Anda di halaman 1dari 45

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Geometri


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Geometri Datar
2. Geometri Ruang
3. Geometri Transformasi Pembelajaran
Geometri
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. KB 1 Geometri Datar
Titik, garis, sinar garis, ruas garis, dan bidang
kesemuanya merupakan objek-objek geometri.
Titik, garis, dan bidang termasuk objek atau unsur
geometri yang tidak didefinisikan (undefine terms)
atau dikenal juga dengan pengertian pangkal.
Terdapat hubungan antara titik dan garis, sehingga
melalui tiga titik tak segaris dapat dibentuk tepat
satu bidang datar. Bangun datar adalah bagian dari
bidang datar. Bangun datar tidak hanya dibatasi
oleh garis-garis lurus saja, tetapi juga bisa dibatasi
lengkung. Bangun datar adalah bangun dua dimensi
yaitu panjang dan lebar, dan tidak mempunyai
tinggi atau tebal. Segitiga adalah gabungan dari tiga
segmen/ruas garis yang titik-titiknya tidak kolinier.
Pertemuan ujung-ujung ruas garis disebut titik
sudut. Macam segitiga dapat dikelompokan melalui
panjang sisi dan ukuran sudutnya. Segitiga
memiliki garis-garis istimewa pada segitiga, yaitu
garis berat, garis bagi, garis tinggi dan garis sumbu.
Dua buah segitiga dikatakan kongruen jika dua
segitiga yang sisi-sisinya sama dapat ditulis dengan
S-S-S. Segi empat adalah gabungan dari empat ruas
garis yang ditentukan oleh empat titik, tiga titik di
antaranya tidak segaris. Kita dapat
menggelompokkan segi empat-segi empat tersebut
menurut sisi, sudut, dan hubungan antara sisi dan
sudut dan beberapa sifat dari segi empat. Lingkaran
adalah garis lengkung (kurva) yang bertemu pada
kedua ujungnya, dan merupakan himpunan titik-
titik yang jaraknya sama terhadap titik tertentu.…
2. KB 2 Geometri Ruang
Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang…
Modul dikemas dalam 4 sub kajian yang disusun
dengan urutan sebagai berikut
• . Objek Geometri dan Kubus
• Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam
Ruang
• Jarak dan Sudut dalam Ruang
• Kesejajaran dan Ketegaklurusan

1. Objek Geometri dan Kubus


• Hubungan antara dua bidang.
Dalam geometri ruang, hubungan yang
mungkin terjadi antara dua bidang adalah kedua
bidang berhimpit, kedua bidang sejajar, kedua
bidang berpotongan.
• Hubungan antara dua buah garis
Dua buah garis dapat: berpotongan (terletak
pada satu bidang), sejajar (terletak pada satu
bidang), atau bersilangan (tidak terletak pada
satu bidang).
• Hubungan antara garis dan bidang
• Dalam geometri jarak berarti panjang ruas garis
terpendek antara dua objek geometri.
Berdasarkan kedudukan objek dalam ruang,
kajian dalam jarak dalam ruang terdiri atas: (a)
jarak antara 2 titik dalam ruang; (b) jarak antara
titik dan garis; (c) jarak antara titik dan bidang;
(d) jarak antara 2 garis sejajar; (e) jarak antara
garis dan bidang; (f) jarak antara 2 bidang
sejajar; dan (g) jarak antara 2 garis bersilangan.
• Pada geometri, hubungan antara garis dan
bidang dapat berupa: terletak pada bidang,
sejajar bidang, atau menembus bidang.
2. Titik tembus antara garis dan bidang
tersebut merupakan titik persekutuan antara
garis dan bidang.
▪ Kesejajaran
Teorema: sebuah bidang ditentukan oleh
dua buah garis sejajar
Dua garis sejajar, Garis sejajar bidang, dan
dua bidang sejajar
▪ Ketegaklurusan
Dua garis tegak lurus, Dua bidang tegak
lurus

3. KB 3 Geometri Transformasi
Modul dikemas dalam sub kajian yang disusun
dengan urutan sebagai berikut
1. Konsep Transformasi Geometri
2. Pencerminan.
3. Translasi
4. Rotasi.
5. Dilatasi.
6. Hasil Kali Transfromasi Geometri

• Transformasi geometri pada bidang adalah


proses mengubah setiap titik koordinat menjadi
titik koordinat lain pada bidang tertentu.
Transformasi tidak hanya terhadap titik tetapi
bisa juga dilakukan pada kumpulan titik yang
membentuk bidang/ tertentu
• Pencerminan
pencerminan atau refleksi adalah transformasi
yang memetakan suatu titik dengan
menggunakan sifat benda dan bayangan pada
cermin datar.
Pencerminan Terhadap Sumbu x dengan matrik
sedangkan pencerminan terhadap sumbu
y matriknya , Pencerminan Terhadap Garis
𝒚 = −x matriknya , Pencerminan
Terhadap Titik Asal matriknya ,
Pencerminan Terhadap Garis 𝒙 = h,
pencermiann terhadap garis y = k dan titik (m,n)
• Translasi
Translasi adalah perpindahan atau pergeseran
setiap titik dengan arah dan jarak yang sama.
Translasi titik, garis , kurva.
• Rotasi
Rotasi terhadap Titik Pusat O(0,0)

Rotasi terhadap titik pusat P(a,b)

• Dilatasi
Dilatasi dapat diartikan sebagai perkalian
• Hasil Kali Transformasi
Komposisi Pencerminan

Komposisi Dilatasi

Komposisi Translasi

4. KB 4 Pembelajaran Geometri
• Agar guru dapat mengajar matematika dengan
efektif, guru harus mengetahui bagaimana
peserta didik belajar matematika. Ilmu yang
mengkaji tentang
• Ciri khas dari model pembelajaran salah
satunya adalah adanya sintak atau tahapan-
tahapan atau fase-fase.
• Pembelajaran berbasi masalah memiliki sintak:
(1) mengorientasikan peserta didik pada
masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik
untuk belajar, (3) mengambangkan
penyelidikan individu atau kelompok, (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
dan mempamerkannya, dan (5) Analisis dan
evaluasi proses pemecahan masalah.
• Pembelajaran berbasis masalah atau Problem
Based Learning (PBL) adalah pembelajaran
yang menggunakan masalah sebagai konteks
pembelajaran. Masalah yang disajikan dapat
berupa masalah nyata yang tidak terstruktur
(illstructured) atau masalah terbuka (open-
ended).
• Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
didefinisikan sebagai suatu rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
ataupun lebih. RPP disusun berdasarkan
Kompetensi Dasar (KD) atau subtema dan
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih.
• Kegiatan pembelajaran atas tiga tahap, yaitu
pendahuluan, inti, dan penutup.
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1. KB 1
modul ini Mencari luas bangun datar gabungan
2. KB 2
Mengilustrasikan jarak dan sudut dalam ruang
3. KB 3
Menghitung Hasil kali Transformasi
4. Bagian evaluasi
3 Daftar materi yang sering mengalami 1. KB 1
miskonsepsi Siswa sering miskonsepsi dalam menghitung luas
bangun gabungan
2. Kb 2
Siswa sering miskonsepsi masalah jarak dan sulit
mengilustrasikan dalam khayalan.
3. KB 3
Siswa sering miskonsepsi pada penggunaan
matriknya, sering salah.
4. KB 4
Sering miskonsepsi dalam pembuatan soal HOTS
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 2


Aljabar dan Program Linear
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear
2. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang
3. Program Linear
4. Pembelajaran Aljabar
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar 1. KB 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear
materi yang A. Bentuk Aljabar
dipelajari Bentuk Aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat
huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui
Contoh 1.1
2x + 1 merupakan bentuk aljabar dengan variabel x, koefisien x adalah 2, dankonstanta
1.
Suku
Suku adalah bagian dari bentuk aljabar yang dipisah dengan tanda - atau +.
Contoh 1.2
terdiri dari tiga suku yaitu .
Faktor
Faktor adalah bilangan yang membagi bilangan lain atau hasil kali.
Contoh 1.3
Bentuk aljabar 𝑚 × 𝑛 × 𝑜 atau mno memiliki faktor 𝑚, 𝑛, 𝑑𝑎𝑛 𝑜
Koefisien
Koefisien adalah faktor bilangan pada hasil kali dengan suatu peubah.
Contoh 1.4
adalah bentuk aljabar dengan 5 sebagai koefisien dari , sedangkan 2
adalah koefisien dari y.
Konstanta
Konstanta adalah lambang yang menyatakan bilangan tertentu (bilangan konstan /
tetap)
Contoh 1.5
adalah bentuk aljabar dengan -3 sebagai konstanta
Suku sejenis dan tidak sejenis
Suku sejenis memiliki peubah dan pangkat dari peubah yang sama. Jika
berbeda,disebut dengan suku tidak sama atau suku tidak sejenis.
Contoh 1.6
merupakan bentuk aljabar suku sejenis, sedangkan
merupakan bentuk aljabar suku tidak sejenis
a. Operasi Bentuk Aljabar
1. Penjumlahan dan pengurangan
Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan suku aljabar dilakukan dengan cara
menjumlahkan atau mengurangkan koefisien antara suku-suku yang sejenis.
Contoh 1.7
Tentukan hasil penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar 4x + 3y – 2x
Penyelesaian:
4x + 3y – 2x = 4x – 3x +2y
= x + 2y
2. perkalian dan pembagian
Operasi hitung perkalian dan pembagian suku aljabar dilakukan dengan
menggunakan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan riil.
Contoh 1.8
Tentukan hasil perkalian dan pembagian bentuk aljabar
berikut ini.a). 4x (3y + 2x)
b). (5a2b-2ab): a
Penyelesaian:
a). 4x (3y + 2x)=12xy + 8x2
b). (5a2b – 2ab): a = 5ab-2b
b. Perkalian antar suku bentuk aljabar
Perkalian suku satu dengan suku dua atau suku banyak
Contoh 1.9
Tentukan hasil penjumlahan dan pengurangan berikut:
a.
b.
Penyelesaian:
a.

b.

Perkalian suku dua dengan suku dua

Selisih dua kuadrat


Contoh 1.11
Tentukan hasil dari !
Penyelesaian:

c. Pemfaktoran Bentuk Aljabar


Untuk memfaktorkan bentuk aljabar dapat dilakukan dengan menggunakan hukum
distributif. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari faktor persekutuan
terbesar dari setiap suku aljabar

B. Persamaan dan Pertidaksamaan


Persamaan
a. Definisi 1.2
Persamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung ” = ”
(samadengan).
Definisi 1.3
Persamaan linear dengan satu variabel (PLSV) adalah suatu persamaan
yangmemiliki satu variabel (peubah) dan pangkat tertingginya satu.
Bentuk umumnya: sebagai variabel.
Definisi 1.4
Penyelesaian (solusi) dari suatu PLSV adalah bilangan real yang
menggantikan variabel sehingga persamaan tersebut menjadi bernilai benar.
Definisi 1.5
Persamaan linear dengan dua variabel (PLDV) adalah persamaan yang
memilikidua peubah dan pangkat tertingginya satu.
Bentuk umum : 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐
Definisi 1.6
Penyelesaian (solusi) dari PLDV adalah bilangan terurut(x1,y1)
sedemikian hingga jika disubstitusikan x1 untuk x dan y1 untuk y mengakibatkan
persamaan menjadi bernilai benar.
Pertidaksamaan
Pertidaksamaan adalah kalimat matematis yang dibangun dengan menggunakan
satu atau lebihsimbol untuk membandingkan 2 kuantitas (El-
Khatib)
Untuk mendapatkan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel
dilakukan prosedursebagai berikut.
a. Tambahkan kedua ruas dengan bilangan yang sama.
b. Kurangkan kedua ruas dengan bilangan yang sama.
c. Kalikan atau bagi kedua ruas dengan bilangan positif yang sama.
d. Jika mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan negatif yangsama
maka tanda pertidaksamaannya harus dibalik.
Definisi1.7
Himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear dalam bentuk terdiri
darititik-titik pada salah satu sisi garis yang didefinisikan
dalam bentuk . Grafik pertidaksamaan linearnya disebut paruh
bidang (half-plane)
Contoh 1.18
Gambarkan daerah penyelesaian pertidaksamaan linear
Penyelesaian:
Pertama ubah menjadi
Kedua, gambar garis yang persamaannya
Ketiga, pilih titik uji . Substitusi ke

Diperoleh bernilai benar


Berdasarkan Contoh 1.18 di atas, himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear dua
variabel adalah himpunan titik-titik yang membuat pertidaksamaan linear dua variabel
menjadi kalimat yang benar
C. Sistem Persamaan Linear
1. Pengertian Sistem Persamaan Linear (SPL) dan solusi SPL
Contoh 1.20

Bentuk merupakan sistem persamaan linear tiga variabel

dengan tiga persamaan. Bilangan terurut (2, -1, 3) merupakan solusi SPL tersebut.
Sedangkan himpunan penyelesaian SPL tersebut adalah HP={(2,-1,3)}.
Perhatikan bahwa HP suatu SPL merupakan himpunan, sehingga tidak benar jika
himpunan penyelesaian SPL tersebut dituliskan dengan HP=(2,-1,3).
2. Jenis-jenis SPL
Berdasarkan SPL dalam bentuk AX=B, maka SPL dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
(1) SPL homogen, jika B=O.
(2) SPL non homogen, jika B O.
Berdasarkan solusi yang dimiliki oleh SPL, maka SPL dapat dibedakan menjadidua
macam, yaitu:
(1) SPL konsisten (consistent), jika SPL tersebut mempunyai solusi.
(2) SPL tak konsisten (inconsistent), jika SPL tersebut tidak mempunyaisolusi.
(3) SPL homogen pasti mempunyai solusi, yakni solusi nol yang berbentuk (0, 0, …,
0). Dengan demikian SPL homogen selalu konsisten.

3. Metode Penyelesaian SPL


a. Metode subtitusi
b. Metode eliminasi
c. Metode gabungan (eliminasi dan subtitusi)
d. Operasi Baris Elemeneter (OBE) pada matriks yang diperbesar
2. KB 2. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang
1. Matriks dan Determinan
a. Matriks
Definisi 2.1
Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan. Bilangan- bilangan
pada susunan tersebut disebut entri atau komponen atau elemen dari matriks.
Jenis-jenis Matriks
1. matriks persegi
2. matriks segitiga bawah dan atas
3. Matriks segitiga
4. matriks diagonal
5. matriks skalar
6. matriks identitas
7. matriks nol
8. matriks kolom dan baris
Operasi pada Matriks
1. jika dan berukuran sama, maka (A + B)ij = aij + bij.
2. jika maka ( )ij = 𝛼 aij
3. Jika adalah matriks p x q dan matriks q x r maka hasilkali AB
merupakan matriks berukuran p x r yang komponennya (AB)ij =
Invers Matriks
Definisi 2.6
Jika A matriks persegi dan terdapat matriks B sedemikian sehingga AB = BA = I,
maka A is dikatakan invertibel dan B dikatakan invers A.
Jika A invertibel, maka inversnya dinyatakan dengan simbol .
Transpos Matriks
Definisi 2.8
Jika A matriks p x q, maka transpos A, ditulis AT, didefinisikan sebagai matriksq x
p yang diperoleh dari menukar baris dan kolom A, yaitu kolom pertama dari AT
merupakan baris pertama matriks A, kolom kedua dari AT merupakan baris kedua dari
A, dan seterusnya.
Matriks Elementer dan Metode mencari Invers Matriks
Definisi 2.9
Suatu matriks n x n disebut matriks elementer jika dapat diperoleh dari matriks
identitas In berukuran nxn dengan melakukan satu operasi baris elementer.
b. Determinan
Definisi 2.14
Misalkan A matriks persegi. Determinan A, ditulis det(A) atau |A| , dan
didefinisikan sebagai jumlah semua hasilkali elementer bertanda dari A.
2. Vektor pada Bidang dan Ruang
1. Norm Vektor : =
2. Hasilkali Titik (Dot Product) : u.v = u1v1 + u2v2 + u3v3
3. Hasilkali Silang (Cross Product) : u x v = (u2 v3 – u3 v2 , u3 v1 – u1 v3 , u1 v2 – u2
v1 )
3. Matriks Transformasi
1. Refleksi
Matriks transformasi terhadap sumbu x :

Matriks transformasi terhadap garis y = x :

Matriks transformasi terhadap garis y = -x :

Matriks transformasi terhadap bidang xy :

Matriks transformasi terhadap bidang xz:

Matriks transformasi terhadap bidang yz :


2. Rotasi
Matriks rotasi berlawanan arah jarum jam mengelilingi sumbu- positif sebesar
𝜃
Matriks rotasi berlawanan arah jarum jam mengelilingi sumbu-y positif sebesar
𝜃

Matriks rotasi berlawanan arah jarum jam mengelilingi sumbu-z positif sebesar
𝜃

3. Translasi

4. Dilatasi

3. KB 3. Program Linear
1. Program Linear
Program linear merupakan bagian dari Operation Research yang mempelajari masalah
optimum. Langkah-langkah untuk membuat model matematika adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tipe masalah (maksimum atau minimum).
b. Mendefinisikan variabel keputusan.
c. Merumuskan fungsi tujuan
d. Merumuskan fungsi kendala.
e. Menentukan persyaratan nonnegatif
2. Metode Grafik
Metode grafik ini dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim (titik pojok) dan metode garis
selidik.
3. Metode Simplek
Memahami tabel simpleks secara umum dan langkah-langkah menyelesaikan masalah
program linier dengan metode simpleks.
4. Dualitas
Perhatikan model maksimumnya, jika dianggap primal maka model minimumnya
sebagai dual. Begitu pula sebaliknya, jika model maksimumnya sebagai dual
maka model minimumnya sebagai primal.

4. KB 4. Pembelajaran Aljabar
1. Teori Belajar
Tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika antara lain: Bruner, Dienes, Piaget, Ausubel, dan Vygotsky.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model DLberorientasi pada proses belajar bukan pada konten dan infomasi. Bahan
belajar berupa contoh-contoh konsep umum, kasus-kasus untuk pendekatanumum dan
prosedur (misalnya metode mengajar, gaya manajemen), pertanyaan ill-defined, dan
jenis situasi masalah (misal bagaimana memotivasi siswa di kelas yang pasif), atau
fenomena yang. Sintaks pembelajaran discovery learning adalah: (1) stimulation; (2)
problem statement; (3) data collecting; (4) data processing; (5) verification; dan (6)
generalization. harus dijelaskan siswa
3. Pembelajaran abad 21
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4Cs (critical
thinking, communication, collaboration, and creativity), adalah empat keterampilan
yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21 (P21)sebagai keterampilan
yang sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21.
4. PPK
Nilai dalam PPK : Religius, Nasionalis. Mandiri, Gotong royong, Integritas.
5. Perangkat Pembelajaran Materi BentukAljabar
1) Silabus
Penggalan Silabus berisi:
• Identitas satuan pendidikan
• Mata pelajaran
• Kelas/Semester
• Kompetensi inti
• Kompetensi dasar
• Nilai karakter
• Indikator pencapaian kompetensi
• Materi pokok
• Kegiatan pembelajaran
• Penilaian
• Alokasi waktu
• Sumber belajar
2) RPP
RPP berisi:
• Identitas satuan pendidikan
• Mata pelajaran
• Materi pokok
• Kelas/Semester
• Alokasi waktu
• Kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), dan indikator pencapaian
kompetensi (IPK)
• Tujuan pembelajaran
• Materi Pembelajaran
• Pendekatan, metode, dan model pembelajaran
• Media/alat
• Sumber belajar
• Kegiatan Pembelajaran
• Dengan tahapan/sintak: memberi stimulus (stimulation), mengidentifikasi
masalah (problem statement), mengumpulkan data (data collecting), mengolah data
(data processing), membuktikan (verification), dan menarik kesimpulan
(generalization)
• Penilaian
2 Daftar materi 1. KB 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear
yang sulit 1. Metode Penyelesaian SPL (Operasi Baris Elemeneter (OBE) pada matriks yang
dipahami di diperbesar)
modul ini 2. KB 2. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang
1. Matriks (Invers Matriks)
2. Vektor
3. Matriks Transformasi (Rotasi)
3. KB 3. Program Linear
1. Metode Grafik ( metode garis selidik)
2. Metode Simplek
3. Dualitas
3 Daftar materi KB 1. BENTUK ALJABAR DAN SISTEM PERSAMAANLINEAR
yang sering Siswa sering miskonsepsi dalam menjumlahsuku aljabar
mengalami Misal : 4𝑥 + 2𝑦 masih dilanjutkan menjadi 6𝑥𝑦
miskonsepsi
KB 2. MATRIKS DAN VEKTOR PADA BIDANG DANRUANG
Siswa sering miskonsepsi terkait penggunaan invers matriks
Misal : 𝐴. 𝐵 = 𝐶 ⟶ 𝐵 = 𝐴−1. 𝐶

KB 3. PROGRAM LINEAR
Siswa sering miskonsepsi terkait :
1. Penggunaan Garis selidik
2. Mengarsir DHP

KB 4. PEMBELAJARAN ALJABAR
Saya sebagai guru sering bingung dalam menentukan masalah yang open ended dan
soal HOTS
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Kalkulus dan Trigonometri


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Fungsi Trigonometri
2. Fungsi, Jenis Fungdi, dan Limit Fungsi
3. Turunan dan Aplikasi Turunan
4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral
No Butir Respon/Jawaban
Refleksi
1 Garis besar KB 1 : Fungsi Trigonometri
materi yang
dipelajari Modul dikemas dalam tiga sub kajian yang disusun dengan urutan sebagai
berikut:
• Sub Kajian 1: Identitas fungsi trigonometri
• Sub Kajian 2: Invers fungsi trigonometri
• Sub Kajian 3: Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri

1. Identitas Fungsi Trigonometri


a. Definisi dasar nilai fungsi trigonometri

Gambar : Pendefinisian nilai sin, cos, dan tan suatu sudut dalam
sebuah segitiga

Dari Gambar diperoleh juga nilai-nilai trigonometri untuk sudut 𝐴


yaitu :
𝑎 𝑏 𝑎
sin 𝐴 = 𝑐 , cos 𝐴 = 𝑐 dan tan 𝐴 = 𝑏

Definisi untuk nilai-nilai fungsi trigonometri lainnya diberikan


pada Definisi 1.1.

Diperoleh nilai-nilai fungsi trigonometri untuk beberapa sudut


istimewa yang diberikan pada Tabel 1.1.
Beberapa sifat dari fungsi trigonometri di berikan pada Teorema
1.1.

b. Aturan Sinus dan Cosinus


Teorema 1.2 (Aturan Sinus)
Menyatakan bahwa Pada suatu segitiga ABC berlaku :
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶 𝑎 𝑏 𝑐
= = 𝑎𝑡𝑎𝑢 = =
𝑎 𝑏 𝑐 sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶

Dengan a panjang sisi depan sudut A, b panjang sisi di depan sudut


B, dan c panjang sisi di depan sudut C.

Berdasarkan Teorema 1.2 dapat diperoleh perluasan dari aturan


sinus yang diberikan pada Teorema 1.3 (Perluasan Aturan Sinus)
𝑎 𝑏 𝑐
= = = 2𝑅
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
Teorema 1.4 (Aturan Cosinus)
Pada suatu segitiga ABC berlaku :
𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑏𝑐 𝑐𝑜𝑠𝐴
𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 𝑐𝑜𝑠𝐵
𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 2𝑎𝑏 𝑐𝑜𝑠𝐶

c. Periode dan Amplitudo Fungsi Trigonometri


Definisi fungsi periodik :
Sebuah fungsi 𝑓 dikatakan periodik jika terdapat sebuah bilangan
positif 𝑝 sehingga 𝑓(𝑥+𝑝)=𝑓(𝑥) ∀𝑥∈𝐷𝑓. Nilai 𝑝 terkecil disebut
periode.

1. Invers Fungsi Trigonometri


a. Invers fungsi sinus
b. Invers fungsi cosinus
c. Invers fungsi tan
d. Identitas invers fungsi trigonometri

2. Rumus Jumlah dan Selisih Fungsi Trigonometri


a. Identitas Jumlah dan Selisih Sudut

b. Identitas Sudut Ganda

c. Identitas Setengah Sudut

d. Identitas Jumlah Fungsi Trigonometri

e. Identitas Perkalian Fungsi Trigonometri


KB 2 : Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi

Modul dikemas dalam enam sub kajian yang disusun dengan urutan sebagai
berikut:
• Sub Kajian 1: Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
• Sub Kajian 2: Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
• Sub Kajian 3: Limit Fungsi
• Sub Kajian 4: Limit Sepihak
• Sub Kajian 5: Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga
• Sub Kajian 6: Kekontinuan Fungsi.

1. Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi


a. Pengertian Fungsi
Suatu fungsi 𝑓 dari himpunan 𝐴 ke 𝐵 merupakan pasangan terurut
𝑓 ⊂ 𝐴 × 𝐵 sedemikian sehingga memenuhi:

b. Jenis Fungsi
Jenis fungsi berdasarkan sifatya dibedakan menjadi
➢ Fungsi satu-satu (injektif)
Misalkan fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan satu-satu atau
injektif (injective). Jika untuk setiap dua unsur beda di A
mempunyai peta yang beda. Definisi ini dapat disajikan secara
formal sebagai berikut: Fungsi 𝑓 dikatakan satu-satu: ∀ 𝑥1, 𝑥2
di 𝐴, 𝑥1 ≠ 𝑥2 ⟹ (𝑥1) ≠ 𝑓(𝑥2).

➢ Fungsi pada (surjektif)


Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan pada atau
surjektif (surjective) jika 𝑅𝑓 = 𝐵. Definisi ini dapat disajikan
secara formal sebagai berikut: Fungsi 𝑓 dikatakan surjektif jika
∀ 𝑥 ∈ 𝐵, ∃𝑦 ∈ 𝐴 ∋ (𝑦) = 𝑥.

➢ Fungsi bijektif
Fungsi 𝑓: ℝ → ℝ dikatakan bijektif apabila fungsi 𝑓 merupakan
fungsi injektif dan sekaligus surjektif

➢ Jenis fungsi berdasarkan kemonotonannya dibedakan menjadi:


a. Fungsi naik
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan naik jika
fungsi 𝑓 melestarikan urutan. Definisi ini dapat disajikan
secara formal sebagai berikut:
Fungsi 𝑓 dikatakan naik: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ (𝑥) < 𝑓(𝑦).

b. Fugsi turun
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan turun jika
fungsi 𝒇 tak melestarikan urutan. Definisi ini dapat
disajikan secara formal sebagai berikut: Fungsi 𝑓 dikatakan
turun: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ (𝑥) > 𝑓(𝑦).

➢ Fungsi-fungsi yang tergolong jenis fungsi aljabar di antaranya:


a. fungsi linier, fungsi kuadrat, fungsi kubik, dan
seterusnya yang dikenal sebagai fungsi polinomial,
Fungsi polinomial mempunyai bentuk 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑛𝑥
𝑛 + . . . + 𝑎2𝑥
2 + 𝑎1𝑥 + 𝑎0,
pangkat tertingginya menunjukkan orde atau derajat dari
fungsi polinomial tersebut.
b. fungsi rasional
suatu fungsi berbentuk 𝑓(𝑥) =P(x)Q(x) dengan 𝑃(𝑥) dan
𝑄(𝑥) adalah polinomial atau suku banyak dalam 𝑥 dan 𝑄(𝑥)
≠0
c. fungsi irrasional
fungsi aljabar yang mengandung faktor penarikan akar.
Bentuk umumnya 𝑓(𝑥) =ng(x) dengan 𝑔(𝑥) > 0

➢ Terdapat juga jenis fungsi khusus:


a. fungsi dengan nilai mutlak (modulus)
b. fungsi ganjil/genap.
c. fungsi periodik
d. fungsi tangga.

c. Operasi pada Fungsi


Misalkan 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi-fungsi dan 𝑘 suatu konstanta,
maka:

2. Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers


a. Komposisi Fungsi
Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 ≠ ∅. Fungsi
komposisi 𝑓 ∘ 𝑔 didefinisikan sebagai
(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) = 𝑓[𝑔(𝑥)] ∀ 𝑥 ∈ 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓.

b. Invers Fungsi
Misalkan fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵. Jika terdapat fungsi
𝑔: 𝑅𝑓 → 𝐴 sehingga nilai-nilai 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑥, ∀𝑥 ∈ 𝐴 maka fungsi 𝑔
disebut invers 𝑓 dan ditulis 𝑔 = 𝑓−1
.
3. Limit Fungsi
a. Barisan dan limit barisan
Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan
bilangan bulat positif atau bilangan asli (𝑁) atau himpunan
bagiannya.

b. Limit Fungsi

c. Limit fungsi trigonometri

4. Limit Sepihak
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓
untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kanan adalah 𝐿, ditulis dengan lim𝑥→𝑐+ 𝑓(𝑥)
= 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥)
− 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑐 < 𝑥 < 𝑐 + α
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓
untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri adalah 𝐿, ditulis dengan lim𝑥→𝑐− 𝑓(𝑥) =
𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) −
𝐿| < 𝜀 apabila 𝑐 − 𝛿 < 𝑥 < 𝑐.

5. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga


Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim𝑥→𝑎 (𝑥) = +∞ ⇔ ∀ 𝑀 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) > 𝑀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| <
𝛿.
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim𝑥→+∞ (𝑥) = 𝐿 ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑀 > 0 ∋ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.

6. Kekontinuan Fungsi
Syarat untuk suatu fungsi dikatakan kontinu: yaitu
a. f(x) ada
b. f(c) ada
c. f(x) =f(c)

KB. 3 Turunan dan Aplikasi Turunan

Modul dikemas dalam tiga sub kajian yang disusun dengan urutan sebagai
berikut:
• Sub Kajian 1: Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
• Sub Kajian 2: Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
• Sub Kajian 3: Aplikasi Turunan.

1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi


a. Definisi
Salah satu masalah yang mendasari munculnya kajian tentang
turunan adalah gradien garis singgung (m). gradien garis singgung
𝑓 di titik 𝑃 dapat diperoleh dari gradien garis 𝑃𝑄 dengan 𝑄 sangat
dekat dengan 𝑃. Dengan kata lain, gradien garis singgung 𝑓 di titik
𝑃 (dinotasikan dengan 𝑚) dapat diperoleh dengan

Turunan Fungsi
Turunan dari fungsi 𝑓 adalah fungsi 𝑓′ dengan

b. Teorema-teorema turunan
• Jika f’(c) maka f kontinu pada c
• Dipunyai 𝑘 suatu konstanta real dan 𝑓:𝐼→ℝ,𝐼⊂ℝ. Jika 𝑓(𝑥)= 𝑘
∀𝑥∈𝐼 maka 𝑓′(𝑥)=𝑑[𝑓(𝑥)]𝑑𝑥=𝑑(𝑘)𝑑𝑥=0 ∀𝑥∈𝐼.
• Jika fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥∈𝐷𝑓∩𝐷𝑔
maka (𝑓+𝑔)′(𝑥)=𝑓′(𝑥)+𝑔′(𝑥) dan (𝑘.𝑓)′(𝑥)=𝑘.𝑓′(𝑥) dengan 𝑘
sembarang bilangan real.
• Jika fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥∈𝐷𝑓∩𝐷𝑔
maka

Dan


c. Aturan rantai
Aturan rantai didasari dari turunan fungsi komposisi. Jika 𝑔
mempunyai turunan di 𝑥 dan 𝑓 mempunyai turunan di 𝑔(𝑥) Maka

Mis : y = fog (x) dan u=g(x) maka dapat dituliskan :


𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥
2. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
a. Turunan fungsi implisit
penulisan variabel 𝑥 dan 𝑦 dalam nilai fungsi berada pada ruas yang
berbeda atau dituliskan sebagai 𝑦 = 𝑓(𝑥). Fungsi yang nilai
fungsinya disajikan dalam ruas yang berbeda yaitu 𝑦 = (𝑥) disebut
fungsi eksplisit.

b. Turunan Fungsi Invers


Jika 𝑓 mempunyai turunan pada 𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓′ (𝑥) ≠ 0 pada 𝐼 maka
𝑓−1 mempunyai turunan pada 𝑓(𝐼) dan dapat ditentukan dengan

3. Aplikasi Turunan
Berkaitan dengan nilai ekstrim suatu fungsi yang mencakup nilai
ekstrim maksimum dan nilai ekstrim minimum.
Diberikan fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ, ⊆ ℝ, dan 𝑀 = 𝑓(𝑐) untuk suatu 𝑐 ∈ 𝐼.
a) 𝑀 merupakan nilai maksimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≥ (𝑥) ∀𝑥 ∈
𝐼.
b) 𝑀 merupakan nilai minimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≤ (𝑥) ∀𝑥 ∈
𝐼..
c) Nilai maksimum dan minimum suatu fungsi disebut nilai
ekstrim (mutlak) fungsi tersebut
Kemonotonan grafik fungsi : f'(x) > 0
Kecekungan grafik fungsi : f''(x) > 0

KB.4 Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral

Modul dikemas dalam empat sub kajian yang disusun dengan urutan
sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Antiturunan
• Sub Kajian 2: Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
• Sub Kajian 3: Integral Tertentu
• Sub Kajian 4: Aplikasi Integral.

1. Antiturunan
a. Konsep Antiturunan
Antiturunan adalah yang merupakan balikan dari turunan , disebut
juga dengan pengintegralan tak tentu.
➢ Integral tak tentu antara lain:
a. Jika r bilangan irasional selain -1, maka :

b.

➢ Kelinieran
Dipunyai 𝑓 dan 𝑔 fungsi-fungsi yang mempunyai turunan
dan 𝐾 suatu konstanta. Untuk 𝑓 dan 𝑔 berlaku aturan
berikut.

b. Teorema pergantian dan inegral parsial


➢ Teorema pergantian
Dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔 ⊂ 𝐼
dengan 𝐼 adalah suatu selang. Jika 𝑓 terdefinisi pada selang
𝐼 sehingga
𝐹′(𝑥) = 𝑓(𝑥), maka ∫ 𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔′(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥)] + 𝐶.

➢ Integral Parsial
Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai
turunan pada selang buka 𝐼, maka ∫𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.

c. Teknik Penginegralan
➢ Teknik pengintegralan yang diperoleh dari turunan
maupun integral
➢ Integral Fungsi Trigonometri
a.
b.

c.

d.

➢ Integral Fungsi Rasional


Teknik pengintegralannya fungsi rasional tak sejati diubah
menjadi fungsi rasional sejati dengan pembagian. Setelah
menjadi fungsi rasional sejati, berikutnya jadikan sebagai
penjumlahan dengan penyebut faktor-faktornya.

2. Deret dan Notasi Sigma dan Jumlah Rieman


a. Deret dan Notasi Sigma
Berikut ini merupakan teorema yang sering digunakan, khususnya
dalam perhitungan integral tertentu melalui limit jumlah Riemann:
b. Jumlah Riemann
Dipunyai [𝑎, 𝑏] suatu selang tutup. Suatu partisi 𝑃𝑛 untuk selang
[𝑎, 𝑏] adalah sebarang himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan {𝑥0,
𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛}, dengan
𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛 = 𝑏.

3. Integral Tertentu
Dipunyai fungsi 𝑓:[𝑎, 𝑏] → ℝ. Jika lim‖𝑃‖→0 ∑ (𝑡𝑖). ∆𝑖 𝑥 𝑛𝑖=1 ada,
maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara Riemann pada selang [𝑎,
𝑏]. Selanjutnya ditulis
lim‖𝑃‖→0 ∑ (𝑡𝑖). ∆𝑖𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑x

4. Aplikasi Integral
a. Luas daerah pada bidang datar
▪ Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi
𝑓 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, 𝑥 = 𝑏,
dan sumbu X. Jika L adalah luas daerah D, maka 𝐿 =
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
▪ Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi dua grafik fungsi 𝑓
dan 𝑔 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎,
dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas daerah D, maka 𝐿 =
𝑏
∫𝑎 [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥
▪ Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi
𝑓 yang kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 ∈
[𝑎, 𝑏], sumbu X, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas
daerah D, maka
𝑏
𝐿 = -∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
▪ Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik
fungsi 𝑓, garis 𝑥 = 𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X maka 𝐿 =
𝑏
∫𝑎 |f(x)|dx

b. Volume benda putar


▪ Metode putar
▪ Metode cincin
▪ Metode sel silinder (kulit tabung)
▪ Panjang busur suatu grafik fungsi

c. Luas Permukaan benda putar


Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi kontinu
𝑓 pada selang [𝑎, 𝑏] diputar mengelilingi sumbu 𝑋. Akan dihitung
luas permukaan benda yang terjadi, sebagaimana ilustrasi pada
Gambar 4.9.

2 Daftar materi 1. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers


yang sulit 2. Antiturunan
dipahami di 3. Volume benda putar
4. Luas permukaan benda putar
modul ini
3 Daftar materi 1. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
yang sering 2. Antiturunan
mengalami 3. Volume benda putar
4. Luas permukaan benda putar
miskonsepsi
LK 1.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul MODUL 4 KOMBINATORIKA DAN STATISTIKA
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Kaidah Pencacahan, Permutasi dan Kombinasi
2. Teori Peluang
3. Ukuran Pemusatan Data dan Penyebaran
4. Pembelajaran Kombinatorika dan Statistika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah KB. 1 Kaidah Pencacahan, Permutasi dan Kombinasi
dan definisi) di modul ini A. Kaidah Pencacahan dan Penjabaran Binom Newton
1. Aturan Pengisian Tempat adalah Misalkan ada 𝑛 tempat tersedia
dengan 𝑘1 adalah banyaknya cara mengisi tempat pertama, 𝑘2
adalah banyaknya cara mengisi tempat kedua, dan seterusnya
hingga 𝑘𝑛 adalah banyaknya cara mengisi tempat ke-𝑛. Maka
banyaknya cara mengisi tempat adalah 𝑘1 × 𝑘2 × 𝑘3 × … × kn
2. Kaidah Perkalian Berlaku bagi penyusunan atau pemilihan objek
yang dilakukan beberapa tahap dan dilaksanakan sekaligus. Pada
setiap tahap dimungkinkan beberapa cara (alternatif) penyusunan
atau pemilihan.
3. Kaidah penjumlahan yaitu tindakan pemilihan atau penyusunan
yang dilakukan dalam beberapa tahap pemilihan atau penyusunan
yang tidak dilaksanakan sekaligus, akan tetapi dilakukan
berdasarkan salah satu tahap.

B. Permutasi
1. Notasi faktorial Untuk setiap bilangan asli,
didefinisikan :

2. Permutasi dari unsur – unsur yang berbeda


Permutasi obyek yang diambil dari obyek berbeda,
dengan 𝑟 ≤ 𝑛 adalah yang didefinisikan dengan :

3. Permutasi yang memuat beberapa unsur sama


Banyaknya permutasi n unsur yang memuat k unsur yang sama, m
unsur yang sama dan p unsur yang sama dengan 𝑘 + 𝑚 + 𝑝 ≤ 𝑛
ditentukan dengan rumus :

4. Permutasi siklis
Banyaknya permutasi siklis dari n unsur tersebut dirumuskan
dengan :

C. Kombinasi
Suatu kombinasi unsur yang diambil dari unsur yang tersedia
(tiap unsur tersebut berbeda) adalah suatu pilihan dari unsur tadi
tanpa memperhatikan urutannya. Kata kunci yang membedakan
antara kombinasi dan permutasi adalah memperhatikan atau tidak
memperhatikan urutan. Banyaknya kombinasi unsur yang
diambil dari unsur yang tersedia dengan 𝑟 ≤ 𝑛 dirumuskan
dengan:
1. Kombinasi dengan Pengulangan adalah memilih (𝑟 − 1) tempat
dari 𝑛 + 𝑟 − 1 tempat yang tersedia. Banyaknya cara adalah

2. Binom Newton
Jika (𝑎 + 𝑏)𝑛 kita jabarkan akan didapat rumus sebagai berikut :
(𝑎 + 𝑏)𝑛 = 𝑛𝐶𝑜(𝑎)𝑛(𝑏)0 + 𝑛𝐶1(𝑎)𝑛 − 1(𝑏)1 + 𝑛𝐶2(𝑎)𝑛 − 2(𝑏)2 + ⋅⋅⋅
+ 𝑛𝐶𝑛 − 1(𝑎)1(𝑏)𝑛 − 1 + 𝑛𝐶𝑛(𝑎)0(𝑏)𝑛 atau dapat juga
ditulis
(𝑎 + 𝑏)𝑛 = 𝑛𝐶𝑜(𝑎)0(𝑏)𝑛 + 𝑛𝐶1(𝑎)1(𝑏)𝑛 − 1 + 𝑛𝐶2(𝑎)2(𝑏)𝑛 − 2 + ⋅⋅
⋅ + 𝑛𝐶𝑛 − 1(𝑎)𝑛 − 1(𝑏)1 + 𝑛𝐶𝑛(𝑎)𝑛(𝑏)0

KB. Teori Peluang


A. Percobaan dan Peluang Suatu Kejadian
1. Percobaan adalah Setiap proses yang menghasilkan suatu kejadian
2. Ruang sampel adalah Semua hasil yang mungkin dari suatu
percobaan
3. Titik sampel adalah setiap hasil dalam ruang sampel
B. Frekuensi Harapan
Frekuensi Harapan adalah suatu kejadian pada suatu percobaan
adalah hasil kali peluang dengan frekuensi percobaan A,
dinyatakan dengan rumus :

C. Kepastian dan kemustahilan


Peluang suatu kejadian mempunyai nilai 0 ≤ P ≤ 1, artinya : jika P =
0 maka kejadian dari suatu peristiwa adalah mustahil atau tidak
pernah terjadi, dan jika P = 1 maka suatu peristiwa pasti terjadi.
D. Komplemen dari suatu kejadian
Jika AC menyatakan komplemen dari kejadian A, maka : P(AC) =1 –
P(A)
E. Kejadian majemuk
Kejadian majemuk terjadi apabila ada kejadian atau percobaan yang
terjadi lebih dari satu kali sehingga menghasilkan kejadian baru.
1. Prinsip inklusi Eksklusi (PIE) adalah bentuk paling umum dari
prinsip penambahan pada himpunan.
2. Peluang Kejadian yang Saling Lepas
Dua kejadian disebut saling lepas jika irisan dari dua kejadian itu
merupakan himpunan kosong. Himpunan A dan B dikatakan dua
kejadian yang
saling lepas, sebab A ∩ B = ∅.
Berdasarkan teori himpunan , jika tidak saling lepas maka :
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) – 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
Karena 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 0, maka :
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(B)
3. Peluang Bersyarat
Jika A dan B adalah dua kejadian dalam ruang sampel S dan
P(A) ≠ 0, maka peluang bersyarat dari B yang diberikan A
didefinisikan sebagai :

P(B\A) = P(A ∩ B) / P(A) atau


P(A ∩ B) = P(A). P(B\A)
4. Kejadian Saling Bebas (Stokastik)
Jika dua keping mata uang yang homogen
dilantunkan bersama-sama, maka kejadian yang
mungkin adalah :
S = {(G1,G2), (G1,A2), (A1,G2), (A1,A2)} → n(s) = 4.

Pada kejadian mata uang pertama muncul G1 dan mata uang kedua

muncul G2, maka P(G1) = dan P(G2) = . Kejadian G1 dan G2


adalah dua kejadian yang saling bebas. P(G1,G2) = P(G1 G2) =

P(G1) x P(G2) = x = . Secara umum, jika A dan B merupakan


dua kejadian yang saling bebas maka peluang kejadian A dan B
adalah :
P(A ∩ B) = P(A) x P(B)

KB. 3 Ukuran Pemusatan dan Ukuran Penyebaran


A. Distribusi Frekuensi
Ada beberapa cara menyusun data, yaitu:
▪ Distribusi Data adalah Susunan dari suatu data
▪ Distribusi Frekuensi kuantitatif adalah penyusunan data menurut
besarnya (kuantitasnya).
▪ Distribusi Frekuensi kualitatif adalah penyusunan data menurut
kualitasnya (kategorinya).
▪ Runtun waktu (time series), yaitu penyusunan data menurut
waktu terjadinya.
▪ Distribusi spasial, yaitu penyusunan data menurut tempat
geografisnya. Di sini hanya akan dibahas cara penyusunan
distribusi frekuensi kuantitatif dan pembuatan grafiknya
1. Penyusunan Distribusi Frekuensi
Cara menyusun distribusi frekuensi yaitu:
a) Tentukan banyak dan lebar inteval kelas
b) Interval-interval kelas tersebut diletakkan dalam suatu
kolom, diurutkan dari interval kelas terendah pada kolom
paling atas dan seterusnya
c) Data diperiksa dan dimasukkan ke dalam interval kelas
yang sesuai
2. Penggambaran Distribusi Frekuensi
a) Histogram
Untuk menggambar grafik distribusi frekuensi relatif, cara
adalah : interval kelas diletakkan pada sumbu X dan
frekuensi relatif diletakkan pada sumbu Y, dengan
frekuensi relatif interval kelas
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 =
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
b) Poligon
▪ Cara menggambar Poligon :
▪ Absis : titik tengah interval kelas
▪ Ordinat : frekuensi interval kelas.
▪ Hubungkan titik-titik tersebut dengan garis lurus

Poligon Distribusi
1
1
8
6
4
2
0
16 16 17 17 18 18 19
Tinggi

c) Ogive
Grafik ini merupakan penghalusan poligon. Cara
menggambar distribusi kumulatif:
▪ absis: batas interval kelas
▪ ordinat: frekuensi interval kelas
▪ Hubungkan antar titik-titik tersebut.

Kurva Ogive Distribusi Frekuensi Kumulatif


6

0
16 16 17 17 18 18 19
Tinggi

B. Ukuran Pemusatan
Dari sekumpulan data adalah nilai tunggal yang representatif bagi
keseluruhan nilai data atau dapat menggambarkan distribusi data itu,
khususnya dalam hal letaknya (lokasinya)
1. Mean dan Mean Terbobot
a) Mean data tidak dikelompokkan
Mean dari sekumpulan observasi adalah jumlah semua
observasi dibagi banyak observasi. Jika suatu sampel
berukuran n dengan elemen x1, x2, ..., xn maka mean sampel
adalah
Misal v1, v2, ... , vk adalah himpunan k nilai dan w1, w2, ...,
wk bobot yang diberikan kepada mereka maka mean
terbobot adalah
𝑤1 𝑤1 + 𝑤1 𝑣2 +⋯+𝑤𝑘 ∑𝑘
𝑖=1 𝑤 𝑖 𝑣𝑖
𝑣= =
𝑤1 𝑤2 +⋯𝑤𝑘 ∑𝑘
𝑖=1 𝑤𝑖

b) Mean Data dikelompokkan


Data dikelompokkan adalah sekumpulan data yang telah
disederhanakan dalam bentuk distribusi frekuensi. Harga
mean yang diperoleh merupakan harga pendekatan, dengan
anggapan bahwa nilai yang terletak pada suatu interval kelas
sama dengan harga titik tengahnya. Mean yang diperoleh
merupakan mean terbobot dengan nilai bobotnya sama
dengan nilai frekuensinya. Mean dari data yang
dikelompokkan adalah:

2. Median
Median dari sekumpulan data adalah nilai yang berada di tengah
dari sekumpulan data itu setelah diurutkan menurut besarnya .
Interval median adalah interval dimana median itu berada,
diperoleh dengan menghitung harga yang nomor ke-n/2 menurut
urutan frekuensinya dari atas ke bawah (dari bawah ke atas).
a) Median data yang tidak dikelompokkan
Jika banyaknya data ganjil maka :
Md = 𝑥(𝑛+1)
2
Jika banyaknya data genap :
𝑥𝑛 +𝑥 𝑛
( +1)
Md = 2 2
2
b) Median Data yang dikelompokkan
Rumus untuk menghitung median adalah
𝑛
−𝐹
Median = Md =Lmd+𝑓2 .𝑐
𝑚𝑑
Dengan : Lmd :
batas bawah interval median
n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval sebelum interval
median
fmd : frekuensi interval median
c : lebar interval

Interval median adalah interval dimana median itu berada,


diperoleh dengan menghitung harga yang nomor ke-n/2
menurut urutan frekuensinya dari atas ke bawah (dari bawah ke
atas).
3. Kuartil
Kuartil dari sekumpulan data adalah nilai-nilai yang membagi
empat secara sama dari sekumpulan data itu setelah diurutkan
menurut besarnya.
a) Data tidak dikelompokkan
b) Data dikelompokkan
𝑛
−𝐹
Kuartil I : K1 = LK1+ 4 .𝑐
𝑓𝑘1
𝑛
−𝐹
Kuartil II : K2 =Median = Md = Lmd+ 𝑓2 .𝑐
𝑚𝑑
𝑛
3 −𝐹
4
Kuartil III : K3 = LK3+ 𝑓𝑘3
.𝑐

Dengan LK1 : batas bawah interval kuartil I


Lmd : batas bawah interval median
LK3 : batas bawah interval kuartil III
n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval sebelum interval
Kuartil
fK1 : frekuensi interval Kuartil I
fmd : frekuensi interval median
fK3 : frekuensi interval Kuartil III
c : lebar interval
Interval Kuartil adalah interval dimana Kuartil itu berada.

4. Modus
Modus dari sekumpulan data adalah nilai yang sering
muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam
kumpulan data itu.
a) Data tidak dikelompokkan
b) Data dikelompokkan
𝑎
Modus = Lmo +𝑎+𝑏 . 𝑐
dengan
Lmo : batas bawah interval modus
a : beda frekuensi antara interval modus dengan interval
sebelumnya
b : beda frekuensi antara interval modus dengan interval
sesudahnya.
c : lebar interval Interval modus
Interval modus adalah interval yang mempunyai frekuensi
tertinggi.

C. Ukuran Penyebaran Data


1. Jangkauan adalah selisih data terbesar dan terkecil
2. Deviasi rata-rata adalah harga rata-rata penyimpangan tiap data
terhadap meannya. Besar perbedaaan antara data dan meannya
adalah harga mutlaknya.
1. Data tidak dikelompokkan
∑𝑛
𝑖=1 |𝑥𝑖 −𝑥|
dr = 𝑛
2. Data dikelompokkan
Deviasi rata-rata untuk data yang dikelompokkan, dihitung
dengan rumus :
∑𝑛
𝑖=1 𝑓𝑖 |𝑥𝑖 −𝑥|
dr = 𝑛

3. Variansi dan Deviasi Standar


Variansi sampel didefinisikan sebagai jumlah kuadrat deviasi
terhadap mean sampel dibagi 𝑛 – 1
Deviasi standar sampel didefinisikan sebagai akar positif dari
variansi sampel
a) Data tidak dikelompokkan
𝑛
2
1
𝑠 = ∑ (𝑥𝑖 − 𝑥)2
𝑛−1
𝑖=1
atau
𝑛 𝑛 2
1 1
𝑠2 = [∑ 𝑥𝑖2 − (∑ 𝑥𝑖 ) ]
𝑛−1 𝑛
𝑖=1 𝑖=1
Deviasi standar sampel didefinisikan sebagai akar positif
dari variansi sampel, yaitu : s = √𝑠 2
b) Data dikelompokkan
𝑛
2
1
𝑠 = ∑ 𝑓𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥)2
𝑛−1
𝑖=1
atau
𝑛 𝑛 2
1 1
2
𝑠 = [∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖2 − (∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 ) ]
𝑛−1 𝑛
𝑖=1 𝑖=1

KB. Pembelajaran Kombinatorik dan Statistika


A. Istilah Pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan
Metakognitif untuk Tingkat SMA/MA/SMALB/ Paket C
1. Faktual
Faktual adalah pengetahuan teknis dan spesifik,detail dan kompleks
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,dan budaya
terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara,kawasan regional, dan internasional.
2. Konseptual
Konseptual adalah terminologi/istilah dan klasifikasi, kategori,
prinsip, generalisasi, teori,model, dan struktur yang digunakan
terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, kawasan regional, dan internasional.
3. Prosedural
Prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau
kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik,
algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur yang
sesuai berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya, terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional. sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.
4. Metakognitif
Metakognitif adalah pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan
diri sendiri dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan
teknis, detail, spesifik, kompleks, kontekstual dan kondisional
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, kawasan regional, dan internasional.
B. Arti 4C (Communication, Collaborative, Critical Thinking, Dan
Creativity)
Keterampilan abad ke-21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity
and Innovation) merupakan kemampuan sesungguhnya ingin dituju
sesuai dengan kondisi abad 21.
1. Communication (komunikasi)
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi
baik secara lisan maupun tulisan.
2. Collaborative (kolaborasi)
Kolaborasi adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama,
saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain;
menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif
berbeda.
3. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan
Pemecahan Masalah)
Berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk
memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi
satu dengan informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai
perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan.
4. Creativity and Innovation (Kreativitas dan inovasi)
Kreativitas dan inovasi adalah kemampuan untuk mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada
yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru
dan berbeda. Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menciptakan penggabungan baru.

C. Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada masalah nyata sehingga diharapkan siswa
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
inkuiri dan keterampilan tingkat tinggi, memandirikan siswa, serta
meningkatkan kepercayaan dirinya. Sintak dari PBL adalah:
1) Orientasi siswa kepada Masalah
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta
memamerkannya
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
D. Discovery Learning (DL)
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide
penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Sintak dari Discovery Learning adalah:
1) Stimulation
2) Problem statement
3) Data collection
4) Data processing
5) Verification
6) Generalization
E. Project Based Learning (PjBL)
Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan
pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Trianto, 2014), dengan
sintak:
1) Penentuan penugasan proyek
2) Menyusun rencana proyek
3) Menyusun jadwal
4) Monitoring
5) Menguji hasil
6) Evaluasi pengalaman
F. Literasi
Literasi atau melek matematis didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang individu merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan
matematika dalam berbagai konteks.
G. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah Program
pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan
dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM).
1) Religius
Sikap religius mencerminkan keberimanan dan ketakwaan kepada
Tuhanyang Maha Esa.
2) Integritas
Integritas artinya selalu berupaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang bisa dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3) Mandiri
Mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain dan
menggunakan tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi, dan cita-cita.
4) Nasionalis
Nasionalis berarti menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi dan kelompok.
5) Gotong Royong
Gotong royong menerminkan tindakan mengahargai kerja sama
dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama.

2 Daftar materi yang sulit 1. Binom Newton


dipahami di modul ini 2. Ukuran penyebaran data

3 Daftar materi yang sering 1. Binom Newton


mengalami miskonsepsi 2. Ukuran penyebaran data
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul BILANGAN


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima,
Kelipatan Bilangan
2. Kongruensi Modulo
3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
4. Induksi Matematika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. KB 1 Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima, Kelipatan
dipelajari Bilangan

Kegiatan belajar ini dikemas dalam tiga sub kajian yang disusun
dengan urutan sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Keterbagian
• Sub Kajian 2: Faktor Persekutuan Terbesar
•Sub Kajian 3: Bilangan Prima.
• Sub Kajian 4: Kelipatan Persekutuan Terkecil

• Keterbagian Dalam himpunan bilangan bulat, dapat dikenai


relasi keterbagian. Sifat-sifat keterbagian pada bilangan bulat
merupakan dasar pengembangan teori bilangan.
Definisi 1.1
Bilangan bulat 𝑎 membagi habis bilangan bulat 𝑏 (ditulis
𝑎|𝑏) apabila terdapat bilangan bulat 𝑘 sehingga 𝑏 = 𝑎𝑘.
Contoh
1.1 3|21 karena terdapat bilangan bulat yakni 7 sehingga 21
= 3.7

Teorema 1.1 Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑏|𝑐 maka 𝑎|𝑐.


Teorema 1.2 Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑎|(𝑏 + 𝑐) maka 𝑎|c
Teorema 1.3 Jika 𝑝|𝑞, maka 𝑝|𝑞𝑟 untuk semua 𝑟 ∈ Ζ
Teorema 1.4
Jika 𝑝|𝑞 dan 𝑝|𝑟, maka 𝑝|𝑞 + r

• Faktor Persekutuan Terbesar


Faktor persekutuan terbesar dari 𝑎 dan 𝑏 dinotasikan dengan
𝐹𝑃𝐵(𝑎, 𝑏). Beberapa hal yang perlu diketahui tentang FPB
antara lain:
(i). 𝐹𝑃𝐵 (0,0) tidak didefinisikan.
(ii). 𝐹𝑃𝐵 (𝑎, 𝑏) selalu bilangan bulat positif, sehingga 𝐹𝑃𝐵
(𝑎, 𝑏) ≥ 1. 10
(iii). 𝐹𝑃𝐵 (𝑎, 𝑏) = 𝐹𝑃𝐵 (𝑎, −𝑏) = 𝐹𝑃𝐵 (−𝑎, 𝑏) = 𝐹𝑃𝐵 (−𝑎,
−𝑏).

• Bilangan Prima
Setiap bilangan asli lebih dari 1, mempunyai paling sedikit 2
faktor yakni 1 dan bilangan itu sendiri. Jika bilangan asli
hanya memiliki 2 faktor tersebut, maka bilangan tersebut
dinamakan bilangan prima. Pada Kegiatan Belajar 2 telah
dikaji bahwa dua bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏 dikatakan saling
prima (relatif prima) apabila 𝐹𝑃𝐵(𝑎, 𝑏) = 1. Selanjutnya jika
𝐹𝑃𝐵(𝑎1, 𝑎2, 𝑎3, … , 𝑎𝑛) = 1 maka 𝑎1, 𝑎2, 𝑎3, … , 𝑎𝑛
dikatakan saling prima. Jika 𝐹𝑃𝐵(𝑎𝑖 , 𝑎𝑗) = 1 untuk 𝑖 = 1, 2,
3, … , 𝑛 dengan 𝑖 ≠ 𝑗 maka 𝑎1, 𝑎2, 𝑎3, … , 𝑎𝑛 saling prima
dua-dua. Sebagai contoh 4, 7, 9 dikatakan saling prima dan
sekaligus saling prima dua dua karena 𝐹𝑃𝐵(4, 7, 9) = 1 dan
𝐹𝑃𝐵(4,7) = 𝐹𝑃𝐵(4,9) = 𝐹𝑃𝐵(7,9) = 1.

• Kelipatan Persekutuan Terkecil


Definisi 1.6 Bilangan-bilangan bulat 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 dengan
𝑎𝑖 ≠ 0 untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 mempunyai kelipatan
persekutuan 𝑏 jika 𝑎𝑖 |𝑏 untuk setiap 𝑖. Kelipatan
persekutuan bilangan-bilangan bulat 𝑎1, … , 𝑎𝑛 selalu ada,
yaitu ∏ 𝑎𝑖 𝑛 𝑖=1 = 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛.

Definisi 1.7 Jika 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 bilangan-bilangan bulat


dengan 𝑎𝑖 ≠ 0 untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛, maka kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan-bilangan tersebut
adalah bilangan bulat positif terkecil di antara kelipatan-
kelipatan persekutuan dari 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛.

2. KB 2 Kongruensi Modulo
Kegiatan belajar ini dikemas dalam dua sub kajian yang disusun
dengan urutan sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Kongruensi Modulo
• Sub Kajian 2: Sistem Residu

Kekongruenan
Definisi 2.1 Jika 𝑚 suatu bilangan bulat positif membagi 𝑎 −
𝑏 maka dikatakan 𝑎 kongruen terhadap 𝑏 modulo 𝑚 dan
ditulis 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚). Jika 𝑚 tidak membagi 𝑎 − 𝑏 maka
dikatakan 𝑎 tidak kongruen terhadap 𝑏 modulo 𝑏 dan ditulis
𝑎 ≢ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚). Jika 𝑚 > 0 dan 𝑚|(𝑎 − 𝑏) maka ada suatu
bilangan bulat 𝑘 sehingga 𝑎 − 𝑏 = 𝑚𝑘.

Dengan demikian 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dapat dinyatakan sebagai 𝑎


− 𝑏 = 𝑚𝑘, atau beda diantara 𝑎 dan 𝑏 merupakan kelipatan
𝑚. Atau 𝑎 = 𝑏 + 𝑚𝑘, yaitu 𝑎 sama dengan 𝑏 ditambah
kelipatan 𝑚.

Contoh 2.1
(1) 10 ≡ 5 (𝑚𝑜𝑑 5) Jelas menurut definisi 10 − 5 = 5.1,
sehingga 10 kongruen terhadap 5 modulo 5.
(2) 8 ≢ 3 (𝑚𝑜𝑑 2) Menurut definisi 8 − 3 ≠ 2. 𝑘, untuk
semua 𝑘 bilangan bulat. Sehingga 8 tidak kongruen dengan 3
modulo 2.
Kita telah melihat bahwa jika 𝑚 > 0 dan 𝑎 bilangan bulat
maka 𝑎 dapat dinyatakan sebagai 𝑎 = 𝑚𝑞 + 𝑟 dengan 0 ≤ 𝑟 <
m

3. KB 3 Notasi Sigma, Barisan dan Deret


Kegiatan belajar ini dikemas dalam tiga sub kajian yang disusun
dengan urutan sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Notasi Sigma
• Sub Kajian 2: Barisan dan Deret
• Sub Kajian 3: Barisan sebagai Fungsi
• Sub Kajian 4: Barisan Fibonacci
• Sub Kajian 5: Golden Ratio

Barisan dan Deret


a. Barisan dan Deret Aritmetika

b. Barisan dan Deret Geometri

Deret Geometri Tak hingga

• Barisan sebagai Fungsi


Suatu barisan disebut berderajat satu (linear) bila selisih
tetap diperoleh dalam satu tingkat pengerjaan, disebut
berderajat dua bila selisih tetap diperoleh dalam dua
tingkat pengerjaan dan seterusnya. Bentuk umum dari
barisan-barisan itu merupakan fungsi dalam 𝑛 sebagai
berikut:
Selisih tetap 1 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 + 𝑏
Selisih tetap 2 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 2 + 𝑏𝑛 + 𝑐
Selisih tetap 3 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 3 + 𝑏𝑛 2 + 𝑐𝑛 + 𝑑
Perlu diperhatikan bahwa 𝑎 dan 𝑏 pada fungsi ini tidak
sama dengan 𝑎

• Golden Ratio Golden ratio atau rasio emas


Golden rasio (𝜑 = 1.618205. . . ) merupakan suatu nilai
rasio (ratio number) konvergen yang diperoleh apabla
suku-suku di atas dua belas pada barisan fibonacci dibagi
dengan satu suku sebelumnya. Dalam barisan Fibonacci,
𝐹12 bernilai 89, 𝐹13 bernilai 144, 𝐹14 bernilai 233, dan
𝐹15 bernilai 377. Apabila dilakukan perhitungan dengan
cara membagi suatu suku dalam deret Fibonacci dengan
suku sebelumnya, maka akan diperoleh suatu bilangan
yang menuju ke arah Golden Ratio atau Rasio Emas (φ =
1.618). Pehitungannya sebagai berikut.

KB 4. Induksi Matematika

2 Daftar materi yang sulit 1. KB 1


dipahami di modul ini Mencari bilangan prima yang relatif banyak angka
2. KB 2
Menentukan hasil bagi dari bilangan berpangkat banyak
3. KB 3
Sulit menyelesaikan masalah terkait barisan geometri tak hingga
4. Sulit menggunakan alur induksi matematis dalam
pembuktian(belum mahir)

3 Daftar materi yang 1. KB 1


sering mengalami Siswa sering miskonsepsi antara KPK dan FPB
miskonsepsi 2. KB 2
Siswa sering miskonsepsi tentang hasil bagi bilangan berpangkat
banyak
3. KB 3
Siswa sering miskonsepsi terkait barisan geometri tak hingga
Guru juga kesulitan dalam membuat soal hots
4. KB 4
Miskonsepsi terkait alur pembuktian
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul LOGIKA MATEMATIKA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Kalimat, Pernyataan, dan Tabel Kebenaran
2. Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi
3. Aljabar Proposisi, Argumen, dan Metode Inferensi
4. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak Langsung
No Butir Respon/Jawaban
Refleksi
1 Garis besar 1. KB 1
materi yang Kegiatan belajar ini dikemas dalam tiga sub kajian yang disusun dengan urutan
dipelajari sebagai berikut.
• Sub Kajian 1: Kalimat dan Pernyataan
• Sub Kajian 2: Kalimat Terbuka
• Sub Kajian 3: Pernyataan Majemuk

• Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut tata bahasa dan
mengandung arti. Dalam logika matematika hanya dibicarakan kalimat-
kalimat yang berarti menerangkan (kalimat deklaratif), yang disebut
pernyataan. Pernyataan mungkin bernilai benar saja atau bernilai salah saja.
Benar atau salahnya sebuah pernyataan disebut nilai kebenaran.

• Kalimat Terbuka

• Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas beberapa
pernyataan tunggal.
a. Negasi

b. Konjungsi
Konjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata penghubung
“dan”, “tetapi”, “meskipun”, atau “walaupun”.

c. Disjungsi
Disjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata penghubung
“atau”. Dua pernyataan 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk 𝑝 ∨ 𝑞
disebut disjungsi dan dibaca “𝑝 atau 𝑞”.
d. Implikasi

e. Konvers, Invers, dan Kontraposisi

f. Biimplikasi

2. KB 2 Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi


Kegiatan belajar 2 ini dibagi dalam tiga sub kajian yang disusun dengan urutan
sebagai berikut.
Sub Kajian 1: Kuantor
Sub Kajian 2: Tautologi
Sub Kajian 3: Kontradiksi
3. KB 3. Aljabar Proposisi, Argumen, dan Metode Inferensi
4. KB 4 Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak Langsung
.Aturan untuk membantu membuktikan kesahan suatu argumen di antaranya
adalah sebagai berikut.
a) Modus Ponens,
b) Modus Tollens,
c) Silogisme,
d) Silogisme Disjungtif,
e) Konstruktif Dilema,
f) Destruktif Dilema,
g) Aturan Konjungsi,
h) Aturan Penyederhanaan, dan
i) Aturan Penambahan.
2. Langkah-langkah dalam pembuktian Aturan Bukti Bersyarat adalah sebagai
berikut. a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan) dan
konsekuennya merupakan konklusi dari argument (konklusi baru).
c) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian untuk
menemukan konlusi sesuai dengan konklusi baru.

3. Selain dengan cara Aturan Bukti Bersyarat masih ada cara lain untuk
membuktikan kesahan argumen yaitu dengan Bukti Tak Langsung (Reductio Ad
Absordum). Langkah-langkah bukti tak langsung adalah sebagai berikut.
a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan).
c) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian
ditunjukkan adanya kontradiksi.
d) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal menggunakan prinsip Adisi dan
Silogisme Disjungtif .

2 Daftar 1. KB 1
materi yang Materi yang sulit dipahami adalah kalimat majemuk
sulit 2. KB 2
Materi yang sulit dipahami yaitu kebenaran dari 3 pernyataan
dipahami di
3. KB 3
modul ini
Materi yang sulit dipahami yaitu dilema konstruktif
4. KB 4
Materi sulitnya adalah aturan bukti bersyarat
3 Daftar 1. KB 1
materi yang Materi yang sering miskonsepsi adalah materi kalimat majemuk, Dan Sulit
sering dalam pembuatan soal hots
2. KB 2
mengalami
Siswa sering miskonsepsi tentang penarikan kesimpulan kebenaran
miskonsepsi 3. KB 3
Siswa sering miskonsepsi tentang peanrikan kesimpulan dari dilema
konstruktif/yang pernyataannya banyak lebih dari 3.
4. KB 4
Siswa sering miskonsepsi tentang peanrikan kesimpulan dari dilema
konstruktif/yang pernyataannya banyak lebih dari 3.

Anda mungkin juga menyukai