Anda di halaman 1dari 13

Nama : DERI PRAMITA, S.

Pd
SATUAN PENDIDIKAN : SMPN 2 BATIPUH
NO PESERTA : 201507273782
LPTK : Universitas Negeri Sriwijaya

LK 1: Modul 2
Judul Modul ALJABAR DAN PROGRAM LINEAR
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linier (SPL)
2. Matriks danVektor pada Bidang dan Ruang
3. Program Linier
4. Pembelajaran Aljabar
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep
(istilah dan definisi) di
modul ini
Kegiatan Belajar 1
1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linier (SPL)

DEFINISI / ISTILAH

A. Bentuk Aljabar
1. Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang
dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili
bilangan yang belum diketahui.
2. Dalam suatu bentuk aljabar terdapat unsur-unsur aljabar,
yang meliputi variabel (peubah), koefisien, konstanta,
faktor, dan suku
3. Suku adalah bagian dari bentuk aljabar yang dipisah
dengan tanda atau +.
4. Faktor adalah bilangan yang membagi bilangan lain atau
hasil kali.
5. Koefisien adalah faktor bilangan pada hasil kali dengan
suatu peubah.
6. Konstanta adalah lambang yang menyatakan bilangan
tertentu (bilangan konstan / tetap) ..
7. Suku sejenis memiliki peubah dan pangkat dari peubah
yang sama. Jika berbeda, disebut dengan suku tidak sama
atau suku tidak sejenis.
Sifat-sifat operasi hitung pada bilangan riil, yakni:
1) Sifat komutatif penjumlahan, yaitu a + b = b + a
2) Sifat asosiatif penjumlahan, yaitu
a + (b + c) = (a + b) + c
3) Sifat komutatif perkalian, yaitu a × b = b × a
4) Sifat asosiatif perkalian, yaitu
a × (b × c) = (a × b) × c

B. Persamaan dan Pertidaksamaan


8. Persamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan
tanda hubung ” = ” (sama dengan).
9. Persamaan linear dengan satu variabel (PLSV) adalah
suatu persamaan yang memiliki satu variabel (peubah)
dan pangkat tertingginya satu.
Bentuk umumnya: ax + b = c, a≠0, x sebagai variable
10. Penyelesaian (solusi) dari suatu PLSV adalah bilangan
real yang menggantikan variabel sehingga persamaan
tersebut menjadi bernilai benar.
11. Persamaan linear dengan dua variabel (PLDV) adalah
persamaan yang memiliki dua peubah dan pangkat
tertingginya satu.
12. Penyelesaian (solusi) dari PLDV ax + by = c adalah
bilangan terurut (x1,y1) sedemikian hingga jika
disubstitusikan x1 untuk x dan y1 untuk y mengakibatkan
persamaan menjadi bernilai benar.
13. Pertidaksamaan adalah kalimat matematis yang
dibangun dengan menggunakan satu atau lebih symbol
(<, >, ≤, ≥) untuk membandingkan 2 kuantitas.
14. Himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear dalam
bentuk ax + by < c terdiri dari titik-titik pada salah satu
sisi garis yang didefinisikan dalam bentuk ax + by = c.
Grafik pertidaksamaan linearnya disebut paruh bidang
(half-plane)

C. Sistem Persamaan Linier


15. Persamaan linear dengan n variabel adalah persamaan
yang berbentuk
a1x1 + a2x2+ … + anxn = b, dengan a1 , a2 , …,
an , b bilangan-bilangan riil dan a1 , a2 , …, antidak
semuanya nol.
16. Berdasarkan SPL dalam bentuk AX = B dibedakan
menjadi 2 macam yaitu :
a. SPL homogen, jika B = 0
b. SPL non homogeny, jika B ≠ 0
17. Berdasarkan solusi yang dimiliki SPL, dibedakan
menjadi 2 macam yaitu :
a. SPL konsisten, jika SPL tersebut mempunyai solusi
b. SPL tak konsisten : jika SPL tidak mempunyai solusi
18. Metode penyelesaian SPL
a. Metode grafik
b. Metode eliminasi
c. Metode subsitusi
d. Metode gabungan
Kegiatan Belajar 2
Matriks dan Vektor pada Bidang Dan Ruang

2. Matriks & Vektor pada Bidang dan Ruang


a. Peta Konsep

Matriks & Determinan

Matriks &
Vektor pada Vektor pada Bidang
Bidang dan dan Ruang
Ruang

Matriks
Transformasi

1. Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-


bilangan. Bilangan-bilangan pada susunan tersebut
disebut entri atau komponen atau elemen dari matriks.
2. Dua matriks dikatakan sama jika kedua matriks tersebut
berukuran sama dan komponen yang bersesuaian sama.
3. Jenis – jenis matriks
Matriks persegi
Matriks segitiga bawah
Matriks segitiga atas
Matriks segitiga
Matriks diagonal
Matriks skalar
Matriks identitas
Matriks nol
Matriks kolom
4. Jika A dan B matriks yang berukuran sama, maka jumlah
A + B merupakan matriks yang diperoleh dengan
menjumlahkan komponen-komponen matriks A dan B
yang bersesuaian.
5. Matriks yang ukurannya tidak sama tidak dapat
dijumlahkan.
6. Jika A sebarang matriks dan sebarang skalar, maka hasil
kali skalar A adalah matriks yang diperoleh dengan
mengalikan setiap komponen dari A dengan α
7. Jika A dan B matriks yang berukuran sama, maka jumlah
A + B merupakan matriks yang diperoleh dengan
menjumlahkan komponen-komponen matriks Adan B
yang bersesuaian.
8. Jika A sebarang matraiks dan sebarang skalar, maka hasil
kali skalar A adalah matriks yang diperoleh dengan
mengalikan setiap komponen dari A dengan
9. Jika A matriks persegi dan terdapat matriks B sedemikian
sehingga AB = BA = I,maka A is dikatakan invertibel dan
B dikatakan invers A.
10. Jika A matriks persegi, maka didefinisikan pangkat
bulat non-negatif dari A.
11. Jika A matriks p x q, maka transpos A, ditulis AT,
didefinisikan sebagai matriks q x p yang diperoleh dari
menukar baris dan kolom A, yaitu kolom pertama
dariATmerupakan baris pertama matriks A, kolom kedua
dari ATmerupakan bariskedua dari A, dan seterusnya.
12. Suatu matriks n x n disebut matriks elementer jika dapat
diperoleh dari matriksidentitas In berukuran nxn dengan
melakukan satu operasi baris elementer.
13. Permutasi himpunan bilangan-bilangan bulat {1, 2,
3,…, n} adalah susunan bilangan-bilangan bulat ini
menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau
mengulangi bilangan-bilangan tersebut.
14. Sebuah permutasi dikatakan permutasi genap jika
banyaknya inversi seluruhnyaadalah bilangan bulat
genap.
15. Sebuah permutasi dikatakan permutasi ganjil jika
banyaknya inversi seluruhnyaadalah bilangan bulat
ganjil.
16. Misalkan A = (aij)nxn Hasilkali elementer dari A adalah
setiap hasilkali komponen dari A, yang berasal dari baris
dan kolom yang berbeda.
17. Misalkan A matriks persegi. Determinan A, ditulis
det(A) atau |A| , dan didefinisikan sebagai jumlah semua
hasilkali elementer bertanda dari A.
18. Sifat-sifat determinan
a. Jika A memuat baris nol maka det(A) = 0.
b. Jika A matriks segitiga maka .
c. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke
i dari B sama dengan k kali baris ke i dari A atau
kolom ke j dari B sama dengan k kali kolom ke j dari
A, maka det(B) = k.det(A).
d. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan menukar
dua baris atau dukolom dari A maka det(B) = -det(A).
e. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke
i dari B sama denganbaris ke i dari A ditambah k kali
baris ke j dari A atau kolom ke i dari B samadengan
kolom ke i dari A ditambah k kali kolom ke j dari A,
maka det(B)=det(A).
f. Jika C suatu matriks nxn maka det(AC) = det(A)
det(C).
19. Misalkan matriks berukuran nxn. Minor ,ditulis ,
didefinisikan sebagai determinan sub matriks A
setelahbaris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan. Bilangan
, disebut kofaktor . Matriks disebut matriks kofaktor dari
A. Matriks disebut adjoin dari A, ditulis adj(A).
20. Aturan Cramer
Jika Ax = b sistem persamaan linear dengan n
persamaan dan n variabel dengan det(A) = 0, maka
mempunyai penyelesaian tunggal.

B. Vektor pada Bidang dan Ruang


21. Vektor-vektor pada bidang (R2) dan ruang (R3) dapat
dinyatakan secara geometris sebagai ruas-ruas garis
berarah.
22. Vektor-vektor yang panjang dan arahnya sama disebut
ekivalen.
23. Jika v dan w dua vektor tak-nol maka jumlah v + w
adalah vektor yang ditentukan sebagai berikut. Letakkan
vektor w sedemikian sehingga titik pangkalnya berimpit
dengan titik ujung v.
24. Jika v vektor tak-nol dan k skalar tak-nol maka hasilkali
skalar kv didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya
kali panjang vektor v dan arahnya sama dengan arah v
jika k 0 dan berlawanan arah dengan vektor v jika k 0.

C. Matriks Transformasi
25. Secara umum, transformasi pada R2 atau R3 yang
memetakan titik ke bayangan simetrisnya terhadap garis
atau bidang disebut transformasi refleksi.
26. Transformasi yang merotasikan setiap vektor di R2
sebesar sudut tetap disebut transformasi rotasi pada
2
R .
27. Transformasi yang memindahkan (menggeser) setiap
titik di R2 menurut besar dan arah yang tetap disebut
translasi.
28. Jika koordinat x dari setiap titik pada bidang dikalikan
konstanta positif k, maka efeknya adalah memperkecil
atau memperbesar setiap gambar bidang pada arah x.
Transformasi ini disebut peregangan pada arah-x
dengan factor k.

Kegiatan Belajar 3
Program Linier

3. Program Linier
a. Peta Konsep
Program Linier

Metode Grafik
Program
Metode Simpleks
Linier

Dualitas

b. Definisi ( Istilah )
A. Program Linier
1. Program linear merupakan bagian dari Operation
Research yang mempelajari masalah optimum.
2. Menurut Winston (1993), masalah program linear adalah
masalah optimasi dalam hal sebagai berikut:
a. Usaha untuk memaksimalkan (atau meminimalkan)
fungsi linear dari sejumlah variabel keputusan. Fungsi
yang dimaksimalkan atau diminimalkandisebut fungsi
tujuan/fungsi objektif.
b. Nilai variabel keputusan harus memenuhi sejumlah
pembatas/kendala. Setiappembatas/kendala harus
dalam bentuk persamaan linear atau
pertidaksamaanlinear.
c. Nilai pada setiap variabel dibatasi. Untuk setiap
variabel xi , tanda batasnyanonnegatif atau xiboleh
tidak dibatasi tandanya.
3. Menurut Barnett (1993), masalah program linear adalah
masalah yang berkaitan dengan upaya menemukan nilai
optimal (nilai maksimum atau minimum) dari fungsi tujuan
(yang merupakan fungsi linear dalam bentuk , dengan
variabel keputusan tergantung pada kendala/pembatas
masalahyang dinyatakan dalam bentuk persamaan atau
pertidaksamaan linear.
4. Kendala/pembatas masalah disebut sebagai fungsi
kendala/pembatas (constraints function).
5. Variabel keputusan pada masalah program linear harus
bernilai non negatif.
6. Himpunan titik titikyang memenuhi fungsi kendala dan
persyaratan variabel keputusan (nonnegatif) disebut
sebagai daerah penyelesaian fisibel (feasible region).
7. Sebarang titik pada daerah penyelesaian fisibel yang
menghasilkan nilai optimum (maksimum atau minimum)
fungsi tujuan disebut sebagai penyelesaian optimum.
8. Penerapan masalah program linear dalam berbagai bidang
kehidupan dapat diselesaikan dengan mengubahnya
menjadi bentuk model matematika..
9. Menurut Suyitno (2014), langkah-langkah untuk membuat
model matematika adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tipe masalah (maksimum atau minimum).
b. Mendefinisikan variabel keputusan.
c. Merumuskan fungsi tujuan.
d. Merumuskan fungsi kendala.
e. Menentukan persyaratan nonnegatif.

B. Metode Grafik
10. Untuk menyelesaikan masalah program linear yang
melibatkan 2 variabel dan 2 atau lebih pertidaksamaan
maka digunakan metode grafik.
11. Metode grafik ini dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim
(titik pojok) dan metode garis selidik
12. Langkah menyelesaikan model matematika dengan
metode grafik (metode titik ekstrim)
a. Menggambar garis yang persamaannya ditentukan
dari fungsi kendala.
b. Mengarsir daerah yang tidak memenuhi fungsi
kendala
c. Menentukan Daerah Penyelesaian Fisibel (DPF)
d. Membandingkan nilai Z dari titik ekstrim untuk
menentukan penyelesaian optimal.
13. Langkah menyelesaikan model matematika dengan
metode grafik (metode garis selidik)
a. Menggambar DPF.
b. Menggambar garis yang persamaannya dari fungsi
tujuan .
c. Menggambar garis-garis yang sejajar dengan dan
melalui titik ekstrim. Garis sejajar ini disebut garis
selidik.
d. Untuk masalah maksimum maka titik ekstrim
terakhir yang dilalui garis selidik berkaitan dengan
penyelesaian optimal. Sedangkan untuk masalah
minimum, titik ekstrim pertama yang dilalui garis
selidik berkaitan dengan penyelesaian optimal.
14. Menurut Dantzig dan Thapa (1997), daerah
penyelesaian fisibel (thefeasible region) atau disingkat
DPF adalah himpunan titik-titik yang memenuhisemua
fungsi kendala.
15. Winston (1993) menyatakan daerah penyelesaian fisibel
suatu program linear adalah himpunan semua titik yang
memenuhi semua pembatas dan semua tanda batas
program linear.
16. Menurut Barnett (1993), titik pojok daerah penyelesaian
adalah titik pada daerah penyelesaian yang merupakan
perpotongan dua garis pembatas.
17. Masalah maksimum, penyelesaian optimalnya
merupakan titik pada daerah penyelesaian fisibel yang
menyebabkan nilai fungsi tujuan terbesar.
18. Masalah minimum penyelesaian optimalnya adalah titik
pada daerah penyelesaian fisibel yang menyebabkan
nilai fungsi tujuan terkecil.
19. Daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear disebut
tertutup jika daerahnya tertutup dalam lingkaran. Jika tidak
tertutup dalam lingkaran disebut tidak tertutup (terbuka).
20. Pada sebarang himpunan konveks S, titik P di S disebut
sebagai titik ekstrim jika setiap ruas garis yang berada di
dalam S dan memuat titik P maka P merupakan titik akhir
(ujung) dari ruas garis tersebut.
21. Garis selidik adalah garis-garis yang sejajar dengan garis
pada fungsi tujuan.
22. Untuk masalah maksimum, garis selidik itu disebut
isoprofit lines, sedangkan untuk masalah minimum
disebut isocost lines.

C. Metode Simpleks
23. Langkah-langkah menyelesaikan masalah program
linear dengan metode simpleks adalah sebagai berikut.
a. Buat model matematika (jika masalah dalam bentuk
masalah kontekstual).
b. Tambahkan variabel slack atau variabel surplus pada
setiap pertidaksamaan fungsi kendala.
c. Diperoleh model matematika baru.
d. Susun model matematika baru tsb ke dalam tabel
simpleks (sebagai program awal).
e. Pilih kolom kunci yaitu kolom yang mempunyai nilai
terendah.
f. Pilih baris kunci
g. Tentukan elemen kuncinya yaitu perpotongan kolom
kunci dengan baris kunci.
h. Lakukan transformasi baris kunci
i. Lakukan transformasi baris-baris yang lain yaitu
baris baru = baris lama – bilangan pada kolom kunci
yang bersesuaian dengan baris lama.
j. Buat tabel simpleks baru berdasarkan langkah e s.d i.

D. Dualitas
24. Dualitas merupakan konsep penting dalam matematika.
Pada setiap masalah program linear, selalu ada masalah
kedua yang berkaitan.
25. Beberapa fakta tentang dualitas
a. Nilai optimal model primal sama dengan nilai
optimal model dual
b. Dual dari dual program linear adalah program linear
itu sendiri
c. Jika primal (masalah maksimum dalam bentuk baku)
dan dual (masalah minimum dalam bentuk baku)
keduanya dapat diselesaikan maka opt(primal)
opt(dual).
Kegiatan Belajar 4
Pembelajaran Aljabar

4. Pembelajaran Aljabar
a. Peta Konsep
Teori Belajar

Model Discoveri

Pembelajaran Pembelajaran abad 21


Aljabar

PPK

Perangkat Pembelajaran

b. Definisi
A. Teori Belajar
1. Tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar
konstruktivisme dalam pembelajaran matematika
antara lain: Bruner, Dienes, Piaget, Ausubel, dan
Vygotsky.
2. Menurut Bruner, untuk pengetahuan dibentuk melalui
tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik.
3. Menurut Dienes ada 6 tahap berurutan dalam belajar
matematika
a. Permainan bebas
b. Permainan menggunakan aturan
c. Permainan mencari kesamaan sifat
d. Permainan represantasi
e. Permainan simbulasi
4. Menurut Piaget perkembangan kognitif dimulai dari
proses berfikir secara konkrit sampai dengan yang lebih
tinggi yaitu konsep abstrak dan logis.
5. Menurut Ausubel belajar adalah belajar bermakna yang
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam kognitif
seseorang.
6. Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran
terjadi apabila anak anak bekerja atau belajar
menangani tugas –tugas yang belum dipelajari namun
tugas itu masih berada dalam jangkauan
kemampuannya atau tugas itu berada dalam zone of
proximal development.

B. Model Discovery Learning (DL)


7. DL merupakan pendekatan pembelajaran berbasis-
inquiry dimana siswa membangun pengetahuan baru
berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya dan
pengalaman aktif.
8. DL menggunakan pendekatan berpusat pada siswa
dimana siswa menemukan pengetahuan baru melalui
pengalaman aktif dan langsung serta mengkonstruksi
konsep baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.
9. Sintaks pembelajaran discovery learning menurut
Kemendikbud (2012: 6)adalah: (1) stimulation; (2)
problem statement; (3) data collecting; (4)
dataprocessing; (5) verification; dan (6) generalization.
Berikut ini penjelasan sintaks pembelajaran discovery
learning menurut Kemendikbud (2012).
10. Kekurangan model discovery learning, menurut
Markaban (2008: 18-19) dan Hosnan (2014: 288-289)
yaitu sebagai berikut.
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih
banyak.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa
dan mudah mengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model
ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan
prinsip dapat dikembangkan dengan model temuan
terbimbing.
C. Pembelajaran abad 21 dan PPK
11. Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang
dikenal sebagai 4Cs (critical thinking, communication,
collaboration, and creativity).
12. Lima nilai utama karakter yang saling berkaitan
membentuk jejaring nilaiyang perlu dikembangkan
sebagai prioritas gerakan PPK adalah religius,
nasionalis, mandiri, gotong-royong,integritas.
13. Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum
pada satuan pendidikan masing-masing dan dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
a. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di
dalam struktur kurikulum dan mata pelajaran
Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan
intrakurikuler dan kokurikuler.
b. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan
c. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah
dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan,
pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah.

2 Daftar materi yang 1. Matriks Transformasi


sulit dipahami di 2. Metode Simpleks
modul ini 3. Dualitas
4. Pemilihan materi yang cocok untuk model
discovery
5. Pembuatan soal soal HOTS

3 Daftar materi yang 1. Konsep dualitas


sering mengalami 2. Metode simpleks
miskonsepsi 3. Perbedaan discovery dan inquiry

Anda mungkin juga menyukai