Anda di halaman 1dari 7

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi penyebab


No.
diidentifikasi masalah masalah
1. Peserta didik tidak bisa Kajian Literatur : Dari hasil eksplorasi penyebab
menyelesaikan soal dalam masalah, dapat diperoleh hasil
bentuk cerita Membaca adalah keterampilan analisis sebagai berikut:
reseptif bahasa tulis. 1. Pemahaman literal
Keterampilan membaca dapat dibutuhkan dalam proses
dikembangkan secara tersendiri, pemahaman membaca secara
terpisah dari keterampilan keseluruhan. Pemahaman
mendengarkan dan berbicara literal merupakan prasyarat
Mulyati (2007: 1.12). bagi pemahaman yang lebih
tinggi.
Tarigan (1979: 160) Membaca 2. Peserta didik belum memahami
nyaring adalah suatu aktivitas inti dari pertanyaan pada soal
atau kegiatan yang merupakan sehingga akan salah fokus
alat bagi guru, murid, ataupun dengan hal lain yang terdapat
Kesimpulan dari beberapa pada soal.
pendapat di atas, membaca 3. Soal cerita memiliki makna dan
merupakan keterampilan terpadu pesan tersirat artinya makna
yang di ungkapkan melalui yang tidak disampaikan secara
pikiran mendapat perintah dari terbuka dari soal cerita. Jadi
saraf otak yang di tuangkan peserta didik harus membaca
melalui pemahaman sehingga keseluruhan soal cerita untuk
mengetahui apa maksud bacaan. menemukan makna tersiratnya.
4. Dalam memberikan contoh
Burns (Saleh Abbas, 2006: 101- penyelesaian soal cerita guru
102), pemahaman literal adalah cenderung menggunakan
kemampuan memahami ide-ide langkah-langkah yang baku,
yang tampak secara eksplisit sehingga ketika langkah itu
dalam wacana. Pemahaman diterapkan pada soal cerita
literal merupakan pemahaman lainnya menjadi kesulitan baru
tingkat rendah. Pemahaman bagi peserta didik yang
literal, dibutuhkan dalam proses kemampuan bernalarnya masih
pemahaman membaca secara terbatas.
keseluruhan. Pemahaman literal
merupakan prasyarat bagi
pemahaman yang lebih tinggi.

Wawancara

 Peserta didik
Berdasarkan wawancara
kepada peserta didik,
diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Peserta didik tidak suka
membaca.
2. Membaca itu membutuhkan
waktu yang lama.
3. Peserta didik harus berpikir
menggunakan rumus yang
tepat.

 Rekan sejawat/ guru


matematika
Berdasarkan wawancara
kepada rekan sejawat
diperoleh hasil berikut:
1. Peserta didik belum
memahami point dari
pertanyaan pada soal.
2. Soal cerita memiliki
makna dan pesan tersirat.
3. Peserta didik tidak terbiasa
dengan soal cerita yang
terlihat sulit karena akan
membutuhkan proses yang
panjang untuk
mengerjakannya.

 Wawancara Pakar ( Ketua


MGMP SMA Lamtim)
Berdasarkan wawancara
kepada pakar diperoleh hasil
berikut:
1. Pada soal cerita
dibutuhkan analisis
(kemampuan berfikir
kritis)
2. Dalam memberikan contoh
penyelesaian soal cerita,
guru cenderung
menggunakan langkah-
langkah yang baku.
3. Terkadang soal cerita
dibuat sangat memaksa
sehingga menjadi sesuatu
yang sulit dipahami dan
aneh.
2. Peserta didik tidak bisa Kajian Literatur : Dari hasil eksplorasi penyebab
memahami materi yang masalah, dapat diperoleh hasil
disampaikan oleh guru Menurut Dimyati dan Mudjiono, analisis sebagai berikut:
“ konsentrasi belajar merupakan 1. Salah satu indikator
kemampuan memusatkan konsentrasi belajar siswa
perhatian pada pelajaran. adalah memperhatikan secara
Pemusataan perhatian tersebut aktif setiap materi yang
tertuju pada isi bahan belajar disampaikan guru dengan cara
maupun proses memperolehnya. bertanya dan memberikan
argumentasi.
Indikator konsentrasi belajar 2. Peserta didik tidak fokus pada
siswa dapat diamati dari materi yang sedang dipelajari.
beberapa tingkah lakunya saat 3. Materi yang sulit dipahami.
proses belajar mengajar 4. Materi yang disampaikan oleh
berlangsung, antara lain: guru tidak bisa dipahami oleh
1. Memperhatikan secara aktif peserta didik bisa jadi materi
setiap materi yang tersebut belum sesuai dengan
disampaikan guru dengan tingkat pemahaman peserta
cara mencatat hal-hal yang didik.
perlu, menyimak dengan
seksama, bertanya saat ada
yang tidak dipahami dll.
2. Dapat merespon dan
memahami setiap materi
pelajaran yang diberikan
seperti menerapkan
pembelajaran yang
disampaikan.
3. Selalu bersikap aktif dengan
bertanya dan memberikan
argumentasi mengenai materi
pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
4. Menjawab dengan baik dan
benar setiap pertanyaan yang
diberikan guru.
5. Kondisi kelas tenang dan
tidak gaduh saat menerima
materi pelajaran, tidak
mudah terganggu oleh
rangsangan dari luar dan
minat belajar siswa.
Wawancara

 Peserta didik
Berdasarkan wawancara
kepada peserta didik,
diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Peserta didik kurang fokus
dalam menerima pelajaran
2. Materi yang sulit dipahami

 Rekan sejawat/ guru


matematika
Berdasarkan wawancara
kepada rekan sejawat
diperoleh hasil berikut:
1. Materi yang sulit.
2. Bahasa yang digunakan
oleh guru tidak memiliki
kata kunci yang bisa
dimengerti peserta didik.
3. Peserta didik tidak fokus
pada materi yang sedang
dipelajari.

 Wawancara Pakar ( Ketua


MGMP SMA Lamtim)
Berdasarkan wawancara
kepada pakar diperoleh hasil
berikut:
1. Materi yang disampaikan
oleh guru tidak bisa
dipahami oleh peserta didik
bisa jadi materi tersebut
belum sesuai dengan
tingkat pemahaman peserta
didik.
3. Guru belum Kajian Literatur : Dari hasil eksplorasi penyebab
memanfaatkan teknologi masalah, dapat diperoleh hasil
secara maksimal Menurut Asmani (2011: 114) analisis sebagai berikut:
bahwa pembelajaran berbasis 1. Guru hanya menggunakan
TIK akan berjalan efektif jika PPT sebagai media
menerapkan pembelajaran yang pembelajaran.
berpusat pada kegiatan peserta 2. Peserta didik sudah terbiasa
didik (student/learned centered mendengarkan materi
learning), yaitu: matematika dengan metode
1. Mengembangkan ceramah.
kemampuan peserta didik 3. Guru belum sepenuhnya
untuk memecahkan menggunakan media video
permasalahan dalam belajar matematika yang asyik
kehidupan nyata dan media PPT yang menarik
(kontekstual), sehingga minat peserta didik dalam
pendidikan menjadi relevan belajar matematika.
dan responsive terhadap 4. Guru perlu mengaplikasikan
tuntutan kehidupan sehari- teknologi dalam pembelajaran
hari. karena teknologi memberikan
2. Menumbuhkan pemikiran banyak kemudahan, misal
refklektif dan kreatif. kemudahan mengakses bahan
3. Membantu perkembangan bacaan, materi, simulasi dan
dan keterlibatan aktif dari sebagainya.
peserta didik dalam proses
belajar.

Wawancara

 Peserta didik
Berdasarkan wawancara
kepada peserta didik,
diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Guru hanya menggunakan
PPT sebagai media
pembelajaran.
2. Guru hanya menggunakan
buku sebagai sumber utama
dalam belajar.

 Rekan sejawat/ guru


matematika
Berdasarkan wawancara
kepada rekan sejawat
diperoleh hasil berikut:
1. Teknologi mungkin
menjadi hal yang
menyulitkan bagi seagian
guru matematika.
2. Peserta didik sudah terbiasa
mendengarkan materi
matematika dengan metode
ceramah.
3. Guru perlu diperkenalkan
dengan baik bahwa dengan
teknologi jauh lebih baik
dan efisien dalam
memahamkan materi
tertentu.

 Wawancara Pakar ( Ketua


MGMP SMA Lamtim)
Berdasarkan wawancara
kepada pakar diperoleh hasil
berikut:
1. Guru belum sepenuhnya
menggunakan media video
belajar matematika yang
asyik dan media PPT yang
menarik minat peserta
didik dalam belajar
matematika.
2. Guru perlu menggunakan
ice breaking seperti
quizizz, kahoot,dll agar
siswa menjadi lebih siap
dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu
mengaplikasikan teknologi
dalam pembelajaran karena
teknologi memberikan
banyak kemudahan, misal
kemudahan mengakses
bahan bacaan, materi,
simulasi dan sebagainya.

4. Guru belum maksimal Kajian Literatur : Dari hasil eksplorasi penyebab


dalam memanfaatkan masalah, dapat diperoleh hasil
model pembelajaran Winataputra (1993) analisis sebagai berikut:
inovatif mengartikan model 1. Guru merasa bahwa
pembelajaran sebagai kerangka merepotkan menerapkan
konseptual yang melukiskan model pembelajaran Inovatif.
prosedur yang sistematis dalam Karena harus menggunakan
mengorganisasikan pengalaman berbagai sumber dan alat
belajar untuk mencapai tujuan untuk belajar.
belajar tertentu dan berfungsi 2. Guru malas mempelajari hal
sebagai pedoman bagi baru, sehingga inovasi tidak
perancang pembelajaran dan bisa didapatkan dan
para guru dalam merencanakan diterapkan secara maksimal
dan melaksanakan aktivitas dalam pembelajaran.
belajar-mengajar. 3. Setiap guru mempunyai model
pembelajaran yang paling
Ciri-ciri model pembelajaran dikuasai, tinggal model yang
yang baik dapat dikenali sebagai dikuasai dimodifikasi dengan
berikut: berbagai cara disesuaikan
1. Memiliki prosedur yang dengan kondisi kelasnya.
sistematik dalam
memodifikasi perilaku siswa-
siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2. Hasil belajar di tetapkan
secara khusus. Setiap model
pembelajaran menentukan
tujuan-tujuan khusus hasil
belajar yang diharapkan
dicapai oleh siswa dalam
bentuk unjuk kerja yang
dapat di amati.
3. Penetapan lingkungan secara
khusus. Menetapkan keadaan
lingkungan secara spesifik
dalam model pembelajaran.
4. Ukuran keberhasilan. Model
harus menetapkan kriteria
keberhasilan unjuk kerja
yang diharapkan dari siswa.
5. Interaksi dengan lingkungan.
Semua model mengajar
menetapkan cara yang
memungkinkan siswa
melakukan interaksi dan
bereaksi dengan lingkungan.

Wawancara

 Rekan sejawat/ guru


matematika
Berdasarkan wawancara
kepada rekan sejawat
diperoleh hasil berikut:
1. Guru merasa bahwa
merepotkan menerapkan
model pembelajaran
Inovatif. Karena harus
menggunakan berbagai
sumber dan alat untuk
belajar.
2. Guru malas mempelajari
hal baru, sehingga inovasi
tidak bisa didapatkan dan
diterapkan secara maksimal
dalam pembelajaran.

 Wawancara Pakar ( Ketua


MGMP SMA Lamtim)
Berdasarkan wawancara
kepada pakar diperoleh hasil
berikut:
1. Setiap guru mempunyai
model pembelajaran yang
paling dikuasai, tinggal
model yang dikuasai
dimodifikasi dengan
berbagai cara disesuaikan
dengan kondisi kelasnya.
2. Model-model pembelajaran
inovatif yang
dikembangkan oleh para
ahli belum tentu akan
sesuai dengan kondisi kelas
yang diampu oleh guru.
5. Peserta didik belum Kajian Literatur : Dari hasil eksplorasi penyebab
mampu menyelesaikan masalah, dapat diperoleh hasil
masalah berbasis HOTS Menurut Thorne & Thomas analisis sebagai berikut:
(2009:2) menyebutkan bahwa 1. Peserta didik kesulitan dalam
high order thinking skills adalah menentukan rumus untuk
proses berpikir pada level yang menyelesaikan soal HOTS.
lebih tinggi dari pada hanya 2. Guru perlu menggunakan
sekedar mengingat fakta atau model pembelajaran yang
menjelaskan kembali sesuatu menuntut peserta didik
yang dipelajarinya kepada orang berfikir kritis.
lain. HOTS menuntut seseorang 3. Perlu pemikiran yang lebih
untuk memahami, kreatif untuk membuat soal
menyimpulkan, menghubungkan HOTS.
fakta dengan konsep,
mengkategorikan,
memanipulasi, mencari fakta
dalam suatu peristiwa yang
terjadi, dan mencari solusi untuk
suatu masalah yang terjadi.

Arwood (2011:130) menyatakan


bahwa kemampuan berpikir tiap
individu dapat menggabungkan
konsep-konsep, dari satu konsep
ke 12 konsep lain dengan
merangkai kerangka berpikir,
mengucapkan, menulis,
membaca, melihat, dan
menghitung. Kerangka berpikir
tiap individu dapat diolah dan
dikembangkan dengan cara
memperdalam pengalaman-
pengalaman yang lebih
bermakna. Pengalaman
pengalaman tersebut dapat
diperoleh melalui
pengembangan proses berpikir
kognitif.

Wawancara

 Peserta didik
Berdasarkan wawancara
kepada peserta didik,
diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Peserta didik kesulitan
dalam menentukan rumus.
2. Dibutuhkan waktu yang
lebih lama untuk
menyelesaikan soal HOTS.

 Rekan sejawat/ guru


matematika
Berdasarkan wawancara
kepada rekan sejawat
diperoleh hasil berikut:
1. Guru memerlukan waktu
yang lebih lama untuk
membuat soal HOTS
2. Guru perlu menggunakan
model pembelajaran yang
menuntut peserta didik
berfikir kritis.
 Wawancara Pakar ( Ketua
MGMP SMA Lamtim)
Berdasarkan wawancara
kepada pakar diperoleh hasil
berikut:
1. Perlu pemikiran yang
lebih kreatif untuk
membuat soal HOTS.
2. Dalam pembelajaran
soal HOTS, terkadang
guru seperti bertele-tele
dan tidak langsung
sehingga peserta didik
terlihat agak bosan.

Anda mungkin juga menyukai