Anda di halaman 1dari 24

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : Septa Hendrawan Sugito
Sekolah : MTsN 7 Kediri

Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi
1 Pedagogik, 1. Guru jarang melakukan metode Pembelajaran yang 1.1 Guru belum menerapkan variasi
literasi, dan bervariasi pembelajaran dikarenakan
numerasi. kurang referensi variasi
 Guru Jarang Hasil Kajian Literatur: pembelajaran.
Melakukan  Moh. Uzer Usman (2009:85) menyatakan variasi 1.2 Guru Masih enggan
variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam mengembangkan potensi diri
pembelajara konteks proses interaksi belajar mengajar yang dalam proses pembelajaran,
n, sehingga ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa seperti mengikuti diklat, webinar.
peserta didik sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa
kurang senantiasa menunjukkan ketekunan antusiasme
termotivasi serta penuh partisipasi.
dalam  Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
proses keterampilan mengadakan variasi dalam proses
belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi
mengajar. dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan
variasi dalam ineraksi antara guru dan siswa.
Dengan demikian apabila ketiga komponen
tersebut dikombinasikan dalam penggunaanya
atau secara integrasi, maka akan meningkatkan
perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan
kemauan belajar. Penggunaan variasi terutama
ditujukan terhadapa perhatian siswa, motivasi,
dan belajar siswa. (Syaiful Bahri, 2006).

2. Guru belum melakukan metode pembelajaran yang 2.1. Guru belum melakukan
Aktif. pembelajaran yang aktif, karena
belum melaksanakan
 Kata active diadopsi dari bahasa inggris yang manajemen kelas dengan baik.
artinya ”aktif, gesit, giat, bersemangat”, sedangkan 2.2. Guru merasa nyaman dengan
learning berasal dari kata learn yang artinya metode lama dengan
”mempelajari”. Dari kedua kata tersebut yaitu menggunakan metode ceramah.
active dan learning dapat diartikan mempelajari 2.3. Guru hanya bertugas
sesuatu dengan aktif atau bersemangat dalam hal menyampaikan ilmu tanpa
belajar. memperhatikan minat siswa.
 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan
belajar, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan
kedalam beberapa golongan yaitu:
3. Faktor intern yang meliputi :
a. Faktor jasmani
1. Kesehatan
2. Cacat tubuh
b.Faktor psikologis
1. Intelegensi
2. Perhatian
3. Minat
4. Bakat
5. Motif
6. Kematangan
7. Kesiapan
8. Faktor kelelahan
4. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
1. Cara orang tua mendidik
2. Relasi antar anggota keluarga
3. Suasana rumah
4. Keadaan ekonomi keluarga
5. Pengertian keluarga
6. Latar belakang kebudayaan
b. Faktor sekolah
1. Metode mengajar
2. Kurikulum
3. Relasi guru dengan siswa
4. Relasi siswa dengan siswa
5. Disiplin sekolah
6. Alat pengajaran
7. Waktu sekolah
8. Standar pelajaran diatas ukuran
9. Keadaan gedung
10. Metode belajar
11. Tugas rumah
c. Faktor masyarakat
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
2. Mass media
3. Teman bergaul
4. Bentuk kehidupan masyarakat

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber : M. Syaichul Muchyidin, M.Pd.
Jabatan: Dosen UNISKA Kediri Fakultas Keguruan.
Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi
penyebab guru jarang atau bahkan tidak ada variasi
pembelajaran. Faktor-faktor tersebut bisa berupa:
1. Kurangnya referensi metode atau teknik pengajaran.
2. Kurangnya mengikuti workshop atau pelatihan baik
mandiri atau kelompok yang diinisiasi oleh organisasi
seperti MGMP atau organisasi-organisasi yang lain.
Hasil Wawancara Teman Sejawat:
Narasumber : Sahroeni, S.Pd.,M.Si
Jabatan: Waka Kurikulum
Menurut saya, Guru jarang melakukan strategi/ variasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga peserta
didik kurang termotivasi dalam proses belajar mengajar,
Karena:
1) Guru tidak mau keluar dari zona nyaman, lebih sering
menggunakan ceramah tanpa memperhatikan minat
lain yang dimiliki oleh siswa.
2) Guru hanya melakukan tugas sebatas mentransfer
ilmu tanpa tahu bagaimana mengemas pembelajaran
menjadi menarik perhatian siswa.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Syamsudin, M.Pd.
Jabatan: Guru Bahasa Inggris dan Fasilitator Propinsi.
1. Bisa jadi akses informasi kurang tentang pelatihan.
2. Guru kurang motivasi untuk mengembangkan
kopetensi diri.
3. Apatis dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan metode pembelajaran.
 Guru belum Fasilitas perpustakaan belum lengkap. 1. Kondisi perpustakaan yang belum
mengoptimal nyaman untuk siswa.
kan Hasil Kajian Literatur: 2. Guru kesulitan mencari buku –
perpustakaa  Mbulu (1992:89) mengatakan bahwa buku pelajaran dan non pelajaran
n untuk perpustakaan sekolah dibutuhkan keberadaannya dikarenakan fasilitas perpustakaan
menunjang melalui pertimbangan bahwa : belum lengkap.
literasi 1. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu 3. Guru kesulitan menjadikan
siswa. komponen sistem pengajaran. perpustakaan untuk sumber
2. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar siswa karena perpustakaan
belajar di lingkungan sekolah. belum dikelola dengan baik.
3. Perpustakaan sekolah merupakan sumber
untuk menunjang kualitas pendidikan dan
pengajaran.
4. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium
belajar yang memungkinkan pesertadidik
dapat mempertajam dan memperluas
kemampuan untuk membaca,
menulis,berpikir dan berkomunikasi.

 Fasilitas perpustakaan adalah perabotan dan


peralatan yang harus ada di perpustakaan.
perabotan adalah perlengkapan fisik yang
diperlukan di dalam ruang perpustakaan sebagai
penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai
meja, kursi kerja dan layanan, berbagai rak,
bebagai jenis lemari dan laci, kereta buku, dan
lain-lain. Peralatan adalah perangkat atau benda
yang digunakan sebagai daya dukung pekerjaan
administrasi dan pelayanan seperti mesin tik,
komputer, printer, scanner, mesin fotokopi, alat
baca mikro dan lain-lain.

 Sutarno, NS: 2006) menyatakan Perpustakaan


adalah unit kerja yang mengelola koleksi bahan
pustaka dan semua sumber informasi untuk
dipergunakan masyarakat pemakai. Pada
dasarnya perpustakaan merupakan instansi yang
bertujuan untuk memberikan layanan informasi
kepada pemustaka yang membutuhkan.

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber : Erwin Heri Kurniawan, M.Pd.
Jabatan: Dosen FKIP UNISKA Kediri.
Menurut saya, Guru belum mengoptimalkan
perpustakaan untuk menunjang literasi siswa, Karena:
1. Fasilitas yg kurang lengkap dan layout perpustakaan
yg tidak menarik.
2. Keengganan guru untuk ribet mendampingi anak
belajar di perpustakaan.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber : Huna Ni’matul Maula, S.Pd.I
Jabatan: Guru Bahasa Arab.
Menurut saya, Guru belum mengoptimalkan
perpustakaan untuk menunjang literasi siswa, Karena:
1. Kondisi perpustakaan yang belum nyaman untuk
membaca siswa.
2. Literatur buku-buku pelajaran dan non pelajaran
masih sangat kurang.
3. Literatur buku pelajaran didalam perpustakaan masih
kategori edisi lama.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Syamsudin, M.Pd.
Jabatan: Guru Bahasa Inggris dan Fasilitator Propinsi.
Menurut saya, Guru belum mengoptimalkan
perpustakaan untuk menunjang literasi siswa, Karena:
1. Ketersediaan buku paket yang relevan dengan materi
siswa masih kurang.
2. Pengelolaan perpustakaan yang kurang bagus.

2 Kesulitan Siswa Kurang motivasi melafalkan kosa kata. 1. Siswa Kurang motivasi melafalkan
belajar siswa kosa kata bahasa inggris dengan
termasuk Kajian Literasi: benar, karena kurang percaya diri.
siswa 2. Siswa jarang mempraktekkan
berkebutuhan  Hermayati (2010) menemukan bahwa ada lima pelafalan kosa kata bahasa inggris
khusus dan ragam kesulitan-kesulitan mahasiswa dalam dengan baik.
masalah mempelajari BI di program studi Bimbingan dan 3. Siswa takut melafalkan kosa kata
pembelajaran konseling yaitu: bahasa inggris karena lingkungan
(berdiferensias 1. Merasa terpaksa belajar yang kurang mendukung
i) di kelas 2. Kurangnya pemahaman konsep dasar BI dalam meningkatkan pelafalan
berdasarkan 3. Lingkungan yang kurang mendukung kosa kata bahasa inggris.
pengalaman 4. Lupa (kurang intensif) 4. Siswa belum membiasakan diri
mahasiswa 5. Kurang kesempatan dalam berlatih berbicara bahasa inggris secara
saat menjadi terus menerus.
guru.  Beberapa kasus kesulitan belajar lainnya 5. Guru belum memberikan
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abin penugasan siswa mencari kosa
 Siswa Syamsudin M. (2003), adalah: kata yang sulit atau kosa kata baru
kesulitan 1. Kasus kesulitan dengan latar belakang untuk dilafalkan dengan benar.
pelafalan kurangnya motivasi dan minat belajar.
kosa kata 2. Kasus kesulitan yang berlatar belakang sikap
bahasa negatif terhadap guru, pelajaran, dan situasi
inggris. belajar.
3. Kasus kesulitan dengan latar belakang
kebiasaan belajar yang salah.
4. Kasus kesulitan dengan latar belakang
ketidakserasian antara kondisi obyektif
keragaman pribadinya dengan kondisi obyektif
instrumental impuls dan lingkungannya.
 Menurut Darsiana, (2018) Faktor yang
mempengaruhi pembelajaran Bahasa Inggris terasa
sulit bagi siswa yaitu:
1. Rendahnya kemampuan keterampilan berbicara
bahasa Inggris karena tidak terbiasa.
2. Sebagian siswa masih enggan dan bahkan
tutup mulut apabila mereka diajak berbicara
dalam bahasa Inggris. Padahal, kalau dilihat
dari penguasaan kosa kata, siswa tersebut
seharusnya sudah mampu berbicara bahasa
Inggris meskipun dalam rangkaian kalimat
yang sangat sederhana.
3. Merasa kesulitan dalam berbicara bahasa
Inggris sehingga mereka belum mampu
berkomunikasi.

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber : Dr. Widayanto, M.Pd.
Jabatan: Instruktur Balai Diklat Keagamaan Surabaya.
Menurut saya, Siswa kesulitan pelafalan kosa kata
bahasa inggris, karena:
1. Siswa sulit melafalkan kosa kata dengan baik karena
kurangnya latihan melafalkan kosa kata secara
berkelanjutan.
2. Guru kurang memberikan tugas kepada siswa untuk
mencari kosa kata yang sulit/ kosa kata baru untuk
dilafalkan oleh siswa secara tepat dan benar.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber : Sarwani, S.Pd.
Jabatan: Guru Bahasa Inggris (Teman MGMP).
Menurut saya, Siswa kesulitan pelafalan kosa kata
bahasa inggris, karena:
1. Siswa kurang pede dalam praktek berbicara bahasa
inggris.
2. Siswa kurang memahami cara membaca sesuai di
kamus.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber : Hendra Adi Kusuma, S.Pd.
Jabatan: Guru Bahasa Inggris.
Menurut saya, Siswa kesulitan pelafalan kosa kata
bahasa inggris, karena:
1. Sulit menguasai pelafalan kosa kata karena pengaruh
bahasa ibu (mothertongue)
2. Siswa Kurang percaya diri berbicara bahasa inggris
(malu dengan teman-temannya.
3. Siswa Merasa bahasa inggris kurang penting bagi
kehidupan sehari hari mereka.

Hasil wawancara Siswa:


Nama Siswa : Rifatul Auliya
Kelas : 8D
Siswa merasa kesulitan pelafalan kosa kata bahasa
inggris, karena:
1. Tidak pernah mempraktekkan pelafalan kosa kata
bahasa inggris.
2. Rasa takut mengucapkan kosa kata bahasa inggris.

 Siswa Siswa kurang motivasi menghafal kosa kata bahasa 1. Siswa kurang memiliki
kesulitan inggris. pengetahuan tentang kosa kata
menguasai atau vocabulary, karena siswa
vocabulary Kajian literasi: kurang membaca buku literasi
bahasa  Subekti dan Lawson (2007) di sebuah artikel ilmiah bahasa inggris.
inggris. tentang pengusaan kosakata bahasa Inggris 2. Siswa kurang motivasi untuk
menjelaskan jika penguasaan kosakata bahasa memperbanyak kosa kata bahasa
Inggris dipengaruhi oleh waktu. Artinya, semakin inggris, karena guru belum
lama suatu kosakata tidak dipergunakan, maka menggunakan metode menghafal
semakin cepat hilang dari memori (ingatan) dan kosa kata yang tepat.
semakin sering dipakai pakai akan semakin kuat
tersimpan dalam memori.
 Uno (2006: 158) menyatakan minat (motivasi), ada
dua motivasi yang mempengaruhi proses
pemerolehan bahasa pada seseorang yaitu motivasi
intrinsik (dalam) dan ekstrinsik (luar). Motivasi dari
dalam berasal dari individu sendiri yang sangat
berhubungan dengan alasan-alasan mempelajari
suatu bahasa, sedangkan motivasi dari luar adalah
fasilitas-fasilitas yang mendukung yang berasal
dari lingkungan pelajar sendiri seperti: pengajar,
fasilitas yang berhubungan dengan kemampuan
listening (laboratorium), kelas, komunitas, metode
dan teknik pengajaran.

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber : Dr. Widayanto, M.Pd.
Jabatan: Instruktur Balai Diklat Keagamaan Surabaya.
Menurut saya, penyebab Siswa kesulitan menguasai
vocabulary bahasa inggris, karena:
1. Siswa kurang motivasi dalam menghafal kosa kata.
2. Guru belum memberikan variasi yang tepat untuk
mengajak siswa aktif dalam pembelajaran kosa kata.
Hasil Wawancara Teman Sejawat:
Narasumber : Sefty Muvitasari. S.Pd.I
Jabatan: Guru Bahasa Inggris.
Menurut saya, penyebab Siswa kesulitan menguasai
vocabulary bahasa inggris, karena:
1. Siswa tidak memiliki motivasi untuk menghafal.
2. Siswa kurang membaca literasi bahasa inggris.

Hasil wawancara Siswa:


Nama Siswa : Rifatul Auliya
Kelas : 8D
Siswa kesulitan menguasai vocabulary bahasa inggris,
Karena:
1. Kosa Kata kurang.
2. Motivasi hafalan kosa kata kurang.
3 Guru Kurangnya kerjasama antara orangtua dengan guru 1. Orangtua kurang peduli tentang
membangun dalam pendidikan siswa. pendidikan peserta didik
relasi/hubunga dikarenakan sibuk bekerja.
n dengan siswa Hasil Kajian Literatur: 2. Orangtua dan guru kurang
dan orang tua terjalin hubungan yang
siswa.  (Aisyah, D. 1983) menyatakan Orang tua siswa wajib harmonis dalam pendidikan
mengetahui perkembangan anaknya dalam siswa, karena orangtua
 Hubungan melaksanakan pembelajaran daring dalam memberikan sepenuhnya
komunikasi mendukung pendidikan anaknya. Karena tanggungjawabnya kepada guru.
antar guru sesungguhnya pendidikan yang pertama dan utama
dengan diberikan oleh orangtua.
orangtua
masih  Pusitaningtyas, A. (2016) mengatakan bahwa
kurang. orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi
anak-anaknya karena dari
orang tua lah anak mendapatkan bimbingan dan
kasih sayang yang pertama kalinya.

 Hartaka, Ardiyani, & Suciani, 2020). Sehingga orang


tua pun diharapkan lebih sering dan efektif lagi
dalam komunikasi dengan guru dalam melancarkan
pelaksanaan daring.

 (Zahrotul 2015) menyatakan peran orang tua


sebenarnya hampir sama dengan peran yang
diberikan guru disekolah. Adapun bentuk-bentuk
peran orang tua tersebut antara lain:
1. Orang tua sebagai motivator.
2. Orang tua sebagai pendidik.
3. Orang tua sebagai penegak disiplin.
4.) Orang tua sebagai pengontrol.

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber : Sunarno, S.Psi., M.A
Jabatan: Dosen Prodi Psikologi Islam IAIN Kediri.

Menurut saya, penyebab hubungan komunikasi antar


guru dengan orangtua masih kurang, karena:
1. Ada pergeseran paradigma mengenai pendidikan.
Orang tua dan sekolah (dalam hal ini guru) memiliki
anggapan bahwa pendidikan itu berpusat di sekolah.
Orang tua hanya menitipkan dan mempercayakan
sepenuhnya kepada sekolah.
2. Sistem pendidikan yang melupakan Tri Pusat
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Hadjar
ada 3 pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Melupakan pusat pendidikan keluarga
akan abai kepada pentingnya komunikasi antara
sekolah (guru) dengan orang tua.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Isnaini Rizka Fariyanti, S.Pd.
Jabatan: Guru Bimbingan dan Konseling.
Menurut saya, penyebab hubungan komunikasi antar
guru dengan orangtua masih kurang, karena:
1. Orangtua sibuk kerja sehingga kurang menanggapi
undangan dari sekolah.
2. Orangtua Melimpahkan segala tanggungjawab kepada
guru yang mengajar di madrasah.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Yunis Ika Fatmawati, S.Pd.
Jabatan: Guru Bimbingan dan konseling.
Menurut saya, penyebab hubungan komunikasi antar
guru dengan orangtua masih kurang, karena:
1. Orangtua kurang memahami peran guru di madrasah.
2. Orangtua menuntut hak kepada guru untuk anak
menjadi lebih baik tanpa mengetahui prosesnya.
4 Pemahaman/ Guru Belum melaksanakan pembelajaran inovatif di 1. Guru kurang referensi model-
pemanfaatan dalam kelas. model pembelajaran yang
model-model inovatif.
pembelajaran Hasil Kajian Literatur: 2. Guru belum memanejemen
inovatif  Darmadi (2017), menyatakan Kata “inovatif” kelas dengan baik.
berdasarkan mengandung arti pengenalan hal-hal yang baru 3. Guru merasa di zona
karakteristik atau penemuan.oleh karena itu, pembelajaran nyaman,tidak ingin
materi dan inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengembangkan potensi dalam
siswa. dirancang oleh guru yang sifatnya baru tidak pembelajaran inovatif.
seperti biasanya dilakukan dan bertujuan untuk
 Guru masih memfasilitasi siswa dalam membangun
belum pengetahuan sendiri dalam rangka proses
mengoptimal perubahan prilaku kearah yang lebih baik sesuai
kan model dengan potensi yang dimiliki oleh siswa.
pembelajara
n yang  (Hamalik 2004) menyatakan perubahan pada tahap
inovatif awal para guru memiliki motivasi dan sikap ingin
berdasarkan berubah untuk mendapatkan sesuatu yang baru,
karakteristik karena inti dari pengertian inovasi itu sendiri
materi dan adalah guru harus memiliki sikap kreatif.
siswa.
 Sartono (2012) menyatakan, para ahli
menyebutkan suatu model mengajar dianggap baik
apabila memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Memiliki prosedur yang sistematik untuk
memodifikasi perilaku siswa.
2. Hasil belajar yang ditetapkan secara khusus
yaitu: perubahan perilaku positif siswa.
3. Penetapan lingkungan belajar secara khusus dan
kondusif.
4. Ukuran keberhasilan siswa setelah mengikuti
pembelajaran sehingga bisa menetapkan kriteria
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
5. Interaksi dengan lingkungan agar mendorong
siswa lebih aktif dalam lingkungannya.

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber : Erwin Heri Kurniawan, M.Pd.
Jabatan: Dosen FKIP UNISKA Kediri.
Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan model
pembelajaran yang inovatif berdasarkan karakteristik
materi dan siswa, karena:
1. Pengetahun tentang varian pengajaran guru yg
terbatas.
2. Guru gagal meninggalkan zona nyaman dalam
mengajar.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Syamsudin, M.Pd.
Jabatan: Guru Bahasa Inggris dan Fasilitator Propinsi.
Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan model
pembelajaran yang inovatif berdasarkan karakteristik
materi dan siswa, karena:
1. Sarana kurang untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif.
2. Guru masih kurang memahami setiap karakteristik
dari model model pembelajaran yang inovatif.
3. Guru kurang memiliki pengetahuan tentang model
pembelajaran inovatif.
4. Guru merasa di zona yang nyaman.

Hasil Wawancara:
Narasumber: Zulfiani Ainur Rohmah, S.Pd.
Jabatan: Guru MM.
Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan model
pembelajaran yang inovatif berdasarkan karakteristik
materi dan siswa, karena:
1. Sarana kurang untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif.
2. Guru masih kurang memahami setiap karakteristik
dari model model pembelajaran yang inovatif.

5 Materi terkait Siswa sulit memahami materi HOTS. 1. Siswa kurang tertarik dalam
Literasi memahami materi HOTS,
numerasi, Kajian Literatur: karena siswa berpikiran sulit
Advanced  Saputra, 2019:91) Kemampuan berpikir tingkat mengenai materi HOTS.
material, tinggi adalah salah satu bentuk proses berpikir 2. Guru hanya menggunakan
miskonsepsi, siswa pada tingkat kognitif yang lebih tinggi yang metode satu arah atau ceramah
HOTS. dikembangkan melalui berbagai konsep dan metode dalam proses pembelajaran.
 Motivasi kognitif serta klasifikasi pembelajaran, pengajaran 3. Siswa tidak memahami materi
peserta didik dan evaluasi. HOTS, karena guru masih
masih  (Susanto, 2013) Menyatakan dengan adanya unsur menggunakan metode ceramah.
rendah minat belajar pada siswa, maka siswa akan 4. Siswa belum terbiasa
dalam memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar memahami materi HOTS.
memahami tersebut. 5. Siswa terbiasa mengerjakan soal
material LOTS.
HOTS. Hasil Wawancara Pakar:
Narasumber : Erwin Heri Kurniawan, M.Pd.
Jabatan: Dosen FKIP UNISKA Kediri.
Menurut saya, motivasi peserta didik masih rendah
dalam memahami material HOTS, karena:
1. Hots dianggap sesuatu yg sulit.
2. Training dan penguasaan materi hots belum dipahami
100%oleh guru

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Hendra Adi Kusuma. S.Pd.
Jabatan: Guru Bahasa Inggris.
Menurut saya, motivasi peserta didik masih rendah
dalam memahami material HOTS, karena:
1. Siswa kurang memahami materi dasar tentang
pelajaran bahasa inggris.
2. Siswa kesulitan mengerjakan soal HOTS dalam bentuk
cerita bahasa inggris yang tersirat.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Tri Lestari. S.Pd.
Jabatan: Guru Matematika.
Menurut saya, motivasi peserta didik masih rendah
dalam memahami material HOTS, karena:
1. Siswa kurang minat memahami soal HOTS.
2. Siswa kesulitan mengerjakan soal HOTS dalam bentuk
cerita.

Hasil Wawancara Siswa:


Nama Siswa : Rifatul Auliya Faradina
Kelas : 9A
Peserta didik memiliki motivasi rendah dalam memahami
material HOTS, karena:
1. Materi HOTS sulit.
2. Belum terbiasa memahami materi HOTS.
3. Siswa bingung memahami materi HOTS dengan
penjelasan guru.

 Pendidik Guru belum memahami pembelajaran berbasis 1. Guru kurang referensi metode
belum HOTS. pembelajaran yang berbasis
melaksanak HOTS.
an Kajian Literatur: 2. Guru lebih sering menggunakan
pembelajara soal soal LOTS kepada siswa.
n berbasis  Di Indonesia sendiri, diterapkannya kurikulum 3. Guru jarang mengikuti
HOTS. 2013 sebenarnya merupakan fondasi kuat guna pelatihan tentang pembelajaran
mencapai HOTS pada peserta didik. Dari sisi teknis berbasis HOTS, Karena
pembelajaran di kelas, untuk mencapai HOTS pelatihannya hanya perwakilan
dapat dilakukan minimal dengan beberapa cara guru 1 bidang/ hanya mapel
salah satunya dengan memberikan beberapa tertentu yang diikutkan
motivasi yang dapat dilakukan guru di kelas pelatihan.
(Conklin & Manfro, 2010: 18).

 Motivasi-motivasi tersebut dapat berupa :


1. membuka dan mengakhiri pelajaran dengan
pertanyaan– pertanyaan yang mengarah pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi,
2. menempatkan aktivitas brainstorming pada
pertengahan pelajaran untuk mendorong siswa
menemukan ide dan berpikir kreatif,
3. memberikan tugas berbasis open ended
sebagai pekerjaan rumah untuk mengetahui
kreativitas dan pemahaman mereka terhadap
pelajaran yang sudah dipelajari (Hidayati,
2018).

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber : Erwin Heri Kurniawan, M.Pd.
Jabatan: Dosen FKIP UNISKA Kediri.
Menurut saya, Pendidik belum melaksanakan
pembelajaran berbasis HOTS, karena:
Apa yg dijarkan guru blm bisa mengarah pada
ketrampilan HOTS masih pada LOTS ataupun di MOTS.
Sehingga guru perlu meningkatkan ketrampilan dalam
pengajaran ke HOTS lewat MGMP, webinar dsb.
Hasil Wawancara Teman Sejawat:
Narasumber: Siti Muthorikah, S.Pd.
Jabatan: Guru IPA.
Menurut saya, Pendidik belum melaksanakan
pembelajaran berbasis HOTS, karena:
1. Pendidik belum memahami pembelajaran berbasis
HOTS.
2. Pendidik belum mengikuti pelatihan pembelajaran
berbasis HOTS.

Hasil Wawancara:
Narasumber: Dra. Sri Ambarwati
Jabatan: Guru MM.
Menurut saya, Pendidik belum melaksanakan
pembelajaran berbasis HOTS, karena:
1. Sarana dan prasarana belum terpenuhi dalam
pelaksanaan HOTS.
2. Pendidik melaksanakan pembelajaran dikelas
berdasarkan materi yang mudah dipahami peserta
didik.

6 Pemanfaatan Guru kurang mengembangkan potensiuntuk 1. Guru kurang pengetahuan tentang


teknologi/inov menggunakan pemanfaatan TIK pemanfaatan teknologi informasi
asi dalam (TIK) dalam pembelajaran.
pembelajaran. Kajian Literatur: 2. Sarana pemanfaatan teknologi
informasi belum merata.
 Guru masih  (Siahaan, 2008) menyatakan terdapat beberapa 3. Guru jarang mengikuti diklat
belum kemungkinan argumentasi guru berdasarkan tentang pemanfaatan TIK dalam
mengoptimal hasil identifikasi Sudirman Siahaan adalah proses pembelajaran, karena jam
kan bahwa: mengajar yang penuh.
pemanfaatan 1. Mengajar dengan menggunakan buku teks
teknologi saja menurut guru, para peserta didiknya
informasi sudah memperlihatkan prestasi belajar yang
(TIK) dalam memadai dan bahkan membanggakan;
pembelajara 2. Mencari sumber-sumber belajar lainnya
n. termasuk melalui pemanfaatan TIK (di luar
buku teks yang sudahditetapkan) menurut
guru tentulah menyita waktu dan biaya;
3. Keengganan guru untuk memanfaatkan
berbagai sumber belajar termasuk
pemanfaatan TIK dalam kegiatan
pembelajaran jika tidak ada konsekuensi logis
yang dapat mereka rasakan atau peroleh.

 Banyak faktor yang berpengaruh atau


mendukung terwujudnya proses pembelajaran
yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan. Salahsatu di antara faktor yang
dimaksudkan menurut Yusufhadi Miarso adalah
penggunaan atau pemanfaatan teknologi dalam
proses pendidikan dan pembelajaran. (Miarso,
2004)

Hasil Wawancara Pakar:


Narasumber: Heri Abijono, S.Kom., M.Kom.
NIDN : 0711067004
Jabatan: Sekolah Tinggi Teknologi Cahaya Surya
Kediri.

Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan


pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran, karena:
1. Lebih mengena jika pembelajaran dilakukan melalui
tatap muka offline, namun hasil dari tatap muka
offline itu bisa direkam lalu di-upload ke sistem LMS
misal Google Classroom.
2. Tatap muka online (misal, melalui Zoom ataupun
Google Meet) bisa juga dilakukan, namun penting
memperhatikaan kondisi cuaca sebab berpengaruh ke
stabil/tidaknya sinyal paket data itu.
3. Jika siswa berada di desa/dusun yg jauh dari BTS
operator, maka mereka bisa terkendala dgn sinyal
paket data mereka.

Hasil Wawancara Teman Sejawat:


Narasumber: Hedi Pramuktiono, S.Kom.
Jabatan: Guru TIK.
Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran, karena:
1. Fasilitas yang belum terpenuhi.
2. Guru sulit menggunakan pemanfaatan teknologi
informasi (TIK) dalam pembelajaran.

Hasil Wawancara:
Narasumber: Muhammad Syahrizal Firdaus, S.Pd.
Jabatan: Guru TIK.
Menurut saya, Guru masih belum mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran, karena:
1. Sarana belum lengkap.
2. Guru jarang mengikuti pelatihan tentang
pengembangan kompetensi dalam pemanfaatan
teknologi informasi (TIK.
Daftar Pustaka

- Moh. Uzer Usman. 2009, menjadi Guru Profesional, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
- Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
- Dimyati, M. 2001. Dilema Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Cet.1. (Malang: Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan
Indonesia Cabang Malang bekerjasama dengan Prodi tep PPS Universitas Negeri Malang,). 3.
- Slameto, 2003, Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta : Rineka Cipta, h. 54-72
- Mbulu, Joseph. 1992. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Majalah Pendidikan,
XIX..h.17.
- Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Kopetensi Dasar Pendidikan. Jakarta: Depdiknas,.
- Sutarno N.S. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: CV Sagung Seto.
- Hermayawati. (2010). Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa. Jurnal SosioHumaniora, 1(1).
- Syamsuddin, A. (2003). Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
- Darsiana. (2018). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Melalui
Metode Demontrasi Siswa Kelas III SD Negeri 157 PekanBaru. Jurnal.
- Subekti, N. B., & Lawson, M. J. (2007). Vocabulary acquisition strategies of Indonesian postgraduate students
through reading. International Education Journal, 8(2), 485-496.
- Uno, H. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Aksara: Jakarta
- Aisyah Dachlan.(1983). Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah Tangga. Jakarta:
Yaumnu.
- Pusitaningtyas, A. (2016). Pengaruh Komunikasi Orang Tua dan Guru Terhadap Kreativitas Siswa. Proceeding of
ICECRS, 1 (2016) 935-942.
- Hartaka, I. M., Ardiyani, L. P. C., & Suciani, K. (2020). Berbagai Sikap Terhadap Eksistensi Tuhan Pada Era
Industri 4.0. Vidya Darśan: Jurnal Mahasiswa Filsafat Hindu, 2(1).
- Aula, Zahrotul. 2015. Kerja Sama Antara Orang Tua dan Guru PAI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta
Didik Di MAN Malang 1. Malang: Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim.
- Darmadi, 2017. Pengembangan Metode pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa (Jakarta:Depublish,).
- Hamalik , Oemar. 2004 , Inovasi Pendidikan ; Perwujudannya dalam sistem pendidikan Nasional, (Bandung: YP.
Permindo)
- Wahyuari,Sartono. 2012. Metode Pembelajaran Inovatif. (Jakarta : Grasindo,)
- Hatta Saputra. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan
penerapan HOTS (High Order Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.
- Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.
- Conklin, W & Manfro, J. 2010. Higher order thinking skills to develop 21st century learners. Shell Education
Publishing, Inc. Huntington.
- Hidayati, A. U. (2018). Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa
Sekolah Dasar. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 4(2), 143-156.
- Siahaan, S. 2008. Perkembangan Siaran Televisi Edukasi (TVE): Persepsi dan Penyikapan Guru. Jakarta:
Pustekkom-Depdiknas.
- Miarso, Y. 2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai