Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PKN

Nama : Hadaya Imtiyaza Syarifa Kelas: 8B No absen: 19

1. sejarah kerajaan yang ada di Indonesia,yaitu kerajaan Majapahit,


Tarumanegara dan Sriwijaya..Cari informasi penting meliputi raja
pendirinya,tahun berdiri, raja yg terkenal dan informasi penting dan
menarik lainnya.

KERAJAAN MAJAPAHIT

Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang berpusat di Jawa Timur yang pernah berdiri
dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M oleh Raden Wijaya, tepatnya di daerah Trowulan yang sekarang
menjadi Mojokerto. Berdirinya Kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singosari
yanng runtuh akibat serangan dari bangsa Mongol. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi
kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam
Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap
sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama,
kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, Kepulauan Sulu, Manila
(Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan

Perebutan Kekuasaan

Kisah kerajaan Majapahit dimulai pada akhir abad ke 13 Masehi di Kerajaan Singhasari dengan
Raden Wijaya (pendiri kerajaan Majapahit) dan Jayakatwang (penguasa terakhir Kerajaan
Singhasari). Ayah mertua Raden Wijaya adalah Kertanegara, yang tahtanya dirampas oleh
Jayakatwang. Raden Wijaya, bagaimanapun, diampuni dan diberi Trowulan di Jawa Timur.
Situs ini nantinya akan berfungsi sebagai ibukota Kerajaan Majapahit.

Berdirinya Majapahit

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang
bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa,
termasuk Ranggalawe, Sora dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan
tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya
Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik dan Ra Tati. Semua ini tersebut
disebutkan dalam Pararaton.

Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu


Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat
pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk
melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan
Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan
Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan
oleh putranya, Hayam Wuruk.

Raja-raja Majapahit

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis
oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar
penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan
Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis
suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.

Nama Raja Gelar Tahun


Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 – 1309
Kalagamet Sri Jayanagara 1309 – 1328
Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 – 1350
Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 – 1389
Wikramawardhana 1389 – 1429
Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 – 1447
Kertawijaya Brawijaya I 1447 – 1451
Rajasawardhana Brawijaya II 1451 – 1453
Purwawisesa Brawijaya III 1456 – 1466
atau Girishawardhana
Bhre Pandansalas, Brawijaya IV 1466 – 1468
atau Suraprabhawa
Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 – 1478
Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 – 1498
Patih Udara 1498 – 1518

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para


putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan
kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

 Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja


 Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
 Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
 Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan
Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang
bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat
pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang
disebut Bhattara Saptaprabhu.

Kejayaan Dan Kekuatan Kerajaan Majapahit

Karena posisi strategisnya pada rute perdagangan rempah-rempah, kerajaan Majapahit tumbuh


sangat kaya dengan mengenakan bea / pajak atas barang-barang yang dikirim melalui wilayah
kontrolnya. Masa keemasan kerajaan ini, bagaimanapun, dikatakan terjadi pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk, penguasa keempat kekaisaran. Hayam Wuruk, yang memerintah
dari tahun 1350 sampai 1389, dibantu oleh seorang perdana menteri yang sama tangguhnya,
Gajah Mada.

Selama masa jabatan perdana menteri, Gajah Mada berhasil menambahkan Bali, Jawa dan
Sumatra ke Kerajaan Majapahit. Meski Gajah Mada meninggal sekitar 1364, ekspansi kekaisaran
terus berlanjut. Pada tahun 1365, seluruh kepulauan Melayu, kecuali Sri-Vijaya dan dua
koloninya, ditaklukkan oleh kerajaan Majapahit. Pada tahun 1377, Palembang, ibu kota Sri-
Vijaya, jatuh ke tangan tentara Hayam Wuruk. Kerajaan Singapura, sebuah cabang dari Sri-
Vijaya, juga kemudian ditaklukkan. Meskipun demikian, saingan ini tidak hancur total dan
keturunannya kemudian kembali menimbulkan masalah ke Majapahit.

Melemah Dan Jatuhnya Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit mulai melemah sesaat setelah kematian Hayam Wuruk. Pada awal abad ke-
15 Masehi, sebuah pecahnya perang suksesi yang berlangsung selama empat tahun. Pada saat
yang sama, agama Islam menyebar di wilayah ini dan banyak kerajaan masuk ke dalam iman ini.
Di antaranya adalah meningkatnya Kesultanan Malaka, yang didirikan oleh Raja Singapura
terakhir.

Kerajaan ini tidak dapat bersaing dengan negara-negara tetangganya yang telah memeluk
Islam,dan terus terpecah, akhirnya runtuh di tahun 1478 atau awal abad ke-16 Masehi.
KERAJAAN TARUMANEGARA
Salah satu kerajaan tertua di Pulau Jawa, setelah kerajaan Kutai di Kalimantan adalah Kerajaan
Tarumanegara. Kerajaan ini berdiri pada abad ke 4 hingga abad ke 7. Menurut sumber, Kerajaan
Tarumanegera adalah kerajaan Hindu terbesar di Pulau Jawa.

Kerajaan Tarumanegara didirikan leh Rajadirajaguru Jayasinghawarman pada tahun 358 M. Raja
Jayasinghawarman memimpin pelarian keluarga kerajaan yang berhasil meloloskan diri dari
musuh. Di mana kala itu, kerajaan Salakanagara mengalami serangan secara terus menerus. Pada
masa pengasingannya, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru, yang diberi nama Kerajaan
Tarumanegara.

Kerajaan ini didirikan di tepi sungai Citarum, Kabupaten Lebak, Banten. Nama Tarumanegara
sendiri diambil dari nama tanaman yang tumbuh subur di tepi sungai Citarum bernama tarum.
Tanaman itu dulunya digunakan untuk pewarna benang tenun dan pengawet pakaian. Bukan
hanya itu saja, tanaman ini juga merupakan komoditi ekspor terbesar dan sumber pendapatan
terbesar di Kerajaan Tarumanegara.

Menurut para ahli arkeolog, letak Kerajaan Tarumanegara berada di Jawa Barat di tepi Sungai
Cisadane, yang saat ini merupakan wilayah Banten. Kerajaan Tarumanegara berpusat di
Sundapura, yang saat ini dikenal sebagai Bekasi.

Wilayah kekuasan Kerajaan Tarumanegara hampir meliputi seluruh wilayah Jawa Barat dan
Banten. Bahkan, Kerajaan Tarumanegara juga memiliki pengaruh besar pada kerajaan yang ada
di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
SILSILAH KERAJAAN TARUMANEGARA

Ada beberapa raja – raja Kerajaan Tarumanegara yang pernah memerintah. Berikut ini beberapa
daftar raja Kerajaan Tarumanegara yang terkenal

1. Jayasinghawarman     

Raja pertama Kerajaan Tarumanegara adalah Jayasinghawarman yang memerintah dari tahun
358 – 382 M sekaligus pendiri Kerajaan Tarumanegara. Jayasinghawarman merupakan seorang
maha resi yang berasal dari India, tepatnya adalah Salankayana.

Salakayana mengungsi ke Nusantara karena kerajaannya diserang oleh Kerajaan Magada yang
dipimpin oleh Raja Samudragupta. Saat beliau wafat dimakamkan di tepi sungai Gomati di
Bekasi.

Pada masa kekuasaan Jayasinghawarma, pusat Kerajaan Tarumanegara dipindahkan dari


Rajapura ke Tarumanegera. Rajapura berarti Salankayana atau Kota Perak.

2. Dharmayawarma

Raja selanjutnya adalah Dharmayawarma yang merupakan anak dari Jayasinghawarman. Beliau
naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 382 M – 395 M. Tidak banyak sejarah yang
mencatatkan dari raja kedua Kerajaan Tarumanegara ini. Hanya saja, namanya masuk dalam
Naskah Wangsakerta, yakni naskah yang memuat para raja – raja Kerajaan Tarumanegara.

3. Purnawarman

Purnawarma menjadi raja terkenal di Kerajaan Tarumanegara. Namanya tertulis pada Prasasti di
abad ke lima. Selain itu, namanya juga tercatat dalam Naskah Wangsakerta. Beliau memerintah
dari tahun 395 M hingga 434 M. Pada masa pemerintahannya, ibukota Kerajaan Tarumanegara
dipindahkan menuju Sundapura. Hal inilah yang menjadi asal muasal nama Sunda.

4. Suryawarman

Raja Suryawarman merupakan raja ke tujuh Kerajaan Tarumanegara. Suryawarman berkuasa


selama 26 tahun. Dibandingkan dengan ayahnya Maharaja Candrawarman, kebijakan dari
Suryawarman berbeda. Bila Maharaja Candrawarman kekuasan penuh berada pada raja. Namun,
Suryawarman lebih memfokuskan pemerintahan pada bagian timur kerajaan.

Hal ini yang membuat didirikannya kerajaan di Kendan, daerah sekitar Bandung dan Limbangan
Garut oleh menantunya, Manikmaya. Bahkan, daerah tersebut mengalami perkembangan pesat
dikarenakan adanya Kerajaan Galuh yang didirikan oleh cicit Manikmaya pada tahun 612 M.
5. Linggawarman

Linggawarman merupakan raja terakhir dari Kerajaan Tarumanegara. Linggawarman


memerintah dari tahun 666 M hingga 669 M. Pada masa itu, Raja Linggawarman tidak memiliki
putra sebagai penerus tahta Kerajaan Tarumanegara. Beliau hanya memiliki dua orang puteri,
yang bernama Minarsih putri sulungnya dan Sobakancana.

Putri Minarsih menikah dengan Tarusbawa yang menjadi raja pengganti Linggawarman.
Sedangkan, Socakancana menikah dengan Daputa Hyang Sri yang menjadi pendiri kerajaan
Sriwijaya.

MASA KERUNTUHAN KERAJAAN TARUMEGARA

Pada tahun 670 M, Tarusbawa merubah nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda.
Hal ini yang mneyebabkan cicit Manikmaya, Wretikandayun yang merupakan raja Kerajaan
Galuh memisahkan diri dari Kerajaan Tarumanegara.

Bahkan, pemisahan ini didukung oleh Kerajaan Kalingga. Sebab, pada masa itu pula, putera
mahkota, Sannah menikah dengan Puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga. Hal ini
menyebabkan Kerajaan Tarumanegara terbagi menjadi dua. Di mana Sungai Citarum sebagai
batas kerajaannya.
PENINGGALAN KERAJAAN TARUMANEGARA

Kerajaan Tarumanegara memiliki beberapa peninggalan. Ada 7 prasasti dan beberapa catatan
dari luar negeri yang menceritakan Kerajaan Tarumanegara.
1. Prasasti Ciateureun
Prasasti ini ditemukan di sungai Ciateureun, yakni salah satu muara sungai Cisadane Bogor.
Prasasti ini juga dikenal dengan nama Prasasti Ciampea. Pada prasasti ini terdapat gambar laba –
laba dan telapak kaki Raja Purnawarma. Selain itu, ditemukan juga huruf palawa dan sansekerta.
2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau dikenal dengan nama Prasasti Pasir Koleangkak. Pasalnya, prasasti ini
ditemukan di bukit Koleangkak, perkebunan jambu. Letaknya yakni 30 km sebelah barat dari
kota Bogor. Prasasti ini berisi kebesaran Raja Purnawarman dan gambar telapak kakinya.
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini ditemukan di Bogor, tepatnya Kampung Cibungbulan, Kampung Muara Hilir.
Prasasti ini cukup istimewa, sebab terdapat sepasang telapak kaki gajah. Tapak kaki ini
digambarkan sebagai tapak kaki Raja Purnawarman. Dalam agama hindu, gajah digambarkan
sebagai hewan sakral dan dekat dengan Dewa Wisnu. Konon diibaratkan sebagai Maharaj
Purnawarman.
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti ini ditemukan di Bogor. Dalam prasasti ini terdapat tulisan aksara ikal yang belum bisa
diterjemahkan. Selain itu, ditemukan juga lukisan telapak kaki.
5. Prasasti Pasir Alwi
Ditemukan didaerah sekitar perbukitan Pasir Alwi, Bojong Honje, Sukamakmur, Bogor.
6. Prasasti Cindanghayang
Dalam masyarakat sekitar, prasasti ini dikenal sebagai prasasti Lebak. Prasasti ini ditemukan di
Kampung Lebak. Tepatnya tepi sungai Cindanghian, Kecamatan Manjul, Kabupaten Pandeglang
Banten. Prasasti Lebak ditemukan pada tahun 1947. Dalam prasasti ini berisi puisi dengan huruf
pallawa dan bahasa Sansekerta yang menceritakan kebesaran Raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu
Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegera yang terpanjang. Ditemukan di
Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta. Prasasti ini dipahat pada batu bulat panjang yang
melingkar.

KERAJAAN SRIWIJAYA

Sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya dimulai pada abad ke-7 dimana Dapunta Hyang
mendirikan kerajaan ini. Sejauh ini kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar di nusantara
yang memiliki kekuasaan wilayah yang amat luas. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di
Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat
itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaka.

Sriwijaya berdiri pada abad ke 7 M. Di mana kerajaan ini didirikan di Pelmbang dnegan sumber
sejarah berupa prasasti Kedukan Bukit sebagai saksi bisunya. Kamu belum lahir kan waktu itu.
Nenek penulis juga belum. Hehe.Nama kerajaan ini berasal dari dua kata, yakni “ Sri” dan “
Wijaya “. Dua kata tersebut memiliki makna sendiri-sendiri, diantaranya adalah “ Sri” yang
berarti cahaya dan “ Wijaya “ yang berarti menang.

Dari makna tersebut, kamu pasti bisa langsung memahami arti dari nama kerajaan termasyhur
ini, yaitu “ Sriwijaya”, kemenangan yang berkilauan cahaya. Sama juga artinya dengan harapan
pendirian kerajaan agar menjadi kerajaan yang berjaya. Makna itulah yang kemudian
diwujudkan dengan masa kejayaan dan kemasyhuran Sriwijaya selama satu abad penuh di luar
maupun di dalam negeri.

Lokasi & Peta

Lokasi Kerajaan Sriwijaya ini adalah di Pulau Sumatera, persisnya di Palembang. Letaknya
persisi berbatasan dengan semenanjung Asia, Selat Malaka, dan Selat Sunda. Makanya wilayah
kekuasaan Sriwijaya sampai ke Jawa Barat.

Menurut beberapa sumber sejarah, lokasi Kerajaan Sriwijaya ini berpusat di salah satu candi
peninggalannya, yakni di Candi Muara Takus di Jambi. Selain itu, ada juga sumber sejarah lain
yang menyatakan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya adalh di tepi Sungai Terbesar di
Palembang, yakni Sungai Musi.

Kehidupan di Kerajaan Sriwijaya

kehidupan politik

Diplomas menjadi teknik utama yang dikembangkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Di mana
hubungan ini merupakan hubungan penting yang harus dijalin oleh sebuah negara dengan
menggandeng salah satu negara pilihan. Sriwijaya menggandeng China sebagai partner
diplomasinya.

Hasilnya adalah Kerajaan Sriwijaya memiliki pengaruh yang sangat besar di Asia Tenggara
khususnya. Kerajaan Benggala, Kerjaan Khmer, dan Kerajaan Chola di India pun tak luput dari
pengaruhnya.

kehidupan ekonomi

uang koin emas adalah alat tukar yang dipakai dalam kegiatan perdagangan di Kerajaan
Sriwijaya pada saat itu. Alat tukar ini tidak hanya dipakai oleh rakyat Sriwijaya melainkan juga
semua pendatang yang masuk ke Sriwijaya dan pedagang-pedagang yang melintasi jalur
perdagangan Sriwijyaa.

Perdagangan yang dikembangkan oleh pemerintah Kerajaan Sriwijaya ini memang


menggunakan sistem internasional. Kamu bisa langsung berpikir kalau kehebatan rakyat
indonesia dalam berdagang adalah memang warisan leluhur yang hebat.
kehidupan sosial

Kerajaan Sriwijaya membuka hubungan sosial dengan siapa pun, tanpa membedakan dari dalam
maupun luar negeri. Hingga muncullah pengaruh agama baru di sana, yakni agama Islam.
Padahal udah jadi pusat pengajaran agama Buddha, tapi seiring perkembangan jaman, agama
islam pun berkembang di Sriwijaya.

Sistem Pemerintahan

Sama seperti sistem pemerintahan di sebuah negara, di Kerajaan Sriwijaya pun juga terdapat
struktur pemerintahan yang kuat. Di mana kekuasaan tertinggi dipegang oleh raja. Namun untuk
menjadi raja Sriwijaya, harus memenuhi 3 kualifikasi utama, yakni harus samraj (berdaulat),
indratvam (menyejahterakan rakyat), dan Ekachattra (melindungi rakyat).

Di bawah kekuasaaan raja, ada senapati yang bertugas mengurusi kehidupan militer kerajaan.
Kemudian ada 4 istilah yang kental dalam sistem pemerintahan Sriwijaya, yakni :

1. kadatun, sebuah tempat khusus menyimpan kekayaan kerajaan yang berupa emas. Bisa
disebut juga sebagai gudang emas.
2. Vanua, berupa wilayah-wilayah Sriwijaya. Bahasa kerennya tu kampung-kampung atau desa-
desa sekitar.
3. Samaryyada, merupakan kawasan yang sama seperti vanua namun masuk dalam kategori
pedalamannya.
4. Mandala, merupakan tempat pengawasan. Di sinilah semua kegiatan pemerintahan Sriwijaya
dikontrol dan diawasi.

Agama

Karena Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan Buddha terbesar di Indonesia, maka jelas
agama yang dianut oleh rakyatnya adalah Agama Buddha. Bahkan Kerajaan Sriwijaya ini juga
dikenal sebagai pusat ajaran Buddha Mahayana dan Hinayana. Tak ayal jika pada saat itu banyak
pendatang dari negara Manca yang datang.

Mereka datang untuk memperdalam ajaran Agama Buddha. I-tsing adalah salah satunya. Pendeta
asal Tiongkok ini datang ke Sriwijaya usai perjalanan studinya di India pada tahun 671-695.
Selain itu, ada juga seorang sarjana Tibet bernama Atisha yang juga menimba ilmu agama
Buddha di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 11.

Kedua pendatang tersebut hanya sebagian kecil saja yang berguru ajaran Buddha di Sriwijaya.
Masih banyak lagi yang lainnya, namun tidak jelas tertulis dalam sumber sejarahnya. Sejak saat
itu, Sriwijaya dikenal sebagai rumah para pendeta Buddha dunia.

Silsilah Raja raja


Dalam silsilah raja dari Kerajaan Sriwijaya, ada urutan yang dianut, yakni mulai dari putra
mahkota yang disebut dengan istilah Yuvaraja, putra mahkota kedua atau Pratiyuvaraja, dan
pewaris selanjutnya yang disebut dengan Rajakumara.

Berikut adalah nama raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya :

1. Daputra Hyang Ini adalah nama raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Sriwijaya. Pada
masa pemerintahannya, Sriwijaya sudah menunjukkan masa-masa keemasan, yakni dengan
berhasil memperluas wilayahnya dari Palembang sampai ke Jambi. Kepemimpinan dari
Daputra Hyang ini bukan hanya sekedar berbasis kekuasaan saja, melainkan memiliki visi
dan misi yang kuat, yakni ingin mewujudkan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan penguasa
maritim dunia, dalam hal perdagangan.

2. Dharmasetu Visi untuk menjadi Kerajaan Maritim diteruskan oleh raja yang kedua ini.
terbukti dengan bertambahnya wilayah kekuasaan baru dari Sriwijaya, yakni Semenanjung
Malaya. Semenanjung yang bukan sembarang semenanjung, karena tempat ini adalah tempat
inti pertemuan dengan para pedagang kaya dari luar negeri. Akhirnya, raja Dharmasetu
membangun sebuah pangkalan laut di wilayah Smeenanjung Malaya, tepatnya di Ligor.
Makanya ada peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang bernama prasasti Ligor.

3. Balaputera Dewa ini dia raja Sriwijaya yang paling dikenal, karena pada masa
pemerintahan beliau, Kerajaan Sriwijaya berhasil menjadi pusat ajaran Buddha se-asia
Tenggara. Bahkan bukan hanya itu saja, perdagangan pun meluas, sehingga kehidupan
ekonomi semakin meningkat. Raja ini memerintah pada abad ke -9, saat masa kejayaan
Kerajaan Sriwijaya berlangsung. Topik dunia memperbincangkan tentang Sriwijaya. Kamu
bisa bayangkan bagaimana bangganya rakyat Sriwijaya.

4. Sri Sudamaniwarmadewa Masa kejayaan yang paling bersinar berada di saat kekuasaan
raja Balaputera Dewa. Semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang angin bertiup.
Inilah yang kemudian dirasaka oleh Kerajaan Sriwijaya. saat kekuasaan digantikan oleh Sri
Sudamaniwarmadewa yang ternyata harus mendapatkan ujian dengan mendapatkan
serangan dari raja Dharmawangsa. Alhamdulillah Sriwijaya bisa bertahan dan mampu
mengalahkan pasukan penyerang dari Jawa Timur tersebut.

5. Sanggrama Wijayattunggawarma Saat-saat dibawah kepemimpinan raja yang satu ini,


Kerajaan Sriwijaya mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan. Di mana Kerajaan Chola
dari India yang merupakan salah satu kerajaan yang bekerja sama dengan Sriwijaya malah
menyerang Sriwijaya. Bagaikan hujan di musim kemarau. Kekuatan pasukan raja Rajendra
Chola mampu mengalahkan Sriwijaya hingga raja Sanggrama disekap. Sriwijaya semakin
meredup keemasannya.

Kelima raja Sriwijaya tersebut belums emuanya disebutkna, karena setelah raja Sanggrama,
masih ada Raja Kulotungga yang memimpin Sriwijaya setelah berhasil membebaskan
Sanggrama. Namun sumbers ejarah tidak begitu jelas menceritakannya.
Masa kejayaan

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya ini berlangsung hingga abad ke 10. Hanya berlangsung satu
abad saja memang, tapi udah 100 tahun lho hitungannya. Hebat kan. Kamu bisa bayangkan
kekayaan kerajaan saat itu. Pundi-pundi uang terus dikumpulkan dari hasil berniaga lewat jalur
laut. Rakyatnya dibimbing untuk menjadi saudagar sukses. Bahkan nggak cuma itu saja, pihak
kerajaan juga mendapatkan pemasukan dari persewaan jasa dermaga dan juga dari bea cukai
pedagang asing yang masuk ke wilayah kerajaan.

Penyebab runtuhnya

Di akhir masa kejayaan Sriwijaya, ada serangan besar dari Kerajaan Cholamandala. Mereka
mampu menaklukkan Sriwijaya dengan menguasai bandar-banda perdagangan Sriwijaya dan
semua asetnya. Raja Rajendra Chola sangat cerdik. Ilmu dagangnya tinggi juga sehingga mampu
melumpuhkan perekonomian Sriwijaya. Peperangan terus digencarkan, sehingga Sriwijaya
semakin terpuruk. Kekuatan militer semakin memburuk dan perekonomian pun sangat
memprihatinkan. Abad ke 13 M adalah masa di mana Kerajaan Sriwijaya hanya tinggal nama.

Prasasti Peninggalan :

1. Prasasti Kota Kapur


eninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan pada bulan ke dua belas di tahun 1892 di
Pulau Bangka bagian Barat. Sama seperti ciri prasasti pada umumnya, prasasti ini juga
menggunakan huruf Pallawa, namun bahasanya bukan Sansekerta melainkan sudah
menggunakan Bahasa Melayu Kuno.

J.K. Van der Muelen adalah orang yang pertama kali menemukan prasasti Kota Kapur ini.
menurutnya, isi dari prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini adalah tentang sebuah kutukan
atau hukum alam yang akan didapatkan oleh rakyat yang tidak tunduk dengan rajanya.

2. Prasasti Kedukan Bukit


Batu tulis atau prasasti ini ditemukan langsung oleh Batenburg, seorang Belanda,pada tahun
1920 Masehi. Ciri-cirinya sama persis dengan Prasasti Kota Kapur, yakni menggunakan Bahasa
Melayu Kuno dan Huruf Pallawa.

Isinya adalah tentang perjalann suci yang dilakukan oleh seorang abdi kerajaan bernama Dapunta
Hyang. Dia melakukan perjalanan dengan naik perahu serta diikuti oleh 2000 pasukan.

3. Prasasti Telaga Batu


Prasasti ini bisa kamu jumpai di Museum nasional Indonesia bersama dengan prasasti Kedukan
Bukit. Tujuannya adalah untuk melestarikan peninggalan sejarah penting dari peradaban
kerajaan-kerajaan besar Indonesia, utamanya Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti yang ditemukan di Palembang ini menceritakan tentang karma atau kutukan yang pasti
akan didapatkan oleh rakyat Sriwijaya yang memiliki niat jahat atau sering melakukan kejahatan.
4. Prasasti Talang Tuwo
Tanggal 17 November tahun 1920 menjadi waktu saksi akana ditemukannya sebuah peninggalan
berharga Kerajaan Sriwijaya, yakni prasasti Talang Tuwo. Louis Constant Westenenk adalah
orang yang menemukan benda bersejarah ini di sekitar Bukit Seguntang, Palembang.

Beda dengan prasasti lainnya, Talang Tuwo ini menjadi sumber sejarah akan kepercayaan yang
dianut oleh rakyat Sriwijaya, yakni agama Buddha Mahayana. Jelas sudah kalau Kerajaan
Sriwijaya memang menjadi pusat pengajaran agama Buddha dalam negeri maupun luar negeri.

5. Prasasti Ligor
Di mana dijelaskan bahwa raja Kerajaan Sriwijaya adalah rajanya raja-raja kerajaan dunia. Salah
satunya adalah yang dijelaskan pada salah satu sisi prasasti, yakni tentang Raja yang berhasil
mendirikan Trisamaya Caitya

Ada dua sisi yang ada pada prasasti ini. sisi yang kedua menceritakan tentang penyematan gelar
Visnu Sesawarimadawimathana kepada raja Kerajaan Sriwijaya karena beliau merupakan
keturunan Dinasti Syailendra.

6. Prasasti Palas Pasemah


Nama peninggalan sejarah yang satu ini sama seperti daerah asal penemuan prasasti ini, yakni di
Provinsi Lampung Selatan, tepatnya di kawasan rawa-rawa Desa Palas Pasemah. Terdapat lebih
dari 10 baris kalimat yang tertulis dalam prasasti ini.

Dimana isinya adalah tentang kutukan,sama dengan isi prasasti-prasasti yang lainnya.
Berdasarkan isinya tersebut, terjawab juga tahun pembuatan prasasti, yakni pada abad ke 7 M.

7. Prasasti Karang Birahi


Kerajaan Sriwijaya memang luar biasa. Peninggalan sejarahnya tersebar di seluruh antero
Sumatera. Setelah ditemukan di Lampung, prasasti Sriwijaya juga ada yang ditemukan di Jambi,
yakni prasasti Karang Birahi.

prasasti ini juga menjadi saksi bisu akan ketatnya pemerintahan di masa Kerajaan Sriwijaya,
karena isinya juga tentang kutukan atau sanksi yang akan didapatkan rakyat yang tidak tunduk
dengan raja.
2. Cari informasi tentang Nusantara,Nusantara itu apa? daerahnya
mana saja, apakah Indonesia dan Nusantara itu sama..

Nusantara merupakan sebuah istilah yang dapat digunakan yakni sebagai menggambarkan dari
kepulauan yang membentang dari wilayah Sumatera ke Papua, yang saat ini sebagian besar ialah
Indonesia. Kata ini termasuk pertama kali disebutkan dalam sebuah literatur Jawa Tengah (abad
ke 12 sampai 16). Sebagai menggambarkan adanya sebuah negara yang telah mengadopsi
konsep Majapahit. Setelah dilupakan, dalam istilah ini dihidupkan kembali dengan Ki Hajar
Dewantara dalam awal abad ke-20 sebagai nama yang alternatif bagi penerus wilayah Hindia
Belanda, sebuah negara yang telah merdeka dan belum masuk. Karena adanya sebuah
perkembangan dalam bidang politik, istilah ini kemudian dapat digunakan yakni sebagai
menunjuk unit dalam pulau geografis-antropologis yaitu antara benua Australia dan benua Asia
termasuk Semenanjung Melayu, akan tetapi biasanya tidak termasuk di wilayah Filipina.

Sebelum Masehi, Nusantara merupakan sebutan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia
untuk menggambarkan wilayah kepulauan yang terbentang dari ujung Sumatera hingga Papua.
Asal usul nusantara pertama kali tercetus dalam literatur berbahasa Jawa, kurang lebih di abad
ke-12 hingga abad ke-16 untuk memberi gambaran kenegaraan yang dianut oleh Kerajaan
Majapahit.Konsep Nusantara ini pernah terlupakan selama beratus tahun lamanya. Namun istilah
ini kembali digaungkan di abad 20 oleh Ki Hajar Dewantara yang saat itu, mengemukakan nama
Nusantara sebagai alternatif nama dari negara Indonesia ketika merdeka menggantikan nama
Hindia Belanda. Meski tidak menjadi nama negara, kata Nusantara tetap dipakai sebagai sinonim
atau nama lain dari kepulauan Indonesia. Pengertian ini masih dipakai sampai sekarang.

Daerah Nusantara adalah wilayah kepulauan yang membentang dari wilayah Sumatera ke
Papua dimana pada saat sekarang sebagian besar memang termasuk wilayah negara Indonesia.
Apakah Indonesia dan Nusantara itu sama

Konon sebutan negara kita memiliki beberapa nama, namun pada umumnya bangsa Indonesia
hanya mengenal nama “Nusantara” saja. Padahal awalnya bangsa ini bernama“Dirgantara”
kemudian menjadi “Swargantara” lalu menjadi “Dwipantara” setelah itu menjadi “Nusantara”
dan kini disebut “Indonesia”. Tanpa diketahui secara pasti mengenai tahun dalam setiap periode,
kecuali dibagi berdasarkan fase perkembangan zaman sejak ribuan tahun yang lalu seperti
gambaran dan arti nama-nama berikut ini:
1. Zaman Dirganta-Ra yang dimaknai wilayah api kehidupan yang bercahaya di mana Kujang
sebagai simbol Batara Durga atau api yang memberi kehidupan.
2. Zaman Swarganta-Ra dimaknai wilayah kehidupan mandiri yang bercahaya atau sebagai
simbol Matahari (Sang Hyang Manon).
3. Zaman Dwipanta-Ra atau kehidupan negeri Cahyana kembar/merah-putih sebagai simbol
ajaran cahaya (merah/api/matahari) atau Salaka Domas. Zaman ini sebagai simbol negara air
(maritim) atau Salaka Nagara, di mana lahirnya konsep cahaya kembar (Dwi) Naga dan Ra
dengan simbol merah dan putih.

Maka itu sebabnya pula dalam cerita Prabhu Air Langga (tahun 1000 Masehi) disimbolkan
mengendarai Garuda Wisnu yang menunggang seekor burung yang sedang berdiri atau bertumpu
di atas naga/ular) yang mensiratkan era Banjaran Nagara.
Zaman Nusantara atau gerak/kehidupan manusia cahaya yang menggambarkan lahirnya Panji
Cahaya (Bende-Ra) sebagai lambang negara (bendara merah-putih).
Pada zaman Nusantara sesungguhnya dinilai sebagai awal dari peradaban dunia, di mana suku-
suku bangsa Indonesia-Nusantara adalah orang-orang sakti.
Misalnya dalam ilustrasi kesaktian itu dibuktikan melalui kemampuan bangsa ketika itu yang
dapat mendirikan Candi Prambanan dalam semalam, atau pembangunan Candi Borobudur tanpa
menyiksa budak, termasuk dalam sejumlah pembangunan piramid-piramid di berbagai penjuru
negeri.Sedangkan pada zaman Indonesia, dimaknai sebagai konsep negara Re-Publik, dimana
dalam perkembangannya sejumlah kerajaan diruntuhkan dan direbut atau dirampok oleh rakyat
(Ra-Hayat).Tentu dari cerita tersebut, membutuhkan penelusuran sejarah mengenai kebenaran
perkembangan istilah Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai