Anda di halaman 1dari 22

NAMA : SALMA WATI

NO UKG : 201800361748
KATEGORI/TAHUN : 2/2022
SEKOLAH ASAL : SMKS NUSANTARA MANDIRI BONTANG
LPTK : UNIVERSITAS MULAWARMAN

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kurangnya peran  Literatur: Analisis eksplorasi
orangtua sehingga penyebab masalah
motivasi belajar 1. Hamidah & Putra (2021) mengutip beberapa terhadap Kurangnya peran
bahasa inggris pendapat para ahli yang menyatakan bahwa orangtua sehingga
Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-
peserta didik motivasi belajar bahasa
anaknya karena dari orang tuanya anak-anak
rendah. mulai menerima pendidikan (Sakti, 2021; Santosa inggris peserta didik
et al., 2018). Bentuk pendidikan anak terdapat rendah dapat disimpulkan
dalam kehidupan keluarga. Keluarga merupakan bahwa:
pusat kasih sayang yang saling membantu antara 1. Orang tua berkewajiban dan
sesama. Orang tua berkewajiban dan bertanggung bertanggung jawab
jawab mendidiknya di rumah dengan baik mendidiknya di rumah
terhadap keberlangsungan pendidikan anaknya di dengan baik terhadap
masa depan (Nouwen & Zaman, 2018; keberlangsungan pendidikan
Yulianingsih et al., 2020). anaknya di masa depan
2. jika orang tua kurang
2. Menurut Sardiman (2011:75) dalam dalam memberikan
Wahidin (2019:240) motivasi belajar perhatian maka peserta
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya didik cenderung malas
penggerak siswa yang memicu kegiatan mengikuti
belajar, yang menjamin kelangsungan pembelajaran disekolah
kegiatan belajar, dan yang memberi arah karena mereka
pada kegiatan belajar, sehingga tujuasn mengganggap bahwa
ysng diinginksn oleh pembelajaran tidak ada apressiasi dari
tersebut dapat tercapai. orangtua terhadap
pembelajaran yang
3. Lestari, V. (2020). Mengatakan bahwa, perhatian
orangtua sangat diperlukan dan berperan dalam
mereka lakukan di
menentukan pencapaiaan belajar dan kebarhasilan sekolah.
anak itu sendiri. motivasi belajar bahasa inggris 3. Orang tua sudah
dapat diartikan sebagai satu keadaan fisiologis dan seharusnya bisa
psikologis pada diri peserta didik yang mendarong menjadi motivator
untuk melakukan kegiatan pembelajaran bahasa
dalam pembelajaran
inggris untuk meraih prestasi berdasarkan
kemampuan yang dimiliki dalam pelajaran bahasa anaknya disekolah
inggris oleh karena itu maka: dengan cara:
- Menyediakan bahan
a. Orang tua harus terus meningkatkan
pembelajaran lain
perhatiannya sehingga memberikan
untuk mata pelajaran
pengaruh positif terhadap prestasi
bahas inggris yang sulit
belajar bahasa inggris peserta didik
dipahami oleh peserta
b. Peserta didik harus selalu menghargai didik seperti kamus
dan meningkatkan motivasi belajar bahasa inggris
mereka karena ini memberikan dampak - Memasukkan anaknya
sangat baik pada pembelajaran dan dibimbingan belajar/
prestasi bahasa inggris mereka. tempat les bahasa
inggris.
- Perhatian orang tua terhadap anaknya 4. Orangtua harus sering
yang berhubungan dengan berinteraaksi dan
pembelajaran dapat ditunjukkan berkomunikasi dengan
dengan berbagai tindakan seperti: anaknya dirumah
 Pemberian penghargaan (menanyakan perihal
 Pemberian hukuman kesulitan yang dialami
 Memberikan bimbingan dan anaknya selama
membantu dalam kesulitan pembelajaran dan
 Memberikan contoh memberikan masukan
 Memenuhi kebutuhan belajar anak atau solusi untuk
(buku tulis, buku pelajaran, alat tulis, mengatasi kesulitan
mej, kursi, dsb) tersebut.
4. Slameto (2010) dalam Lestari, V. (2020)
mengatakan bahwa beberapa orangtua
bahkan tidak memperhatikan pendidikan
nanak mereka, misalnya orangtua acuh
terhadap kegiatan belajar anaknya, tidak
memperhatikan kebutuhan dan
kepentingan anaknya dalam belajar, tidak
mengatur waktu belajar, tidak
memperhatikan waktu pembelajaran,
tidak ingin tahu kemajuan kemajuan
pembelajaran anaknya atau mungkin
kesulitan yang dialami dalam belajar
dapat menyebabkan anak gagal dalam
belajar .

5. Widodo (2020) mengatakan bahwa,


rendahnya motivasi belajar bahasa
Inggris siswa lebih banyak disebabkan
oleh minimnya kemauan dan dorongan
eksternal terutama keluarga untuk
senantiasa mengingatkan dan menegur
jika terdapat kekeliruan ataupun
kekurangan-kekurangan. Peran keluarga
masih belum berjalan dengan maksimal
dalam upaya memotivasi siswa untuk
belajar. Melihat kondisi yang ada hal
tersebut lebih banyak disebabkan oleh
latar belakang pendidikan keluarga yang
kurang baik serta pekerjaan para anggota
keluarga sehingga interaksi yang terjadi
antara siswa dan keluarga baik orang tua
maupun saudara tidak dapat berjalan
dengan baik.

Daftar pustaka:
Hamidah, S., Putra, E, D. (2021). Peran
Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Mimbar
Ilmu Volume (26, Number 2, 2021 pp. 302-308 P-
ISSN: 1829-877X E-ISSN : 2685-9033) .
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i1.852.
Lestari, V. (2020) .The Role Of
Parental Attention And Learning Motivation
In Increasing Students’ English Learning
Achievement. Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris FKIP-Universitas Muslim
Maros. (Vol. 3 No. 1, June 2020, pp. 12-21).
https://ejournals.umma.ac.id/index.php/se
ltics.

Wahidin (2019). Peran Orang Tua


Dalama Menumbuhkan Motivasi Belajar
Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Pancar
(Vol. 3, No. 1, April 2019). .
Widodo, U. (2020). Faktor-Faktor Motivasi Dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris . Jurnal Pendidikan,
Sains Sosial dan Agama. July 2020.
DOI:10.53565/pssa.v5i2.110

 Wawancara
1. Guru/ rekan sejawat mapel bahasa
inggris.
- Peran orangtua sangat berpengaruh
dalam memotivasi peserta didik untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.
Jika orang tua kurang dalam
memberikan perhatian maka peserta
didik cenderung malas mengikuti
pembelajaran disekolah karena
mereka mengganggap bahwa tidak
ada apressiasi dari orangtua terhadap
pembelajaran yang mereka lakukan di
sekolah.
- Contoh peran yang tidak dilakuan
orang tua dalam memotivasi anaknya
yaitu:
a. Orang tua tidak mendampingi
anaknya saat mengerjakan tugas
atau (PR) karena alasan sudah lelah
bekerja.
b. Orang tua acuh terhadap apa yang
telah anaknya lakukan disekolah
dan tidak menanyakan kesulitan
apa yang mereka alami dalam
proses pembelajaran disekolah.
c. Orangtua tidak menyediakan
kamus untuk pembelajaran bahasa
inggris atau buku teks tambaham
selain buku dari sekolah.
d. Orang tua tidak peduli dengan
kesulitan adaknya dalam
pembelajaran bahasa inggris dan
cenderung tidak memberikan
pembelajaran tambahan berupa les
bahasa inggris.
2. Waka kurikulum SMKS Nusantara
Mandiri Bontang.
- sistem pembelajaran bukan hanya peran
serta di sekolah saja jadi peran serta
orangtua itu wajib hukumnya karena
peserta didik lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah jadi
harus ada jalinan kerjasama dan
komunikasi antara pihak sekolah
dengan orangtua agar peserta didik
lebih termotivasi untuk mencapai
tujuan pembelajaran mereka. Jika
motivasi dari orang tua seiring sejalan
dengan sekolah maka peserta didik
akan merasa lebih nyaman dan
semangat untuk ke sekolah.

2 Rendahnya minat Kajian literatur: Analisis eksplolasi


membaca peserta masalah terhadap
didik sehingga 1. Menurut Rahayu dkk. (2016) dalam Alpian & Rendahnya minat
penguasaan Ruwaida, H. (2022). Minat adalah motivasi membaca peserta didik
yang timbul untuk melakukan sesuatu.
kosakata rendah. Seseorang yang berminat pada sesuatu akan
sehingga penguasaan
Kemampuan cenderung melakukan sesuatu tersebut sendiri kosakata rendah.
memahami bacaan tanpa diminta oleh orang lain. Menurut Kemampuan memahami
juga rendah Rahayu dkk. (2016) dalam Alpian & Ruwaida, bacaan juga rendah, dari
H. (2022). Tahmidaten dan Krismanto (2020) kajian literatur dan
bahwa membaca adalah tentang menyerap dan
memahami makna penting dalam bahan
wawancara dapat
bacaan. Sehingga semakin luas pengetahuan disimpulkan bahwa:
seseorang, maka akan bertambah baik juga 1. semakin berminat
pemahamannya terhadap bahan bacaan. seseorang untuk
membaca, maka
2. Putri dkk. (2019) Membaca, maka semakin semakin bagus
luas wawasan dan ilmu pengetahuannya.
Dengan membaca seseorang akan mempunyai
kemampuan
indra bahasa yang tinggi, sehingga indera nmengidentifikasinya,
bahasa tersebut ia bisa memahami ide-ide karena dengan
yang kompleks dengan lebih baik. Membaca membaca kosakata
bukan hanya soal mengucapkan kata atau seseorang semakin
kalimat, tetapi membaca soal memahami isi
bertambah.
bacaan. Pemahaman merupakan menangkap
makna suatu informasi). 2. penguasaan kosakata
secara bersama-sama
memberikan kontribusi
3. Wahyuni, (2022) mengngemukan bahwa yang signifikan
semakin berminat seseorang untuk membaca, terhadap kemampuan
maka semakin bagus kemampuan pemahaman membaca.
nmengidentifikasinya, karena dengan
membaca kosakata seseorang semakin banyak 3. Apabila ingin
dan identifikasi yang dihasilkan juga akan meningkatkan
semakin bagus. penguasaan kosakata secara kemampuan pemahaman
bersama-sama memberikan kontribusi yang membaca, maka minat
signifikan terhadap kemampuan membaca baca dan penguasaan
pemahaman. Jadi, rendahnya nilai kosakata peserta didik
kemampuan membaca pemahaman harus ditingkatkan.
Mahasiswa bisa ditingkatkan dengan 4. kemampuan membaca
meningkatkan minat baca dan penguasaan seseorang, haruslah
kosakata mereka. Selain itu minat baca dan dengan cara
penguasaan kosakata, baik secara mengembangkan serta
sendirisendiri maupun bersama-sama meningkatkan
memberikan kontribusi yang signifikan keterampilan yang
terhadap kemampuan membaca pemahaman. mereka butuhkan dalam
Oleh karena itu, apabila ingin meningkatkan membaca seperti
kemampuan membaca pemahaman memahami sisi bacaan.
Mahasiswa, maka minat baca dan penguasaan 5. Penguasaan kosa kata
kosakata mereka harus ditingkatkan. harus menyangkut
penguasaan bentuk (kata
4. Budianti & Damayanti (2017), mengutip atau bunyi) dan makna
beberapa pendapat para ahli, bahwa dalam kata.
mempengaruhi kemajuan kemampuan
membaca seseorang, haruslah dengan cara
mengembangkan serta meningkatkan
keterampilan-keterampilan yang mereka
butuhkan dalam membaca menurut
 Broughton (1978) dalam Tarigan (2008)
dan Dalman (2014) yaitu :
a. Pengenalan terhadap tanda baca (Garis-
garis, titik-titik, koma),
b. Merangkum isi bacaan,
c. Menyampaikan hasil isi bacaan,
d. Memahami makna bacaan.
 Begitu juga dengan halnya keterampilan
membaca, sebaiknya lebih ditekankan pada
kemampuan memahami isi bacaan,
keterampilan membaca mencakup tiga
komponen, yaitu : Pengenalan terhadap
aksara serta tanda-tanda baca, kolerasi
aksara beserta tanda-tada baca dengan
unsur-unsur linguistik yang formal, dan
hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan
makna atau meaning (Broughton (et al)
(1978) dalam Tarigan (2008).
 Penguasaan kosa kata adalah kemampuan
yang dimiliki sesorang berupa wahana
terpenting dalam berbahasa secara bebas,
sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun
tulisan. Apabila persediaan kosa kata tidak
mencukupi maka komunikasi akan
terhambat. Dengan demikian, dalam
berkomunikasi secara lisan maupun tulisan,
seseorang dituntut memiliki tingkat
penguasaan kosa kata yang memadai.
Penguasaan kosa kata harus menyangkut
penguasaan bentuk (kata atau bunyi) dan
makna kata.

Daftar Pustaka:
Alpian, A., Ruwaida, H. (2022). Pengoptimalan
Peran Perpustakaan Sekolah dalam Menumbuhkan
Minat Baca Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu
Vol 6 No 2 Tahun 2022. DOI:
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2363

Wahyuni , S. (2022). Kontribusi Minat Baca


Dan Penguasaan Kosakata Terhadap Kemampuan
Membaca Pemahaman Mahasiswa Semester I
Stifarm Padang.
https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp. DOI:
10.34125/kp.v7i2.752.

Budianti. Y, damayanti, N. (2017).


Pengaruh Metode KWL (Know Want to
Learn) terhadap Keterampilan dan Minat
Membaca Siswa. Indonesian Journal of
Primary Education. Vol. 1, No. 2 (2017)
13-18 ISSN: 2597-4866
Akbar, K. (2022). Pengaruh Kebiasaan
Membaca Dan Penguasaan Kosakata Terhadap
Kemampuan Membaca Bahasa Inggris. Qiro’ah|
Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 12 No. 1 2022|
https://ejurnal.iiq.ac.id/index.php/qiroah. DOI:
https://doi.org/10.33511/qiroah.v12n1.69-89.

Hasil wawancara:
1. Guru/ rekan sejawat mengatakan bahwa :
 Pesrta didik yang malas membaca
maka pembendaharaan kata juga
akan kurang karena mereka tidak
bisa menemukan kosa kata yang baru
dan belum mereka ketahui
sebelumnya.
 jika pembendaharaan kata mereka
kurang maka peserta didik tidak
dapat memahami bacaan dengan baik
terutama untuk pembelajaran atau
text yang berhasa inggris karna
mereka tidak mengetahui arti dati
kata tersebut.
 Dengan membaca peserta didik bisa
mencatat kosa kata baru yang
mereka temukan dalam bacaan dan
mencari tahu apa arti dari kata
tersebut untuk kemudian mereka bisa
gunakan dalam keseharian ataupun
dalam pembelajaran bahasa inggris.
2. Pakar/ ketua MGMP Bahasa Inggris
mengatakan bahwa:
 Rendahnya minat baca yang dimiliki
peserta didik sangat berdampak pada
minimnya kosakata yang mereka
ketahui, karena dengan membaca
peserta didik akan mendapatkan
banyak kata baru dibandingkan
dengan hanya mendengarkan.
 Peserta didik cenderung malas
membaca kerenakan
ketidakmampuan mereka dalam
memahami isi dari apa yang mereka
baca terutama untuk buku bacaan/
teks berbahasa inggris.
 Minat baca peserta didik semakin
meningkatakan meningkatkan
penguasaan kosa kata (dari segi
makna, penulisan maupun
pengucapannya) yang akan
mempermudah peserta didik dalam
memahami bacaan yang mereka
baca.

3 Peserta didik Kajian literatur: Analisis eksplorasi


mengalami penyebab masalah dari
kesulitan dalam 1. Menurut Nurgiyantoro (2001) dalam kesulitan peserta didik
menulis text bahasa Deliani (2017) mengatakan bahwa, dalam menulis text bahasa
inggris. “Kegiatan menulis merupakan bentuk inggris dari hasil literatur
atau wujud kemampuan atau dan wawancara dapat
disimpulkan bahwa:
keterampilan berbahasa yang paling
1. Peserta didik tidak
akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah mempunyai banyak
mendengarkan, berbicara, dan kosakata dalam bahasa
membaca”.Dibandingkan dengan ketiga inggris
keterampilan berbahasa yang lain, 2. Peserta didik tidak
kemampuan menulis lebih sulit dikuasai, mengetahui
bahkan oleh penutur ahli bahasa yang penyusunan struktur
kalimat dengan baik
bersangkutan sekalipun. Hal tersebut
(grammar)
disebabkan kemampuan menulis 3. Guru kurang menggunakan
menghendaki penguasaan berbagai unsur metode pengajaran yang
bervariasi dalam
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu menyampaikan materi
sendiri yang menjadi isi karangan. tentang text-text bahasa
Kemampuan menulis merupakan inggris, misalnya hanya
menjelaskan tanya
kemampuan yang kompleks, yang menunjukkan caontoh yang
menuntut sejumlah pengetahuan dan menarik seperti untuk
keterampilan”. procedure text bisa
memakai metode
demonstrasi sederhana
2. Writing adalah kegiatan paling kompleks untuk didepan kelas.
dikuasai Deporter(2000) dan Zemach & 4. Peserta didik sulit
Rumisek (2006) dalam Wahyuni & Etfita untuk menuangkan ide
(2018) mengemukakan proses menulis terdiri mereka dalam tulisan.
atas persiapan, draf kasar, berbagi,
memperbaiki, penyuntingan, penulisan kembali,
dan evaluasi. Proses ini dilakukan sebagai
langkah dalam menghasilkan tulisan yang baik
dari segi isi dan komponen menulis lainnya. Oleh
karena itu, model pembelajaran harus tepat dan
tidak monoton di dalam kelas saja. Model
pembelajaran juga harus bisa memfasilitasi
dan mendukung siswa dalam mempelajari
sebuah bahasa khususnya menulis di mana
mengedepankan kemudahan untuk bisa
mempelajarinya.

3. Irham dan Wiyani (2013) dalam


Tambunsaribu (2022) menyatakan bahwa
kesulitan dalam hal belajar merupakan
suatu keadaan saat siswa mengalami
hambatan dalam mengikuti proses belajar
mengajar sehingga mencapai hasil
belajar yang tidak optimal. Menurut
Abdurrahman (2003) dalam
Tambunsaribu (2022) mengatakan bahwa
kesulitan belajar dapat dibagi kedalam
dua kelompok besar, yakni:
1) Kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan (developmental
learning disabilities). Subkategori dari
kesulitan ini adalah: a) kesulitan belajar
yang berhubungan dengan
perkembangan mencakup gangguan
motorik dan persepsi, b) kesulitan belajar
bahasa dan komunikasi, dan c) kesulitan
belajar dalam penyesuaian perilaku
sosial.
2) Kesulitan belajar akademik (academic
learning disabilities) yaitu kesulitan
belajar yang mencakup adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi
akademik yang sesuai dengan kapasitas
yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan
tersebut mencakup penguasaan
keterampilan dalam membaca, menulis,
atau matematika.

4. Tambunsaribu (2022) dari hasil


penelitian dapat dikatakan bahwa Faktor
yang menyebabkan mahasiswa merasa
sulit dalam mempelajari bahasa Inggris
sampai saat ini adalah factor internal dan
eksternal. Para responden
memberitahukan bahwa sangat besar
pengaruh guru/pengajar terhadap
kemampuan mereka dalam menguasai
belajar bahasa Inggris. Penulis
mengelompokkan masalah yang mereka
hadapi dari guru/pengajar ke dalam 3
kategori umum, yaitu,
1) Guru bersikap tidak menyenangkan
(Strict/uncomfortable teacher);
2) Metode guru kurang interaktif atau pasif
(Poor Teaching methods/Pasive teacher)
3) Guru tidak ahli mengajar mata kuliah
bahasa Inggris (Incapable/Unskilled
teacher). Para pelajar mengatakan bahwa
masalah yang berasal dari dalam diri
mereka sendiri.

Penulis mengelompokan factor internal


ini ke dalam tiga alasan individu, yaitu:

a) Mereka menganggap bahasa Inggris


itu membingungkan (77%). b) Mereka
tidak suka pelajaran bahasa Inggris (15
%).
c) Mereka mengatakan bahwa bahasa
Inggris itu tidak penting (8%).

5. Wahyuni & Etfita (2018) Merupakan


sebuah fakta bahwa siswa masih
mengalami kesulitan dalam menulis
bahasa inggris. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi
keterampilan menulis siswa;
1) pertama, siswa tidak menguasai
komponen bahasa dengan baik
seperti; vocabulary, punctuation,
phonology and grammar
2) Kedua, siswa tidak mau
mempraktekkan keterampilan
menulisnya.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan


Brown (2007) dalam Wahyuni & Etfita
(2018) bahwa “to make a good writing,
a writer has to master the components
of language; they are spelling,
vocabulary, punctuation and grammar”.

6. Prihatmi (2017). Berdasarkan hasil yang


didapat melalui wawancara, responden
mempunyai beragam pendapat tentang
kesulitan yang dihadapi dalam academic
writing. 70% responden menyatakan
bahwa kesulitan terbesar adalah tidak
tahu kata yang akan digunakan
(vocabulary). 20% responden
menyatakan grammar/tenses sebagai
hambatan dalam menulis, sisanya
menyatakan tidak memiliki ide untuk
memulai menulis atau tidak tahu apa
yang akan ditulis.

7. Heaton (1988:135) dalam Palupi & Darmahusni


(2017 ) menyatakan kompleksitas dalam menulis
bukan hanya persoalan tata bahasa tetapi lebih
pada kemampuan siswa dalam penguasaan
konseptual atau ide dalam tulisan agar tulisan
tersebut menjadi bernar. Kompleksitas dalam
menulis juga dipicu adanya keterlibatan
keterampilan berbahasa lainnya yang bersifat
reseptif, seperti membaca dan menyimak dalam
proses aktivitas menulis.

8. Kemampuan menulis tidak hanya berupa


aktivitas yang mentransfer pikiran
kedalam bentuk tulisan, namun juga
harus dikerjakan dalam writing yang
disusun dengan tepat. Brown ( 2001)
dalam Wigati (2014) menyebutkan lima
aspek dalam writing yaitu:
• Content o Adalah intisari dari writing
dan ide yang digambarkan pada writing.
Elemen ini berhubungan dengan
pengetahuan sang penulis dalam writing
termasuk subtansi, pengembangan thesis
sentence, dan relevansi dalam
menampilkan topic.
• Form o Susunan atau pengorganisasian
dalam writing yang menunjukkan
keseluruhan penyusunan struktur
penulisan yang tepat pada tipe text yang
ditulis.
• Vocabulary o Pertimbangan mahasiswa
dalam memilih kata-kata yang tepat
dalam mengekspresikan idenya.
• Grammar or language use o
Penggunaan bentuk grammatical dan
bentuk syntax dalam writing. Komponen
ini biasanya dinilai dari akurasi struktur
kalimat seperti subject-verb agreement,
tenses, word order, dst
• Mechanics o Pertimbangan dalam
aplikasi writing seperti punctuation dan
spelling.
Wigati (2014) mengatakan bahwa Data
wawancara dan data dari pengamatan
juga menyediakan beberapa penjelasan
tentang alasan mengapa responden tidak
memberikan cukup detail . Menurut
jawaban responden , ia mengungkapkan
bahwa mereka memiliki kesulitan dalam
mengekspresikan ideide mereka dalam
bahasa Inggris . Masalah itu terutama
pada kurangnya kosa kata dan kurangnya
kemampuan dalam mengoperasikan tata
bahasa Inggris .

Daftar Pustaka:
Deliani. (2017). Pengaruh Model Visual,
Auditory, Khinestheticfleming Terhadap Kemampuan
Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Smk Pab
3 Medan Estate, FKIP UISU Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia ISSN: 2550-0848 Vol.
1, No. 2, Maret 2017

Wahyuni & Etfita.(2018). Pengaruh Blended


Learning Model
dan Sikap Berbahasa Terhadap Kemampuan Menulis
Bahasa Inggris Siswa Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kota Pekanbaru. Jurnal Pendidikan,
Bahasa dan Sastra, Volume 6, Nomor 2,Desember
2018.
DOI: https://doi.org/10.25299/geram.2018.vol6(2).1
910

Prihatmi, N. (2017). English Academic


Writing Bagi Mahasiswa Di Institut
Teknologi Nasional Malang: Hambatan Dan
Solusi. Seminar Nasional Inovasi Dan
AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN
2085-4218 ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Palupi & Darmahusni (2017 ). Pembelajaran


Menulis Deskriptif Bahasa Inggris di Kelas X Pada
Siswa Lamban Belajar. Bahtera: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra, Volume 16 Nomor 2juli 2017.
Http://Journal.Unj.Ac.Id/Unj/Index.Php/Bahtera/ Issn
: 0853-2710

Wigati, F., S. (2014). Kesulitan Pada Aspek-


Aspek Writing Mahasiswa Dengan English
Proficiency Levels Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Solusi Vol.1 No. 3 September - Nopember 2014: 46-
61.
https://journal.unsika.ac.id/index.php/solusi/article/do
wnload/57/57.

Tambunsaribu, G. (2022) Masalah Yang


Dihadapi Pelajar Bahasa Inggris Dalam Memahami
Pelajaran Bahasa Inggris. Jurnal bahasa, sastra dan
budaya.
https://www.researchgate.net/publication/357924732.
January 2022. DOI: 10.33541/dia.v8i1.3110.

Hasil wawancara:
1. Guru/ rekan sejawat mengatakan bahwa
Kenapa peserta didk mengalami
kesulitan untuk menulis text dalam
bahasa inggris karena:
- Peserta didik terkadang sulit
menuangkan ide mereka dalam tulisan
jangankan dalam bahasa inggris,
bahasa Indonesia saja mereka
mengalami kesusahan menyusun
textnya karna kebingungan harus
mulai menulis darimana.
- Peserta didik kurang dalam
pembendaharaan kosakata sehingga
mereka tidak mampu untuk
menuliskan ide yang mereka miliki.
- Kurangnya pengetahuan tentang struktur
bahasa (grammar) dan kaidah kebahasaan
(language feature) untuk setiap text yang
berbeda misalmya recount text menggunakan
simple past tense sedangakan untuk
descriptive text menggunakan simple present
tense.
2. Pakar/ ketua MGMP Bahasa Inggris
tingkat SMK di Bontang, mengatakan
bahwa:
- Penyebab peserta didik mengalami
kesulitan dalam menulis text dalam
bahasa inggris dikarenakan tidak
memiliki banyak kosakata dalam
bahasa inggris jadi mereka terkadang
harus menuliskan ide mereka dalam
bahasa Indonesia kemudian berusaha
mentranslate kedalam bahasa bahasa
inggris.
- Menurut beliau peserta didik yang
mengalami kesuliatan dalam menulis
text bahasa inggris tidak
mengetahuti pengelompokan kosa
kata tersebut (noun, verb, to be,
adverb, adjective) sehingga jika
mereka sudah mengetahui kata yang
mereka translate persoalan
selanjutnya mereka tidak mampu
menyusunnya menjadi kalimat yang
baik dan benar dan menjadi paragraf
yang baik.
- Penguasaan kosa kata yang kurang
sehingga peserta didik tidak
mengetahui perubahan kata seperti
kata kerja (e.g. eat-ate-eaten) atau
kata benda (singular-plural : child-
children)
- Guru kurang menggunakan metode
pengajaran yang bervariasi dalam
menyampaikan materi tentang text-text
bahasa inggris, misalnya hanya menjelaskan
tanya menunjukkan caontoh yang menarik
seperti untuk procedure text bisa memakai
metode demonstrasi sederhana didepan
kelas.

4 Peserta didik Literature: Analisis eksplorasi


mengalami masalah yang di peroleh
kesulitan saat 1. Rumapea & Winnyta (2020) mengutip dari kajian literatur dan
berbicara beberapa pendapat para ahli yang hasil wawancara dapat
menggunakan menyatakan bahwa, Byrne (1984) disimpilkan bahwa
bahasa inggris. berbicara adalah proses dua arah antara penyebab Peserta didik
pembicara dan pendengar yang mengalami kesulitan saat
melibatkan keterampilan pemahaman berbicara menggunakan
produktif dan reseptif. Chaney dan Burk bahasa inggris:
(1998) mengatakan bahwa berbicara
tidak hanya melalui lisan tetapi juga 1. Masalah yang
melalui bahasa non-verbal termasuk berhubungan dengan
bahasa tubuh dan gerak tubuh. Berbicara afektif meliputi sikap,
merupakan suatu metode komunikasi kepercayaan diri,
lisan dan nonverbal antara beberapa motivasi, kecemasan,
orang atau lebih yang bertujuan untuk durasi paparan bahasa,
menyampaikan suatu pesan. kondisi kelas,
lingkungan, latar
2. Afshar & Asakereh (2016) dalam Jaya, belakang keluarga, dan
dkk (2022) menjelaskan bahwa masalah kompetensi siswa dan
utama yang dihadapi siswa dalam guru.
berbicara Bahasa Inggris dapat dibagi 2. Masalah yang
menjadi terkait masalah afektif, masalah berhubungan dengan
yang berhubungan dengan sosial, dan kebahasaan antara lain:
masalah yang berhubungan dengan kosakata, kelancaran,
bahasa. tata bahasa, dan
pengucapan.
- Masalah yang berhubungan dengan 3. Masalah yang
afektif meliputi sikap, kepercayaan berhubungan dengan
diri, motivasi, kecemasan, durasi sosial termasuk
paparan bahasa, kondisi kelas, pemahaman untuk
lingkungan, latar belakang keluarga, berlatih bahasa Inggris di
dan kompetensi siswa dan guru. luar kelas, dan
- Masalah yang berhubungan dengan pemahaman dalam
sosial termasuk pemahaman untuk berbicara kelas.
berlatih bahasa Inggris di luar kelas, 4. Situasi dan kondisi
dan pemahaman dalam berbicara kebahasaan di Indonesia
adalah sangat kompleks
kelas.
sedemikian rupa sehingga
- Masalah yang berhubungan dengan kinerja berbicara bahasa
kebahasaan antara lain: kosakata, Inggris peserta didik hampir
kelancaran, tata bahasa, dan tidak bisa lepas dari
pengucapan. terpengaruh unsur kedaerahan
Siswa cenderung memiliki masalah yang (dialek).
berhubungan dengan afektif dalam berbicara
karena beberapa alasan, misalnya kecemasan,
kurang percaya diri, dan gugup. Mereka
kemungkinan besar akan berbicara perlahan
dan kurang lancar karena mereka berharap
untuk tidak membuat kesalahan. Mereka juga
malu untuk berbicara di kelas dan suka sering
berhenti sejenak berbicara. Mereka selalu
berusaha menghindari berbicara dengan
menjawab pertanyaan dari gurunya dengan yes
atau no saja. Dalam hubungan sosial masalah,
siswa biasanya mengalami kesulitan memahami
percakapan saat berbicara di luar kelas mereka.
Yang berbahasa Inggris kegiatan selalu
berakhir segera setelah mereka selesai kelas.
Mereka menggunakan bahasa ibu atau dialek
lokal untuk berbicara dengan teman dan
keluarga mereka. Sebagai tambahan, siswa juga
menghadapi masalah linguistik karena alasan
pribadi seperti malas membaca buku dan jarang
berlatih berbicara di rumah.

3. Haidara (2016) mengatakan bahwa, Situasi dan


kondisi kebahasaan di Indonesia adalah sangat
kompleks sedemikian rupa sehingga bahasa
Inggris siswa kinerja berbicara hampir tidak bisa
lepas dari terpengaruh unsur kedaerahan.
Indonesia adalah negara dengan banyak bahasa
daerah dan juga dengan berbagai dialek dari
sejumlah besar kelompok etnis. Ini adalah sejalan
dengan pernyataan yang disampaikan oleh
Lauder [13] menjelaskan bahwa kebijakan bahasa
di Indonesia harus bersaing dengan masyarakat
yang sangat multikultural dan multibahasa
statusnya, dan peran atau fungsinya dalam
berfungsinya bangsa dan dalam pendidikan
khususnya harus dilihat melawan latar belakang
di mana itu terjadi di ketiga atau ketiga kategori
utama, Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan
bahasa asing.

4. Shen dan Chiu (2019) dalam Hanafiah (2019)


dalam penelitian mereka melaporkan bahwa
kesulitan dalam berbicara Bahasa Inggris yang
dihadapi siswa bersifat psikologis masalah
(misalnya gugup, takut membuat kesalahan, dan
kurang percaya diri), linguistik masalah
(misalnya kosakata yang tidak mencukupi, tata
bahasa, ekspresi, organisasi kalimat yang tidak
memadai, dll), dan masalah lingkungan (mis
konteks pembelajaran untuk percakapan bahasa
Inggris). Proses pembelajaran berbicara dalam
pembelajaran bahasa asing menuntut siswa untuk
memiliki pengetahuan kosakata, pemahaman tata
bahasa, semantic dan pragmatic. Hal ini
disebabkan karena kemampuan berbicara
menuntut adanya interaksi sosial yang tepat
dalam berkomunikasi agar efektif (Richards &
Renandya, 2002) dalam Hanafiah (2019)

5. Fitriani dkk (2015), Seperti yang dinyatakan


Bailey dan Savage (1994) bahwa berbicara dalam
bahasa kedua atau bahasa asing sering dipandang
sebagai keterampilan yang paling menuntut dari
keempat keterampilan tersebut. Dengan
demikian, tuntutan berbicara lancar lebih tinggi
daripada keterampilan bahasa lainnya, meskipun
yang lain tidak bisa dianggap remeh.
Keterampilan berbicara bahasa Inggris
mengharuskan pembicara untuk menggunakan
bahasa otentik di mana itu berarti bahwa siswa
perlu menggunakan bahasa itu dalam setiap
kesempatan atau ketika berkomunikasi dengan
siswa lain dalam konteks akademik. Masalah
berbicara adalah beberapa masalah yang
membuat seseorang kurang memiliki kemampuan
berbicara. Menurut Doris dan Jessica (2007)
dalam Fitriani (2015) masalah bahasa sebenarnya
menjadi salah satu alasan penting di balik kinerja
akademik yang buruk. Masalah-masalah ini dapat
menjadi hambatan bagi siswa untuk
meningkatkan dan meningkatkan kemampuan
berbicara mereka. Alasan mengapa siswa
mengalami masalah dalam berbicara adalah
mereka miskin dalam tata bahasa, kosa kata, dan
pengucapan. Masalah-masalah tersebut termasuk
dalam masalah linguistik. Masalah lain yang
mungkin menjadi penghalang bagi siswa untuk
menjadi penutur bahasa Inggris yang baik adalah
masalah psikologis.

6. Xinghua (2007) dalam fitirani (2015)


menyatakan bahwa masalah psikologis adalah
masalah yang sering mengganggu kesehatan
emosional dan fisik Anda, hubungan Anda,
produktivitas kerja, atau penyesuaian hidup
seperti gugup, kurang percaya diri dan takut
untuk berbicara. Masalah-masalah ini dapat
mempengaruhi kinerja siswa dalam berbicara
mereka

7. Naiburhu (2019) menyatakan bahawa,


rendahnya kemampuan berbicara siswa
dalam bahasa Inggris dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain: minimnya
pengetahuan bahasa inggris siswa, masih
minimnya perbendaharaan kosakakata
siswa, kurangnya latihan komunikasi
berbahasa Inggris siswa dalam kehidupan
sehari-hari, rendahnya aktifitas
memahami bahasa Inggris siswa,
rendahnya kualitas tugas-tugas siswa,
dan kurang tepatnya tehnik yang
digunakan guru. Faktor penyebab
rendahnya keterampilan siswa
memahami bahasa Inggris teknik
pembelajaran yang kurang tepat
merupakan faktor yang paling dominan.
Guru secara terus menerus
memperkenalkan polapola dan ungkapan
bahasa Inggris tanpa melalui konteks
atau situsi yang tepat, dan tidak diikuti
oleh latihan dan penerapan atau praktek
mendengarkan. Kegiatan interaksi antar
siswa sangat kurang.

Daftar pustaka:

Rumapea, E. P., & Wennyta, W. (2020).


The Correlation Between Self-Confidence and
Speaking Ability of Second Semester Students of
English Education Study Program at Batanghari
University Jambi. JELT: Journal of English
Language Teaching, 4(2), 104-111.
http://jelt.unbari.ac.id/index.php/jelt/article/view/
59.

Jaya, H. P., Petrus, I., & Pitaloka, N. L.


(2022). Speaking performance and problems faced by
English major students at a university in South
Sumatera. Indonesian EFL Journal, 8(1), 105-112.
https://doi.org/10.25134/ieflj.v8i1.5603

Haidara. Y. (2016) Psychological Factor


Affecting English Speaking Performance for the
English Learners in Indonesia. Universal Journal
of Educational Research 4(7): 1501-1505, 2016.
http://www.hrpub.org. DOI:
10.13189/ujer.2016.040701

Hanafiah, W. (2019). Peningkatan


Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Melalui
Media Film. EPIGRAM (e-Journal), 16(2), 149–158.
https://doi.org/10.32722/epi.v16i2.2229

Fitriani, D. A., & Apriliaswati, R. (2015). A


study on student’s English speaking problems in
speaking performance. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 4(9).
DOI: http://dx.doi.org/10.26418/jppk.v4i9.11345

Naiborhu, R. (2019). Upaya meningkatkan


keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui
metode bermain peran. Jurnal global edukasi, 3(1),
7-12. http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JGE
Hasil wawancara:
1. Guru/ rekan sejawat memberikan pendapatnya
mengenai mengapa peserta didik mengalami
kesulitan saat berbicara menggunakan bahasa
inggris:
- Kurangnya pembiasaan
menggunakan bahasa inggris dalam
kehidupan sehari- hari dan hanya
digunakan pada saat jam
pembelajaran bahasa inggris saja.
- Tidak percaya diri dalam berbicara
bahasa inggris karena takut salah dan
diejek oleh temannya
- Tidak memiliki kosakata yang
memadai
- Masih sering menggunakan bahasa
daerah (dialek) sehingga sulit untuk
melafalkan kata-kata atau berbicara
menggunakan bahasa inggris
2. Ketua MGMP Bahasa inggris
menyatakan bahwa kenapa siswa sulit
berbicara dalam bahasa inggris:
- Peserta didik terkadang sulit untuk
mengucapkan beberapa kata yang
ingin mereka sampaikan dalam
sebuah kalimat utuh.
- Peserta didik yang dapat barbahasa
inggris dan tidak menggunakannya
dalam berbicara karena takut yang
menyimak/ mendengar tidak
mengerti maksud dari apa yang dia
ungkapkan kepada teman atau lawan
bicaranya.
- Kurang penguasaan kosakata dan
cenderung takut bahwa susunan kata
yang mereka sampaikan tidak benar.
- Pengajar/ guru bahasa inggris juga
terkadang melakn kesalahan dalam
berbicara atau pelafalan kata
5 Guru kurang Literatur: Analisis eksplorasi
memanfaatkan dan 1. Puwadhi (2019) Pembelajaran Inovatif. masalah terhadap
menerapkan model Pembelajaran inovatif mengandung arti kurangnya guru
dan media pembelajaran yang dikemas oleh guru, atau memanfaatkan dan
pembelajaran instruktur, yang merupakan wujud gagasan atau menerapkan model dan
teknik yang dipandangn baru, agar mampu
inovatif memfasilitasi siswa untuk memperoleh
media pembelajaran
menyebabkan kemajuan dalam proses dan hasil belajar. inovatif menyebabkan
peserta didik Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari peserta didik menjadi pasif
menjadi pasif dalam model pembelajaran yang menyenangkan, atau dalam pembelajaran
pembelajaran learning is fun, dan merupakan kunci yang bahasa inggris dapat
bahasa inggris diterapkan dalam pembelajaran inovatif. disimpulkan bahwa:
2. AECT (Association for Education and 1. Rendahnya kualitas
Communication technology, 1977:201) dalam
Annisa (2018) memaknai media sebagai segala
gaya guru dalam
bentuk yang dapat dimanfaatkan dalam proses mengajar bahasa
penyaluran informasi. NEA (National Education Inggris mempunyai
Association) memaknai media sebagai segala implikasi negatif
benda yang dimanipulasi, dilihat, didengar, kepada siswa seperti
dibaca, atau dibincangkan beserta instrument
yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
malas dalam mengikuti
pelajaran, mengantuk,
3. Indarta , dkk (2022). Dari sisi guru 7 model tidak memperhatikan
pembelajaran inovatif yang ada yakni problem pelajaran yang
based learning, Discovery Learning, Inquiry disampaikan, tidak
Learning, Project Based Learning, Production semangat, tidak tertarik
Based Learning, Teaching Factory, Model dan tidak ada motivasi
Blended Learning, ragam model pembelajaran
ini harus dipilih yang sesuai dengan
untuk mempelajari
pemebelajaran era digital new normal saat ini. pelajaran tersebut.
Sedangkan di sisi siswa adanya kesiapan 2. adanya media pembelajaran
kararteristik 4C (Communication, Collaboration, yang inovatif dan variatif
Critical Thinking, Creative Innovative) akan membantu proses
pembelajaran menjadi lebih
4. Rahmat, H., & Jannatin, M. (2018). Peneliti aktif sehingga terciptanya
menemukan bahwa pada saat pembelajaran interaksi antara guru dan
Bahasa Inggris, siswa kurang bersemangat dan siswa yang mampu
tidak ada motivasi untuk belajar dengan alasan meningkatkan kefahaman
malas, bahasa Inggris sulit, banyak tugas, dan siswa dalam mempelajari
membosankan. Selain itu peneliti juga dapat materi Bahasa Inggris.
menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa 3. Guru harus mampu
Inggris guru menerapkan gaya mengajar yang menciptakan suasana
klasikal, monoton, dan berpusat pada guru. Guru yang menyenangkan
hanya memberikan tugas, jika tidak mengerjakan
akan mendapatkan punishment (hukuman)
didalam kelas dengan
sehingga membuat siswa merasa jenuh, bosan metode yang inovatif
dan malas karena selalu diberi tugas. Rendahnya sehingga siswa mampu
kualitas gaya guru dalam mengajar bahasa lebih aktif dalam
Inggris mempunyai implikasi negatif kepada pembelajaran.
siswa seperti malas dalam mengikuti pelajaran,
mengantuk, tidak memperhatikan pelajaran yang
4.
disampaikan, tidak semangat, tidak tertarik dan
tidak ada motivasi untuk mempelajari pelajaran
tersebut.

5. Rohyati, R., & Subekti, F. E. (2022).


Kurikulum 2013 memiliki karakteristik proses
pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Siswa
harus mampu berpikir multidimensi untuk
memecahkan masalah mereka sendiri melalui
pengamatan yang ekstensif, analisis dan
pengembangan proses pemecahan masalah.
Proses pengembangan disempurnakan dengan
berlatih membuat keputusan dari masalah
berdasarkan berbagai pemikiran. Siswa juga
diharapkan mampu menerapkan kemampuan
multidimensi untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari – hari. Untuk mengoptimalkan
kemampuan kognitif guru harus memiliki
strategi. Strategi yang dapat upayakan oleh guru
adalah strategi dalam penerapan model
pembelajaran yang inovatif.

6. Kumala, dkk (2020) mengutip beberapa


pendapat para ahli yang menyataakan bahwa,
media pembelajaran interaktif dan inovatif
berfungsi sebagai pengantar dan fasilitas
untuk membantu penyampaian materi pelajaran
(Iwan, 2014). Dengan adanya media
pembelajaran yang inovatif dan variatif akan
membantu proses pembelajaran menjadi lebih
aktif sehingga terciptanya interaksi antara guru
dan siswa yang mampu meningkatkan
kefahaman siswa dalam mempelajari materi
Bahasa Inggris (Aswan, 2016). Media dalam
proses pembelajaran adalah perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan sehingga terdorong serta terlibat dalam
pembelajaran (Hamid, 2020); (Kurniawan&
asriyati, 2017). Dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan melalui berbagai saluran,
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar untuk menambah
informasi baru bagi diri siswa sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
7. Sebuah pembelajaran akan menarik perhatian
peserta didik jika ada keterpaduan antara
pemilihan strategi atau metode pembelajaran
dengan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran yang akan disajikan.
Pembelajaran dengan media pembelajaran
interaktif dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa serta mampu menyerap informasi
dengan cepat. Pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran interaktif
akan menciptakan kondisi belajar yang berbeda
dan tidak monoton yang dapat dikreasikan
dengan menampilkan teks, suara, gambar atau
video. Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa pengembangan media
pembelajaran interaktif pada mata pelajaran
Bahasa Inggris merupakan upaya pemecahan
masalah pembelajaran Bahasa Inggris dengan
teknologi komputer yang berkembang semakin
canggih melalui serangkaian proses desain,
produksi, dan evaluasi. Kegiatannya bukan
hanya mengembangkan produk pembelajaran
Bahasa Inggris secara terpisah tetapi menyangkut
mendesain pelajarannya dan pemanfaatannya.

Daftar pustaka:
Purwadhi. (2019). “Pembelajaran Inovatif
dalam Pembentukan Karakter Siswa” in MIMBAR
PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian
Pendidikan, Volume 4(1), Maret, pp.21-34.
Bandung, Indonesia: UPI [Indonesia University of
Education] Press, ISSN 2527-3868 (print) and 2503-
457X
(online).http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik.

Rohyati, R., & Subekti, F. E. (2022).


Systematic Literature Review: Pengembangan
Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui
Pembelajaran Inovatif. JPMI – Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif, 5 (4), 941-
950. DOI 10.22460/jpmi.v5i4.941-950.

Indarta, Y., Ambiyar, A., Rizal, F.,


Ranuharja, F., Samala, A. D., & Dewi, I. P. (2022).
Studi Literatur: Peranan Model-Model Pembelajaran
Inovatif Bidang Pendidikan Teknologi
Kejuruan. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(4),5762-5772. DOI:
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.2721.

Rahmat, H., & Jannatin, M. (2018).


Hubungan Gaya Mengajar Guru dengan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Bahasa Inggris. El Midad, 10(2), 98-111.

Kumala, D. R., Rohmah, Z., & Hidayatulloh, M.


K. Y. (2020). Pendampingan Belajar Menggunakan
Media Ular Tangga Pembelajaran Bahasa Inggris
Siswa SD di Bandarkedungmulyo. Jumat
Pendidikan: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1),
44-47.

Annisa, N., Saragih, A. H., & Mursid, R.


(2018). Pengembangan Media Pembelajaran
Interaktif Pada Mata Pelajaran Bahasa
Inggris. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi
Dalam Pendidikan, 5(2), 210-222.
DOI: https://doi.org/10.24114/jtikp.v5i2.12599

Hasil wawancara:
1.Guru/ rekan sejawat memberikan
pendapatnya tentang masalah Guru
kurang memanfaatkan dan menerapkan
model dan media pembelajaran inovatif
menyebabkan peserta didik menjadi pasif
dalam pembelajaran bahasa inggris:
- Guru termasuk media agar peserta
didik bisa mencapai tujuan
pembelajarannya.
- Guru seringkali hanya memakai satu
metode saja karna kurangnya waktu
menyiapkan media dan metode
pembelajaran yang inovatif karna
dibebankan dengan jam
pembelajaran yang begitu banyak.
- Jika guru hanya menggunakan
metode ceramah yang monoton maka
siswa akan cepat bosan terutama
dipembelajaran bahasa inggris yang
dianggap sulit dipahami. Peserta
didik cenderung hanya menerima
saja apa yang gurunya jelaskan tanpa
aktif menanyakan apa yang belum
mereka pahami.
-
2. Pakar/ ketua MGMP mengatakan bahwa yang
menyebabkan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran bahasa inggris adalah dengan
adanaya metode inovatif yang dikuasai dan
mampu diterapkan oleh guru tersebut seperti
contohnya membentuk kelompok diskusi dengan
materi “cause effect”, selain itu media
pembelajaran yang interaktif sangat dibutuhkan
agar peserta didik tidak cepat merasa bosan dan
mampu menangkap lebih cepat tujuan dari materi
yang akan diajarkan (menampilkan vidio, song,
gambar) yang memamfaatkan TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi).

Anda mungkin juga menyukai