Disusun oleh:
Kelas 01/Kelompok 02
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2024
BAB I
BANGUN RUANG
Pada bab ini, kita akan mempelajari mengenai jaring-jaring bangun ruang. Kita juga
akan berlatih membuat jaring-jaring bangun ruang (prisma, tabung, limas dan kerucut) dan
membuat bangun ruang tersebut dari jaring-jaringnya. Namun sebelum itu, mari kita
mengingat kembali mengenai jenis-jenis bangun ruang.
Geometri SMP/MTs | 2
Gambar 2. Bentuk-bentuk bangun ruang
Jaring-jaring adalah gambar dua dimensi yang berupa gabungan dari beberapa bangun
datar yang dapat disusun menjadi sebuah bangun ruang. Berikut ini merupakan contoh
bentuk jarring-jaring dari bangun ruang prisma, tabung, limas, dan kerucut.
1. Jaring-jaring prisma
Gambar 3. Prisma
2. Jaring-jaring tabung
Geometri SMP/MTs | 3
Gambar 4. Tabung dan jaring-jaringnya
3. Jaring-jaring limas
Limas segiempat
Limas segitiga
Gambar 5. Limas
4. Jaring-jaring kerucut
Gambar 6. Kerucut
Geometri SMP/MTs | 4
Latihan Soal
Geometri SMP/MTs | 5
BAB II
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa benda yang ada di sekitar kita yang
menunjukkan garis. Misalnya benda yang menunjukan garis sejajar antara lain rel kereta api,
senar gitar, pagar rumah, pohon di pinggir jalan, dan zebra cross. Sedangkan benda yang
menunjukkan garis berpotongan di antaranya adalah jalan tol, lintasan atletik, roller coaster,
tower cellular, jembatan penghubung sungai, dan besi penyangga.
Geometri SMP/MTs | 6
Hubungan antara titik dan garis dapat terjadi dalam dua keadaan. Pada keadaan
yang pertama, titik berada pada garis dan kedua titik berada di luar garis. Titik disebut
berada pada garis jika titik tersebut ada pada garis, atau titik tersebut menjadi bagian
dari garis. Dan titik disebut di luar garis apabila titik tersebut tidak menjadi bagian
dari garis.
2. Hubungan Antara Titik dan Bidang
Hubungan antara titik dan bidang juga dapat terjadi dalam dua keadaan. Titik
disebut berada pada bidang jika titik tersebut terletak pada bidang, atau titik tersebut
menjadi bagian dari bidang. Dan titik disebut di luar bidang apabila titik tersebut
terletak di luar bidang atau tidak menjadi bagian dari bidang.
Geometri SMP/MTs | 7
C. Mengenal Sudut
1. Memahami Konsep Sudut
Sudut terbentuk karena dua sinar garis bertemu pada satu titik. Sudut adalah suatu
daerah yang dibentuk oleh dua buah sinar garis yang titik pangkalnya berimpit
(bersekutu). Sudut juga mempunyai beberapa bagian yang membentuk sudut. Bagian
– bagian sudut yaitu.
i. Kaki sudut, sinar garis yang membentuk suatu sudut
ii. Titik sudut, titik potong pangkal sinar dari kaki sudut
iii. Daerah sudut, daerah yang terbentuk antara dua kaki sudut
Suatu sudut dibentuk dari dua sinar garis yang berpotongan tepat di satu titik.
Selanjutnya titik potongnya disebut dengan titik sudut. Suatu sudut dapat diberikan
simbol α, β, dll, atau berupa titik titik yang melalui garis yang berpotongan tersebut.
Kemudian satuan sudut dinyatakan dalam dua jenis, yaitu radian (rad) dan derajat
(o) .∠APB bisa juga disebut∠P, dan besar sudut P dilambangkan dengan m∠P. Besar
sudut satu putaran penuh adalah 360°.
2. Menentukan Besar Sudut yang Dibentuk oleh Jarum Jam
1. Tentukan ukuran sudut yang dibentuk oleh jarum jam dan jarum menit ketika
menunjukkan pukul 03.00!
Jawab
Pada pukul 03.00, jarum jam (pendek) menunjuk ke arah bilangan 3
sedangkan jarum menit (panjang) menunjuk ke arah bilangan 12, sehingga
3 1 1
sudut yang terbentuk adalah = , jadi terbentuk putaran penuh. 1
12 4 4
putaran penuh adalah 360 ° .
1 1.360 ° 360 °
∙360 ° = = =90 °
4 4 4
dapat simpulkan bahwa sudut yang terbentuk oleh jarum jam dan jarum menit
ketika pukul 03.00 adalah 90°.
2. Sudut terkecil yang dibentuk oleh jarum panjang dan jarum pendek pada jam
dinding yang menunjukkan pukul 09.25 adalah …
Penyelesaian :
1 putaran = 360 ° , sehingga sudut antar angka dalam jam analog sebesar
Geometri SMP/MTs | 8
360°
=30 °
12
Menghitung sudut terkecil yang dibentuk dari jarum jam pukul 09.25
25
Sudut jarum jam pendek = 9 × × 30 °
60
= 282 , 5°
= 150 °
Sudut terkecil = Sudut jarum jam pendek – sudut jarum jam panjang
= 282 , 5°−150°
= 132 ,5 °
Jadi, sudut terkecil yang dibentuk oleh jarum panjang dan jarum pendek pada
jam dinding yang menunjukkan pukul 09.25 adalah = 132 ,5 °
Geometri SMP/MTs | 9
1. Sudut sehadap, besarnya sama. Yakni ∠1 = ∠5, ∠2 = ∠6, ∠4 = ∠8, ∠3 = ∠7.
2. Sudut dalam berseberangan, besarnya sama. Yakni ∠3 = ∠5, ∠4 = ∠6
3. Sudut luar berseberangan, besarnya sama. Yakni ∠1 = ∠7, ∠2 = ∠8
4. Sudut dalam sepihak, jumlah keduanya adalah 180°. Yakni ∠4 + ∠5 = 180°, ∠3 +
∠6 = 180°.
5. Sudut luar sepihak, jumlah keduanya adalah 180°. Yakni ∠2 + ∠7 = 180°, ∠1 + ∠8
= 180°.
6. Sudut bertolak belakang, besarnya sama. Yakni ∠1 = ∠3, ∠2 = ∠4, ∠5 = ∠7, ∠6 =
∠8
5. Hubungan sudut-sudut pada dua garis berpotongan
Jika dua garis berpotongan maka dua sudut yang letaknya saling
membelakangi disebut dua sudut yang bertolak belakang. Dua sudut yang saling
bertolak belakang adalah sama besar.
Geometri SMP/MTs | 10
Latihan Soal
1. Hasil penjumlahan dua buah sudut yang saling berpelurus besarnya...
A. 45 °
B. 60 °
C. 90 °
D. 180 °
2. Penyiku dari sudut x adalah 62 ° , besar ¿x adalah...
3. Apabila diketahui dua garis berpotongan, sehingga dua sudut yang letaknya saling
membelakangi memiliki titik potong disebut...
4. Besar sudut dalam 1 putaran lingkaran adalah...
5. Garis yang berpangkal dan berujung disebut...
Geometri SMP/MTs | 11
BAB III
A. Kekongruenan
1. Syarat Dua Bangun Datar Kongruen
Dua bangun yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dinamakan
kongruen. Dua bangun segi banyak (poligon) dikatakan kongruen jika memenuhi
dua syarat yaitu:
(i) sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang, dan
(ii) sudut-sudut yang bersesuaian sama besar
Geometri SMP/MTs | 12
CD dan LM → CD=LM
DA dan MJ → DA= MJ
Jika bangun ABCD dan JKLM memenuhi kedua syarat tersebut, maka
bangun ABCD dan JKLM kongruen, dinotasikan dengan ABCD ≅ JKLM .
Jika bangun ABCD dan JKLM tidak memenuhi kedua syarat tersebut
maka bangun ABCD dan JKLM tidak kongruen, dinotasikan dengan
ABCD ≇ JKLM .
2. Syarat Dua Segitiga Kongruen
Dua bangun yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dinamakan
kongruen. Dua segitiga dikatakan kongruen jika hanya jika memenuhi syarat
berikut ini:
(i) sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang
(ii) sudut-sudut yang bersesuaian sama besar
Geometri SMP/MTs | 13
∆≝¿ tidak kongruen, dinotasikan dengan ∆ ABC ≇ ∆≝¿ .
Untuk menguji apakah dua segitiga kongruen atau tidak, tidak perlu menguji
semua pasangan sisi dan sudut yang bersesuaian. Dua segitiga dikatakan kongruen
jika memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
1. Ketiga pasangan sisi yang bersesuaian sama panjang. Biasa disebut dengan
kriteria sisi – sisi – sisi.
2. Dua pasang sisi yang bersesuaian sama panjang dan sudut yang diapitnya
sama besar. Biasa disebut dengan kriteria sisi – sudut – sisi.
3. Dua pasang sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi yang menghubungkan
kedua sudut tersebut sama panjang. Biasa disebut dengan kriteria sudut – sisi –
sudut.
4. Dua pasang sudut yang bersesuaian sama besar dan sepasang sisi yang
bersesuaian sama panjang. Biasa disebut dengan kriteria sudut – sudut – sisi.
Geometri SMP/MTs | 14
Gambar 12.Segitiga Kriteria Sudut – Sudut – Sisi.
5. Khusus untuk segitiga siku-siku, sisi miring dan satu sisi siku yang
bersesuaian sama panjang.
B. Kesebangunan
1. Kesebangunan Bangun Datar
Dua bangun datar yang mempunyai bentuk yang sama disebut sebangun.
Tidak
perlu ukurannya sama, tetapi sisi-sisi yang bersesuaian sebanding (proportional)
dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Perubahan bangun satu menjadi
bangun lain yang sebangun melibatkan perbesaran atau pengecilan.
Dengan kata lain dua bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat:
(i) perbandingan panjang sisi yang bersesuaian senilai
AB BC CD AD
= = =
EF FG GH EH
(ii) sudut yang bersesuaian besarnya sama
m ∠ A=m ∠ E
m ∠ B=m∠ F
m ∠ C=m∠ G
m ∠ D=m ∠ H
Jika bangun ABC dan ¿ memenuhi kedua syarat tersebut, maka bangun
Geometri SMP/MTs | 15
ABCD dan EFGH sebangun, dinotasikan dengan ABCD ∼ EFGH .
Jika bangun ABC dan ¿ tidak memenuhi kedua syarat tersebut maka bangun
ABCD dan EFGH tidak sebangun, dinotasikan dengan ABCD ≁ EFGH .
2. Kesebangunan Dua Segitiga
Dua segitiga dikatakan sebangun jika hanya jika memenuhi syarat berikut ini.
(i) Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai.
(ii) Besar sudut-sudut yang bersesuaian sama
Jika ∆ABC dan ∆DEF memenuhi syarat tersebut, maka ∆ABC dan ∆A'B'C'
sebangun, dinotasikan dengan ∆ABC ∼ ∆A'B'C'.
Syarat Dua Segitiga Sebangun
Untuk lebih sederhana, dua segitiga dikatakan sebangun (misal: ∆ABC ∼
∆A'B'C'), jika memenuhi salah satu kondisi berikut ini.
1. Perbandingannya ketiga pasangan sisi yang bersesuaian sama, yaitu:
A ' B ' B' C ' A ' C '
= = =a
AB BC AC
Geometri SMP/MTs | 16
Gambar 16.Perbandingan Sisi Segitiga
3. Perbandingan dua pasang sisi yang bersesuaian sama dan sudut yang diapitnya
sama besar.
Contoh;
A' B' A'C'
= =a dan m ∠ A=m ∠ A '
AB AC
Geometri SMP/MTs | 17
Geometri SMP/MTs | 18
2
AB =BD × BC
2
A C =CD ×CB
2
A D =DB × DC
Latihan Soal
Hitunglah:
a. Panjang EF , HG , AD , dan DC
b. Nilai x , y , dan z
4. Sebuah Pada gambar di samping, QR /¿ ST .
a. Buktikan bahwa ∆ QRP dan ∆ TPS sebangun
b. Tuliskan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian
Geometri SMP/MTs | 19
BAB IV
TEOREMA PYTHAGORAS
Geometri SMP/MTs | 20
2. Dalil Pythagoras
Pada suatu segitiga siku-siku, luas persegi pada sisi miringnya sama
dengan jumlah luas persegi lain pada kedua sisi sikusikunya, hal ini juga berarti
jumlah dari kuadrat kedua sisi siku-siku segitiga pada segitiga siku-siku sama
dengan kuadrat panjang sisi miringnya (hipotenusa).
3. Teorema Pythagoras
Geometri SMP/MTs | 21
Dari gambar tersebut dapat diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut:
2 1 2
(a+ b) =4 × ab+ c
2
2
¿ 2 ab+ c
2 2 2
(a+ b) =a +2 ab+ b
2 2
(a+ b) =(a+b)
2 2 2
2 ab+ c =a +2 ab+b
2 2 2
c +2 ab=a +b +2 ab
2 2 2
c =a + b
Maka dapat disimpulkan bahwa luas persegi pada sisi hipotenusa adalah
2 2 2
c , dan jumlah luas persegi pada kesua sisi tegaknya adalah a + b .
Contoh :
Jawab :
2 2 2
c =a + b
2 2 2
c =8 + 6
c= √ 64 +36
c=10 cm
Geometri SMP/MTs | 22
1. Tripel Pythagoras
Sebelum masuk pada tripel Pythagoras maka perlu diingat mengenai
kegiatan pada sebelumnya yang terdapat kondisi bahwa tukang membuat ukuran
yang digunakan untuk membentuk dasar pondasi tepat siku-siku. Kegiatan tukang
tersebut berarti memanfaatkan kebalikan dari teorema Pythagoras.
Teorema Pythagoras
2 2 2
c =a + b
p q 2
p +q
2 2
p −q
2
2 pq Hubungan Tripel
Pythagoras
2 1 5 3 4 2
5 =3 + 4
2 2
5, 3, 4
2 2 2
3 1 10 8 6 10 =8 + 6 10, 8, 6
3 2 13 5 12 2
13 =5 +12
2 2
13, 5, 12
4 1 17 15 8 2
17 =15 + 8
2 2
17, 15, 8
2 2 2
4 2 20 12 16 20 =12 +16 20, 12, 16
2 2 2
4 3 25 7 24 25 =7 + 24 25, 7, 24
Geometri SMP/MTs | 23
Untuk b< c< a
Jika a 2=b2 +c 2
Maka Δ ABC siku-
siku di A
Contoh :
Geometri SMP/MTs | 24
169. .? ..49+144
169=169
Jadi 7, 12, 13 adalah Tripel Pythagoras
2. Jenis Segitiga
Jenis segitiga jika dilihat dari besar sudutnya:
△ Siku-siku : salah satu sudutnya siku-siku (90° )
△ Lancip : ketiga sudutnya lancip (< 90° )
△ Tumpul : salah satu sudutnya tumpul (> 90° )
a) Segitiga siku-siku
a, b, c adalah sisi segitiga dengan sisi terpanjang c. Jika c 2=a2+ b2 maka
segitiga tersebut siku-siku.
b) Segitiga lancip
a, b, c adalah sisi segitiga dengan sisi terpanjang c. Jika c 2 <a 2+b 2 maka
segitiga tersebut segitiga lancip’
c) Segitiga tumpul
a, b, c adalah sisi segitiga dengan sisi terpanjang c. Jika c 2 >a 2+b 2 maka
segitiga tersebut tumpul
Contoh :
Geometri SMP/MTs | 25
49> 13
Jadi 2, 3, 7 segitiga tumpul
C. Segitiga Istimewa
Segitiga istimewa adalah segitiga siku-siku dengan besar sudut tertentu yang
disebut istimewa yaitu sudut 30 ° , 45 ° , 60 ° .
Macam-macam segitiga istimewa :
1. Segitiga siku-siku dengan kedua sudut lainnya adalah 45 ° .
2. Segitiga siku-siku dengan sudut lainnya adalah 30 ° dan 60°
2 2 2
c =a + b
( s )2=a2 +a2
2 2
s =2 a
s= √2 a 2
s=a √ 2 Gambar 26. Segitiga Istimewa 45°
Sehingga diperoleh panjang sisi-sisi segitiga istimewa dengan sudut
sisi tegaknya 45° yaitu a, a, a √ 2. Dapat ditunjjukan pada gambar dibawah ini
Gambar 27.
Geometri SMP/MTs | 26
Panjang sisi miring selalu dua kali dari panjang sisi penyiku yang
menghubungkan sudut 60° dan 90°. Sehingga jika sisi penyiku yang
menghubungkan sudut 60° dan 90°panjangnya a , maka panjang sisi
miringnya adalah 2 a.
2 2 2
c =a + b
( 2 a )2=a2 + x 2
2 2 2
4 a −a =x
2 2
3 a =x
x=√ 3 a2
x=a √ 3 Gambar 28.
Gambar 29.
Contoh :
1. Tentukan panjang hipotenusa jika sisi yang lainnya adalah 7 cm!
Jawab :
Perbandingan a : a :a √ 2
Sehingga menjadi 7 : 7 :7 √ 2
Maka panjang hipotenusa adalah 7 √ 2
Geometri SMP/MTs | 27
Gambar 30.
Jawab :
Sisi miring = y
Perbandingan a : a √ 3 :2 a
x :12 : y=x : x √ 3 :2 x
Jadi
12=x √ 3
x=4 √ 3
y=2 x=2 × 4 √ 3=8 √ 3
D. Penerapan Teorema Pythagoras
Banyak sekali permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan
dalam bentuk soal cerita dan dapat diselesaikan dengan teorema Pythagoras. Untuk
memudahkan menyelesaikan soal penerapan teorema Pythagoras diperlukan bantuan
gambar. Untuk lebih jelasnya dapat mempelajari contoh soal berikut:
1. Nia bermaian laying-layang dengan benang yang panjangnya 250 meter. Jarak nia
dengan tanah dengan titik yang tepat berada di bawah laying-layang adalah 70
meter. Berapa ketinggian layang-layang tersebut?
Gambar 31.
Jawab :
BC= √ AC − AB
2 2
BC= √ 62500−4900
BC= √ 57600
BC=240 meter
2. Jika jarak kaki tiang dengan kaki kawat penyangga adalah 8 meter, jarak kaki
tiang dengan ujung kawat penyangga pertama 6m dan jarak kawat kedua adalah 9
Geometri SMP/MTs | 28
meter. Berapa total kawat yang diperlukan dan hitunglah biaya jika harga kawat
Rp. 25.000 per meter?
BD=√ BC 2−CD 2
BD=√ 62 +82
BD=√ 100
BD=10 meter
AD=√ AC 2+ CD2
AD=√ 289
AD=17 meter
Biaya=17× Rp25.000
Biaya=Rp 675.000
Geometri SMP/MTs | 29
Sehingga total biaya yang diperlukan adalah Rp 675.000
Latihan Soal
1. Apakah segitiga yang memiliki panjang sisi 9 cm, 12, cm, dan 18 cm merupakan
segitiga siku-siku?
2. Berdasarkan gambar, atap kerangka rumah dapat divisualisasi seperti gambar berikut.
3. Seorang atlet tenis mengajukan pertanyaan kepada wasit. Suara atlet mampu didengar
wasit hanya pada jarak maksimum 30 kaki. Berdasarkan posisi wasit dan atlet tenis
pada gambar berikut, dapatkah wasit mendengar suara sang atlet?
4. Pengrajin kayu akan membuat hiasan dinding berbentuk segitiga siku-siku dengan
salah satu sudutnya adalah 30°. Panjang sisi di depan sudut 30° adalah 60 cm.
Berapakah anjang hipotenusanya?
5. 6 cm, 10, cm, dan 8 cm apakah tripel Pythagoras?
Geometri SMP/MTs | 30
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, T. P. (2017). Serial Modul SMP Terbuka. Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kristanto, Y. D., Taqiyudin, M., Yulfiana, E., & Rukmana, I. (2022). Matematika untuk
SMP/MTs Kelas IX. Pusat Perbukuan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Subchan, Winarni, Mufid, M. S., Fahim, K. & Syaifudin, W. H. (2018). Buku Guru
Matematika untuk SMP/MTs Kelas IX Edisi Revisi. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tim Kemdikbud. (2017). Matematika Kelas VII Semester 2 Edisi Revisi. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tohir, M., As’ari, A. R., Anam, A. C., & Taufiq, I. (2022). Buku Panduan Guru Matematika
untuk SMP/MTs Kelas VIII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Geometri SMP/MTs | 31