2 Daftar materi yang 1. Mentukan luas yang diarsir dari berbagai gabungan atau potongan bangun
sulit dipahami di datar
2. Menghitung jarak dalam ruang
modul ini
3. Menunjukkan bahwa suatu garis tegak lurus dengan
suatu bidang
4. Hasil kali transformasi
Jenis-jenis matriks:
▪ Matriks persegi adalah berorder n jika A mempunyai n
baris dan n kolom.
▪ Matriks segitiga bawah adalah jika semua komponen di
atas diagonal utama nol.
▪ Matriks segitiga atas adalah jika semua komponen di
bawah diagonal utama nol.
▪ Matriks segitiga adalah jika matriks A merupakan
matriks segitiga atas atau segitiga bawah.
▪ Matriks diagonal adalah jika A merupakan matrik
segitiga atas dan matriks segitiga bawah.
▪ Matriks skalar adalah jika A merupakan matriks diagonal
dan komponen pada diagonal utama sama.
▪ Matriks identitas (I) adalah jika A merupakan matriks
persegi yang semua komponenpaada diagonal utama
adalah 1 dan komponen lainnya 0.
▪ Matriks nol adalah jika semua komponennya 0.
▪ Matriks kolom adalah jika hanya mempunyai kolom.
Suatu matriks n x n disebut matriks elementer jika dapat
diperoleh dari matriks identitas I berukuran nxn dengan
melakukan satu operasi baris elementer. 12. Jika matriks
A dikalikan dari kiri dengan matriks elementer E, maka
hasilnya EA adalah matriks A yang dikenai operasi baris
elementer yang sama dengan operasi baris elementer yang
dikenakan pada I untuk mendapatkan E.
Matriks transformasi
a) Refleksi adalah transformasi pada 𝑅2 atau 𝑅3 yang
memetakan titik ke bayangan simetrisnya terhadap
garis atau bidang.
b) Rotasi adalah transformasi yang merotasikan setiap
vektor di 𝑅2 sebesar sudut tetap 𝜃 disebut transformasi
rotasi pada 𝑅2 .
c) Translasi adalah transformasi yang memindahkan
(menggeser) setiap titik di 𝑅2 menurut besar dan arah
yang tetap.
d) Dilatasi adalah jika koordinat x dari setiap titik pada
bidang dikalikan konstanta positif, maka efeknya
adalah memperkecil atau memperbesar setiap gambar
bidang pada arah-x.
∑ 𝒂𝒌 = 𝒂𝟏 + 𝒂𝟐 + 𝒂𝟑 + ⋯ + 𝒂𝒏
𝒌=𝟏
Metode Inferensi
a. Modus ponen (penalaran langsung)
Jika diketahui p menyebabkan q, dan p adalah benar,
maka jelas q bernilai benar. b.
b. Modus Tolen (Penalaran Tak Langsung)
Jika diketahui p menyebabkan q, dan q salah, maka jelas
p bernilai salah.
c. Silogisme Hipotesis
Bahwa q diakibatkan oleh p dan r diakibatkan oleh q,
maka r diakibatkan oleh p.
d. Silogisme Disjungtif
Bahwa p v q bernilai benar dan q bernilai salah, maka p
bernilai benar.
e. Simplifikasi (Penyederhanaan Konjungtif)
Bahwa p Λ q bernilai benar maka p dan q pasti bernilai
benar.
f. Penambahan Disjungtif
Bahwa p bernilai benar maka p v q pasti bernilai benar,
tidak peduli apakah q bernilai benar atau salah.
g. Konjungsi
Bahwa p bernilai benar, q bernilai benar maka p Λ q pasti
bernilai benar.
h. Dilema(Pembagian Kasus)
Bahwa p v q bernilai benar, p menyebabkan r, q
menyebabkan r, maka r pasti bernilai benar.
i. Dilema Konstruktif
Bahwa (𝑝 ⇒ 𝑞)Λ (r ⇒ 𝑠) bernilai benar dan (𝑟 ⇒ 𝑠) bernilai
benar, p v r bernilai benar maka q v s pasti bernilai benar.
j. Dilema Destruktif
Bahwa (𝑝 ⇒ 𝑞)Λ (r ⇒ 𝑠) bernilai benar dan (𝑝 ⇒ 𝑞) bernilai
benar, dan Dilema (𝑟 ⇒ 𝑠) bernilai benar, ~𝑞 v ~𝑠bernilai
benar maka maka ~𝑝 v ~𝑟 pasti bernilai benar.