Anda di halaman 1dari 9

Nama : Kurnia Septiani

Asal sekolah : SMP Negeri 3 Bayung Lencir

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah


No. Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi
telah penyebab masalah
diidentifikasi
1. Guru belum Hasil eksplorasi Berdasarkan analisis hasil
mengoptimalkan penyebab masalahnya observasi, kajian literatur
model adalah: dan hasil wawancara kepada
pembelajaran yang 1. Pemahaman dan rekan sejawat dan pakar,
inovatif sesuai penguasaan tentangmodel- dapat disimpulkan bahwa
dengan model pembelajaran penyebab masalah
karakteristik siswa. inovatif masih kurang. diantaranya:
2. Guru tidak melakukan 1. Beberapa guru belum
Assesment diagnostic menguasai pembelajaran
kemampuan siswa. inovatif.
3. Guru kurang bisa 2. Guru belum mengenal
memanfaatkan sarana karakteristik siswa
yang ada untuk seperti kemampuan
menerapkan awal, minat, atau
pembelajaran gaya belajar.
inovatif. 3. Guru tidak
4. Pembelajaran mengembangkan
masih berpusat kompetensi diri.
pada guru (teacher 4. Guru belum merancang
centered learning). pembelajaran yang
aktif dan
Hasil kajian literatur: menyenangkan.
1. Menurut Darmadi H. (2017), bahwa
pembelajaran inovatif dapat
menyeimbangkan fungsi otak kiri
dan kanan, apabila dilakukan
dengan cara mengelola media yang
berbasis teknologi dalam proses
pembelajaran, sehingga terjadilah
proses dalam membangun rasa
percaya diri pada siswa.

2. Menurut Mudlofir dan Evi


Fatimatur Rusydiyah (2017), bahwa
pembelajaran inovatif meliputi
sebagai berikut: (1) pembelajaran
ekpositori. (2) pembelajaran inkuiri
(3) pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning), (4)
peningkatan kemampuan berpikir,
pengembangan kemampuan
berpikir peserta didik melalui
telaaah fakta atau pengalaman anak
sebagai bahan untuk memecahkan
masalah yang diajukan. (5)
Pembelajaran Kooperatif, (6)
pembelajaran konstektual, (7)
pembelajaran afektif. Afektif erat
kaitannya dengan nilai yang
dimiliki seseorang. (8) pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran.

3. Untuk menerapkan pembelajaran


inovatif tentu harus mengetahui
Karakteristik dan gaya belajar siswa.
Menurut Sardiman (2011) interaksi
dan motivasi belajar mengajar
menyebutkan ada tiga macam
karakteristik peserta didik yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Karakteristik yang berkaitan
dengan kemampuan awal siswa,
contohnya kemampuan
intelektual dan berpikir.
2. Karakteristik yang berhubungan
dengan latar belakang dan status
sosial siswa.
3. Karakteristik yang berkaitan
dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian misalnya sikap,
perasaan, dan minat.

4. Sedangkan gaya belajar peserta


didik, menurut DePorter, Reardon
and Nourie (2014) membagi gaya
belajar individu berdasarkan jenis
tampilan informasi yang diberikan
kepada peserta didik menjadi tiga
kategori, antara lain (1) Gaya visual
yang menjelaskan individu lebih
menyukai memproses informasi
melalui penglihatan, (2) Auditori
yang menyukai informasi melalui
pendengaran dan (3) Kinestetik yang
menyukai informasi melalui
gerakan, praktek atau sentuhan.
Hasil wawancara dengan
Wakasek Kurikulum (Thamrin
Rumai, S.Pd., M.Pd.) adalah:
a. Pembelajaran inovatif
tergantung kepada materi
yang diajarkan dan
disesuaikan dengan
kemampuan siswa dan
beberapa guru belum
menguasai tekhnologi.
b. Guru kurang kreatif.
c. Guru tidak menguasai
media pembelajaran.
d. Guru terkadang tidak
melakukan assesment
diagnostic.
e. Guru harus menganalisis
hasil belajar siswa.
f. Minimnya fasilitas
pendukung seperti proyektor
yang rusak, jaringan listrik
dikelas yang
tidak baik.
2. Motivasi peserta Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan analisis hasil
didik rendah dalam masalah Rendahnya motivasi observasi, kajian literatur
pembelajaran peserta didik dalam dan hasil wawancara kepada
Speaking. pembelajaran rekan sejawat, dapat
Speaking adalah: disimpulkan bahwa
1. Pemikiran peserta didik bahwa penyebab masalah
diantaranya:
belajar bahasa inggris itu susah
1. Terbatasnya kosa
sehingga peserta didik sulit
katapeserta didik.
mengikuti dengan baik, kurang
2. Lemahnya motivasi
inisiatif dan malas.
dalam diri siswa
2. Peserta didik Kesulitan
sendiri untuk belajar
dalam pengucapan.
bahasa inggris.
3. Peserta didik kesulitan
3. Sebagian siswa masih
memahami kosa kata
enggan dan bahkan
(Vocabulary).
4. Peserta didik memiliki basic yang tutup mulut apabila
kurang pada jenjang sekolah mereka diajak
sebelumnya. berbicara dalam
bahasa Inggris.
5. Lemahnya motivasi dalam diri
4. Kurangnya perhatian
siswasendiri untuk belajar bahasa
inggris. orang tua dirumah.
6. Kurangnya dukungan orang 5. Pembelajaran
tua dirumah. dikelas monoton.
Hasil kajian literatur:
1. Pengertian motivasi belajar
menurut Sardiman (2011)
adalah “Keseluruhan daya
penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arah
pada kegiatanbelajar,
sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
2. Menurut Sudaryono, Margono
dan Rahayu (2012), tinggi
rendahnya motivasi belajar
siswa disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor- faktor
yang mempengaruhi motivasi
belajar adalah: cita-cita atau
aspirasi siswa, kondisijasmani
dan rohani siswa, kondisi
lingkungan siswa, unsur-unsur
dinamis belajar, dan upaya
guru membelajarkan siswa.
3. Menurut Tarigan (2017)
menyatakan bahwa :
“Kemampuan berbahasa lisan
mencakup ujaran yang jelas dan
lancar. Kosakata yang luas dan
beranekaragam, penggunaan
kalimat-kalimat yang lengkap
dan sempurna bila diperlukan,
pembedaan pendengaran yang
tepat, dan kemampuan serta
menelusuri perkembanganurutan
suatu cerita, atau
menghubungkan kejadian-
kejadian dalam urutan yang
wajar serta logis”.
4. Apabila seorang siswa sudah
terbiasa salah mengucapkan
sebuah kata, ada kecenderungan
baginya tidak bisa memberi
informasi yang jelas (Sofiyanti,
2014). Vocabulary (kosa kata)
semakin banyak kosa kata yang
dikuasai oleh siswa maka
semakin mudah untuk belajar
bahasa Inggris. Kosakata
(vocabulary) dalam
pembelajaran bahasa, termasuk
bahasa inggris, merupakan salah
satu hal yang penting untuk
dikuasai (Herlina, 2015).

Hasil wawancara dengan rekan


sejawat (Frida Lawalata, S.Pd. dan
Sumiati, S.S.) adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik kesulitan
mengungkapkan ide secara
lisan.
2. Terbatasnya kosa kata
(vocabulary).
3. Terbatasnya kemampuan tata
bahasasehingga siswa sulit
berbicara dengan benar.
4. Kurangnya keberanian untuk
berbicarakarena takut salah.
5. Siswa malu dan takut teman-
temanya menertawakan
apabila pengucapannya salah.
6. Kurangnya buku-buku
penunjang pembelajaran bahasa
inggris diperpustakaan sekolah.
7. Siswa tidak memperhatikan
dengan baik saat pembelajaran
dikelas.
3. Pembelajaran yang Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan analisis hasil
dilakukan dikelas masalah adalah: observasi, kajian literatur
belum berorientasi 1. Guru masih kesulitan mengajarkan dan hasil wawancara dengan
pada ketrampilan materi tersebut. pakar (pengawas), dapat
berfikir tingkat tinggi 2. Guru tidak menganalisis disimpulkan bahwa
penyebab masalah
(HOTS). karakteristik peserta
diantaranya:
didik. 1. Pembelajaran yang
3. Guru belum mengikuti pelatihan dilakukan belum
terkait assesment berbasis berorientasi pada
HOTS. keterampilan berfikir
Hasil Kajian Literatur: tingkat tinggi (HOTS).
1. Menurut Thomas dan Thorne, 2. Guru belum ada
(2009) HOTS merupakan pelatihan penguatan
sebuah cara berpikir yang lebih materi HOTS.
tinggi
daripada menghafalkan fakta,
mengemukakan fakta, atau
menerapkan peraturan, rumus, dan
prosedur.
2. Berdasarkan taksonomi Bloom
yang telah direvisi oleh Anderson
dan Krathwohl Taksonomi Bloom
yang telah direvisi dibedakan
proses berpikir menjadi dua, yaitu
keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau sering disebut dengan Higher
Order Thinking Skill (HOTS), dan
keterampilan berpikir tingkat
rendah Lower Order Thinking Skill
(LOTS). Keterampilan berpikir
tingkat rendah melibatkan
kemampuan mengingat (C1),
memahami (C2) dan menerapkan
(C3) sementara dalam keterampilan
berpikir tingkat tinggi melibatkan
analisis dan sintesis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mencipta
atau kreativitas (C6) (Krathwohl
dan Anderson, 2001).
3. Ada tiga karakteristik HOTS yang
dijelaskan oleh Brookhart (dalam
Susanto, 2018) yaitu: pertama,
terdapat proses dan keterampilan
berupa transfer (transfer), kedua
terdapat keterampilan berpikir kritis
(critical thinking) dan ketiga
terdapat keterampilan pemecahan
masalah (problem solving).
Hasil Wawancara dengan pakar
(Amin Saikuri, S.Pd.,M.Pd.):
1. Guru belum mengikuti pelatihan
penguatan materi HOTS.
2. Guru cenderung
menggunakan metode
konvensional dalam
pembelajaran.
3. Pengetahuan guru tentang
bagaimana cara menerapkan
Assesment berbasis HOTS
dalam pembelajaran masih
minim.
4. Beberapa guru belum menguasai
teknologi sehingga kesulitan mencari
informasi terkait materi HOTS.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

DePorter, Bobbi. Mark Reardon,&Sarah Singer-Nourie. 2014. Quantum Teaching. Bandung: PT


Mizan Pustaka.

Mudlofir, Ali & Evi Fatimatur Rusydiyah. 2017. Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudaryono, Margono dan Rahayu. 2012. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tarigan, Henry Guntur. 2017. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Herlina. 2015. Meningkatkan Pemahaman Kosakata Bahasa Inggris Melalui Metode Permainan
Bingo. Jurnal Ilmiah VISI PPTKPAUDNI, 10(2), 114-121.

Sofiyanti, Y. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pengucapan Bahasa Inggris Dengan


Media Pembelajaran Online English Pronounciation. Wawasan Ilmiah Manajemen Dan Teknik
Informatika, 6 (11), 16-29.

Anda mungkin juga menyukai