Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi
1 Pedagogik, 1. Guru jarang melakukan metode Pembelajaran yang 1.1 Guru belum menerapkan variasi
literasi, dan bervariasi pembelajaran dikarenakan
numerasi. kurang referensi variasi
Guru Jarang Hasil Kajian Literatur: pembelajaran.
Melakukan Moh. Uzer Usman (2009:85) menyatakan variasi 1.2 Guru Masih enggan
variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam mengembangkan potensi diri
pembelajara konteks proses interaksi belajar mengajar yang dalam proses pembelajaran,
n, sehingga ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa seperti mengikuti diklat, webinar.
peserta didik sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa
kurang senantiasa menunjukkan ketekunan antusiasme
termotivasi serta penuh partisipasi.
dalam Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
proses keterampilan mengadakan variasi dalam proses
belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi
mengajar. dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan
variasi dalam ineraksi antara guru dan siswa.
Dengan demikian apabila ketiga komponen
tersebut dikombinasikan dalam penggunaanya
atau secara integrasi, maka akan meningkatkan
perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan
kemauan belajar. Penggunaan variasi terutama
ditujukan terhadapa perhatian siswa, motivasi,
dan belajar siswa. (Syaiful Bahri, 2006).
2. Guru belum melakukan metode pembelajaran yang 2.1. Guru belum melakukan
Aktif. pembelajaran yang aktif, karena
belum melaksanakan
Kata active diadopsi dari bahasa inggris yang manajemen kelas dengan baik.
artinya ”aktif, gesit, giat, bersemangat”, sedangkan 2.2. Guru merasa nyaman dengan
learning berasal dari kata learn yang artinya metode lama dengan
”mempelajari”. Dari kedua kata tersebut yaitu menggunakan metode ceramah.
active dan learning dapat diartikan mempelajari 2.3. Guru hanya bertugas
sesuatu dengan aktif atau bersemangat dalam hal menyampaikan ilmu tanpa
belajar. memperhatikan minat siswa.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan
belajar, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan
kedalam beberapa golongan yaitu:
3. Faktor intern yang meliputi :
a. Faktor jasmani
1. Kesehatan
2. Cacat tubuh
b.Faktor psikologis
1. Intelegensi
2. Perhatian
3. Minat
4. Bakat
5. Motif
6. Kematangan
7. Kesiapan
8. Faktor kelelahan
4. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
1. Cara orang tua mendidik
2. Relasi antar anggota keluarga
3. Suasana rumah
4. Keadaan ekonomi keluarga
5. Pengertian keluarga
6. Latar belakang kebudayaan
b. Faktor sekolah
1. Metode mengajar
2. Kurikulum
3. Relasi guru dengan siswa
4. Relasi siswa dengan siswa
5. Disiplin sekolah
6. Alat pengajaran
7. Waktu sekolah
8. Standar pelajaran diatas ukuran
9. Keadaan gedung
10. Metode belajar
11. Tugas rumah
c. Faktor masyarakat
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
2. Mass media
3. Teman bergaul
4. Bentuk kehidupan masyarakat
2 Kesulitan Siswa Kurang motivasi melafalkan kosa kata. 1. Siswa Kurang motivasi melafalkan
belajar siswa kosa kata bahasa inggris dengan
termasuk Kajian Literasi: benar, karena kurang percaya diri.
siswa 2. Siswa jarang mempraktekkan
berkebutuhan Hermayati (2010) menemukan bahwa ada lima pelafalan kosa kata bahasa inggris
khusus dan ragam kesulitan-kesulitan mahasiswa dalam dengan baik.
masalah mempelajari BI di program studi Bimbingan dan 3. Siswa takut melafalkan kosa kata
pembelajaran konseling yaitu: bahasa inggris karena lingkungan
(berdiferensias 1. Merasa terpaksa belajar yang kurang mendukung
i) di kelas 2. Kurangnya pemahaman konsep dasar BI dalam meningkatkan pelafalan
berdasarkan 3. Lingkungan yang kurang mendukung kosa kata bahasa inggris.
pengalaman 4. Lupa (kurang intensif) 4. Siswa belum membiasakan diri
mahasiswa 5. Kurang kesempatan dalam berlatih berbicara bahasa inggris secara
saat menjadi terus menerus.
guru. Beberapa kasus kesulitan belajar lainnya 5. Guru belum memberikan
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abin penugasan siswa mencari kosa
Siswa Syamsudin M. (2003), adalah: kata yang sulit atau kosa kata baru
kesulitan 1. Kasus kesulitan dengan latar belakang untuk dilafalkan dengan benar.
pelafalan kurangnya motivasi dan minat belajar.
kosa kata 2. Kasus kesulitan yang berlatar belakang sikap
bahasa negatif terhadap guru, pelajaran, dan situasi
inggris. belajar.
3. Kasus kesulitan dengan latar belakang
kebiasaan belajar yang salah.
4. Kasus kesulitan dengan latar belakang
ketidakserasian antara kondisi obyektif
keragaman pribadinya dengan kondisi obyektif
instrumental impuls dan lingkungannya.
Menurut Darsiana, (2018) Faktor yang
mempengaruhi pembelajaran Bahasa Inggris terasa
sulit bagi siswa yaitu:
1. Rendahnya kemampuan keterampilan berbicara
bahasa Inggris karena tidak terbiasa.
2. Sebagian siswa masih enggan dan bahkan
tutup mulut apabila mereka diajak berbicara
dalam bahasa Inggris. Padahal, kalau dilihat
dari penguasaan kosa kata, siswa tersebut
seharusnya sudah mampu berbicara bahasa
Inggris meskipun dalam rangkaian kalimat
yang sangat sederhana.
3. Merasa kesulitan dalam berbicara bahasa
Inggris sehingga mereka belum mampu
berkomunikasi.
Siswa Siswa kurang motivasi menghafal kosa kata bahasa 1. Siswa kurang memiliki
kesulitan inggris. pengetahuan tentang kosa kata
menguasai atau vocabulary, karena siswa
vocabulary Kajian literasi: kurang membaca buku literasi
bahasa Subekti dan Lawson (2007) di sebuah artikel ilmiah bahasa inggris.
inggris. tentang pengusaan kosakata bahasa Inggris 2. Siswa kurang motivasi untuk
menjelaskan jika penguasaan kosakata bahasa memperbanyak kosa kata bahasa
Inggris dipengaruhi oleh waktu. Artinya, semakin inggris, karena guru belum
lama suatu kosakata tidak dipergunakan, maka menggunakan metode menghafal
semakin cepat hilang dari memori (ingatan) dan kosa kata yang tepat.
semakin sering dipakai pakai akan semakin kuat
tersimpan dalam memori.
Uno (2006: 158) menyatakan minat (motivasi), ada
dua motivasi yang mempengaruhi proses
pemerolehan bahasa pada seseorang yaitu motivasi
intrinsik (dalam) dan ekstrinsik (luar). Motivasi dari
dalam berasal dari individu sendiri yang sangat
berhubungan dengan alasan-alasan mempelajari
suatu bahasa, sedangkan motivasi dari luar adalah
fasilitas-fasilitas yang mendukung yang berasal
dari lingkungan pelajar sendiri seperti: pengajar,
fasilitas yang berhubungan dengan kemampuan
listening (laboratorium), kelas, komunitas, metode
dan teknik pengajaran.
Hasil Wawancara:
Narasumber: Zulfiani Ainur Rohmah, S.Pd.
Jabatan: Guru MM.
Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan model
pembelajaran yang inovatif berdasarkan karakteristik
materi dan siswa, karena:
1. Sarana kurang untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif.
2. Guru masih kurang memahami setiap karakteristik
dari model model pembelajaran yang inovatif.
5 Materi terkait Siswa sulit memahami materi HOTS. 1. Siswa kurang tertarik dalam
Literasi memahami materi HOTS,
numerasi, Kajian Literatur: karena siswa berpikiran sulit
Advanced Saputra, 2019:91) Kemampuan berpikir tingkat mengenai materi HOTS.
material, tinggi adalah salah satu bentuk proses berpikir 2. Guru hanya menggunakan
miskonsepsi, siswa pada tingkat kognitif yang lebih tinggi yang metode satu arah atau ceramah
HOTS. dikembangkan melalui berbagai konsep dan metode dalam proses pembelajaran.
Motivasi kognitif serta klasifikasi pembelajaran, pengajaran 3. Siswa tidak memahami materi
peserta didik dan evaluasi. HOTS, karena guru masih
masih (Susanto, 2013) Menyatakan dengan adanya unsur menggunakan metode ceramah.
rendah minat belajar pada siswa, maka siswa akan 4. Siswa belum terbiasa
dalam memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar memahami materi HOTS.
memahami tersebut. 5. Siswa terbiasa mengerjakan soal
material LOTS.
HOTS. Hasil Wawancara Pakar:
Narasumber : Erwin Heri Kurniawan, M.Pd.
Jabatan: Dosen FKIP UNISKA Kediri.
Menurut saya, motivasi peserta didik masih rendah
dalam memahami material HOTS, karena:
1. Hots dianggap sesuatu yg sulit.
2. Training dan penguasaan materi hots belum dipahami
100%oleh guru
Pendidik Guru belum memahami pembelajaran berbasis 1. Guru kurang referensi metode
belum HOTS. pembelajaran yang berbasis
melaksanak HOTS.
an Kajian Literatur: 2. Guru lebih sering menggunakan
pembelajara soal soal LOTS kepada siswa.
n berbasis Di Indonesia sendiri, diterapkannya kurikulum 3. Guru jarang mengikuti
HOTS. 2013 sebenarnya merupakan fondasi kuat guna pelatihan tentang pembelajaran
mencapai HOTS pada peserta didik. Dari sisi teknis berbasis HOTS, Karena
pembelajaran di kelas, untuk mencapai HOTS pelatihannya hanya perwakilan
dapat dilakukan minimal dengan beberapa cara guru 1 bidang/ hanya mapel
salah satunya dengan memberikan beberapa tertentu yang diikutkan
motivasi yang dapat dilakukan guru di kelas pelatihan.
(Conklin & Manfro, 2010: 18).
Hasil Wawancara:
Narasumber: Dra. Sri Ambarwati
Jabatan: Guru MM.
Menurut saya, Pendidik belum melaksanakan
pembelajaran berbasis HOTS, karena:
1. Sarana dan prasarana belum terpenuhi dalam
pelaksanaan HOTS.
2. Pendidik melaksanakan pembelajaran dikelas
berdasarkan materi yang mudah dipahami peserta
didik.
Hasil Wawancara:
Narasumber: Muhammad Syahrizal Firdaus, S.Pd.
Jabatan: Guru TIK.
Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran, karena:
1. Sarana belum lengkap.
2. Guru jarang mengikuti pelatihan tentang
pengembangan kompetensi dalam pemanfaatan
teknologi informasi (TIK.
Daftar Pustaka
- Moh. Uzer Usman. 2009, menjadi Guru Profesional, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
- Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
- Dimyati, M. 2001. Dilema Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Cet.1. (Malang: Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan
Indonesia Cabang Malang bekerjasama dengan Prodi tep PPS Universitas Negeri Malang,). 3.
- Slameto, 2003, Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta : Rineka Cipta, h. 54-72
- Mbulu, Joseph. 1992. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Majalah Pendidikan,
XIX..h.17.
- Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Kopetensi Dasar Pendidikan. Jakarta: Depdiknas,.
- Sutarno N.S. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: CV Sagung Seto.
- Hermayawati. (2010). Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa. Jurnal SosioHumaniora, 1(1).
- Syamsuddin, A. (2003). Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
- Darsiana. (2018). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Melalui
Metode Demontrasi Siswa Kelas III SD Negeri 157 PekanBaru. Jurnal.
- Subekti, N. B., & Lawson, M. J. (2007). Vocabulary acquisition strategies of Indonesian postgraduate students
through reading. International Education Journal, 8(2), 485-496.
- Uno, H. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Aksara: Jakarta
- Aisyah Dachlan.(1983). Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah Tangga. Jakarta:
Yaumnu.
- Pusitaningtyas, A. (2016). Pengaruh Komunikasi Orang Tua dan Guru Terhadap Kreativitas Siswa. Proceeding of
ICECRS, 1 (2016) 935-942.
- Hartaka, I. M., Ardiyani, L. P. C., & Suciani, K. (2020). Berbagai Sikap Terhadap Eksistensi Tuhan Pada Era
Industri 4.0. Vidya Darśan: Jurnal Mahasiswa Filsafat Hindu, 2(1).
- Aula, Zahrotul. 2015. Kerja Sama Antara Orang Tua dan Guru PAI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta
Didik Di MAN Malang 1. Malang: Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim.
- Darmadi, 2017. Pengembangan Metode pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa (Jakarta:Depublish,).
- Hamalik , Oemar. 2004 , Inovasi Pendidikan ; Perwujudannya dalam sistem pendidikan Nasional, (Bandung: YP.
Permindo)
- Wahyuari,Sartono. 2012. Metode Pembelajaran Inovatif. (Jakarta : Grasindo,)
- Hatta Saputra. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan
penerapan HOTS (High Order Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.
- Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.
- Conklin, W & Manfro, J. 2010. Higher order thinking skills to develop 21st century learners. Shell Education
Publishing, Inc. Huntington.
- Hidayati, A. U. (2018). Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa
Sekolah Dasar. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 4(2), 143-156.
- Siahaan, S. 2008. Perkembangan Siaran Televisi Edukasi (TVE): Persepsi dan Penyikapan Guru. Jakarta:
Pustekkom-Depdiknas.
- Miarso, Y. 2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.