Anda di halaman 1dari 2

YOUTOUBER CARI MUSUH

Oleh : Budi Dwi Hermawan, S. Pd

Pada 2 tahun terakhir ini kanal youtube menjadi salah satu media yang
digandrungi masyarakat. Selain menawarkan banyak kemudahan, youtube juga
menawarkan banyak pilihan acara yang tidak di sajikan di stasiun TV swasta
ataupun Nasional.
Ramainya penonton youtube disusul menjamurnya conten creator sebagai
bagian dari youtube. Dari kalangan selebritas, musisi, petani, hingga kalangan
masyarakat desa aktif menjadi content creator youtube.
Iming-iming adsense yang didapatkan para content creator youtube,
menjadi pilihan baru dalam mendapatkan penghasilan. Kanal Ucup Klaten yang
viral pada awal tahun 2020 sampai sekarang sudah mampu mengantongi
pendapatan hingga 100 juta lebih perbulannya.
Youtuber menjadi sebuah cita-cita baru dikalangan anak anak muda jaman
sekarang. Seringkali anak-anak jaman sekarang apabila ditanya apa cita-citamu
tidak lagi menjawab sebagai pilot atau dokter. Jawaban mereka sudah berganti
menjadi seorang youtuber.
Banyak yang heran dan tidak menerima logika itu, tetapi tidak sedikit pula
yang meng-iyakan pemikiran anak-anak tersebut. Melihat hasil yang didapatkan
dari youtube, juga mindset kemudahan dalam membuatnya, hanya membuat
video tinggal upload di youtube kemudian bisa menghasilkan uang.
Menjadi seorang youtuber menggeser kedudukan dokter, pilot, ataupun
guru sebagai pilihan cita-cita anak-anak jaman now. Wah, youtuber cari musuh
ini. Berani menggeser klasemen cita-cita favorit idola para orang tua.
Namun, menjadi youtuber atau content creator youtube tak segampang
yang dibayangkan. Apalagi banyak persaingan content yang sama di kanal
youtube yang bisa dipilih oleh penonton.
Persyaratan monetisasi youtube juga kian rumit. Perlu strategi khusus agar
konten yang kita buat lebih menarik daripada konten youtuber lain dengan tema
yang sama.
Ari Kuswanto Content creator dari chanel Ari production, saat
diwawancara beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa modal utama tentu
saja memiliki akun youtube. Boleh mencari reverensi dari karya orang lain tetapi
hanya sebatas tema dan estetika editing.
Setelah itu hindari copyright baik dalam pemilihan lagu sebagai
backsound video, ataupun pemilihan gambar juga video sebagai background
konten yang akan dibuat. Tindakan copyright justru bisa mematikan kanal
Youtube yang baru akan dirintis.
Yang perlu dipelajari sebagai youtuber pemula adalah bagaimana video
yang diupload di kanal youtube itu bisa di monetasi atau diakui oleh youtube agar
bisa mendapatkan penghasilan dari konten yang telah dibuat. Bagaimana
membuat video yang maksimal agar jumlah penonton dan subscriber banyak dan
betah menanti video dari youtuber itu.
Perkembangan jaman pada saat ini sangat membuka kesempatan pada
semua orang untuk meraup rupiah dari akses manapun, khususnya youtube.
Namun perlu dilakukan pendampingan yang ekstra, dan juga penekanan nilai-nilai
moral pada content creator agar konten yang dibuat tidak jauh melenceng dari
usia pembuat konten.
Sungguh miris ketika melihat content creator yang notabennya anak-anak,
membuat konten joget-joget, adegan pacaran, dimana jika konten itu viral banyak
ditonton akan menjadi idola dan kebiasaan baru yang akan diikuti anak-anak yang
lainnya.
Fakta sosial! bahwa orang tua harus melek teknologi saat ini. Harus ikut
menyelam dalam kebiasaan anak setiap hari, karena jika tidak anak-anak akan
hanyut terbawa arus yang sangat deras pada era saat ini.
Youtuber menjadi sebuah cita-cita baru, kenapa tidak?. Memang
menjanjikan. Apakah kita sebagai orang tua akan terus takut dan tetap
menyalahkan perkembangan zaman yang sudah digariskan sang Maha Pencipta.
Jangan batasi kreativitas anak-anak, tetapi menyelamlah bersama mereka. Kawal
kesuksesan mereka agar tidak menyesal akhirnya.
Karena, jejak digital itu kejam dan abadi.
Penulis adalah guru
MTs N 1 Banyumas praktisi media digital

Anda mungkin juga menyukai