Anda di halaman 1dari 15

IKIP SILIWANGI BANDUNG

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Yayu Yunita Arifin, S.Pd


LPTK : IKIP Siliwangi Bandung
Unit Kerja : SMP Negeri 2 Leuwiliang

Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi
1. Kurangnya Hasil kajian literatur: Setelah dilakukan analisis
motivasi dan minat terhadap hasil kajian serta
peserta didik untuk Menurut Soedjono (dalam Anzar dan dikonfirmasi melalui pengamatan
mengikuti kegiatan Mardhatillah, 2018:56) mengemukakan tentang dapat diketahui bahwa penyebab
pembelajaran kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari masalah kurangnya motivasi
bahasa Indonesia. bahasa Indonesia, yaitu: (1) kesulitan dalam peserta didik dalam pembelajaran
mengemukakan konsep, (2) kesulitan belajar bahasa Indonesia sebagai berikut.
dengan menggunakan prinsip, (3) kesulitan dalam 1. Faktor internal pada peserta
menentukan soal essay. didik yang kurang mendukung
proses pembelajaran bahasa
Menurut Anzar dan Mardhatillah (2018:62) faktor Indonesia.
internal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa Faktor internal tersebut, yaitu:
adalah penyajian pelajaran Bahasa Indonesia yang a. Motivasi belajar dari
kurang menyenangkan siswa. Siswa masih belum dalam diri peserta didik
termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran masih rendah.
Bahasa Indonesia dan minat siswa dalam b. Peserta didik tidak
mempelajari Bahasa Indonesia baik itu di rumah memahami minatnya.
maupun di sekolah masih kurang. c. Anggapan bahwa
Sumber: pelajaran bahasa
https://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/pgsd/ Indonesia sulit dipahami
article/view/25 d. Kondisi jasmani dan
Febri Anzar, S & Mardhatillah. (2018). Analisis rohani peserta didik yang
Kesulitan Belajar Siswa pada Pembelajaran kurang baik.
Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 20 e. Peserta didik tidak
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun Ajaran terbiasa menggunakan
2018/2019. bahasa Indonesia.
2. Faktor eksternal pada peserta
Menurut Slameto (dalam Maptuhah dan Juhji, didik yang kurang mendukung
2021:26) menyatakan bahwa orang tua yang proses pembelajaran bahasa
kurang ataupun tidak memperhatikan pendidikan Indonesia.
anaknya menyebabkan anak kurang atau tidak Faktor eksternal tersebut,
termotivasi dalam kegiatan belajarnya. yaitu:
Sumber: a. Kurangnya perhatian
http://www.jurnal.staidagresik.ac.id/index.php/ guru terhadap motivasi
attadrib/article/view/127/79 peserta didik.
Maptuhah dan Juhji. (2021). Pengaruh Perhatian b. Pengelolaan kelas oleh
Orang Tua dalam Pembelajaran Daring terhadap guru yang tidak menarik.
Motivasi Belajar Peserta Didik MTs. Attadrib: c. Kurangnya motivasi dari
Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Tsanawiyah. orang tua terhadap
Vol. 4, Issue. 01,25-34. perkembangan belajar
peserta didik.
Menurut Slameto (dalam Pratiwi, 2015:78), orang d. Penggunaan model dan
tua yang kurang atau tidak memerhatikan media yang kurang
pendidikan anak dapat menyebabkan anak kurang inovatif dan tidak sesuai
berhasil dalam belajar. dengan karakteristik
Sumber: peserta didik.
http://journal.unas.ac.id/pujangga/article/
viewFile/320/218

LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono
(dalam Wahyuni dkk., 2021:305) antara lain:
a. Cita-Cita Siswa atau Aspirasi Siswa. Dari segi
emansipasi kemandirian, keinginan yang
terpuasakan dapat memperbesar kemauan dan
semangat belajar.
b. Kemampuan Siswa. Keinginan seorang anak
perlu dibarengi dengan kemauan atau
kecakapan mencapainya.
c. Kondisi Siswa. Kondisi siswa meliputi
kondisi jasmasi dan kondisi rohani
mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi Lingkungan Siswa. Lingkungan
siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan
kehidupan masyarakat.
e. Unsur- Unsur Dinamis Dalam Belajar. Siswa
memiliki perasaan, perhatian, kemauan,
ingatan, dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup.
f. Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa.
Guru adalah seorang pendidik professional. ia
bergaul setiap hari dengan puluhan atau
ratusan siswa. Upaya guru membelajarkan
siswa terjadi di sekolah maupun diluar
sekolah.

Menurut Slameto (dalam Wahyuni dkk.,


2021:307) faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa diantaranya:
a. Kondisi Internal. Kondisi internal yaitu
kondisi (situasi) yang ada didalam diri siswa
itu sendiri misalnya kesehatannya,
keamananya ketentramannya dan sebagainya.
b. Kondisi Eksternal. Kondisi eksternal adalah
kondisi yang ada diluar pribadi manusia,
misalnya kebersihan rumah, penerangan, serta
keadaan lingkungan belajar siswa.
c. Stategi belajar. Belajar yang efisisen dapat
tercapai apabila dapat menggunakan stategi
yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk
dapat mencapai hasil yang semaksimal
mungkin.

Sejalan dengan hal tersebut menurut Sudaryono


(dalam Wahyuni, dkk., 2021:307) faktor-faktor
yang memengaruhi motivasi belajar siswa
diantaranya:
a. Faktor Internal yaitu faktor yang bersumber
dari dalam diri siswa seperti kondisi jasmani
dan rohani, cita-cita atau aspirasi, kemampuan
siswa dan perhatian.
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang bersumber
dari luar diri siswa seperti kondisi lingkungan
siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
upaya guru dalam mengelola kelas.

LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
Sumber:
http://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu/
article/download/2596/1769

Hasil wawancara dengan guru, kepala sekolah,


dan pakar:

1. Wawancara dengan kepala sekolah (Sopian


Saoeri, S.Pd)
Menurut Bapak Sopian penyebab kurangnya
motivasi dan minat peserta didik rendah dalam
mengikuti pelajaran adalah sebagai berikut.
a. Sarana dan prasarana yang kurang
mendukung.
b. Kedisiplinan guru dan peserta didik yang
masih rendah.
c. Tidak ada cerminan bagi peserta didik.
d. Pembiasaan berdiskusi yang belum
muncul.
e. Bimbingan guru terhadap perkembangan
minat dan motivasi peserta didik yang
masih rendah.
f. Proses belajar mengajar yang masih
kurang interaktif.

2. Hasil wawancara dengan pengawas (Drs.


Sumardiyanto, M.M.Pd)
Menurut Bapak Sumardiyanto penyebab
kurangnya motivasi dan minat peserta didik
dalam pembelajaran, yaitu:
a. Faktor internal adalah faktor dari dalam
peserta didik itu sendiri, misalnya rasa
malas, tidak tertarik, atau kurangnya
kemampuan peserta didik dalam
memahami pelajaran.
b. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar
peserta didik, misalnya lingkungan
keluarga, teman atau sahabat, guru.
c. Materi yang diajarkan tidak kontekstual,
siswa tidak diberikan kesempatan untuk
berelaborasi, tema yang disajikan kurang
menarik.

3. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran


bahasa Indonesia (Andi Zaenudin, S.Pd)
Menurut Bapak Andi penyebab kurangnya
motivasi dan minat peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia,
yaitu kemungkinan besar karena interaksi
pembelajaran tatap muka yang melibatkan
emosi peserta didik berkurang dan tidak
terarah. Selain itu ditambah dengan kurangnya
budaya literasi dari dalam diri peserta didik.
Sebagian siswa enggan berliterasi bila
disuguhi wacana atau teks yang panjang.

4. Hasil wawancara dengan guru (Evi Listriani,


LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
S.Pd.,Gr)
Menurut Ibu Evi penyebab rendahnya
motivasi dan minat peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia,
yaitu:
a. Peserta didik menganggap bahwa mata
pelajaran bahasa Indonesia sulit
dimengerti.
b. Peserta didik tidak terbiasa berbicara
menggunakan bahasa Indonesia.
c. Pembelajaran yang disajikan guru tidak
berpusat pada peserta didik.
d. Pengelolaan kelas yang kurang efektif dan
tidak interaktif.
e. Lebih banyak teori daripada praktik.
f. Guru tidak menggunakan metode yang
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
bahasa Indonesia dan karakteristik peserta
didik.

2 Peserta didik sulit Hasil kajian literatur: Setelah dilakukan analisis


mengungkapkan terhadap hasil kajian serta
ide atau gagasan Menurut Saddhono, dkk. (2012:41) masalah- dikonfirmasi melalui pengamatan
dengan masalah yang dihadapi siswa dalam kegiatan dapat diketahui bahwa penyebab
menggunakan menulis antara lain: peserta didik sulit
bahasa Indonesia a. Sulit menentukan tema. mengungkapkan ide atau gagasan
yang baik dan b. Keterbatasan informasi yang disebabkan dengan menggunakan bahasa
benar dalam kurangnya referensi Indonesia yang baik dan benar
pembelajaran c. Adanya rasa malas atau bosan dalam pembelajaran menulis teks
menulis teks. d. Penguasaan kaidah bahasa yang kurang sebagai berikut.
baik. 1. Sulit menentukan tema dan
Sumber: keterbatasan referensi yang
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ dimiliki.
bhs_indonesia/article/view/2089 2. Rendahnya penguasaan
kaidah kebahasaan yang baik
Firdaus (dalam Nurdiyanti dan Suryanto, dan benar.
2010:115) mengemukakan bahwa literasi bangsa 3. Pembiasaan literasi yang
Indonesia lebih rendah dari bangsa Barat, bahkan masih rendah.
dalam taraf membaca pun masih rendah. Bagi 4. Kurangnya latihan menulis.
masyarakat Barat, membaca buku di dalam bus 5. Kurangnya motivasi karena
atau di kereta itu pemandangan biasa. Hal itu model pembelajaran yang
jarang ditemukan di Indonesia. Sebab, manusia- digunakan kurang menarik.
manusia yang dihasilkan oleh persekolahan di 6. Guru tidak menstimulus siswa
Indonesia masih merupakan masyarakat aliterat, untuk mampu menulis dengan
yakni manusia-manusia yang bisa membaca, baik.
namun lebih memilih untuk tidak membaca. 7. Peserta didik yang tidak
terbiasa berpikir kritis.
Sejalan dengan hasil penelitian Fitriani (2016:112)
rendahnya kemampuan menulis cerita dikarenakan
siswa kesulitan menemukan ide dan keruntutan
dalam menulis cerita juga belum terlihat. Di
samping itu, penyebab rendahnya kemampuan
menulis cerita adalah kurangnya latihan dalam
menulis cerita dan minat siswa terhadap
pembelajaran menulis cerita juga masih sangat
rendah. Beberapa hal yang menyebabkan siswa
kurang tertarik adalah kesulitan yang mereka
hadapi saat menulis cerita seperti kurangnya ide,
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
kosa kata, dan imajinasi dalam menulis.

Menurut kajian Iskandarwassid dan Iis (dalam


Fitriani, 2016:113) penyebab rendahnya
kemampuan menulis cerita yang mendasar adalah
sistem pembelajaran guru yang masih bersifat
konvensional. Siswa kurang termotivasi mengikuti
pembelajaran karena selama ini pembelajaran
berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu.
Masalah lainnya sering juga tidak disadari oleh
guru bahwa tujuan pembelajaran menulis adalah
siswa terampil menulis. Tujuan ini sering terjebak
hanya pada tataran pengetahuan menulis.
Sumber:
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE/
article/download/300/272

Menurut Jupri, dkk. (2017:68) menyatakan bahwa


siswa jarang berpartisipasi aktif pada setiap proses
pembelajaran, serta latihan-latihan yang diberikan
oleh guru tidak menstimulasi siswa agar mampu
menulis dengan baik.
Sumber:
https://ojs.unm.ac.id/Insani/article/view/4882

Menurut Nurgiyantoro (dalam Fauziya, 2018:160)


menyatakan bahwa kemampuan menulis lebih
sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa
yang berangkutan. Pada ahirnya,
kekompleksitasan kegiatan menulis menjadi salah
satu alasan yang sering didengungkan oleh siswa
dan guru atas ketidak bermutuan tulisan. Selain
itu, kurangnya mutu produk tulisan siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya
adalah terpendamnya bakat siswa dan kurangnya
kemampuan siswa dalam menyampaikan ide.
Sumber:
San Fauziya, D. (2018). Pembelajaran kooperatif
Melalui Teknik Duti-Duta dalam Meningkatkan
kemampuan Menulis Argumentasi. Riksa Bahasa.
Vol. 2. No. 2.

Hasil wawancara dengan guru, dan pakar:

1. Hasil wawancara dengan pengawas (Drs.


Sumardiyanto, M.M.Pd)
Menurut Bapak Sumardiyanto penyebab
kesulitan peserta didik untuk mengungkapkan
ide atau gagasan dalam kegiatan menulis,
yaitu:
a. Kurangnya kesempatan yang diberikan
oleh guru kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan literasi
(kegiatan berpraktik dan diskusi).
b. Peserta didik tidak terbiasa berpikir kritis.
c. Peserta didik jarang membaca sehingga
kosa katanya kurang.
d. Peserta didik belum menjadi penyimak
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
yang baik.

2. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran


bahasa Indonesia (Andi Zaenudin, S.Pd)
Menurut Bapak Andi faktor penyebab
kesulitan peserta didik untuk mengemukakan
ide atau gagasan dalam kegiatan menulis,
yaitu:
a. Pada fase belajar sebelumnya,
kemungkinan kompetensi pendidik dalam
penguasaan kebahasaan masih kurang.
Diklat kebahasaan yang baik dan benar
belum sepenuhnya dimiliki sehingga tidak
mampu menstimulus peserta didik untuk
mengemukakan ide atau gagasan dalam
menulis.
b. Peserta didik ketika melakukan aktivitas
berbahasa sering melakukan kesalahan,
baik karena intervensi bahasa lain yang
tidak baku maupun karena gaya berbahasa
yang dianggap keren atau slank yang
dianggap lebih kekinian.
c. Pembiaran kesalahan berbahasa tanpa
koreksi sehingga menjadi pemakluman
dan dianggap benar, yang terpenting
bahasa dapat dicerna dengan mengabaikan
kaidah kebahasaan.
d. Rendahnya budaya literasi.
e. Latihan daya imaji yang kurang.

3. Hasil wawancara dengan guru (Evi Listriani,


S.Pd.,Gr)
Menurut Ibu Evi penyebab kesulitan peserta
didik untuk mengemukakan ide atau gagasan
dalam kegiatan menulis, yaitu:
a. Kurangnya latihan dan peserta didik yang
tidak terbiasa menggunakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
b. Guru kurang memberikan stimulus untuk
memancing ide atau gagasan peserta didik.
c. Selain itu juga daya juang peserta didik
dalam belajar kurang.

3 Hubungan Hasil kajian literatur: Setelah dilakukan analisis


kerjasama antara terhadap hasil kajian serta
orangtua dan guru Indati dalam Ernawati dan Rusmawati (2017:28) dikonfirmasi melalui pengamatan
kurang efektif. menyebutkan bahwa terdapat pengaruh yang dapat diketahui bahwa penyebab
sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga. hubungan kerjasama antara
Semakin besar dukungan sosial yang diberikan orangtua dan guru kurang efektif
orang tua, maka semakin baik pula motivasi sebagai berikut.
belajar yang dimiliki oleh remaja yang dalam hal 1. Orang tua lebih fokus untuk
ini adalah siswa. Hal ini didukung juga oleh bekerja.
pendapat Syah (2003), bahwa lingkungan 2. Motivasi dan perhatian
keluarga bisa berpengaruh terhadap kinerja terhadap pembelajaran peserta
akademik (academic performance) seorang siswa. didik dari lingkungan
Sumber: keluarga rendah.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/ 3. Hubungan antara sekolah dan
article/view/13547
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
Menurut Febriyani dan Yusri (2018:9) kurangnya orang tua hanya satu arah.
perhatian orang tua pada kegiatan belajar siswa 4. Motivasi diri orang tua untuk
karena orang tua lebih fokus untuk bekerja. terlibat dalam kegiatan
Sumber: sekolah peserta didik rendah.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor 5. Orang tua menyerahkan
Febriany, R. dan Yusri. (2018). Hubungan tanggungjawab pendidikan
Perhatian Orang Tua dengan Motivasi Belajar kepada pihak sekolah.
Siswa dalam Mengerjakan Tugas-Tugas Sekolah. 6. Pola pikir orang tua bahwa
KONSELOR: Jurnal Ilmiah Konseling. Vol. 2. sekolah hanya sebatas
No. 2, 8-16. mendapat ijazah.

Menurut Putri, dkk. (2020:651) menyatakan


bahwa kerjasama antara guru dan orang tua
rendah karena rendahnya motivasi diri terhadap
keterlibatan dalam pendidikan anak. Hal ini
dibuktikan dengan kurangnya kontribusi orang tua
dalam kegiatan sekolah.

Menurut Hornby dan Lafaele (dalam Putri, dkk.


2020:650) menyatakan bahwa saat ini hubungan
antara sekolah dan orang tua berjalan hanya satu
arah sehingga komunikasi menjadi tidak optimal.
Sumber:
https://
obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/418
Kartika Putri, D., dkk. (2020). Pengaruh Media
Pembelajaran dan Motivasi Diri Terhadap
Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak.
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini. Vol. 4. Issue 2, 649-657.

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru,


dan pakar:

1. Hasil wawancara dengan pengawas (Drs.


Sumardiyanto, M.M.Pd)
Menurut Bapak Sumardiyanto penyebab
kurangnya hubungan kerjasama antara orang
tua dan guru, yaitu:
a. Kesibukan orang tua sehingga
pengawasan terhadap kegiatan belajar
peserta didik kurang. Orang tua juga
jarang berkomunikasi dengan peserta
didik, misal mempertanyakan
pembelajaran dan tugas.
b. Orang tua menyerahkan sepenuhnya
tanggung jawab perkembangan peserta
didik kepada pihak sekolah.

2. Hasil wawancara dengan kepala sekolah


(Sopian Saoeri, S.Pd)
Menurut Bapak Sopian penyebab kurangnya
hubungan kerjasama antara orang tua dan
guru, yaitu:
a. Komitmen guru dan orang tua kurang
diperhatikan.
b. Orang tua yang tidak tahu tujuan
menyekolahkan putra dan putrinya.
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
c. Orang tua yang pergi bekerja lebih dulu
daripada putra dan putrinya pergi sekolah
sehingga tidak terawasi.
d. Kedisiplinan di lingkungan rumah yang
kurang.
e. Koordinasi wali kelas yang rendah.
f. Orang tua hanya sibuk mempedulikan
urusan keuangan daripada urusan
perkembangan peserta didik.

3. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran


bahasa Indonesia (Andi Zaenudin, S.Pd)
Menurut Bapak Andi penyebab kurangnya
hubungan kerjasama antara orang tua dan
guru, yaitu:
a. Tingkat pendidikan orang tua dan
pendapatan perkapita rendah. Dengan
kondisi ekonomi saat ini membuat orang
tua lebih fokus mencari tambahan
penghasilan.
b. Orang tua mempercayakan urusan
perkembangan pendidikan hanya kepada
pihak sekolah. Sementara waktu luang
peserta didik lebih banyak di lingkungan
rumah.
c. Pola pikir orang tua sekolah hanya untuk
mendapat ijazah saja sehingga
perkembangan berpikir dan life skills tidak
diperhatikan.

4 Penggunaan model Hasil kajian literatur: Setelah dilakukan analisis


pembelajaran terhadap hasil kajian serta
inovatif yang Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dikonfirmasi melalui pengamatan
belum optimal dalam penelitian Inggriyani, dkk. (2020:60) dapat diketahui bahwa penyebab
dalam menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan penggunaan model pembelajaran
pembelajaran guru yang masih monoton sehingga siswa terlihat inovatif yang belum optimal
bahasa Indonesia. bosan dalam pembelajaran, RPP yang dibuat dalam pembelajaran bahasa
masih konvensional dan kurangnya kreativitas Indonesia teks sebagai berikut.
guru dalam menciptakan media ajar berbasih 1. RPP yang dibuat guru masih
teknologi informasi didalam pembelajaran serta konvensional.
penilaiannya belum autentik sehingga tidak 2. Model pembelajaran yang
mencerminkan penilaian berbasis HOTS. Hal ini digunakan guru kurang
terjadi karena sebagian guru belum mampu bervariasi dan kurang
merancang perangkat pembelajaran yang inovatif.
berorientasi pada model pembelajaran inovatif. 3. Guru jarang mengembangkan
Sumber: perangkat pembelajaran yang
http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
Menurut Jupri, dkk (2017:68) penerapan model 4. Kurangnya media untuk
pembelajaran yang bervariasi sangat jarang menerapkan metode
digunakan oleh guru sehingga siswa terlihat pembelajaran inovatif.
kurang tertarik dan termotivasi saat 5. Guru tidak memahami
berlangsungnya proses belajar mengajar. pembelajaran berdiferensiasi.
Dibutuhkan model pembelajaran yang dapat 6. Guru belum memahami sintak
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan berbagai metode inovatif yang
kemampuan atau keterampilan siswa sehingga dibuat oleh para ahli.
dapat mendorong kelancaran proses pembelajaran.

LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
Sumber:
https://ojs.unm.ac.id/Insani/article/view/4882

Menurut Rahayu dan Firmansyah (2018:19)


menyatakan bahwa kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa saat ini guru jarang sekali
mengembangkan perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa. Guru hanya
mengggunakan perangkat pembelajaran yang
sudah ada tanpa membuat perangkat pembelajaran
sendiri, sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan masih bersifat tekstual, guru hanya
menjelaskan materi yang sudah ada di buku paket
sedangkan siswa hanya mendengarkan dan
mencatat penjelasan gurunya, dan aktivitas kelas
didominasi oleh guru. Sebagian besar guru belum
pernah melakukan penyusunan perangkat
pembelajaran berbasis model-model pembelajaran
inovatif.
Sumber:
https://www.journal.ikipsiliwangi.ac.id/
index.php/abdimas-siliwangi/article/view/36

Berdasarkan hasil peneliat Nasrun (2021:27)


menyatakan bahwa problematika yang dihadapi
guru dalam menerapkan metode pembelajaran
inovatif yaitu: (a) kurangnya media pembelajaran
untuk menerapkan metode pembelajaran inovatif,
(b) kemampuan siswa yang tidak sama rata,
perbedaan daya serap oleh siswa membuat guru
harus mengulang-ulang materi atau penjelasan
terhadap sesuatu saat proses pembelajaran
berlangsung (c) guru kesulitan dalam mengelola
waktu. Faktor kedua penyebab terjadinya
problematika guru dalam menerapkan metode
pembelajaran inovatif,yaitu: (a) faktor
internal,yaitu: motivasi kerja guru yang tidak
stabil, (b) faktor eksternal,yaitu: kurangnya sarana
dan prasarana di sekolah,sumber belajar sangat
terbatas,dan kebijakan kepala sekolah untuk
menerapkan metode pembelajaran inovatif masih
kurang.

http://eprints.unram.ac.id/id/eprint/26344
Nasrun, N. (2021). Problematika Guru PPKn
dalam Menerapkan Metode Pembelajaran Inovatif
(Studi di MA Aik Ampat Kelurahan Kelayu
Jorong Kecamatan Selong Kabupaten Lombok
Timur) (Doctoral dissertatin, Universitas
Mataram).

Menurut Era Yanti, dkk. (dalam Rahmayani,


2019:60) menunjukan bahwa adanya hasil belajar
pada siswa yang belum mencapai KKM
disebabkan adanya cara belajar yang belum bisa
membangkitkan hasil belajar siswa, cara dan
teknik dalam pembelajarn menggunakan model
ceramah. Sehingga pembelajaran tersebut menjadi
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
monoton, serta kurang menjadikan kurang aktif
dalam pembelajaran.
Sumber:
http://journal.unesa.ac.id/indeks.php/jp/article/
view/3939

Hasil wawancara denga kepala sekolah, guru,


dan pakar:

1. Hasil wawancara dengan pengawas (Drs.


Sumardiyanto,M.M.Pd)
Menurut Bapak Sumardiyanto penyebab
penggunaan model pembelajaran inovatif yang
belum optimal, yaitu:
a. Kurangnya pemahaman guru terkait sintak
dari model pembelajaran.
b. Guru belum sepenuhnya memahami
keterkaitan antara tujuan atau capaian
pembelajaran dengan kegiatan belajar
peserta didik.
c. Pemahaman guru akan tugas dan
tanggungjawab dalam proses
pembelajaran yang kurang.
d. Beberapa guru kurang berusaha untuk
mempelajari hal-hal baru.

2. Hasil wawancara dengan kepala sekolah


(Sopian Saoeri,S.Pd)
Menurut Bapak Sopian penyebab penggunaan
model pembelajaran inovatif yang belum
optimal, yaitu:
a. Pada saat KBM berlangsung banyak guru
yang hanya menggunakan metode
ceramah dan mengajar dengan duduk di
kursi saja.
b. Guru kurang kreatif membangun kelas
yang interaktif.
c. Banyak guru yang mengabaikan kelasnya
dengan hanya memberi tugas.
d. Guru mengajar tidak sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
e. Guru belum memahami pembelajaran
berdiferensiasi.

3. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran


bahasa Indonesia (Andi Zaenudin,S.Pd)
Menurut Bapak Andi penyebab penggunaan
model pembelajaran inovatif yang belum
optimal, yaitu:
a. Tidak semua guru menguasai teknologi
informasi, ditambah keengganan
mempelajarinya. Sebagian pendidik masih
nyaman menyampaikan pembelajaran
dengan cara konservatif. Padahal dunia
dalam cengkeraman serba digital.
b. Ketidakinovatifan pendidik dalam
pembelajaran akan menimbulkan persepsi
kurang baik dari siswa. Guru kurang
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
kreatif dan inovatif meramu materi-materi
ajarnya dengan hal-hal yang berbau
teknologi informasi.

4. Hasil wawancara dengan guru (Evi


Listriani,S.Pd.,Gr)
Menurut Bapak Andi penyebab penggunaan
model pembelajaran inovatif yang belum
optimal, yaitu:
a. Guru terbiasa dan merasa nyaman dengan
metode klasikal dan konvensional.
b. Guru belum memahami berbagai bentuk
metode dan media inovatif.
c. Guru belum memahami sintak berbagai
metode inovatif yang dibuat oleh para ahli.
d. Guru tidak mengikuti perkembangan
zaman.
e. Tidak adanya keinginan/motivasi yang
kuat dalam diri guru untuk kegiatan
pengembangan diri.

5 Peserta didik Hasil kajian literatur: Setelah dilakukan analisis


merasa kesulitan terhadap hasil kajian serta
dalam memahami Menurut Gais dan Afriansyah (dalam Deda, dkk. dikonfirmasi melalui pengamatan
dan menjawab soal 2020:2) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat diketahui bahwa penyebab
berbasis HOTS. menyebabkan siswa keliru dalam menyelesaikan peserta didik merasa kesulitan
soal-soal HOTS diantaranya adalah kurang teliti dalam memahami dan menjawab
dalam proses mengerjakan soal, rendahnya soal berbasis HOTS sebagai
kemampuan awal matematis peserta didik, tidak berikut.
maksimalnya proses yang dilalui selama 1. Peserta didik kurang teliti
pembelajaran, kurangnya pemahaman siswa dalam mengerjakan soal.
terhadap soal, ketidaklengkapan dalam membaca 2. Kurangnya perhatian orang
soal dan kurangnya perhatian dari orang tua. tua terhadap perkembangan
Sumber: belajar peserta didik.
https://doi.org/10.30598/jupitekvol3iss1pp1-6 3. Kurangnya latihan
Ndapa Deda, Y., dkk. (2020). Analisis menyelesaikan soal HOTS
Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada peserta didik yaitu
Ujian Nasional Matematika SMP/MTs memecahkan masalah dengan
Berdasarkan Perspektif Higher Order Thinking menggunakan berbagai data.
Skills (HOTS). JUPITEK: Jurnal Pendidikan 4. Peserta didik tidak memahami
Matematika Vol. 3 No. 1, 1-6. materi yang diajarkan.
5. Cara mengajar guru yang
Menurut Karim dan Puteh (dalam Alkarima, dkk. kurang dapat dipahami
2022:57) mengemukakan bahwa penyebab masih peserta didik.
rendahnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal 6. Guru kurang memahami cara
HOTS ialah kurangnya pelatihan-pelatihan soal menyusun soal berbasis
tipe HOTS. HOTS yang tepat untuk
Sumber: peserta didik.
https://doi.org/1025299/ 7. Rendahnya pembiasaan
geram.2022.vol.10(1).9021 literasi peserta didik.
Alkarima, O., Sumarwati, & Suryanto, E. (2022).
Muatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMP
Kelas VIII. Geram, 10(1).

Menurut Dalman dan Junaidi (2022:108)


mengemukakan bahwa penyebab utama siswa
mengalami kesulitan dalam menjawab soal HOTS
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
adalah mereka tidak memahami materi yang
disebabkan karena cara mengajar guru yang tidak
mudah mereka mengerti baik dari penggunaan
istilah yang masih sulit mereka pahami,
penyampaian materi yang terkadang tidak jelas.
Menurut Dalman dan Junaidi (2022:107)
mengemukakan penyebab lain siswa kesulitan
menjawab soal HOTS, yaitu siswa tidak mengerti
perintah soal.
Sumber:
https://doi.org/10.24036/nara.v1i1.12
Pratama Dalman, R. dan Junaidi, J. (2022).
Penyebab Sulitnya Siswa Menjawab Soal Hots
dalam Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS
SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan.
Naradidik: Journal of Education & Pedagogy.
Vol.1 No. 1 2022, 103-112.

Hasil wawancara dengan guru dan pakar:

1. Hasil wawancara dengan pengawas (Drs.


Sumardiyanto,M.M.Pd)
Menurut Bapak Sumardiyanto penyebab
peserta didik sulit memahami dan menjawab
soal HOTS, yaitu:
a. Peserta didik belum dibiasakan
memecahkan masalah dengan
menggunakan berbagai data.
b. Peserta didik tidak dilatih atau tidak
dibiasakan dengan strategi penyelesaian
soal berbasis HOTS.
c. Redaksi kalimat yang digunakan guru
dalam menulis soal HOTS sulit dipahami
peserta didik sehingga peserta didik belum
terbiasa mengungkapkan ide atau gagasan.

2. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran


bahasa Indonesia (Andi Zaenudin, S.Pd)
Menurut Bapak Andi penyebab peserta didik
sulit memahami dan menjawab soal HOTS,
yaitu:
a. Tidak semua peserta didik dapat mencerna
soal berbasis HOTS, karena peserta didik
tidak dilatih cara berpikir sederhana
menuju yang kompleks.
b. Guru yang menyusun soal tidak
memperhatikan keterukuran soal.
c. Guru dalam menyusun soal berbasis
HOTS tidak memperhatikan fase-fase,
psikologis peserta didik, & pengalaman
belajar.
d. Guru tidak melakukan analisis butir soal
di setiap asesmen yang kita lakukan.

3. Hasil wawancara dengan guru (Evi Listriani,


S.Pd.,Gr)
Menurut Ibu Evi penyebab peserta didik sulit
memahami dan menjawab soal HOTS, yaitu:
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
a. Kurangnya perbendaharaan kosa kata
yang dimiliki peserta didik juga membuat
peserta didik sulit untuk mengungkapkan
ide dan menjawab pertanyaan berbasis
HOTS.
b. Kegiatan literasi peserta didik yang masih
rendah.
c. Peserta didik belum menguasai empat
keterampilan berbahasa dengan baik.

6 Guru belum Hasil kajian literatur: Setelah dilakukan analisis


mampu terhadap hasil kajian serta
mengoptimalkan Menurut hasil penelitian Ismanto, dkk. (2017:43) dikonfirmasi melalui pengamatan
penggunaan media alasan guru tidak mengembangkan media dapat diketahui bahwa penyebab
berbasis IT dalam pembelajaran terutama memanfaatkan gawai guru belum mampu
kegiatan karena keterbatasan kemampuan dalam bidang mengoptimalkan penggunaan
pembelajaran. terkonologi. Guru menganggap bahwa media berbasis IT dalam kegiatan
mengembangkan media pembelajaran adalah pembelajaran sebagai berikut.
kegiatan yang rumit. Guru memiliki anggapan 1. Guru menganggap bahwa
bahwa untuk mengembangkan media mengembangkan media
pembelajaran diperlukan kemampuan teknik pembelajaran berbasis IT
komputer yang baik dan desain grafis yang repot.
mumpuni. Dalam pemanfaatan gawai, secara 2. Kebiasaan mengajar dengan
umum guru belum memiliki pengetahuan terkait metode ceramah.
pemanfaatannya dalam bidang pendidikan. Saat 3. Tidak tersedianya sarana dan
ini pemanfaatan gawai hanya sebatas alat prasarana yang menunjang
komunikasi dan sosial media. pembelajaran berbasis IT.
Sumber: 4. Kompetensi guru terkait
http://ejurnal.umri.ac.id/index.php/ pemanfaatan media berbasis
PengabdianUMRI/article/download/33/14 IT minim, terutama pada guru
yang berusia di atas 40 tahun.
Menurut Sutjiono, (2018:80) alasan guru tidak 5. Kurangnya pelatihan tentang
menggunakan media pembelajaran, yaitu: IT bagi guru.
1. Menggunakan media itu repot. 6. Kurangnya kesempatan bagi
2. Media itu canggih dan mahal. guru untuk mengembangkan
3. Tidak bisa mengoperasikannya. diri.
4. Media itu hiburan, sedangkan belajar itu
serius.
5. Tidak tersedia sarana dan prasarana.
6. Kebiasaan mengajar dengan metode
ceramah.
7. Kurangnya penghargaan dari atasan.

Menurut Rahmita (dalam Muthoharoh, 2017:128)


menyatakan bahwa kompetensi guru dalam
pemanfaatan informasi dan teknologi (IT) sebagai
media dalam proses pembelajaran masih sangat
minim. Banyak faktor yang membuat guru tidak
menggunakna IT sebagai media dalam
pembelajaran, salah satu penyebabnya yaitu
minimnya pengetahuan guru dibidang IT yang
disebabkan oleh kurangnya pelatihan tentang IT
dan tidak ada upaya guru dalam meningkatkan
kompetensi yang dimilikinya.
Sumber:
http://www.jim.unsyah.ac.id/pgsd/article/
download/4575/2075

LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
Menurut Putra & Ishartiwi (dalam Aisyah, dkk.,
2021:12) penggunaan teknologi digital di dalam
menunjang proses pembelajaran belum diterapkan
secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh
beberapa kendala seperti memilih ataupun
merancang media pembelajaran yang sesuai
dengan materi pembelajaran; mengoperasikan
media pembelajaran berbasis IT, dan lain-lain. Hal
tersebut menyebabkan kurang menariknya proses
pembelajaran, sehingga menyebabkan kurangnya
pengalaman belajar siswa. Dengan demikian,
tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara
maksimal.
Sumber:
https://www.jurnal.ideaspublishing.co.id/
index.php/ideas/article/view/323

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru,


dan pakar:

1. Hasil wawancara dengan kepala sekolah


(Sopian Saoeri,S.Pd)
Menurut Bapak Sopian penyebab guru belum
mampu mengoptimalkan penggunaan media
berbasis IT dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu:
a. Guru mengajar masih menggunakan
metode ceramah.
b. Guru tidak kreatif membuat media yang
menarik.

2. Hasil wawancara dengan pengawas (Drs.


Sumardiyanto, M.M.Pd)
Menurut Bapak Sumardiyanto penyebab guru
belum mampu mengoptimalkan penggunaan
media berbasis IT dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:
a. Keterampilan guru yang usianya di atas
40 tahun akan IT masih cukup rendah.
b. Guru masih gagap teknologi tapi kurang
mau mempelajari.
c. Tidak adanya pelatihan untuk guru atau
dari tingkat kreativitas gurunya itu
sendiri.
d. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak
memadai.

3. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran


bahasa Indonesia (Evi Listriani, S.Pd.,Gr)
Menurut Ibu Evi penyebab guru belum mampu
mengoptimalkan penggunaan media berbasis
IT dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
a. Kurangnya kesempatan bagi guru untuk
mengembangkan diri.
b. Kurangnya informasi yang diterima guru
mengenai kegiatan-kegiatan
pengembangan diri yang dapat diakses
secara online mengenai pelatihan
LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD
IKIP SILIWANGI BANDUNG
penggunaan media pembelajaran yang
inovatif.
c. Guru tidak mengikuti perkembangan
zaman.
d. Media yang digunakan monoton dan tidak
inovatif.
e. Sarana dan prasarana yang kurang
memadai.

LK 1.2 (PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN 2022 YAYU YUNITA ARIFIN, S.PD

Anda mungkin juga menyukai