangnya pendekatan/ komunikasi dua arah antara guru
terhadap siswa

6.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Wakasis : Muhammad Khazin, S.Pd)


6.3.1 Guru belum memberikan pendampingan secara khusus kepada
siswa
6.3.1 Guru belum mengetahui background siswa mulai dari tingkat
pendidikan orang tua, factor ekonomi dll.

6.4 Wawancara Pengawas ( Abd. Hamid, M. Pd)


6.4.1 Guru tidak mengamati siswa dalam proses mengajar
6.4.2 Guru belum melakukan pendekatan psikologis
6.4.3 Guru memberi jarak kepada siswanya/ cenderung tidak
bersahabat
6.4.4 Belum mencoba masuk ke dunia siswa

6.5 Wawancara pakar (Dosen prodi matematika IAIN KUDUS : Putri Nur
Kumalasari, M.Pd)
6.5.1 Guru belum mengklasifikasi konten/ materi pembelajaran
berdasarkan karakter siswa
6.5.2 Guru belum memberikan penugasan sesuai dengan minat dan
profil belajar siswa
6.5.3 Guru belum menggunakan penilaian yang diagnostic untuk
memastikan bahwa siswa sudah di level yang sesuai

6.6 Observasi/ hasil pengamatan di lapangan


6.6.1 Guru belum berdiskusi/ berkomunikasi dengan orang tua terkait
minat dan gaya belajar siswa di rumah
6.6.2 Keterbatasan waktu untuk menerapkan pembelajaran
berdifferensiasi
6.6.3 Guru belum memberikan penugasan sesuai dengan minat dan
profil belajar siswa
6.6.4 Belum adanya instrument standart mengenai data karakter
7. Guru belum menerapkan model 7.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
pembelajaran yang inovatif Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam terhadap hasil kajian literature
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dan hasil wawancara, dapat
dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih diketahui bahwa suasana belajar
mudah tercapai.Menurut Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada yang monoton pastinya sangat
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal membosankan bagi para siswa.
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Para pendidik seharusnya
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 2 mengetahui apa yang diinginkan
Nomor 1, 88-97 Februari 2017 siswanya, dan tidak menerapkan
metode pembelajaran yang
7.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Matematika MTsN 6 Demak: Susilo “sesukanya” dia saja. Apabila
Utomo, S. Pd) pendidik menjalankan metode
7.2.1 Kurangnya pemahaman guru tentang model pembelajaran yang pembelajaran yang tidak sesuai
inovatif dengan pengetahuan yang telah
7.2.2 Kolaborasi antara guru dan siswa belum terbangun diperoleh oleh peserta didik, ini
7.2.3 Ketidaksiapan guru dalam mengajar menjadikan guru masih kaku akan menyebabkan peserta didik
ketika mengajar bingung dalam menyerap materi
7.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Kepala MTsN 6 Demak: Kasmuin, S. Ag, yang diberikan oleh gurunya.
S. Pd, M. Pd)
7.3.1 Supervisi dan pengawasan tidak berjalan dengan baik Seharusnya, guru mengetahui
7.3.2 Guru lebih mementingkan pencapaian materi kurikulum daripada tanda-tanda bagaimana apabila
pemahaman siswa siswa mengalami suasana bosan.
7.4 Wawancara Pengawas (Abd. Hamid, M. Pd) Tanda-tandanya misalnya, siswa
7.4.1 Guru lebih sering menggunakan metode lama, yaitu ceramah tidur di kelas saat kegiatan
7.4.2 Rendahnya daya kreatifitas guru dalam menerapkan pembelajaran belajar mengajar berjalan,siswa
inovatif tidak bertanya ketika diberi
7.5 Wawancara Pakar ( Dosen IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M. Pd) kesempatan bertanya, siswa diam
7.5.1 Hanya ada penyampaian dari guru tanpa ada timbal balik dari siswa ketika diberi pertanyaan oleh
7.5.2 Guru terlalu focus mengajar tanpa mengindahkan apa yang dimau guru, siswa tidak mengerjakan
oleh siswa tugas rumah mereka, siswa
7.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan berbicara sendiri saat guru
7.6.1 Guru kesulitan dalam mengelola kelas menerangkan.
7.6.2 Guru kesulitan menagtur alokasi waktu
7.6.3 Guru kurang percaya diri saat mengajar Tanda-tanda siswa ini tentunya
disebabkan dari beberapa sebab.
Diantaranya adalah siswa tidak
suka dengan guru yang mengajar,
siswa merasa bosan dengan
pelajaran yang diberikan,
kegiatan belajar mengajar tidak
menarik, dan lain lain. Masalah
ini merupakan masalah kompleks
karena menyangkut masalah
sistem pembelajaran yang terdiri
dari banyak komponen yang
saling berkaitan dan saling
mempengaruhi.

8. Pembelajaran belum berorientasi pada 1. Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
ketrampilan berpikir tingkat tinggi Selaras dengan penelitian Budiarta et al (2008:110) yang menyatakan kajian literature dan hasil wawancara,
(HOTS) bahwa factor penghambat dalam pengimplementasian soal HOTS yaitu dapat diketahui bahwa banyak guru yang
guru masih kesulitan dalam merumuskan indicator, kurikulum 2013 baru belum menerapkan kegiatan
diimplementasikan dalam sekolah, guru kesulitan memahami konsep dan pembelajaran dengan berbasis HOTS,
implikasi HOTS dalam pembelajaran, kurangnya pelatihan penulisan soal sedangkan pada saat UNBK/ AKM para
HOTS, kurangnya pendampingan contoh implementasi secara langsung. siswa harus mengerjakan soal-soal
(Andreas Bagas Kiswara1 , Tri Murwaningsih2 , Susantiningrum3 123Pendidikan HOTS.Oleh karena itu sangat wajar siswa
Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas mengalami kesulitan ketika
Sebelas Maret Surakarta Email: andreasbagas24@gmail.com, mengerjakannya.
murwaningsih_tri@staff.uns.ac.id, susantinigrum@staff.uns.ac.id

Sebelum pemerintah meminta guru


10.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Matematika MTsN 6 Demak: Susilo menyusun soal-soal HOTS, sebaiknya
Utomo, S. Pd) jika kemampuan guru dalam
10.2.1 Wawasan/ pemahaman guru mengenai soal HOTS masih kurang melaksanakan pembelajaran berbasis
10.2.2 Minimnya sosialisasi mengenai implementasi soal HOTS HOTS pun ditingkatkan terlebih dahulu.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui
10.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Kepala MTsN 6 Demak: Kasmuin, S. Ag, sosialisasi, MGMP, maupun pelatihan
S. Pd, M. Pd) supaya guru dapat memahami dan
10.3.1 Redaksi soal panjang dan berkelit-kelit sehingga siswa malas menerapkan soal HOTS pada proses
membaca belajar mengajar untuk meningkatkan
10.3.2 Siswa belum terbiasa dengan soal HOTS pola pikir kritis dan kreatif siswa.

10.4 Wawancara Pengawas (Abd. Hamid, M. Pd)


10.4.1 Kurangnya pelatihan penulisan soal HOTS
10.4.2 Keterbatasan waktu guru dalam membuat soal HOTS

10.5 Wawancara Pakar ( Dosen IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M. Pd)
10.5.1 Guru kesulitan menyelaraskan soal dengan indicator
10.5.2 Proses pembelajaran masih di level C1, C2, dan C3
10.5.3 Guru masih membuat soal yang modelnya sama

10.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan


10.6.1 Guru kurang aktif berdiskusi dengan rekan sejawat mengenai
soal HOTS
10.6.2 Guru kesulitan mengaitkan antara stimulus dengan pertanyaan
yang akan dibuat
10.6.3 Pemahaman peserta didik masih rendah

9. Guru kesulitan menerapkan 10.1 Kajian Literatur Berdasarkan hasil wawancara dan
pembelajaran berbasis digital Guru berperan untuk mengarahkan dan memberi fasilitas belajar kepada observasi, pertama, kesulitan guru di
peserta didik (directing and facilitating the learning) agar proses belajar dalam penggunaan media pembelajaran
berjalan secara memadai, tidak semata-mata memberikan informasi. online adalah merancang media berbasis
Bagaimana dan apapun bentuk strategi, model, dan media pembelajaran kemampuan guru untuk merancang
yang digunakan guru, sejatinya diorientasikan pada satu syarat utama, media berbasis IT masih sangat rendah.
yaitu menarik sehingga menumbuhkan minat belajar siswa (Wahyono, Di dalam proses pembelajaran, guru
2020). Seperti saat ini, guru sangat perlu memahami dan mampu hanya menggunakan dan memanfaatkan
memilih media pembelajaran yang sesaui untuk digunakan, salah media atau materi yang sudah ada pada
satunya yaitu pembelajaran berbasis IT/ digital. situs web seperti youtube.
(Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran Volume 4, Number 2, Tahun 2021,
pp. 211-221 P-ISSN: 2614-3909, E-ISSN: 2614-3895) Kedua, mengoprasikan media
Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/index pembelajaran online, khususnya guru-
guru yang sudah lanjut usia. Factor
10.2 Wawancara teman sejawat ( Guru Matematika MTsN 6 Demak: Susilo penyebab guru kesulitan
Utomo, S. Pd) mengoperasikan media berbasis IT adalh
10.2.1 Motivasi guru untuk mengembangkan media pembelajaran masih kurangnya pengetahuan guru tentang IT
kurang (laptop/computer, infokus, printer dan
10.2.2 Keterbatasan guru dalam penguasaan IT internet).
10.3 Wawancara Kepala Sekolah ( Kepala MTsN 6 Demak: Kasmuin, S. Ag,
S. Pd, M. Pd) Ketiga, kendala guru selanjutnya adalah
10.3.1 Ketrampilan dan daya kreativitas guru rendah sarana prasarana yang tidak memadai.
10.3.2 Guru kesulitan mengatur waktu
Keempat, kreatifitas guru masih banyak
10.4 Wawancara Pengawas (Abd. Hamid, M. Pd) guru yang tidak kreatif, kebanyakan
10.4.1 Kurangnya pelatihan dalam hal penggunaan maupun pembuatan guru hanya sekedar mengajar dan
media pembelajaran memanfaatkan segala yang sudah ada.
10.4.2 Guru merasa nyaman dengan metode pembelajaran lain

10.5 Wawancara Pakar ( Dosen IAIN Kudus: Putri Nur Kumalasari, M. Pd)
10.5.1 Guru hanya memanfaatkan buku sebagai media pembelajaran
10.5.2 Tidak adanya tuntutan dari pihak sekolah agar guru menggunakan
IT
10.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan
10.6.1 Kurangnya pengetahuan guru

Anda mungkin juga menyukai