(*)
dengan aij dan bi bilangan-bilangan riil untuk setiap
i=1,2,…, n dan j=1,2,…, p.
Bilangan-bilangan terurut (c1, c2, …, cp) disebut
penyelesaian (solusi)untuk SPL
(*) jika .
6. Metode penyelesaian SPL antara lain: a. Grafik b.
Eliminasi c. Substituisi d. Campuran eliminasi dan
substitusi e. OBE pada matriks yang diperbesar dari SPL.
7. SPL dengan n persamaan dan p variabel dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan matriks dengan A matriks
koefisien, X matriks variabel, dan B matriks konstanta
dari SPL tersebut.
Kegiatan Belajar 2
1. Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-
bilangan. Bilangan- bilangan pada susunan tersebut
disebut entri atau komponen atau elemen dari matriks.
2. Dua matriks dikatakan sama jika kedua matriks tersebut
berukuran sama dan komponen yang bersesuaian sama.
Dengan notasi matriks, jika dan
berukuran sama maka
.
3. Jika dan berukuran sama, maka
,i dan j.
4. Jika maka ( = i dan j.
5. Jika adalah matriks p x q dan )
matriks q x n maka hasilkali AB merupakan matriks
berukuran p x r yang komponennya
6. Jika A matriks persegi dan terdapat matriks B
sedemikian sehingga AB = BA = I, maka A is
dikatakan invertibel dan B dikatakan invers A. Jika A
invertibel maka invers dari matriks A disimbolkan
dengan
7. Matriks invertibel jika ad – bc 0 dan
.
8. Jika A dan B mariks invertibel berukuran sama, maka
(1) AB invertibel
(2)
9. Jika A matriks invertibel, maka:
(1) invertibel dan
.
10. Jika A matriks p x q, maka transpos A, ditulis ,
didefinisikan sebagai matriks q x p yang diperoleh dari
menukar baris dan kolom A, yaitu kolom pertama dari
merupakan baris pertama matriks A, kolom kedua
dari
merupakan baris kedua dari A, dan seterusnya.
11. Suatu matriks n x n disebut matriks elementer jika dapat
diperoleh dari matriks identitas I berukuran nxn dengan
melakukan satu operasi baris elementer.
12. Jika matriks A dikalikan dari kiri dengan matriks
elementer E, maka hasilnya EA adalah matriks A yang
dikenai operasi baris elementer yang sama dengan
operasi baris elementer yang dikenakan pada I untuk
mendapatkan E.
13. Jika A mariks n x n yang invertibel, maka untuk setiap
matriks b berordo nx1, sistem persamaan Ax = b
mempunyai tepat satu penyelesaian, yaitu
.
14. Misalkan A matriks persegi. Determinan A, ditulis
det(A) atau |A| , dan didefinisikan sebagai jumlah semua
hasilkali elementer bertanda dari A.
15. Sifat-sifat determinan:
1) Jika A memuat baris nol maka det(A) = 0.
2) Jika A matriks segitiga maka
.
3) Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke
i dari B sama dengan k kali baris ke i dari A atau
kolom ke j dari B sama dengan k kali kolom ke j dari
A, maka det(B) = k.det(A).
4) Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan
menukar dua baris atau dua kolom dari A maka
det(B) = -det(A).
5) Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke
i dari B sama denganbaris ke i dari A ditambah k kali
baris ke j dari A atau kolom ke i dari B sama dengan
kolom ke i dari A ditambah k kali kolom ke j dari A,
maka det(B)= det(A).
6) det( ) = det( ).
7) Jika C suatu matriks nxn maka det(AC) = det(A)
det(C).
16. Misalkan matriks berukuran nxn. Minor
,ditulis , didefinisikan sebagai determinan sub matriks
A setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan.
Bilangan , disebut kofaktor .Matriks
disebut matriks kofaktor dari A. Matriks
disebut adjoin dari A, ditulis adj(A).
17. Misalkan matriks berukuran nxn, maka:
1) Determinan dari A atau det(A) sama dengan jumlah
dari hasilkali komponen-komponen pada satu baris
(atau kolom) dengan kofaktor- kofaktornya, yaitu
det(A) =
(ekspansi kofaktor sepanjang baris ke i) atau det(A)
= (ekspansi
kofaktor sepanjangkolom ke j).
2) A invertibel jika dan hanya jika det(A) ≠ 0.
3) Jika A invertibel maka det( )= .
4) Jika A invertibel maka adj(A).
18. Aturan Cramer
Jika Ax = b sistem persamaan linear dengan n
persamaan dan n variabeldengan det(A) 0, maka
mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu
matriks b = .
Norm w = di adalah =
.
uxv=
adalah
adalah
h.m:
4. Metode grafik ini dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim
(titik pojok) dan metode garis selidik.
5. Teorema Fundamental Program Linear
a. Jika nilai optimal fungsi tujuan masalah program
linear ada maka nilai tersebut dihasilkan oleh satu
atau lebih titik pojok pada daerah penyelesaian
fisibel.
b. Jika masalah program linear mempunyai
penyelesaian tidak tunggal, sedikitnya satu dari
penyelesaiannya berada pada titik pojok daerah
penyelesaian fisibel.
6. Teorema Eksistensi Penyelesaian Masalah Program
Linear
a. Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program
linear tertutup maka nilai maksimum dan nilai
minium fungsi tujuan ada.
b. Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program
linear tidak tertutup dan koefisien fungsi tujuan
bernilai positif maka nilai minimum fungsi tujuan
ada tetapi nilai maksimumnya tidak ada.
c. Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program
linear kosong (artinya tidak ada titik yang memenuhi
semua fungsi kendala) maka nilai maksimum dan
nilai minimum fungsi tujuan tidak ada.
7. Langkah menyelesaikan model matematika dengan
metode grafik (metodetitik ekstrim)
a. Menggambar garis yang persamaannya ditentukan
dari fungsi kendala.
b. Mengarsir daerah yang tidak memenuhi fungsi
kendala
c. Menentukan Daerah Penyelesaian Fisibel (DPF)
d. Membandingkan nilai Z dari titik ekstrim untuk
menentukan penyelesaianoptimal.
8. Langkah menyelesaikan model matematika dengan
metode grafik (metodegaris selidik)
a. Menggambar DPF.
b. Menggambar garis yang persamaannya dari fungsi
tujuan .
c. Menggambar garis-garis yang sejajar dengan
dan melaluititik ekstrim. Garis
sejajar ini disebut garis selidik.
d. Untuk masalah maksimum maka titik ekstrim
terakhir yang dilalui garis selidik berkaitan dengan
penyelesaian optimal. Sedangkan untuk masalah
minimum, titik ekstrim pertama yang dilalui garis
selidik berkaitan denganpenyelesaian optimal.
9. Kasus program linear yaitu penyelesaian tidak tunggal
(multiple optimal solution), ketidaklayakan (infeasible
solution), kelebihan pembatas (redundant constraint),
dan penyelesaian tidak terbatas (unbounded solution).
10. Langkah-langkah menyelesaikan masalah program linear
dengan metode simpleks adalah sebagai berikut.
a. Buat model matematika (jika masalah dalam bentuk
masalah kontekstual).
b. Tambahkan variabel slack atau variabel surplus pada
setiap pertidaksamaan fungsi kendala. Jika
pertidaksamaannya ” maka tambahkan variabel slack
agar menjadi persamaan. Jika pertidaksamaannya ”
maka kurangkan variabel surplus agar menjadi
persamaan. Variabel slack dan variabel surplus
merupakan variabel nonnegatif yang dimunculkan di
ruas kiri pertidaksamaan agar menjadi persamaan.
Kegiatan Belajar 4
1. Menurut Bruner, untuk pengetahuan dibentuk melalui
tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik.
2. DL menggunakan pendekatan berpusat pada siswa
dimana siswa menemukan pengetahuan baru melalui
pengalaman aktif dan langsung serta mengkonstruksi
konsep baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.
3. Sintaks pembelajaran discovery learning menurut
Kemendikbud (2012: 6) adalah: (1) stimulation; (2)
problem statement; (3) data collecting; (4) data
processing; (5) verification; dan (6) generalization.
Berikut ini penjelasan sintaks pembelajaran discovery
learning menurut Kemendikbud (2012).
4. Empat keterampilan abad 21 adalah critical thinking,
communication,collaboration, dan creativity.
5. Lima nilai utama karakter yang saling berkaitan
membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan
sebagai prioritas gerakan PPK adalah religius, nasionalis,
mandiri, gotong-royong, integritas.
Definisi 1.1
sin 𝖯 1 1 cos 𝖯 1
tan 𝖯 = , sec 𝖯 = , cot 𝖯 = = , csc 𝖯 =
cos 𝖯 cos 𝖯 tan 𝖯 tan 𝖯
sin 𝖯
Teorema 1.1.
1. 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 + 𝑐𝑜𝑠2 𝜃 = 1
2. Jika cos 𝜃 ≠ 0, maka 1 + 𝑡𝑎𝑛2 𝜃 = 𝑠𝑒𝑐2 𝜃
3. Jika sin 𝜃 ≠ 0, maka 1 + 𝑐𝑜𝑡2 𝜃 = 𝑐𝑠𝑐2 𝜃
4. sin(−𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(−𝜃) = cos 𝜃
𝜋 𝜋
5. sin ( − 𝜃) = cos 𝜃 dan 𝑐𝑜𝑠 ( − 𝜃) = sin 𝜃
2 2
𝜋 𝜋
6. sin ( + 𝜃) = cos 𝜃 dan 𝑐𝑜𝑠 ( + 𝜃) = sin 𝜃
2 2
7. sin(𝜋 − 𝜃) = sin 𝜃 dan cos(𝜋 − 𝜃) = − cos 𝜃
8. sin(𝜋 + 𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(𝜋 + 𝜃) = − cos 𝜃
3𝜋 3𝜋
9. sin ( − 𝜃) = − cos 𝜃 dan 𝑐𝑜𝑠 ( − 𝜃) = − sin 𝜃
2 2
3𝜋 3𝜋
10. sin ( + 𝜃) = − cos 𝜃 dan 𝑐𝑜𝑠 ( + 𝜃) = sin 𝜃
2 2
11. sin(2𝜋 − 𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(2𝜋 − 𝜃) = cos 𝜃
12. sin(2𝜋 + 𝜃) = sin 𝜃 dan cos(2𝜋 + 𝜃) = cos 𝜃
2. Invers Fungsi
Trigonometri Teorema
1.5
Jika 𝑓 merupakan fungsi yang benar-benar monoton naik atau turun pada
domainnya maka 𝑓 mempunyai invers.
sin(𝑠𝑖𝑛−1 𝑥) = sin 𝖯 = 𝑥.
cos(𝑠𝑖𝑛−1 𝑥) = √1 −𝑥 𝑥2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1.
tan(𝑠𝑖𝑛−1 𝑥) = 2 , −1 < 𝑥 < 1.
−1 1√1−𝑥
csc(𝑠𝑖𝑛 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥 , −1 < 𝑥 < 1.
sec(𝑠𝑖𝑛−1 𝑥) =
1
√1−𝑥
2
−1 √1−𝑥2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan 𝑥 ≠ 0.
cot(𝑠𝑖𝑛 𝑥) =
𝑥
2). Cos 𝜃 = x maka 𝜃 = cos−1𝑥, untuk −1 ≤ 𝑥 ≤ 1
sin(𝑐𝑜𝑠−1 𝑥) = √1 − 𝑥2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1.
cos(𝑐𝑜𝑠−1 𝑥) = 𝑥. 2
√1−𝑥
tan(𝑐𝑜𝑠−1 𝑥) = , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan 𝑥 ≠ 0.
𝑥
csc(𝑐𝑜𝑠−1 𝑥) =
1 , −1 < 𝑥 < 1
√1−𝑥
2
−1 1
sec(𝑐𝑜𝑠 𝑥) = , 𝑥≠0
𝑥 𝑥
csc(𝑐𝑜𝑠−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1
√1−𝑥2
𝑥
sin(𝑡𝑎𝑛−1 𝑥) = 2.
√1+𝑥
1
cos(𝑡𝑎𝑛−1 𝑥) = .
√1+𝑥2
tan(𝑡𝑎𝑛−1 𝑥) = 𝑥.
√1+𝑥2
ccs(𝑡𝑎𝑛−1 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥
−1
sec(𝑡𝑎𝑛 𝑥) = √1 + 𝑥 .
2
1
cot(𝑡𝑎𝑛−1 𝑥) = , 𝑥 ≠
0. 𝑥
4). Sec 𝜃 = 𝑥 maka 𝜃 = sec−1𝑥, untuk −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 (Ingat bahwa sec−1𝑦=cos−1(1/y))
√𝑥2−1
sin(𝑠𝑒𝑐−1 𝑥) = , |𝑥| ≥ 1.
|𝑥|
1
cos(𝑠𝑒𝑐−1 𝑥) = , 𝑥 ≠.
𝑥
2
√𝑥2 − 1 = {−√𝑥 − 1 𝑥≤1
−1 𝑥
tan(𝑠𝑒𝑐 𝑥) =
|𝑥| √𝑥2 − 1 𝑥≥1
⌈𝑥⌉
csc(𝑠𝑒𝑐−1 𝑥) = |𝑥|
√𝑥2− , > 1.
1
csc(𝑠𝑒𝑐−1 𝑥) = 𝑥
1 , 𝑥<1
cot(𝑠𝑒𝑐−1 𝑥) = {− √𝑥2−
1
1 , 𝑥>1
√𝑥2−
1
3. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri
Teorema 1.6 (Identitas jumlah dan selisih sudut)
tan(𝛼 − 𝛽) = tan(𝛼 + (−𝛽))
tan 𝛼+𝑡𝑎𝑛(−𝛽)
=
1−tan 𝛼 .
𝑡𝑎𝑛(−𝛽)
tan 𝛼−tan 𝛽
=
1+tan 𝛼
.tan 𝛽
c. Operasi pada
Fungsi Definisi 2.8
Misalkan 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi-fungsi dan 𝑘 suatu konstanta. Penjumlahan dua
fungsi 𝑓 + 𝑔, pengurangan fungsi-fungsi 𝑓− 𝑔, hasil kali dengan skalar 𝑘𝑔, hasil
kali dua fungsi 𝑓.𝑔, dan hasil bagi dua fungsi 𝑓𝑔 didefinisikan pada daerah
definisinya sebagai berikut:
(a) (𝑓 + 𝑔)(𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)
(b) (𝑓 − 𝑔)(𝑥) = 𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)
(c) 𝑘𝑔(𝑥) = 𝑘. 𝑔(𝑥)
(d) (𝑓. 𝑔)(𝑥) = 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)
𝑓 𝑓(𝑥)
(e) ( ) (𝑥) = , 𝑔(𝑥) ≠ 0
𝑔 𝑔(𝑥)
2. Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
Kadang-kadang dua fungsi digabung tidak menggunakan operasi-operasi aljabar
yang telah dikenal, akan tetapi dengan cara fungsi kedua didefinisikan pada
daerah hasil fungsi pertama. Fungsi yang dihasilkan dengan cara ini dinamakan
fungsi komposisi.
Definisi 2.9
Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 ≠ ∅. Fungsi komposisi 𝑓∘𝑔
didefinisikan sebagai (𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) = 𝑓[𝑔(𝑥)] ∀ 𝑥 ∈ 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓.
Teorema 2.1
Jika 𝑓: 𝐴→𝐵 fungsi injektif, maka:
(a) Fungsi 𝑓−1ada, dan
(b) 𝐷𝑓−1 = 𝑅𝑓
Dari definisi 2.7, jika didefinisikan 𝑔(𝑥) = 𝑎𝑥, maka berlaku
𝑓(𝑔(𝑥)) = 𝑎𝑙𝑜𝑔(𝑎𝑥) = 𝑥, hal ini berarti 𝑔(𝑥) = 𝑓−1(𝑥)
Jadi fungsi logaritma merupakan inver dari fungsi eksponen.
3. Limit Fungsi
a. Barisan dan limit barisan
Definisi 2.12
Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat
positif atau bilangan asli (𝑁) atau himpunan bagiannya. Suatu barisan yang daerah
hasilnya (range) adalah himpunan bagian dari himpunan bilangan real disebut
barisan bilangan real. Secara umum barisan dinotasikan dengan ⟨𝑎𝑛⟩𝑛 ∈ ℕ atau
⟨𝑎𝑛⟩.
Definisi 2.13
Barisan ⟨𝑎𝑛⟩ dikatakan:
(a) Monoton naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 > 𝑎𝑛
(b) Monoton tidak turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≥ 𝑎𝑛
(c) Monoton turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 < 𝑎𝑛
(d) Monoton tidak naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎𝑛
Definisi 2.14
Dipunyai barisan ⟨𝑎𝑛⟩. Barisan ⟨𝑎𝑛⟩ dikatakan konvergen ke L, ditulis
lim 𝑎𝑛 = 𝐿
𝑛→∞
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑁𝗌 > 0 sedemikian hingga
|𝑎𝑛 − 𝐿| < 𝜀 jika 𝑛 > 𝑁𝗌
b. Limit
Fungsi
Definisi
2.15
Nilailim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maksudnya adalah jika 𝑥 mendekati tetapi tidak sama dengan
𝑛→∞
𝑐, maka 𝑓(𝑥) mendekati 𝐿.
Definisi 2.16
Limit fungsi 𝑓 bernilai 𝐿 untuk 𝑥 → 𝑐 ditulis lim 𝑓(𝑥) = 𝐿, jika dan hanya jika
𝑛→∞
untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sedemikian hingga |𝑓(𝑥)−𝐿|<𝜀, jika 0< |𝑥−𝑐| <
𝛿, yaitu
0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 ⇒ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀.
Teorema 2.2
Jika 𝑎 dan 𝑐 suatu konstanta real, maka lim 𝑐 = 𝑐.
𝑥→𝑎
Teorema 2.3
Nilai limit suatu fungsi adalah tunggal, yaitu jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dan lim 𝑓(𝑥) =
𝑀, maka 𝐿=𝑀. 𝑥→𝑎 𝑥→
𝑎
Teorema 2.4
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐿, lim 𝑔(𝑥) = 𝑀 , dan 𝐾 sembarang bilangan real.
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
(a) lim (𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)) = 𝐿 + 𝑀
𝑥→𝑎
(b) lim 𝐾. 𝑓(𝑥) = 𝐾. 𝐿
𝑥→𝑎
(c) lim 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥) = 𝐿. 𝑀
𝑥→𝑎
(d) lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑀 ≠ 0
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥) 𝑀
Teorema 2.5
(a) Jika 𝑃𝑛(𝑥) suatu suku banyak dan 𝑎 ∈ ℝ, lim 𝑃𝑛(𝑥) = 𝑃𝑛(𝑎)
𝑃 (𝑥) 𝑥→𝑎
(b) Jika 𝑓(𝑥) = 𝑛 dengan 𝑃 (𝑥) dan (𝑥) masing-masing merupakan suku
𝑄
𝑄𝑚(𝑥) 𝑛 𝑚
banyak berderajat 𝑛 dan 𝑚, 𝑎 ∈ 𝐷𝑓, dan 𝑄𝑚 (𝑥) ≠ 0, maka
𝑃𝑛(𝑥) 𝑃𝑛(𝑎)
lim = =
𝑥→𝑎 𝑄𝑚(𝑥) 𝑄𝑚(𝑎)
Teorema 2.6
Jika 𝑛 bilangan bulat positif dan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑎
𝑓(𝑥) = 𝑛√𝐿
maka lim √𝑓(𝑥) = √ lim
𝑛 𝑛
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
4. Limit
Sepihak
Definisi 2.17
Dipunyai fungsi :(𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kanan adalah 𝐿, ditulis dengan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐+
Jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀
apabila 𝑐 < 𝑥 < 𝑐 + 𝛿.
Definisi 2.18
Dipunyai fungsi : (𝑎, 𝑏) → ℝ dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kiri adalah 𝐿, ditulis dengan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐−
Jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀
apabila 𝑐 − 𝛿 < 𝑥 < 𝑐
Teorema 2.11
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Nilai lim 𝑓(𝑥) ada dan
𝑥→𝑎
bernilai 𝐿 jika dan hanya jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 = lim 𝑓(𝑥)
𝑥→𝑎− 𝑥→𝑎+
5. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak
Hingga
a. Limit Tak Hingga
Definisi 2.19
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = +∞ ⇔ ∀ 𝑀 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) > 𝑀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
𝑥→𝑎
Definisi 2.20
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = −∞ ⇔ ∀ 𝑁 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) < 𝑁 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
𝑥→𝑎
Teorema 2.12
Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓, 𝑔: ℝ– {𝑎} → ℝ, lim 𝑓(𝑥) = 𝐿,
𝑥→𝑎
dan lim 𝑔(𝑥) = 0
𝑥→𝑎
(𝑥)
(a) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0+ maka lim 𝑓 = +∞
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
(𝑥)
(b) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0− maka lim 𝑓 = −∞
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
(𝑥)
(c) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0+ maka lim 𝑓 = −∞
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
(𝑥)
(d) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0− maka lim 𝑓 = +∞
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
b. Limit di Tak
hingga Definisi
2.21
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 ⇔ ∀ 𝜀 > 0 ∃ 𝑀 > 0 ∍ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
𝑥→∞
Definisi 2.22
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 ⇔ ∀ 𝜀 > 0 ∃ 𝑁 > 0 ∍ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 < 𝑁.
𝑥→∞
Teorema 2.13
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
Teorema 2.14
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿
𝑥→−∞ 𝑥→−∞
Teorema 2.15
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka:
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
(a) lim [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] = 𝐾 + 𝐿,
𝑥→+∞
(b) lim 𝐶. 𝑓(𝑥) = 𝐶. lim 𝑓(𝑥),
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
(c) lim [𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = 𝐾. 𝐿, dan
𝑥→+∞(𝑥)
𝐾
(d) lim 𝑓 = apabila 𝐿 ≠ 0
𝑥→+∞ 𝑔(𝑥) 𝐿
Teorema 2.16
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka:
𝑥→−∞ 𝑥→−∞
(a) lim [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] = 𝐾 + 𝐿,
𝑥→−∞
(b) lim 𝐶. 𝑓(𝑥) = 𝐶. lim 𝑓(𝑥),
𝑥→−∞ 𝑥→−∞
(c) lim [𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = 𝐾. 𝐿, dan
𝑥→−∞ (𝑥) 𝐾
(d) lim 𝑓 = apabila 𝐿 ≠ 0
𝑥→∞ 𝑔(𝑥) 𝐿
Teorema 2.17
Jika terdapat 𝑀 > 0 sehingga 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) untuk semua 𝑥 > 𝑀
dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 = lim ℎ(𝑥) maka lim 𝑔(𝑥) = 𝐿
𝑥→+∞ 𝑥→+∞ 𝑥→+∞
6. Kekontinuan
Fungsi Definisi
2.23
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼. Fungsi 𝑓 dikatakan kontinu di titik 𝑐 jika dan
hanya jika lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐)
𝑥→𝑐
Berdasarkan definisi tersebut, ada tiga syarat untuk suatu fungsi dikatakankontinu,
yaitu
1. lim 𝑓(𝑥) ada,
𝑥→𝑐
2. 𝑓(𝑐) ada (yaitu 𝑐 ada dalam domain 𝑓), dan
3. lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).
𝑥→𝑐
Jika salah satu kondisi di atas tidak dipenuhi, maka dikatakan fungsi 𝑓 tidakkontinu
di 𝑐.
Teorema 2.18
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Fungsi f dikatakan kontinu di titik a
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑎)| <
𝜀 apabila |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
Teorema 2.19
Jika fungsi-fungsi 𝑓, 𝑔: 𝐼 → ℝ, kontinu di titik 𝑎 ∈ 𝐼, dan 𝐾 suatu konstanta di ℝ
maka fungsi-fungsi:
a. 𝑓 + 𝑔
b. 𝐾. 𝑓
c. 𝑓. 𝑔, dan
d. 𝑓 apabila 𝑔(𝑎) ≠ 0
𝑔
Kontinu di titik a.
Definisi 2.24
a. Fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ dikatakan kontinu pada (𝑎, 𝑏) jika dan hanyajika 𝑓
kontinu di setiap titik pada (𝑎, 𝑏).
b. Fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ dikatakan kontinu pada [𝑎, 𝑏] jika dan hanya
jika 𝑓 kontinu di setiap titik pada (𝑎, 𝑏), lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎) dan
𝑥→𝑎+
lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑏)
𝑥→
𝑎−
Suatu fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ yang kontinu di setiap titik di 𝐼 dikatakankontinu
pada 𝐼.
Teorema 2.20
Untuk setiap bilangan asli 𝑛 berlaku:
a. 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑛 kontinu pada 𝑅.
b. Jika fungsi 𝑔: ℝ → ℝ kontinu di titik 𝑎 maka 𝑓(𝑥) = [𝑔(𝑥)]𝑛 juga
kontinu di titik 𝑎.
Definisi 3.2
Turunan dari fungsi 𝑓 adalah fungsi 𝑓′ dengan
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
𝑓′(𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
b. Teorema-teorema
turunan Teorema 3.1
Jika 𝑓′(𝑐) ada maka 𝑓 kontinu pada 𝑐.
c. Aturan
rantai
Teorema 3.7.
Jika 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥 dan 𝑓 mempunyai turunan di 𝑔(𝑥) maka
𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥)] 𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥)] 𝑑[𝑔(𝑥)] = 𝑓′[𝑔(𝑥). 𝑔′(𝑥)]
=
𝑑𝑥 𝑑[𝑔(𝑥)]
𝑑𝑥
.
Apabila 𝑦 = (𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) dan 𝑢 = 𝑔(𝑥) maka Teorema 3.7 dapat dituliskan
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥
Apabila 𝑦 = (𝑓 ∘ 𝑔 ∘ ℎ)(𝑥), 𝑢 = (𝑔 ∘ ℎ)(𝑥), dan 𝑣 = ℎ(𝑥) maka diperoleh
𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔 ∘ ℎ)(𝑥)] 𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔 ∘ ℎ)(𝑥)] 𝑑[(𝑔 ∘ ℎ)(𝑥)] 𝑑[ℎ(𝑥)]
=
𝑑𝑥 𝑑[(𝑔 ∘ ℎ)(𝑥)] 𝑑[ℎ(𝑥)]
Atau 𝑑𝑥
. .
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢 𝑑𝑣
= . .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑥
2. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
a. Turunan fungsi implisit
Fungsi yang nilai fungsinya disajikan dalam ruas yang berbeda disebut fungsi
eksplisit.
Teorema 3.8.
𝑚
Jika 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 dengan 𝑚 dan 𝑛 bilangan bulat tak
𝑚
𝑑[𝑥 𝑚
nol maka 𝑓 ′(𝑥) = 𝑛] = 𝑚 .𝑥𝑛
𝑛 −1
.
𝑑𝑥
Teorema 3.10.
Jika 𝑓 mempunyai turunan pada 𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓′(𝑥) ≠ 0 pada 𝐼 maka 𝑓−1
mempunyai turunan pada 𝑓(𝐼) dan dapat ditentukan dengan
1 1
(𝑓−1)′(𝑥) = atau 𝑑𝑥 = .
−1
𝑓′[𝑓 (𝑥)] 𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑑𝑥
Teorema
−13.11. −1
𝑑(𝑠𝑖𝑛 𝑥) 1 , |𝑥| < 1 d) 𝑑( 𝑐𝑜𝑡 𝑥) −1
a) = 𝑑𝑥 = 2
𝑑𝑥 √1−𝑥 1+𝑥
2 −1
Teorema 3.16.
Dipunyai 𝑓:𝐼→ℝ,⊆ℝ, dan 𝑓′(𝑥) ada untuk setiap 𝑥∈𝐼 kecuali mungkin di
titik-titik ujungnya.
(a) Jika 𝑓′(𝑥)>0 untuk setiap 𝑥∈𝐼 yang bukan di titik ujung maka grafik 𝑓
naik pada 𝐼.
(b) Jika 𝑓′(𝑥)<0 untuk setiap 𝑥∈𝐼 yang bukan di titik ujung maka grafik 𝑓
turun pada 𝐼.
Teorema 3.17. (Uji Turunan Pertama)
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼→ℝ,⊆ℝ, dan 𝑐∈𝐼 suatu bilangan kritis untuk 𝑓. Jika 𝑓′(𝑥) ada
pada selang (𝑐−ℎ,𝑐+ℎ) untuk suatu ℎ>0 kecuali mungkin di titik 𝑐 sendiri maka
𝑓(𝑐) ekstrim relatif jika dan hanya jika tanda 𝑓′(𝑥) berganti tanda di 𝑥=𝑐.
Secara khusus dinyatakan sebagai berikut:
(1) Jika 𝑓′(𝑥)>0 untuk 𝑥<𝑐 dan 𝑓′(𝑥)<0 untuk 𝑥>𝑐 maka 𝑓(𝑐) suatu maksimum
relatif.
(2) Jika 𝑓′(𝑥)<0 untuk 𝑥<𝑐 dan 𝑓′(𝑥)>0 untuk 𝑥>𝑐 maka 𝑓(𝑐) suatu minimum
relatif.
(3) Jika 𝑓′(𝑥) tidak berganti tanda di 𝑥=𝑐 maka 𝑓(𝑐) bukan suatu maksimum
ataupun minimum relatif.
Kecekungan grafik
fungsi Definisi 3.7.
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼→ℝ,⊆ℝ, 𝑓 kontinu pada 𝐼, dan 𝑓′(𝑥) ada pada 𝐼 kecuali
mungkin di titik-titik ujungnya.
(a) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke atas pada 𝐼 apabila 𝑓′ merupakan fungsi
naik pada 𝐼.
(b) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓′ merupakan fungsi
turun pada 𝐼.
Teorema 3.18.
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼→ℝ,⊆ℝ, 𝑓 kontinu pada 𝐼, dan 𝑓′(𝑥) ada pada 𝐼 kecuali mungkin
di titik-titik ujungnya.
(a) Grafik 𝑓 cekung ke atas pada 𝐼 apabila 𝑓′′(𝑥)>0 untuk setiap 𝑥∈𝐼 yang bukan titik
ujung 𝐼.
(b) Grafik 𝑓 cekung ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓′′(𝑥)<0 untuk setiap 𝑥∈𝐼 yang bukan
titik ujung 𝐼.
Teorema 4.1
dx xr 1
Jika 𝑟 sebarang bilangan rasional kecuali −1, maka xr cr 1
Teorema 4.2
sin xdx cos x dan cos xdx sin x c
c
Teorema 4.3 (Kelinieran)
1. ∫ 𝐾𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐾∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥,
2. ∫ [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥
3. ∫ [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 − ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥.
Teorema 4.4
Diberikan 𝑓 fungsi yang diferensiabel dan 𝑟 bilangan rasional dengan 𝑟 ≠ −1,
maka: f x
r f ' x dx f c , C konstanta.
r
x
1
r 1
b. Teorema Penggantian dan Integral
ParsialTeorema 4.5 (Penggantian)
Dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔⊂𝐼 dengan 𝐼 adalah suatu selang.
Jika 𝑓 terdefinisi pada selang 𝐼 sehingga 𝐹′(𝑥)=𝑓(𝑥), maka
∫𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔′(𝑥)𝑑𝑥=𝐹[𝑔(𝑥)]+𝐶.
Teorema Penggantian merupakan balikan dari Aturan Rantai dalam materi
turunan yang didasari dari turunan fungsi komposisi.
Teorema 4.6 (Integral Parsial)
Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai turunan pada selang buka 𝐼,
maka ∫𝑈.𝑑𝑉=𝑈.𝑉−∫𝑉.𝑑𝑈.
2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
a. Deret dan Notasi Sigma
Notasi sigma adalah notasi yang melambangkan suatu deret
Contoh
20
∑ 𝑖 = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ⋯ + 20
𝑖=1
Teorema 4.7
𝑛
a. ∑ 𝑐 = 𝑛. 𝑐 untuk sebaranga konstanta c
𝑖=1
𝑛 𝑛
b. ∑ 𝑐. 𝑎𝑖 = 𝑐. ∑ 𝑎𝑖
𝑖= 𝑖=1
1 𝑛 𝑛
𝑛
c. ∑(𝑐. 𝑎𝑖 + 𝑑. 𝑏𝑖) = 𝑐. ∑ 𝑎𝑖 + 𝑑. ∑ 𝑏𝑖
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1
b. Jumlah
Riemann
Definisi 4.2
Dipunyai [𝑎, 𝑏] suatu selang tutup. Suatu partisi 𝑃𝑛 untuk selang [𝑎, 𝑏] adalah
sebarang himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan {𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛}, dengan
𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏
Definisi 4.3
Dipunyai 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu partisi untuk selang [𝑎, 𝑏],dan 𝑡𝑖
∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ]. Bangun 𝑅𝑛 = ∑ 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖𝑥.
Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann untuk 𝑓 pada selang [𝑎, 𝑏].
3. Integral Tertentu
a. Integral Tertentu
Definisi 4.4
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ.
Jika lim ∑𝑛 𝑓(𝑡𝑖). ∆𝑖𝑥 ada, maka dikatakan fungsi 𝑓 terintegralkan secara
‖𝑃‖→0 𝑖=1
Riemann pada selang [𝑎, 𝑏].
Selanjutnya ditulis
lim ∑ 𝑓(𝑡 ). ∆ 𝑥 = ∫𝑏 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑛
‖𝑃‖→0 𝑖= 1
𝑖 𝑖 𝑎
disebut integral tertentu (integral Riemann) fungsi 𝑓 dari 𝑎 ke 𝑏.
b. Teorema-teorema Integral
Tertentu Definisi 4.5
𝑎
(1) Jika 𝑓(𝑎) terdefinisi maka ∫ 𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 0
𝑎 𝑎 𝑏
(2) Jika 𝑎 > 𝑏 dan ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 terdefinisi, maka ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = − ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑏 𝑏 𝑎
Teorema 4.8
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎,], maka 𝑓 terintegral secara Riemann pada
selang [𝑎,].
Teorema 4.9
𝑏 𝑛
∫ 𝑑𝑥 = lim ∑ ∆ 𝑥 = 𝑏 − 𝑎
𝑖
𝑎
‖𝑃‖→0
𝑖=1
Teorema 4.10
𝑛
𝑏 ∑ 𝐾. ∆𝑖 𝑥 = 𝐾. (𝑏 − 𝑎)
∫ 𝐾𝑑𝑥 = lim
𝑎 ‖𝑃‖→0
𝑖=1
Teorema 4.11
(Kelinearan)
Jika fungsi-fungsi f dan g terintegral pada selang [𝑎, 𝑏], maka fungsi-fungsi
(𝑓 +𝑏𝑔) dan 𝐾. 𝑓 dengan K𝑏 konstanta terintegralkan,
𝑏 yaitu :
(1) ∫ [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥, dan
𝑏𝑎 𝑏 𝑎 𝑎
(2) ∫ 𝐾. 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐾. ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑎
𝑎𝑑[∫ 𝑥
= 𝑓(𝑥)
𝑓(𝑡)𝑑𝑡 ]
𝑑𝑥
Teorema 4.17 (Teorema Nilai Rata-rata untuk Integral)
Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎,𝑏] dan maka terdapat suatu bilangan 𝑐 antara 𝑎 dan 𝑏
sedemikian1 hingga
𝑏 𝑏
𝑓(𝑐) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = 𝑓(𝑐)(𝑏 − 𝑎)
𝑏−𝑎 𝑎 𝑎
Teorema 4.18 (Teorema Substitusi dalam Integral Tertentu)
Jika 𝑔 mempunyai turunan kontinu pada [𝑎,𝑏] dan 𝑓 kontinu pada daerah nilai 𝑔
maka
𝑏 𝑔(𝑏)
∫ 𝑓(𝑔(𝑥))𝑔′(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑢)𝑑𝑢
𝑎 𝑔(𝑎)
Teorema 4.20
Jika f fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = 𝑓(𝑥), maka
𝑎
∫−𝑎 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 0
Jika f fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = −𝑓(𝑥), maka
4. Aplikasi Integral
a. Luas Daerah pada Bidang Datar
Definisi 4.6
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk
semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X. Jika 𝐿 adalah luas daerah 𝐷, maka
𝑏
𝐿 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
𝑎
Definisi 4.7
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi dua grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑓(𝑥) ≥
𝑔(𝑥) untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎,dan 𝑥 = 𝑏. Jika 𝐿 adalah luas daerah 𝐷,
maka
𝑏
𝐿 = ∫[𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥
𝑎
Teorema 4.21
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 yang kontinu pada
[𝑎,] dan (𝑥)<0 untuk semua 𝑥∈[𝑎,𝑏], sumbu X, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas
𝑏
daerah D, maka 𝐿 = − ∫ 𝑎𝑓(𝑥)𝑑𝑥
Teorema 4.22
Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik fungsi 𝑓, garis 𝑥 = 𝑎, 𝑥 =
𝑏
𝑏, dan sumbu X maka 𝐿 = ∫ |𝑓(𝑥)|𝑑𝑥
𝑎
b. Volume Benda Putar
1) Metode Cakram
Misalkan daerah D dibatasi oleh grafik 𝑓, sumbu 𝑋, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏 diputar
dengan poros sumbu 𝑋 akan membangun suatu benda putar maka Volume cakram
𝑏
ke-i adalah 𝑉 = 𝜋 ∫ 𝑎[𝑓(𝑥)]2𝑑𝑥
2) Metode Cincin
Misalkan daerah D dibatasi oleh grafik fungsi 𝑔 dan ℎ dengan 𝑔(𝑥)≥ℎ(𝑥) pada
[𝑎,𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏 maka volume cincin ke-𝑖 adalah
𝑏
𝑉 = 𝜋 ∫[(𝑔(𝑥))2 − (ℎ(𝑥))2] 𝑑𝑥
𝑎
4. Rumus Median :
8. Rumus Varian :
Kegiatan Belajar 4
1. Pembelajaran pada materi Kaidah Pencacahan dapat
dilaksanakan dengan model Discovery Learning
dengan sintaks sebagai berikut.
1) Stimulation (stimulasi / pemberian rangsangan)
2) Problem Statement (identifikasi masalah)
3) Data Collecting (pengumpulan data)
4) Data Processing (pengolahan data)
5) Verification (pembuktian)
6) Generalization (menarik kesimpulan)
2. Pembelajaran pada materi Peluang Kejadian Majemuk
dapat dilaksanakan dengan Model Problem Based
Learning dengan sintaks sebagai berikut.
1) Orientasi peserta didik kepada masalah
2) Mengorganisasi peserta didik
3) Membimbing penyelidikan individu dan
kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
3. Pembelajaran pada materi Statistika dapat
dilaksanakan dengan Model Project Based Learning
dengan sintaks sebagai berikut.
1) Start with the big question (membuka pertanyaan
dengan suatu pertanyaan menantang)
2) Design a plan for the project (merencanakan
proyek)
3) Create schedule (menyusun jadwal aktivitas)
4) Monitor the students and the progress of the
project (mengawasi jalannya proyek)
5) Assess the outcome (penilaian terhadap produk
yang dihasilkan)
6) Evaluate the experience (evaluasi)
4. Dalam kegiatan pembelajaran dengan sintaks tersebut
juga mengintegrasikan PPK, 4C, dan literasi yaitu
sebagai berikut.
1. PPK
a. Religius
Sikap religius mencerminkan keberimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
b. Integritas
Integritas artinya selalu berupaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang bisa dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
c. Mandiri
Mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain dan
menggunakan tenaga, pikiran, dan waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.
d. Nasionalis
Nasionalis berarti menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok.
e. Gotong Royong
Gotong royong menerminkan tindakan mengahargai
kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama.
2. 4C
a. Communication (Komunikasi)
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer
sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan.
b. Collaborative (Kolaborasi)
Kolaborasi adalah kemampuan berkolaborasi atau
bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara
produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada
tempatnya; menghormati perspektif berbeda.
c. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir
Kritis dan Pemecahan Masalah)
Berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah
kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang
rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan
informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai
perspektif, dan menemukan solusi dari suatu
permasalahan.
d. Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi)
Kreativitas dan inovasi adalah kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan
berbeda.
3. Lliterasi
Literasi atau melek matematis didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang individu merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam
berbagai konteks. Hal-hal tersebut diatas harus tertulis
dalam RPP yang dibuat oleh pendidik.
2 Daftar materi yang sulit 1. Prinsip inklusi dan eksklusi
dipahami di modul ini 2. Ukuran penyebaran / dispersi
3 Daftar materi yang sering 1. Membedakan soal cerita permutasi dan kombinasi
mengalami miskonsepsi 2. Menentukan rumus permutasi dan kombinasi pada
soalcerita
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Kegiatan Belajar 4
Induksi matematika adalah proses pembuktian teorema umum
atau rumus dari kasus-kasus khusus.
Misalkan {𝑃𝑛} adalah suatu barisan proposisi (pernyataan)
yang memenuhi kedua persyaratan ini:
(i) (i) 𝑃𝑁 adalah benar (biasanya 𝑁 adalah 1).
(ii) (ii) Kebenaran 𝑃𝑘 mengimplikasikan kebenaran 𝑃𝑘+1
≥ 𝑁. Maka, 𝑃𝑛 adalah benar untuk setiap bilangan
bulat 𝑛 ≥ 𝑁.
2 Daftar materi yang sulit 1. Teorema-Teorema dalam Kongruensi Modulo
dipahami di modul ini 2. Teorema-Teorema dalam Sistem Residu
3. Golden Ratio
4. Induksi Matematika
3 Daftar materi yang sering 1. Pembuktian Teorema-teorema dalam kongruensi Modulo
mengalami miskonsepsi dan Sistem Residu
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Kegiatan Belajar 2
1. Kata-kata yang biasa digunakan dalam kuantor
universal adalah “semua”, “setiap”, “untuk
semua”, atau “untuk setiap”. Kuantor universal
dilambangkan dengan ∀.
2. Pernyataan matematika yang dilengkapi dengan
kata-kata “terdapat”, “ada”, “sekurangkurangnya
satu” , atau “beberapa” merupakan pernyataan
berkuantor eksistensial. Kuantor eksistensial
dilambangkan dengan ∃. Lambang ∃! dibaca:
“Terdapat dengan tunggal”.
3. Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu
bernilai benar untuk setiap substitusi pernyataan
tunggalnya.
4. Kontradiksi adalah pernyataan yang selalu
bernilai salah untuk setiap substitusi nilai
kebenaran pernyataan tunggalnya.
5. Sifat-sifat pernyataan-pernyataan yang ekivalen
(berekivalensi logis) adalah:
1) 𝑝 ≡ 𝑝
2) Jika 𝑝 ≡ 𝑞 maka 𝑞 ≡ 𝑝
3) Jika 𝑝 ≡ 𝑞 dan 𝑞 ≡ 𝑟 maka 𝑝 ≡ 𝑟
6. Teorema DeMorgan Misalkan 𝑝(𝑥) adalah sebuah
fungsi proposisional pada 𝐴, maka ~(∀𝑥 ∈ 𝐴)𝑝(𝑥)
≡ (∃𝑥 ∈ 𝐴)~𝑝(𝑥); ~(∃𝑥 ∈ 𝐴)𝑝(𝑥) ≡ (∀𝑥 ∈ 𝐴)~𝑝(𝑥).
Kegiatan Belajar 3
1. Di bawah ini disajikan daftar aturan penggantian
untuk keperluan deduksi:
a. Hukum Idempoten
•𝑝∨𝑝≡𝑝
•𝑝∧𝑝≡𝑝
b. Hukum Asosiatif
• (𝑝 ∨ 𝑞) ∨ 𝑟 ≡ 𝑝 ∨ (𝑞 ∨ 𝑟)
• (𝑝 ∧ 𝑞) ∧ 𝑟 ≡ 𝑝 ∧ (𝑞 ∧ 𝑟)
c. Hukum Komutatif
•𝑝∨𝑞≡𝑞∨𝑝
•𝑝∧𝑞≡𝑞∧𝑝
d. Hukum Distributif
• 𝑝 ∨ (𝑞 ∧ 𝑟) ≡ (𝑝 ∨ 𝑞) ∧ (𝑝 ∨ 𝑟)
• 𝑝 ∧ (𝑞 ∨ 𝑟) ≡ (𝑝 ∧ 𝑞) ∨ (𝑝 ∧ 𝑟)
e. Hukum Identitas
•𝑝∨𝐹≡𝑝
•𝑝∧𝑇≡𝑝
f. Hukum null/Dominasi
•𝑝∧𝐹≡𝐹
•𝑝∨𝑇≡𝑇
g. Hukum Komplemen (Negasi)
•𝑝∨∼𝑝≡𝑇
•𝑝∧∼𝑝≡𝐹
•∼𝑇≡𝐹
•∼𝐹≡𝑇
h. Hukum Involusi (Negasi Ganda)
∼ (∼ 𝑝) ≡ 𝑝 i.
i. Hukum Penyerapan (Absorpsi)
• 𝑝 ∨ (𝑝 ∧ 𝑞) ≡ 𝑝
• 𝑝 ∧ (𝑝 ∨ 𝑞) ≡ 𝑝
j. Hukum Transposisi
𝑝 ⇒ 𝑞 ≡ ∼ 𝑞 ⇒∼ 𝑝
k. Hukum Implikasi
𝑝⇒𝑞≡∼𝑝∨𝑞
l. Hukum Ekivalensi
• 𝑝 ⟺ 𝑞 ≡ (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒ 𝑝)
• 𝑝 ⟺ 𝑞 ≡ (𝑝 ∧ 𝑞) ∨ (∼ 𝑞 ∧ ∼ 𝑝)
m. Hukum Eksportasi
(𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑟 ≡ 𝑝 ⇒ (𝑞 ⇒ 𝑟)
n. Hukum DeMorgan
• ∼ (𝑝 ∨ 𝑞) ≡∼ 𝑝 ∧ ∼ 𝑞
• ∼ (𝑝 ∧ 𝑞) ≡ ∼ 𝑝 ∨ ∼ 𝑞
2. Berikut beberapa metode inferensi berdasarkan
bentuk argumennya:
a. Modus Ponens
Premis 1 : 𝑝 ⟹ 𝑞
Premis 2 : 𝑝
Kesimpulan : 𝑞
b. Modus Tollens
Premis 1 : 𝑝 ⟹ 𝑞
Premis 2 : ∼ 𝑞
Kesimpulan : ∼ 𝑝
c. Silogisme Hipotesis
Premis 1 : 𝑝 ⟹ 𝑞
Premis 2 : 𝑞 ⟹ 𝑟
Kesimpulan : 𝑝 ⟹ 𝑟
d. Silogisme Disjungtif
Premis 1 : 𝑝 ∨ 𝑞
Premis 2 : ∼ 𝑞
Kesimpulan : 𝑝
e. Simplifikasi
Premis : 𝑝 ∧ 𝑞
Kesimpulan : 𝑝
Atau
Premis : 𝑝 ∧ 𝑞
Kesimpulan : 𝑞
f. Penambahan Disjungtif
Premis : 𝑝
Kesimpulan : 𝑝 ∨ 𝑞
g. Konjungsi
Premis 1 : 𝑝
Premis 2 : 𝑞
Kesimpulan : 𝑝 ∧ 𝑞
h. Dilema
Premis 1 : 𝑝 ∨ 𝑞
Premis 2 : 𝑝 ⟹ 𝑟
Premis 3 : 𝑞 ⟹ 𝑟
Kesimpulan : 𝑟
i. Dilema Konstruktif
Premis 1 : (𝑝 ⟹ 𝑞) ∧ (𝑟 ⟹ 𝑠)
Premis 2 : 𝑝 ∨ 𝑟
Kesimpulan : 𝑞 ∨ 𝑠
j. Dilema Destruktif
Premis 1 : (𝑝 ⟹ 𝑞) ∧ (𝑟 ⟹ 𝑠)
Premis 2 : ∼ 𝑞 ∨∼ 𝑠
Kesimpulan : ∼ 𝑝 ∨∼ 𝑟
Kegiatan Belajar 4
1. Aturan untuk membantu membuktikan kesahan
suatu argumen di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Modus Ponens,
b) Modus Tollens,
c) Silogisme,
d) Silogisme Disjungtif,
e) Konstruktif Dilema,
f) Destruktif Dilema,
g) Aturan Konjungsi,
h) Aturan Penyederhanaan,
i) Aturan Penambahan.
2. Langkah-langkah dalam pembuktian Aturan Bukti
Bersyarat adalah sebagai berikut.
a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik anteseden dari konklusi menjadi
premis baru (premis tambahan) dan konsekuennya
merupakan konklusi dari argument (konklusi
baru).
c) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum
penggantian untuk menemukan konlusi sesuai
dengan konklusi baru.
3. Selain dengan cara Aturan Bukti Bersyarat masih
ada cara lain untuk membuktikan kesahan argumen
yaitu dengan Bukti Tak Langsung (Reductio Ad
Absordum). Langkah-langkah bukti tak langsung
adalah sebagai berikut.
a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis
baru (premis tambahan).
c) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan
hukum penggantian ditunjukkan adanya
kontradiksi.
d) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal
menggunakan prinsip Adisi dan Silogisme
Disjungtif.
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1) Pembuktian sebuah argumen dengan
modul ini menggunakan Aturan buktiBersyarat
2) Pembuktian sebuah argumen dengan
menggunakan Bukti Tak Langsung
3 Daftar materi yang sering mengalami 1) Dilema Konstruktif dan Dilema Destruktif
miskonsepsi