Anda di halaman 1dari 15

Nama : Seli Afrian Susilawati

NIM : 223134912925
Asal Instansi : Universitas Negeri Malang

HASIL KAJIAN DAN WAWANCARA

Identifikasi Analisis Kajian Literatur yang


No Hasil Eskplorasi Masalah
Masalah Mendukung
1. Sebagian Faktor Penyebab : Berdasarkan dengan pengalaman
peserta didik 1. Metode mengajar guru yang kurang inovatif dilapangan, hasil kajian literatur
memiliki minat 2. Sarana pembelajaran kurang dan hasil wawancara dengan
belajar yang memadai/terbatas rekan sejawat ditemukan
rendah 3. Minat siswa yang rendah penyebab Sebagian besar peserta
didik memiliki minat belajar yang
Kajian Literatur rendah
Hasil kajian literatur menurut Dimyati dan yaitu :
Mudiono (2022) faktor yang mempengaruhi Sama halnya yang dikemukakan
motivasi belajar : oleh Dimyati dan Mudiono,dan
1. cita-cita atau aspirasi siswa Khafid bahwa faktor yang
2. kemauan siswa mempengaruhi movitasi belajar
3.kondisi siswa adalah 1). Kondisi 2). Minat siswa
4. kondisi lingkungan siswa 3). Sarana dan prasarana
5. unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Sejalan dengan itu
pembelajaran beberapa narasumber dari hasil
wawancara juga mengemukakan
Khafid (2021) motivasi belajar dipengaruhi bahwa faktor tersebut
oleh : dipengaruhi oleh :
1. Minat siswa 1. Pembelajaran cenderung
2. Manfaat materi bagi kehidupan siswa monoton
3. Strategi/tehnik/metode pembelajaran guru 2. Rendahnya minat dari
4. Kreatifitas guru dalam melaksanakan peserta didik
pembelajaran 3. faktornya pembelajaran
5. Perhatian orangtua tidak menyenangkan
6. Sarana dan prasarana pembelajaran

Wawancara
Rekan Sejawat :
1. cita-cita atau aspirasi peserta didik yang
tidak sesuai dengan pembelajaran
2. kondisi jasmani dan rohani peserta didik
3. kondisi lingkungan peserta didik yang
kurang kondusif
4. peserta didik belum memiliki kesadaran
bahwa pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan dasar hidup dan penting bagi
masa depan mereka.
5. faktornya pembelajaran tidak
menyenangkan
6. Pembelajaran cenderung monoton
7. kurang komunikatif antara guru dengan
siswa

Wakil Kepala Sekolah:


1. Efek penyebab learning lost
2. Peserta didik terbiasa diberikan kemudahan
dilingkungan rumahnya sehingga begitu
Kembali ke sekolah,peserta didik sulit
beradaptasi dalam proses pembelajaran

Pakar :
1. Rendahnya minat dari peserta didik
2. Tidak mau melatih keterampilan berhitung
3. Karakter Peserta didik
4. Harus ada trik pembelajaran supaya
menyenangkan

2. Masih ada Faktor Penyebab : Berdasarkan dengan pengalaman


peserta didik 1. Tidak fokus dalam pembelajaran dilapangan, hasil kajian literatur
yang kurang 2. Lebih mementingkan pelajaran produktif dan hasil wawancara dengan
dalam daya dibandingkan dengan pelajaran normatif rekan sejawat ditemukan
ingat dan khususnya seni budaya penyebab masih ada peserta
konsentrasi 3. Terlalu banyak pelajaran yang didapatkan didik yang kurang dalam daya
terhadap materi oleh peserta didik ingat dan konsentrasi terhadap
yang diajarkan 4. Pemilihan metode pembelajaran yang materi yang diajarkan
kurang tepat yaitu :
Pengaruh tingkat konsentrasi
Kajian Literatur : belajar siswa Ria Avriana dan Fitria
1. Konsentrasi adalah bagian dari perhatian. Fatichatul Hidayah (2015)
Perhatian memiliki pengertian yang lebih menyimpulkan bahwa ada
luas dari konsentrasi Matlin (dalam Fauziah, beberapa penyebab yang
2015:2). Siswa yang berkonsentrasi dalam menimbulkan hilangnya tingkat
belajar dapat diamati dari beberapa tingkah konsentrasi siswa antara lain jenis
lakunya saat proses belajar mengajar mata pelajaran, pemilihan
berlangsung, antara lain: metode mengajar yang kurang
(1) memperhatikan secara aktif setiap tepat serta didukung oleh hasil
materi yang disampaikan guru wawancara dengan hasil sebagai
(2) dapat merespon dan memahami setiap berikut : 1). Kurangnya fokus
materi pelajaran yang diberikan, (3) selalu dalam pembelajaran 2).
bersikap aktif dengan bertanya dan Kurangnya pemahaman terhadap
konten pembelajaran yang
memberikan argumentasi mengenai materi diberikan oleh guru 3). kurang
pelajaran yang disampaikan oleh guru konsentrasi saat pembelajaran
(4) menjawab dengan baik dan benar setiap berlangsung
pertanyaan yang diberikan guru
(5) kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat
menerima materi pelajaran.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ria Avriana dan Fitria Fatichatul
Hidayah (2015) yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Terhadap
Daya 5 Pemahaman Materi Pada
Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 2
Batang”, menyimpulkan bahwa ada
beberapa penyebab yang menimbulkan
hilangnya tingkat konsentrasi siswa antara
lain jenis mata pelajaran, pemilihan metode
mengajar yang kurang tepat, pengajaran
bersifat klasikal dan kurang mampu
merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam belajar, suasana kelas yang panas,
menahan lapar dan kantuk, dan beberapa
hal lain yang disebabkan dari masing-masing
diri individu siswa.

Wawancara
Rekan Sejawat :
1. terlalu banyaknya pelajaran yang diterima
peserta didik
2. Adanya informasi yang baru otomatis
menekan hafalan yang sudah tertata
dalam otak
3. kurang konsentrasi saat pembelajaran
berlangsung

Wakil Kepala Sekolah:


1. Peserta didik masih beradaptasi dengan
pembelajaran luring
2. Kurangnya pemahaman terhadap konten
pembelajaran yang diberikan oleh guru
3. Kurangnya fokus dalam pembelajaran

Pakar :
1. kurangnya konsentrasi peserta didik
terhadap pembelajaran
2. terlalu banyak tugas yang diberikan guru
sehingga membuat peserta didik kelelahan
3. pengaruh dari gadget (Hp)
4. kondisi psikologis

3. Beberapa Faktor Penyebab : Berdasarkan dengan pengalaman


Orangtua tidak 1. Orangtua sibuk bekerja dilapangan, hasil kajian literatur
melibatkan diri 2. Kurangnya kesadaran orangtua akan dan hasil wawancara dengan
dalam proses pentingnya pendidikan (parenting) rekan sejawat ditemukan
perkembangan 3. Pola asuh orangtua yang dibiarkan dan tidak penyebab Sebagian besar
peserta didik terkontrol Orangtua tidak melibatkan diri
disekolah dalam proses perkembangan
Kajian Literasi peserta didik disekolah
Setiap orang tua mempunyai cara yang yaitu :
berbeda-beda untuk mendidik anak dalam 1. Orangtua sibuk bekerja,
keluarga. Menurut Baumrind (Fadhilah, T, sejalan dengan pendapat
dkk., 2019) ada tiga jenis pola asuh, yaitu: 1) (Fadhilah, T, dkk., 2019)
pola asuh otoriter; 2) pola asuh demokratis; Beberapa faktor penyebab
dan 3) pola asuh permisif. Pola asuh otoriter rendahnya motivasi belajar
adalah pola asuh yang keras, orang tua siswa dapat dilihat latar
cenderung memaksakan kehendak ke anak belakang orang tua siswa
tanpa banyak alasan. Ciri khas pola asuh ini yang berbeda-beda, baik dari
diantaranya, orang tua sangat dominan segi pekerjaan atau
dalam kekuasan dan kontrol dari orang tua kesibukan, kondisi ekonomi
terhadap tingkah laku anak sangat ketat. Pola dan lain-lain yang
asuh demokratis adalah pola asuh yang mempengaruhi kurangnya
bertolak belakang dengan pola asuh otoriter. perhatian kepada anak-
Orang tua memberikan kebebasan pada anak anaknya sehingga anak
dan mendorong anak untuk mandiri. Orang tua dipasrahkan penuh ke pihak
senantiasa memberikan dorongan positif sekolah, serta didukung oleh
untuk membimbing anak ke arah yang lebih hasil wawancara dengan hasil
baik. Pola asuh permisif adalah pola asuh sebagai berikut : 1) Orangtua
yang membebaskan anak namun tidak dalam sibuk bekerja dan
pengawasan orang tua, bahkan kontrol dan melimpahkan proses kegiatan
perhatian orang tua terhadap anak sangat sepenuhnya kepada pihak
kurang. Kelebihan pola asuh permisif ini anak sekolah ; 2) Kesulitan Ekonomi
bisa menentukan apa yang mereka inginkan. juga menjadi faktor penyebab.
Namun, jika anak tidak dapat mengontrol dan
mengendalikan diri sendiri, mereka justru 2. Kurangnya kesadaran orangtua
akan terjerumus ke hal-hal yang negatif. Dari akan pentingnya pendidikan
penjelasan tersebut yang mendukung hasil (parenting), sejalan dengan
eksplorasi masalah mengenai pola asuh pendapat (Fadhilah, T, dkk.,
orangtua yang tidak terkontrol. 2019) Kesadaran orangtua
akan peran dan tanggung
jawabnya selaku pendidik yang
Sejalan dengan itu, Kesadaran orangtua akan pertama dan utama dalam
peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik keluarga sangat diperlukan
yang pertama dan utama dalam keluarga dan didukung oleh hasil
sangat diperlukan. Beberapa faktor penyebab wawancara dengan rekan
rendahnya motivasi belajar siswa dapat sejawat yaitu : 1) Rendahnya
dilihat latar belakang orang tua siswa yang kesadaran orangtua akan
berbeda-beda, baik dari segi pekerjaan atau pentingnya pendidikan ; 2)
kesibukan, kondisi ekonomi dan lain-lain yang Orangtua kurang memahami
mempengaruhi kurangnya perhatian kepada ilmu parenting, kurangnya
anak-anaknya sehingga anak dipasrahkan pemahaman bahwa yang
penuh ke pihak sekolah. Didukung oleh memiliki tanggung jawab
Djamarah (2014: 52) menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya
bervariasinya pola asuh itu dipengaruhi oleh merupakan kewajiban sekolah
latar belakang pendidikan orang tua, mata tetapi juga kewajiban orang
pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, tua ; 3) Tidak membuka
adat istiadat, suku bangsa, dan sebagainya. mindset tentang pendidikan
Secara umum pekerjaan orang tua siswa ada anak (parenting)
yang bekerja sebagai guru tetapi mayoritas
sebagai buruh, petani dan pedagang. Hal ini 3. Pola asuh orangtua yang
dapat berpengaruh dalam motivasi belajar, dibiarkan dan tidak terkontrol,
orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sesuai dengan Baumrind
anak akan mendapatkan perhatian yang (Fadhilah, T, dkk., 2019)
kurang dalam hal belajar. Berbeda dengan mengelompokkan pola asuh
orang tua yang pekerjaannya tidak terlalu menjadi 3 dan yang sesuai yaitu
sibuk, mereka akan ikut serta memantau anak pola permisif pola asuh yang
membebaskan anak namun
pada saat belajar di rumah. (Fadhilah, T, dkk.,
tidak dalam pengawasan
2019)
orang tua, bahkan kontrol dan
perhatian orang tua terhadap
Wawancara anak sangat kurang, dan
Rekan Sejawat : didukung dengan hasil
wawancara yang menyatakan
1. Kurang perduli dengan perkembangan bahwa orangtua kurang perduli
pendidikan dengan perkembangan
2. Orangtua sibuk bekerja dan melimpahkan pendidikan peserta didik dan
terjadi pembiaran dan
proses kegiatan sepenuhnya kepada pihak
membiarkan belajar sendiri
sekolah tanpa adanya kontrol.
3. Rendahnya latar belakang pendidikan
sebagian orang tua,
4. Orangtua kurang memahami ilmu
parenting, kurangnya pemahaman bahwa
yang memiliki tanggung jawab pendidikan
tidak hanya merupakan kewajiban sekolah
tetapi juga kewajiban orang tua.
5. Kesulitan Ekonomi juga menjadi faktor
penyebab
6. Rendahnya kesadaran orangtua akan
pentingnya pendidikan

Wakil Kepala Sekolah:


1. Beberapa orang tua dari peserta didik
belum memiliki sarana telekomunikasi
2. Beberapa orang tua cenderung sibuk
dengan pekerjaanny
3. Kegiatan di sekolah yang melibatkan
orangttua peserta didik masih terbatas
karena faktor pandemi

Pakar :
1. Sibuk bekerja
2. Tidak membuka mindset tentang
pendidikan anak (parenting)
3. Upaya dari sekolah proaktif kepada
orangtua
4. Orantua yang memiliki kasus sendiri /
broken home

4. Guru belum Faktor Penyebab : Berdasarkan dengan pengalaman


mengoptimalka 1. Guru belum memahami setiap karakteristik dilapangan, hasil kajian literatur
n model dari setiap model pembelajaran dan hasil wawancara dengan
pembelajaran 2. Kurangnya kreatifitas dari guru rekan sejawat dan pakar
yang inovatif 3. Kurangnya persiapan ditemukan penyebab Guru belum
mengoptimalkan model
Kajian Literatur pembelajaran yang inovatif
Berdasarkan hasil analisis data, kendala yang sesuai dengan karakteristik
dihadapi guru dalam menerapkan model materi yaitu :
pembelajaran tematik diantaranya adalah 1. Guru belum memahami setiap
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP karakteristik dari setiap model
) guru kurang memahami langkah- langkah pembelajaran, sejalan dengan
pembelajaran sesuai sintak yang ada pada pendapat yang dikemukakan
model pembelajaran. Sehingga guru kurang oleh Friani, dkk : 2017
mampu dalam menstimulus siswa untuk Berdasarkan hasil analisis data,
menemukan sendiri masalah yang ada pada kendala yang dihadapi guru
materi pembelajaran, pengelolaan dan dalam menerapkan model
pengawasan kelas guru kurang mampu pembelajaran tematik
mengarahkan siswa yang kurang pintar untuk diantaranya adalah dalam
terlibat aktif dengan bekerjasama dalam rencana pelaksanaan
kelompok, terkendala dalam menyediakan alat pembelajaran (RPP ) guru
dan bahan jika diperlukan dalam melakukan kurang memahami langkah-
proyek, dan guru kurang menyiasati waktu yang langkah pembelajaran sesuai
tersedia. (Friani, dkk : 2017) sintak yang ada pada model
pembelajaran. Sehingga guru
Kesulitan yang dialami oleh guru adalah guru kurang mampu dalam
kurang memahami mengenai metode dan menstimulus siswa untuk
model pembelajaran yang tepat untuk setiap menemukan sendiri masalah
materi yang akan diajarkan. Salah satu yang yang ada pada materi
paling penting dalam menunjang performance pembelajaran, pengelolaan
guru di dalam kelas adalah seorang guru harus dan pengawasan kelas guru
mampu menguasai kelas sehingga tercipta kurang mampu mengarahkan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan siswa yang kurang pintar untuk
dengan menerapkan metode dan model terlibat aktif dengan
pembelajaran yang sesuai dengan bekerjasama dalam kelompok,
karakterisktik dari peserta didik.(Ermila, dkk, terkendala dalam
2021) menyediakan alat dan bahan
jika diperlukan dalam
Sejalan dengan hasil tersebut Guru sekarang melakukan proyek, dan guru
dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam kurang menyiasati waktu yang
mengembangkan pembelajaran. Guru kreatif tersedia. Sesuai dengan hasil
adalah guru yang mampu menggunakan wawancara yaitu guru Tidak
berbagai metode, media, model maupun memahami karakteristik
pendekatan untuk mencapai tujuan model pembelajaran.
pembelajaran. Umumnya guru kreatif selalu
peka terhadap kebutuhan peserta didik. Guru
kreatif akan selalu mengembangkan desain 2. Guru jarang melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik kegiatan refleksi
peserta didik. Guru kreatif tidak akan pembelajaran, hal ini didukung
menyampaikan materi pembelajaran saja, oleh kajian literatur dari
tanpa memikirkan materi tersebut bisa terserap (Mulyani, 2020) yang
atau tidak oleh peserta didik. Suasana menyebutkan bahwa Refleksi
pembelajaran yang dilakukan bersama guru pembelajaran merupakan
yang kreatif akan terasa menyenangkan dan kegiatan yang dilakukan dalam
jauh dari unsur membosankan. Selain itu proses belajar mengajar dalam
menurut Munandar (2010), ketika menerapkan bentuk penilaian tertulis dan
cara belajar kreatif, guru harus mengingat lisan oleh guru untuk siswa dan
falsafah sebagai berikut : oleh siswa untuk guru untuk
1. Belajar haruslah menyenangkan mengekspresikan kesan
2. Anak adalah pribadi yang unik, yang harus konstruksif, pesan, harapan,
disayangi dan dihargai dan kritik terhadap proses
3. Anak haruslah terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Melalui refleksi
pembelajaran diperoleh informasi positif
4. Anak perlu rasa nyaman, tanpa tekanan dan tentang bagaimana guru dapat
tegangan meningkatkan kualitas
5. Anak harus punya rasa kebanggaan dan pembelajaran, serta bahan
punya rasa memiliki observer untuk mengetahui
6. Anak harus merasa nyaman dengan guru sejauhmana hasil belajar
7. Guru harus kompeten dicapai. Selain itu kegiatan ini
8. Anak harus punya kebebasan dapat membawa kepuasaan
mendiskusikan masalah secara terbuka siswa. Manfaat refleksi yang
sangat berguna bagi sebuah
9. Perlu menumbukan kerjasama lebih dari aktivitas pembelajaran, baik
sekedar kompetisi manfaat untuk siswa maupun
10.Pengalaman belajar hendaknya dekat guru, diantaranya adalah Guru,
dengan pengalaman nyata Aktivitas refleksi bisa berguna
Untuk menjadi guru kreatif harusnya semua sebagai peninjauan pada
guru dapat menerapkan semua falsafah sebuah kelompok atau kelas
tersebut. (Hamidah, N, 2022) yang berguna untuk
menggambarkan situasi dan
Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan kondisi dari sebuah kelas
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar sehingga potensi setiap
dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh individu dan sebuah grup bisa
guru untuk siswa dan oleh siswa untuk guru lebih terlihat. Hal tersebut bisa
untuk mengekspresikan kesan konstruksif, untuk meningkatkan kegiatan
pesan, harapan, dan kritik terhadap proses evaluasi yang berlanjut dan
pembelajaran. Melalui refleksi diperoleh berjenjang. sementara
informasi positif tentang bagaimana guru dapat untuk siswa, Aktivitas refleksi
meningkatkan kualitas pembelajaran, serta bisa berguna untuk siswa
bahan observer untuk mengetahui sejauhmana untuk menyalurkan ungkapan
hasil belajar dicapai. Selain itu kegiatan ini dari proses pembelajaran yang
dapat membawa kepuasaan siswa. Manfaat berlangsung dan dilakukan.
refleksi yang sangat berguna bagi sebuah Apakah proses pembelajaran
aktivitas pembelajaran, baik manfaat untuk berlangsung baik atau tidak.
siswa maupun guru, diantaranya adalah Guru, Hal tersebut juga sejalan
Aktivitas refleksi bisa berguna sebagai dengan hasil wawancara yaitu
peninjauan pada sebuah kelompok atau kelas guru kurang melaksanakan
yang berguna untuk menggambarkan situasi refleksi terhadap peserta didik.
dan kondisi dari sebuah kelas sehingga potensi
setiap individu dan sebuah grup bisa lebih 3. Kurangnya peningkatan
terlihat. Hal tersebut bisa untuk meningkatkan kompetensi yang dilakukan
kegiatan evaluasi yang berlanjut dan oleh guru, padahal kompetensi
berjenjang. sementara untuk siswa, Aktivitas guru merupakan modal utama
refleksi bisa berguna untuk siswa untuk dalam pengembangan inovasi
menyalurkan ungkapan dari proses pembelajaran seperti yang
pembelajaran yang berlangsung dan dilakukan. dikemukakan (Syafaruddin,
Apakah proses pembelajaran berlangsung baik 2017) bahwa Profesionalitas
atau tidak. (Mulyani, 2020) guru yang tercermin dari
empat kompetensi guru yaitu
Wawancara kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional,
Rekan Sejawat : kompetensi sosial dan
1. Model pembelajran harus sesuai dengan kompetensi kepribadian
materi yang diajarkan menjadi modal utama dalam
2. Peserta didik merasa ada di zona nyaman pengembangan inovasi dalam
3. Tidak memiliki motivasi untuk beradapatasi pembelajaran. Kompetensi
4. Kemampuan anak yang terbatas sosial guru yang tercermin dari
5. Kurangnya referensi dalam pemanfaatan kesungguhannya mengajar
model pembelajaran dan mendidik para murid,
pembelajaran masyarakat
Wakil Kepala Sekolah: melalui interaksi atau
komunikasi langsung dan
1. Guru belum memahami teknologi yang menuangkan serta
menunjang untuk model pembelajaran yang mengekspresikan pemikiran
berbasis IT dan idenya merupakan
2. Keterbatasan sarana prasarana di sekolah kompetensi yang sangat
3. kurangnya daya dukung media pembelajaran dibutuhkan dalam menyusun
di sekolah dan mengembangkan
pembelajaran inovatif di kelas.
Pakar : Sejalan dengan itu hasil
1. Guru yang harus meningkatkan kompetensi wawancara dengan rekan
pedagogik, profesional sejawat dan pakar pun
2. Program -program yang harus diikuti oleh menyebutkan faktor – faktor
guru yang mempengaruhinya
3. Belum terbuka mindset akan pembelajaran sebagai berikut :
4. Guru berada di zona aman 1) Tingkat pengetahuan dan
kompetensi guru belum up
to date
2) Guru yang harus
meningkatkan kompetensi
pedagogik, profesional
3) Guru enggan
meningkatkan kompetensi

5. Pembelajaran Faktor Penyebab : Berdasarkan dengan pengalaman


dikelas masih 1. Pembelajaran kurang interaktif dilapangan, hasil kajian literatur
belum HOTS 2. Peserta didik tidak memahami instruksi soal dan hasil wawancara dengan
3. Guru tidak memberikan soal HOTS pada rekan sejawat dan pakar
setiap pertemuan ditemukan penyebab Peserta
4. Guru belum mampu merancang didik masih kesulitan untuk
perencanaan dan pembelajaran berbasis menganalisis soal yang bersifat
HOTS HOTS yaitu :
1. Pembelajaran kurang
Kajian Literasi interaktif, sejalan dengan
Ketidak-tertarikan siswa dalam pembelajaran sulastri (dalman, dkk., 2021)
HOTS disebabkan karena proses pembelajaran yang mengatakan Ketidak-
yang kurang interaktif. Guru lebih banyak tertarikan siswa dalam
menggunakan metode ceramah dimana pembelajaran HOTS
komunikasi hanya terjadi satu arah, sehingga disebabkan karena proses
siswa kurang mendapatkan kesempatan dalam pembelajaran yang kurang
mengungkapkan ide dan pendapatnya. sulastri interaktif. Guru lebih banyak
(dalman, dkk., 2021) menggunakan metode
ceramah dimana komunikasi
Sejalan dengan hal terebut Dari pendapat siswa hanya terjadi satu arah,
dijelaskan bahwa mereka kesulitan dalam sehingga siswa kurang
menjawab soal HOTS karena tidak mengerti mendapatkan kesempatan
perintah soal yang diberikan, hal ini terjadi dalam mengungkapkan ide dan
karena seperti yang dikatakan siswa bahwa pendapatnya. Dan juga sejalan
guru tidak pernah mengajarkan mengenai soal dengan hasil wawancara
HOTS, soal HOTS itu seperti apa, apa syarat dengan rekan sejawat /pakar
sebuah soal agar bisa disebut soal HOTS. yang mengemukakan faktor
Sehingga dapat diketahui disini bahwa masalah penyebabnya yaitu
tidak hanya terletak di siswanya tetapi juga Pembelajaran selalu
berasal dari gurunya.kurniawan (dalman, dkk., menggunakan metode
2021) ceramah, jadi peserta didik
tidak ada kesempatan untuk
Berdasarkan Data penilaian soal Higher order menganalisis soal HOTS,
Thinking Skills (HOTS) terhadap delapan orang pembelajaran hanya satu arah/
guru diperoleh informasi bahwa enam orang tidak aktif dan interaktif, dan
belum memahami kerangka dan komponen- Metode pembelajaran yang
komponen penyusunan soal Higher order digunakan tidak berbasis
Thinking Skills (HOTS), hanya dua orang guru masalah atau masih teacher
yang bisa menyusun soal Higher order Thinking center yang membuat siswa
Skllis (HOT), kebanyakan guru belum tahu dan tidak ada keaktifan dalam
belum paham mengembangkan soal Higher menganalisis soal HOTS
order Thinking Skills (HOTS), mereka juga tahu
bahwa guru harus menggunakan soal Higher 2. Guru tidak memberikan soal
order Thinking Skills (HOTS) dalam HOTS pada setiap pertemuan,
melaksanakan proses pembelajaran yang didukung oleh penelitian
dapat dijadikan acuan/pedoman dalam dalam kurniawan (dalman,
keberhasilan proses pembelajaran. (Herawati, dkk., 2021) menurut pendapat
N, 2021) siswa dijelaskan bahwa
mereka kesulitan dalam
Wawancara menjawab soal HOTS karena
tidak mengerti perintah soal
Rekan Sejawat : yang diberikan, hal ini terjadi
1. Minimnya pengetahuan atau pemahaman karena seperti yang dikatakan
guru mengenai pembelajran berbasis siswa bahwa guru tidak pernah
HOTS mengajarkan mengenai soal
2. Kesiapan peserta didik dirasakan masih HOTS, soal HOTS itu seperti
kurang apa, apa syarat sebuah soal
3. Masih banyaknya pembelajaran yang agar bisa disebut soal HOTS.
tidak merata Sehingga dapat diketahui disini
4. Peserta didik tidak terbiasa dengan soal bahwa masalah tidak hanya
HOTS sehingga belum bisa menganalisis terletak di siswanya tetapi juga
soal HOTS berasal dari gurunya. Sejalan
dengan pendapat diatas dari
Wakil Kepala Sekolah: hasil wawancara pun
narasumber menyebutkan
1. Rendahnya keinginan guru secara mandiri bahwa faktor – faktor
belajar tentang pengembangan diri sesuai penyebabnya adalah Guru
mata pelajran yang diampu tidak memberikan soal HOTS
2. Pengaruh dari efek pandemic, sehingga pada setiap pertemuan.
untuk in house training (IHT) kurang begitu Sejalan dengan hasil
maksimal kepada guru wawancara denga rekan
sejawat / pakar yaitu Guru
Pakar : yang mengajar lebih sering
memberikan soal LOTS
1. Pemilihan Model Pembelajaran sehingga dalam pengerjaan
2. Materi terlalu banyak di setiap semester tidak perlu dianalisis terlebih
3. Soal HOTS harus dikerjakan dulu oleh guru dahulu.
4. Tidak hanya peserta didik guru pun masih
kesulitan dalam menganalisis soal HOTS
5. Peserta didik yang rendah kemampuan
dasar nya
6. Peserta didik sudah mempunyai mindset
bahwa soal susah
7. Perbedaan SDM dan beragam karakteristik
peserta didik SMK mengakibatkan
kesulitan dalam menganalisis soal HOTS

6. Kurangnya Faktor Penyebab : Berdasarkan dengan pengalaman


pemahaman 1. Guru kurang referensi terkait dilapangan, hasil kajian literatur
guru akan teknologi/inovasi yang baru dan hasil wawancara dengan
teknologi / 2. Fasilitas Sarana / media yang kurang rekan sejawat dan pakar
inovasi yang memadai ditemukan penyebab Kurangnya
baru 3. Kurangnya keterampilan guru dalam pemahaman guru akan teknologi
Teknologi / inovasi yang baru yaitu :
1. Fasilitas sarana / media yang
Kajian Literatur kurang memadai, faktor
Kendala utama dalam pemanfaatan TIK dalam penyebab tersebut sejalan
pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah dengan hasil kajian literatur
adalah sarana dan prasarana pendukung yang yang di kutip dari (Bastudin,
terbatas. Sarana dan prasarana yang dimaksud 2021) Kendala utama dalam
adalah komputer, laptop, dan infokus. Kendala pemanfaatan TIK dalam
berikutnya yang cukup tinggi mempengaruhi pembelajaran yang dihadapi
guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran guru di sekolah adalah sarana
adalah ketersediaan jaringan internet dan dan prasarana pendukung
sinyal.(Bastudin, 2021) sejalan dengan factor yang terbatas. Sarana dan
penyebab masalah yang teridentifikasi yaitu prasarana yang dimaksud
fasilitas sarana yang kurang memadai adalah komputer, laptop, dan
infokus. Kendala berikutnya
Dalam konteks ini Gillespie (Upitasari, R, 2020) yang cukup tinggi
menyatakan hambatan adalah hal-hal yang mempengaruhi guru
mencegah guru dari memanfaatkan potensi memanfaatkan TIK dalam
penuh TIK dalam proses belajar mengajar. pembelajaran adalah
Perspektif lain menyajikan hambatan yang ketersediaan jaringan internet
berkaitan dengan dua jenis kondisi: material dan sinyal. Sejalan dengan itu
dan non material menurut Pelgrum, (Upitasari, beberapa narasumber dari
R, 2020). Kondisi material mungkin adalah hasil wawancara juga
jumlah komputer atau perangkat lunak yang mengemukakan bahwa faktor
tidak mencukupi. Hambatan non-materi tersebut dipengaruhi oleh :
termasuk kurangnya pengetahuan dan 1) Sarana dan prasarana yang
keterampilan TIK pada guru, sulitnya terbatas
mengintegrasikan TIK dalam pengajaran, dan 2) Kurangnya dukungan
waktu guru yang tidak mencukupi. sarpras

Wawancara 2. Kurangnya Keterampilan guru


dalam teknologi, sejalan
Rekan Sejawat : dengan pendapat Pelgrum,
1. Terbatasnya sarana prasarana yang ada (Upitasari, R, 2020) hambatan
disekolah yang berkaitan dengan dua
2. Kemampuan guru dalam penguasaan jenis kondisi: material dan non
tekonologi masih rendah material. Kondisi material
3. Fasilitas yang kurang mendukung dan mungkin adalah jumlah
perekonomian yang belum merata komputer atau perangkat
4. Belum terbiasa dalam penerapan teknologi lunak yang tidak mencukupi.
dalam pembelajaran Hambatan non-materi
termasuk kurangnya
pengetahuan dan
Wakil Kepala Sekolah: keterampilan TIK pada guru,
sulitnya mengintegrasikan TIK
1. Sarana prasarana yang terbatas
dalam pengajaran, dan waktu
2. Jumlah rombel kelas yang terlalu banyak
guru yang tidak mencukupi.
3. Kemampuan guru untuk menggunakan
Serta didukung oleh hasil
pembelajaran berbasis teknologi masih
wawancara dengan rekan
terbatas
sejawat/pakar yang
menyebutkan bahwa Guru
Pakar :
kurang eksplorasi
1. Rendahnya referensi guru senior untuk pengetahuan dan
mendapatkan teknologi baru keterampilan pemanfaatan
2. Guru berada di zona nyaman, guru tidak teknologi dalam pembelajaran
ada usaha untuk mencari pembelajaran dan Kurangnya informasi
berbasis teknologi / inovasi yang terbaru tentang kebermanfaatan
3. Kurangnya dukungan sarpras teknologi dalam pembelajaran.
4. Kurangnya kepercayaan diri guru
5. Kurangnya motivasi dan dukungan 3. Guru kurang percaya diri
Kurangnya informasi tentang kebermanfaatan dalam pengaplikasian
teknologi dalam pembelajaran teknologi pembelajaran karena
tidak menguasai teknologi
tersebut, sejalan dengan
pendapat Lestari (2015)
Hambatan pemanfaatan TIK
untuk kepentingan
pembelajaran juga
dikarenakan kurangnya rasa
percaya diri guru
menggunakan TIK dalam
melaksanakan proses
pembelajaran. Guru takut
gagal mengajar melalui
penggunaan TIK yang saat ini
sangat disarankan. Kurangnya
kompetensi guru yang
dimaksudkan di sini adalah
kurangnya kompetensi guru
dalam mengintegrasikan TIK
ke dalam praktek-praktek
pedagogis.terbatasnya jumlah
guru yang memiliki
pengetahuan dan
keterampilan di bidang
penggunaan komputer dan
internet, serta kurang atau
tidak antusiasnya guru untuk
melakukan perubahan
dengan mengintegrasikan
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran di kelas mereka.
Sejalan dengan pendapat
narasumber dalam wawancara
yaitu, kurangnya kepercayaan
diri guru dan Guru kurang
percaya diri untuk menerapkan
pembelajaran teknologi karena
belum terbiasa dalam
penerapan teknologi.
DATA DOKUMENTASI WAWANCARA
Wawancara dengan Pakar

Wawancara dengan Rekan Sejawat


Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah

Anda mungkin juga menyukai