Anda di halaman 1dari 24

LK 1.

3 PENENTUAN PENYEBAB MASALAH

NAMA : YESI ARINTA


NPM : 229003495018
BIDANG STUDI : KIMIA PPG DALJAB KATEGORI 1 PERIODE 2

N
Akar penyebab
o Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah
.
1 Kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan Model pembelajaran Berdasarkan hasil analisis dan diskusi, ditentukan
pembelajaran. yang digunakan guru bahwa akar penyebab masalah (root couse) / key
kurang inovatif sehingga factor dari kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan
HASIL KAJIAN LITERATUR belum bisa pembelajaran adalah Model pembelajaran yang
1. Sinar (2018) dalam bukunya yang berjudul Metode menumbuhkan keaktifan digunakan guru kurang inovatif.
Active Learning - Upaya Peningkatan Keaktifan siswa
dan Hasil Belajar Siswa menyebutkan bahwa Strategi pemilihan metode dan model pembelajaran
rendahnya keaktifan mengikuti pelajaran di kelas, sangatlah penting dalam penerapan proses belajar.
banyak disebabkan berbagai faktor antara lain, kondisi Dengan model pembelajaran inovatif, proses belajar
kelas yang kurang mendukung, metode pembelajaran mengajar akan lebih mudah dan menarik. Selain itu,
kurang menarik, media pembelajaran kurang sesuai model pembelajaran juga memiliki peran untuk
dengan materi yang diberikan, dan masih banyak mengatur kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
faktor lain yang menjadikan buruknya proses belajaran berlangsung. Penerapan model/ metode pembelajaran
di kelas, sehingga siswa dalam belajar kurang nyaman. yang digunakan oleh guru seharusnya dapat
Selain faktor tersebut, juga ada faktor dari siswa membangun antusias siswa sehingga siswa lebih
seperti halnya kesiapan belajar masih rendah, kurang semangat dan aktif didalam mengikuti setiap proses
memahami tujuan belajar. Selain itu masih banyak pembelajaran.
faktor lain seperti waktu belajar dilakukan pada jam-
jam siang hari, sehingga ketika belajar Pendidikan Oleh karena itu, guru perlu merancang desain
Agama Islam, siswa sudah lelah, dan ngantuk di pembelajaran dengan metode dan model pembelajaran
kelas. yang inovatif untuk menumbuhkan keaktifan siswa.

Sinar. (2018). Metode Active Learning - Upaya Peningkatan


Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Penerbit Deepublish, Diakses
6 September 2022 dari https://books.google.co.id/books?
id=C0BVDwAAQBAJ

2. Hotmaria Siagian (2020) menyatakan bahwa


“rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam-Kimia mengakibatkan sikap ingin
tahu dan rasa solidaritas antar siswa dalam belajar
menjadi kurang, serta proses pembelajaran yang
monoton yaitu dengan menggunakan metode ceramah,
membuat siswa kurang tertarik terhadap pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Kimia.”

Siagian, Hotmaria. 2020. Pengembangan Kegiatan


Belajar Ilmu Pengetahuan Alam – Kimia Melalui
Metode Pengajaran ‘Pq4r’ Sebagai Upaya
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Padasiswa
Studi Kasus Kelas XI Di SMA Negeri 1 Sibolga. Jurnal
Teknologi Pendidikan, 13(2).

3. M. Alwi (2021), Ada beberapa faktor yang menjadi


penyebab rendahnya hasil belajar, yaitu faktor yang
berasal dari diri individu yang sedang belajar dan
faktor yang berasal dari luar individu. Faktor yang
terdapat di dalam diri individu seperti pemalu dan
suka bekerja sendiri dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan siswa tidak berpartisipasi dalam
sebuah kelompok belajar sehingga pembelajaran
menjadi tidak efektif. Siswa yang tidak aktif
berpartisipasi juga menyulitkan guru untuk
memberikan nilai sikap yaitu keterampilan sosial siswa
(Aisyah, dkk, 2017).

Alwi, M. 2021. Upaya Peningkatan Aktivitas Dan


Hasil Belajar Kimia Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Siswa Sman 9 Kota Jambi Tahun
Pelajararan 2018/2019. Learning : Jurnal Inovasi
Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 1(2)

4. I Putu Gede Anom (2021) dalam jurnalnya


menyatakan bahwa Rendahnya hasil belajar Siswa
disebabkan guru kurang menerapkan metode dan
model pembelajaran yang inovatif dalam
pembelajaran. Kondisi tersebut juga disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: a) cara pengajaran guru masih
konvensional, guru masih mendominasi pembelajaran
sehingga siswa lebih banyak menunggu. Banyak siswa
yang merasa bosan jika guru menggunakan metode
ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa
kurang menyerap pembelajaran. Permasalahan ini
berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah

Anom, I Putu Gede. 2021 Upaya Meningkatkan Hasil


Belajar Kimia melalui Model Pembelajaran Inquiri
pada Materi Metode Ilmiah.
Journal of Education Action Research, 5(1), diakses
dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEAR/index

HASIL WAWANCARA
1. Pengawas
 Siswa bosan dengan cara mengajar guru yang
monoton dari hari ke hari sehingga siswa kurang
bersemangat mengikuti pelajaran.
2. Kepala Madrasah
 Siswa kurang fokus dengan pembelajaran di kelas
karena padatnya kegiatan di Pondok Pesantren.

3. Pakar
 Guru tidak memiliki jiwa Entertain sehingga tidak
bisa memberi Intermezo ditengah kejenuhan
kelas.
4. Guru (Waka. Kurikulum)
 Guru tidak melakukan persiapan sebelum
mengajar, baik perangkat pembelajaran maupun
materi ajar
 Guru tidak memberi umpan balik terhadap LKPD
yang diberikan
 Faktor dari dalam diri siswa sendiri yang kurang
bersemangat dalam bersekolah
5. Teman Sejawat (Guru Kimia)
 Siswa kurang bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran.
 Siswa menganggap kimia pelajaran abstrak yang
sulit dipahami
N
Akar penyebab
o Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah
.
2 Sulitnya siswa dalam memahami materi kimia sehingga Metode mengajar dan Berdasarkan hasil analisis dan diskusi, ditentukan
kurang mampu dalam menyelesaikan Media yang digunakan bahwa akar penyebab masalah (root couse) / key
soal tes tulis guru tidak sesuai dengan factor dari masalah sulitnya siswa dalam memahami
karakteristik materi, materi kimia sehingga kurang mampu dalam
HASIL KAJIAN LITERATUR sehingga siswa sulit menyelesaikan
berfikir konkrit terhadap soal tes tulis adalah Metode mengajar dan Media yang
1. Fena Prayunisa, Ermila Mahariyanti (2022), materi yang bersifat digunakan guru.
Faktor-faktor penyebab kesulitan siswa dalam abstrak.
memahami materi untuk kesulitan belajar kimia siswa Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang
ada beberapa kendala yang terlihat pada proses sangat penting adalah metode mengajar dan media
pembelajaran yaitu : pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
(a) Aspek Sosial Adapun pada aspek sosial Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
merupakan keadaan sekitar siswa, baik lingkungan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai,
keluarga, lingkungan kelas, maupun lingkungan meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
sekolah. lingkungan ini sedikit banyak diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
mempengaruhi keberhasilan belajar pada siswa. pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan
Lingkungan sosial yang kondusif akan berefek dikuasai siswa setelah pengajaran berlangsung, dan
positif terhadap kegiatan belajar demikian konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
sebaliknya. Lingkungan sosial yang kurang Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu
kondusif salah satunya akan mempengaruhi fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat
konsentrasi dan perhatian siswa dalam belajar. bantu mengajar agar siswa mudah memahami materi
Biasanya anak akan mengikuti tingkah laku teman pembelajaran.
sejawatnya dalam proses pembelajaran, jika Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan metode dan
temanya bermalas-malasan maka siswa yang lain media yang tepat agar siswa dapat lebih mudah
akan mengikuti temanya yang lain. memahami materi.
(b) Metode Pembelajaran , Metode belajar
merupakan cara siswa dalam memahami suatu
konsep mata pelajaran. Metode belajar setiap anak
pada dasarnya tidaklah sama. Siswa akan merasa
tertarik belajar jika yang mereka pelajari berkaitan
dengan kehidupan sekitarnya. Jika sudah tertarik
dengan pelajaran tersebut maka mereka akan
antusisa dalam mengikuti pembelajaran dan
berusaha memahami pelajaran tersebut. Itu
sebabnya presentase ketidak pahaman siswa pada
kelas yang menggunakan metode CTL lebih
rendah dibanding dengan metode biasa.
(c)Guru , Guru merupakan indikator tertinggi yang
mempengaruhi kesulitan belajar sebab peran
seorang guru sangat mempengaruhi siswa dalam
belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar
kepada siswa. Sebagai seorang guru kita harus
lebih jeli dalam memahami sekitar dan memilih
metode yang tepat sesuai dengan materi yang di
ajarkan (Ristiyani E, 2016)

Prayunisa, Fena dan Ermila Mahariyanti. 2022.


Analisa Kesulitan Siswa Sma Kelas X Dalam
Pembelajaran Kimia Pada Pendekatan Contextual
Teaching And Learning Berbasis Two Tier Multiple
Choice Instrument, Jurnal Ilmiah Global Education,
(3/1) diakses dari
ejournal.nusantaraglobal.ac.id/index.php/jige

(d) Karnira (2020) dalam Skripsinya yang berjudul


Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Pembelajaran Kimia Di SMA Negeri 4 Banda Aceh
menyatakan bahwa dari hasil penelitiannya diperoleh
bahwa faktor yang mempengarhi proses pembelajaran
kimia adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu
sendiri, yang terdiri dari kesiapan siswa ketika
mengikuti pembelajaran kimia, minat siswa terhadap
pembelajaran kimia, motivasi dan keseriusan siswa
dalam mengikuti pembelajaran dan intelegensi /
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran kimia.
Sedangkan faktor yang berasal dari guru, sarana dan
prasarana serta lingkungan belajar siswa merupakan
faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
kimia.

Karnira. 2020. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi


Proses Pembelajaran Kimia Di SMA Negeri 4 Banda
Aceh. (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh,
2020) diakses dari
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/17581/1/Kar
nira

(e) Anggi Priliyanti, I. W. Muderawan, S. Maryam


(2021) dalam jurnal penelitiannya menyebutkan
bahwa faktor internal penyebab kesulitan belajar
meliputi pemahaman terhadap materi kimia,
kemampuan matematika rendah, dan kurangnya
motivasi belajar kimia. Faktor eksternal penyebab
kesulitan belajar meliputi metode mengajar yang
diterapkan guru, pengaruh negatif teman sebaya,
keadaan dan waktu pembelajaran yang kurang
kondusif.

Priliyanti, Anggi dan I. W. Muderawan, S. Maryam.


2021. Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam
Mempelajari Kimia Kelas XI, Jurnal Pendidikan
Kimia Undiksha, (5/1) diakses dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPK

HASIL WAWANCARA
1. Penyawas
 Guru tidak menggunakan media pembelajaran
yang sesuai dengan materi.
 Guru kurang memahami karakter balajar siswa
dan cenderung lebih mengingat siswa yang paling
pintar dan paling tidak bisa, sehingga siswa yang
dilevel tengah kurang diperhatikan.
2. Kepala Madrasah
 Siswa tidak memanfaatkan waktu belajar dengan
sebaik-baiknya.
3. Pakar
 Pemilihan metode, model dan media
pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi ajar
sehingga siswa tidak bisa berfikir konkrit dari
materi yang bersifat abstrak.
 Minimnya sumber literatur siswa
4. Guru (Waka. Kurikulum)
 Siswa hanya mengandalkan penjelasan guru dan
buku yang dimiliki tanpa berupaya untuk bertanya
kembali kepada guru, teman maupun kakak kelas
terkait materi yang belum dipahami.
5. Teman Sejawat (Guru Kimia)
 Siswa tidak mempelajari kembali materi yang
sudah diajarkan, sehingga ketika pertemuan
selanjutnya, lupa terhadap materi yang sudah
diajarkan

N
Akar penyebab
o Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah
.
3 Kurangnya koordinasi antara guru dengan orang tua Dalam mendesain Berdasarkan hasil analisis dan diskusi, ditentukan
dalam hal permasalahan yang dialami siswa. pembelajaran, guru tidak bahwa akar penyebab masalah (root couse) / key
melibatkan partisipasi factor dari masalah kurangnya koordinasi antara guru
HASIL KAJIAN LITERATUR orang tua. dengan orang tua dalam hal permasalahan yang
dialami siswa adalah dalam mendesain pembelajaran,
1. Wardatul Asfiyah dan Lailul Ilham (2019), Latar guru tidak melibatkan partisipasi orang tua.
belakang orangtua yang beragam, dengan aktivitas dan
kesibukan yang juga berbeda-beda, latar ekonomi Dalam rangka mewujudkan sinergi antara sekolah,
yang tidak sama, dan sebagainya, menyebabkan keluarga dan siswa, hal yang paling utama dilakukan
adanya perbedaan cara mendidik dan tingkat adalah saling membangun komunikasi demi
perhatian yang diberikan kepada anak. Hubungan tercapainya tujuan pendidikan. Bentuk komunikasi
harmonis yang terjalin dalam keluarga, penuh antara sekolah dan keluarga adalah dengan melibatkan
perhatian dan kasih sayang dari orangtua, dapat orang tua sebagai pendamping, sumber belajar dan
memberikan rasa nyaman bagi anak dalam menjalani motivator siswa.
proses perkembangannya. Sehingga komunikasi
yang baik antara anak dan orangtua sangat Salah satu persiapan pelibatan orang tua/ wali murid
dibutuhkan untuk menciptakan kenyamanan anak sebagai pendamping, sumber belajar dan motivator
ketika bersama keluarga dan mendukung proses yaitu dengan mengadakan kegiatan penyamaan
perkembangan yang stabil dan ideal persepsi (brainstroming) tentang peran orang tua/ wali
murid sebagai pendamping, sumber belajar dan
Asfiyah, Wardatul Dan Lailul Ilham. 2019. Urgensi motivator salah satunya dengan melakukan home visit
Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Hadist Dan maupun rapat pertemuan walimurid. Hasil dari
Psikologi Perkembangan, HISBAH: Jurnal Bimbingan penyamaan persepsi (brainstroming) adalah
Konseling Dan Dakwah Islam, (16/1) Diakses Dari kesepakatan bersama antara pihak sekolah dengan
Https://Ejournal.Uin-Suka orang tua/wali murid tentang pembagian peran.
Suka.Ac.Id/Dakwah/Hisbah/Article/View/161-
01/1150 Oleh karena itu, guru perlu menyamakan persepsi
bersama walimurid agar tujuan pembelajaran lebih
2. Tio Gusti Satria ( Mei 2021), Lemahnya perhatian mudah tercapai.
dari orang tua terhadap siswa mampu memicu
timbulnya hal yang negatif terhadap siswa.

Satria, Tio Gusti. 2021. Hubungan Perhatian Dari


Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah
Dasar, Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik
Pendidikan, (30/1) diakses dari
http://journal2.um.ac.id/index.php/sd/

3. Muhammad Tazwini (2018) dalam skripsinya


menyatakan bahwa komunikasi guru dan siswa justru
hanya terjadi satu arah, karena guru terkadang hanya
menggunakan satu metode saja yaitu metode ceramah
saja. Jadi guru dari awal hingga akhir hanya
menjelaskan materi saja tidak memperdulikan murid
itu sedang apa di kelas, mendengarkan atau sedang
duduk kah ditanya juga tidak. Misalkan ada yang tidak
memperhatikan atau tiduran tidak ada teguran dari
guru itu berarti hanya terjadi komunikasi satu arah
saja. Nah itu mungkin terjadi karena metode yang
digunakan guru itu tadi.”
Muhamad Tazwini. 2018. Hambatan Komunikasi
Antara Siswa Dan Guru Di Lingkungan Sekolah.
(Skripsi, Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam
(Kpi) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri (Uin)
Sultan Maulana Hasanuddin “Banten”2020) diakses
dari
http://repository.uinbanten.ac.id/2893/1/BURNING
%20SKRPSI.pdf

HASIL WAWANCARA
1. Pengawas
 Guru dan orang tua kurang sadar akan posisi
masing-masing. Guru beranggapan bahwa
tugasnya hanya mengajar, orangtua beranggapan
bahwa pendidikan sekolah sepenuhnya tanggung
jawab guru. Padahal, guru dan orangtua adalah
sama-sama orangtua bagi siswa yang harus
berkomunikasi dengan baik sehingga dalam
waktu 24 jam anak tidak kehilangan kontrol.
 Karakter siswa pondok yang cenderung pendiam
dan Tawaddu’, sedikit banyak juga berimbas pada
kurangnya interaksi antara guru dan siswa karena
adanya rasa segan.
2. Kepala Madrasah
 Kurangnya koordinasi antara guru di madarsah
dengan pengurus di pondok pesantren terkait
permasalahan yang dialami siswa karena bagi
santri pondok yang 24 jam bermukim di ponpes,
peran orangtua tidak terlalu mendominasi.
3. Pakar
 Orangtua belum memahami arti pendidikan
 Guru tidak mengetahui latarbelakang pendidikan
dan pekerjaan orangtua
 Program di madrasah tidak diketahui oleh
orangtua
4. Guru (Waka. Kurikulum)
 Orangtua, siswa dan guru kurang bersinergi
dengan baik.
 Ketika sambang santri pondok, orangtua lebih
membiarkan siswa asyik bermain HP daripada
quality time.
5. Teman Sejawat (Guru Kimia)
 Orangtua kurang kooperatif terhadap upaya guru
untuk menyampaikan permasalahan maupun
perkembangan yang dialami siswa

N
Akar penyebab
o Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah
.
4 Kurangnya kompetensi guru terhadap Kurangnya inisiatif Berdasarkan hasil analisis dan diskusi, ditentukan
karakteristik model-model pembelajaran inovatif guru untuk update bahwa akar penyebab masalah (root couse) / key
pengetahuan factor dari masalah kurangnya kompetensi guru
HASIL KAJIAN LITERATUR tentang model terhadap
pembelajaran karakteristik model-model pembelajaran
1. Belajar dan terus belajar adalah menjadi suatu kewajiban inovatif secara inovatif adalah Kurangnya inisiatif guru untuk
bagi seorang guru. Belajar untuk pengembangan diri mandiri ditengah update pengetahuan tentang model pembelajaran
dalam meningkatkan kualitas yang ada pada dirinya. Jika mudahnya akses inovatif secara mandiri ditengah mudahnya akses
seoarnag guru tidak mau belajar maka akan ada belajar seperti
kesempatan baginya untuk bisa menjadi guru idaman internet (Youtube) belajar seperti internet (Youtube).
terlebih menjadi guru kreatif. Karena jika guru tidak mau sehingga tidak
belajar maka akan sangat sulit baginya untuk maju. menerapkan model Guru dituntut untuk cerdas dalam beradaptasi
Dengan belajar dan terus belajar, sang guru akan pembelajaran dengan lingkungan sekolah, kreatif serta inovatif
bertambah wawasannya sehingga akan muncul banyak inovatif di kelas. dalam mengimplentasikan pembelajaran.
ide kreatif yang bisa dikembangkan dalam bentuk
pembelajaran yang berkualitas. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan inisiatif
2. Utiya Azizah,Suyono, Bertha Yonata (2017), Para sangat penting dimiliki oleh setiap guru dalam
guru mengalami kesulitan memilih kegiatan yang mendukung tugas profesionalismenya.. Inisiatif
dapat menunjang proses pembelajaran berbasis model dapat diartikan suatu kemampuan untuk memulai
pembelajaran inovatif karena sibuk dengan pekerjaan atau tindakan tanpa disuruh atau
aktivitas rutin dalam mengajar serta kegiatan diperintah orang lain, dan tindakan tersebut
administratif lain. mempunyai makna positif, baik untuk pelakunya
maupun untuk orang lain.
Azizah, Utiya, Suyono, Bertha Yonata. 2017.
Peningkatan Kompetensi Guru Kimia Melalui Oleh karena itu, guru perlu memiliki kemampuan
Pelatihan Model-Model Pembelajaran Inovatif Di inisiatif dalam mendesain pembelajaran dengan
Banyuwangi, Journal For Community Engagement, model-model pembelajaran yang inovatif agar bisa
(2/2) Diakses dari menarik minat belajar siswa sehingga siswa bisa
journal.unesa.ac.id/index.php/abdi/article/view/871 aktif dalam pembelajaran.

3. Baharuddin (2019) dalam penelitian tindakan kelas


yang dilakukannya menyebutkan bahwa bila ditelusuri
lebih lanjut, faktor yang menyebabkan guru belum
mampu melaksanakan model pembelajaran dengan
tepat karena kemampuan menyusun model
pembelajaran belum optimal, bahkan ada yang tidak
membuat sama sekali. Penyusunan model
pembelajaran sangat penting, karena perencanaan yang
baik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Baharuddin. 2021. Meningkatkan Kompetensi Guru
Dalam Memilih Model Pembelajaran Melalui
Kegiatan Suvervisi Akademik Di Sekolah Dasar
Negeri 004 Dusun Tua Kecamatan Kelayang
Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Pendidikan Dan
Pengajaran, (3/1), Diakses Dari
https://pajar.ejournal.unri.ac.id/index.php/PJR/article/v
iew/6803

4. Edi Suarman (2021) menyatakan bahwa kendala yang


muncul dalam bimbingan kelompok dalam upaya
peningkatan penguasaan analisis SWOT oleh guru
adalah kurangnya waktu implementasi model
pembelajaran yang ditetapkan guru sehingga
pengukuran mutunya menjadi kurang optimal dan
terdapatnya guru yang memiliki motivasi rendah
sehingga menghambat jalannya proses supervisi.

Suarman, Edi. 2021. Peningkatan Kompetensi Guru


Dalam Menentukan Model Pembelajaran Bermutu
Dengan Penguasaan Analisis Swot Melalui Bimbingan
Kelompok Di Sd Negeri 01 Talang Tahun Pelajaran
2019/2020. Jurnal Pendidikan Tambusai Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pahlawan, (5/3), diakses dari
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/2610

HASIL WAWANCARA
1. Pengawas
 Dalam hal mutu guru : Kurangnya inisiatif guru
untuk meningkatkan kompetensinya sendiri
ditengah mudahnya akses belajar seperti
internet (Youtube)
2. Kepala Madrasah
 Minimnya usaha guru untuk update
pengetahuan
3. Pakar
 Madrasah kurang memfasilitasi guru untuk
mengikuti workshop.
 Guru yang mengikuti workshop seputar
pembelajaran tidak melakukan diseminasi
kepada guru yang lain
4. Guru (Waka. Kurikulum)
 Kurangnya motivasi guru untuk berkembang
atau update, terlihat dari tidak aktifnya di
kegiatan MGMP
5. Teman Sejawat (Guru Kimia)
 Kurangnya sharing informasi atau saling
memberi masukan antar sesama guru dalam
menyiapkan pembelajaran.
 Model pembelajaran yang inovatif cenderung
menyita banyak waktu sedangkan tuntutan
materi ajar cukup banyak.

N
Akar penyebab
o Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah
.
5 Siswa kurang mampu Guru belum Berdasarkan hasil analisis dan diskusi, ditentukan
melaksanakan proses bahwa akar penyebab masalah (root couse) / key
menyelesaikan soal HOTS pembelajaran berbasis factor dari siswa kurang mampu
HOTS menyelesaikan soal HOTS adalah karena guru belum
HASIL KAJIAN LITERATUR melaksanakan proses pembelajaran berbasis HOTS

1. Betzy Ayu Omega Rampean,Eli Rohaeti, Widya Soal HOTS akan lebih mudah dikerjakan. Apabila para
Prasasti Utami (2021) dalam jurnalnya yang siswa mendapatkan sistem atau metode pembelajaran
berjudul Teacher Difficulties fordevelop Higher HOTS juga.
Order Thinking Skills Assessment Instrument
onreaction Rate menyebutkan bahwa Hasil penelitian Dalam metode pembelajaran HOTS siswa memiliki
menunjukkan bahwa hanya 40% guru di sekolah setidaknya 6 tuntutan dalam belajar. Sementara pada
telah melakukan pengukuran kemampuan berpikir LOTS hanya dua yakni mengingat dan memahami.
tingkat tinggi dikarenakan kurangnya pemahaman Sementara di HOTS wajib mengingat, memahami,
guru mengenai kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan
waktu pembuatan soal yang lama dan jumlah mengkreasikan pembelajaran.
peserta didik yang banyak, sehingga perlu diadakan Metode pembelajaran HOTS memang sekilas akan
pengembang instrumen penilaian HOTS pada lebih sulit untuk dijalani karena ada kebutuhan untuk
materi laju reaksi. berpikir kritis, mengevaluasi, dan mengkreasikan
pembelajaran. Namun, dengan metode pembelajaran
Rampean, Betzy Ayu Omega,Eli Rohaeti, Widya yang tepat, setiap pelajar memiliki kebebasan untuk
Prasasti Utami. (2021). Teacher Difficulties for memahami dan mengimplementasikan setiap ilmu
Develop Higher Order Thinking Skills Assessment yang didapatkan.
Instrument on Reaction Rate. Jurnal Pendidikan Kimia
Oleh karena itu, guru perlu merancang strategi
Indonesia, (6/1), Diakses Dari
pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPK/article/vi
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka
ew/40898/21994
konstruksi sendiri, bukan hanya mendengar, mencatat,
tetapi aktif dalam proses berpikir.
2. Dina Cindiana Hairida, Maria Ulfah dalam
Deskripsi Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal
Hots Materi Hukum Dasar Kimia Sma Negeri
Pontianak (2020), Guru di sekolah kebanyakan
memberikan soal-soal kognitif tingkat rendah, maka
dari itu siswa kurang terlatih untuk menyelesaikan soa-
lsoal yang dapat mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa. Selain itu, soal-soal ulangan yang
dirancang dan disusun oleh guru cenderung lebih
banyak menguji aspek berpikir tingkat rendah saja.
Saat diberikan soal-soal dengan tingkatan kognitif
tingkat tinggi, siswa kesulitan menjawab dikarenakan
kurang memahami materi yang diberikan dan
kurangnya latihan soal yang sifatnya menuntut
analisis, evaluasi dan kreativitas yang tinggi, maka
digunakanlah karakteristik soal Higher Order Thinking
Skills (HOTS).

Cindiana, Dina, Hairida, Maria Ulfah. 2020. Dalam


Deskripsi Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal
Hots Materi Hukum Dasar Kimia Sma Negeri
Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Khatulistiwa, (9/3), Diakses Dari
Https://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php/Jpdpb/Article/Vi
ew/40291/0

3. Aja Nur Fadhli dalam Skripsi (2021), Ketika guru


melakukan tes hasil belajar pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit, soal yang digunakan
belum menuliskan Kata Kerja Operasional (KKO)
sesuai dengan level kognitif soal HOTS itu sendiri dan
juga tidak menggunakan stimulus yang mampu
memicu siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Oleh sebab
itu guru belum dapat mengukur sejauh mana
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal kimia
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal kimia
berbasis HOTS pada materi lautan elektrolit dan
nonelektrolit masih tergolong rendah disebabkan
karena siswa kurang menguasai konsep secara
keseluruhan serta kurangnya kemampuan siswa dalam
berpikir tingkat tinggi. Akibatnya siswa kurang
memahami soal dengan baik dan kurang mampu
mengidentifikasi masalah yang terdapat pada soal,
sehingga siswa kesulitan dalam menyelesaikan
masalah tersebut.

Fadhli, Aja Nur. 2021. Analisis Kemampuan Siswa


Dalam Menyelesaikan Soal Kimia Berbasis Higher
Order Thinking Skill (Hots) Di Sma Negeri 2 Kuala
Nagan Raya (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda
Aceh, 2020) Diakses Dari
Https://Repository.Araniry.Ac.Id/Id/Eprint/17388/1/
Aja%20nur%20fadhli%2c%20160208056%2c%20ftk
%2c%20pkm%2c%20082277821508.Pdf

4. Emy Susriani (2021), Keterampilan berpikir tingkat


tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh
empat kondisi. (a) Sebuah situasi belajar tertentu yang
memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik dan
tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya. (b)
Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai
kemampuan yang tidak dapat diubah, melainkan
kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang terdiri dari lingkungan belajar,
strategi dan kesadaran dalam belajar. (c) Pemahaman
pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier,
hirarki atau spiral menuju pemahaman pandangan
ke multidimensi dan interaktif. (d) Keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti
penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah,
dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Susriani, Emy. 2021. Upaya Peningkatan Higher


Order Thinking Skill Siswa Melalui Model
Pembelajaran Discovery Learning Pada Mata
Pelajaran Kimia Kelas Xi.Mia.3 Di Sman 2 Kerinci
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.
Learning : Jurnal Inovasi Penelitian Pendidikan Dan
Pembelajaran, (1/2), Diakses Dari
Https://Jurnalp4i.Com/Index.Php/Learning/Article/Vie
w/590

HASIL WAWANCARA
1. Pengawas
 Proses pembelajaran yang tidak HOTS.
Pembelajaran HOTS bukan berarti membuat
sulit materi pembelajaran, melainkan
pembelajaran yang melatih daya analisa siswa,
misal melalui pertanyaan berbasis analisa
dengan jawaban yang meluas.
2. Kepala Madrasah
 Sintak Pembelajaran tidak berbasis HOTS
3. Pakar
 Guru tidak melatih siswa secara bertahap dengan
menyelesaikan soal tingkat kesulitan rendah
hingga HOTS
 Guru tidak menggunakan angka sederhana
dalam penyajian soal sehingga ketika siswa bisa
memahami maksud soal, mereka terkendala
dalam hitungan angka.

4. Guru (Waka. Kurikulum)


 Kurangnya literatur guru untuk memberi latihan
berbasis HOTS
5. Teman Sejawat (Guru Kimia)
 Siswa tidak memiliki kemampuan dasar untuk
berpikir kritis dan menganalisa

N
Akar penyebab
o Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah
.
6 Guru dan siswa masih belum optimal dalam Guru merasa lebih Berdasarkan hasil analisis dan diskusi, ditentukan
pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dan inovasi simple dan hemat bahwa akar penyebab masalah (root couse) / key
dalam pembelajaran. waktu dengan factor dari Guru dan Siswa masih belum optimal
menggunakan media dalam pemanfaatan teknologi informasi (TIK)
HASIL KAJIAN LITERATUR pembelajaran yang dan inovasi dalam pembelajaran adalah Guru
bersifat manual merasa lebih simple dan hemat waktu dengan
1. Evy Nurvitasari dan Henie Poerwandar seperti memanfaatkan menggunakan media pembelajaran yang bersifat
Asmaningrum (2018), Kendala yang dihadapi oleh alam sekitar sebagai manual seperti memanfaatkan alam sekitar sebagai
guru kimia hubungannya dengan pemanfaatan TIK media praktikum. media praktikum.
dalam proses pembelajaran adalah masih
terbatasnya fasilitas perangkat TIK seperti komputer Dalam konteks dunia pendidikan penggunaan media
dan LCD , Jangkauan jaringan internet yang sebagai alat bantu dalam pembelajaran sangat
belum merata di seluruh sekolah menjadi salah satu penting, dengan menggunakan alat bantu atau media
faktor yang menghambat pemanfaatan TIK dalam pembelajaran tentu akan dapat memudahkan guru
proses pembelajaran. Kurangnya pengetahuan dan dalam mengajar dan mempercepat daya serap dan
keterampilan guru dan siswa hubungannya dengan daya ingat terhadap materi pelajaran yang disuguhkan
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran juga menjadikan guru.
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran
menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu guru dapat menggunakan pilihan dari
beberapa media dan teknologi pembelajaran yang ada
Nurvitasari, Evy Dan Henie Poerwandar diantaranya dalam bentuk media Audio, media Visual
Asmaningrum. 2018. Pemanfaatan Teknologi atau penggabungan keduanya yaitu Audio Visual,
Informasi Dan Komunikasi Oleh Guru Dalam media cetak, lingkungan sekitar dan media yang
Pembelajaran Kimia Sma Di Distrik Merauke. Jurnal bersifat Teknologi Impformasi dan Komunikasi (TIK)
Magistra, (5/1). Diakses dari seperti multimedia. Karena sesuai dengan
https://ejournal.unmus.ac.id/index.php/magistra/article pengertiannya media pembelajaran adalah segala
/view/722 sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang
pemikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa
2. Ponty Mira Santika (2022) dalam hasil penelitiannya sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
menunjukkan bahwa persepsi guru kimia SMAN di pada diri siswa.
Kabupaten Tangerang terhadap pendidikan STEM
sudah positif. Guru sudah mengetahui bagaimana
pendidikan STEM jika diterapkan dalam pembelajaran
kimia, namun masih belum bisa melaksanakannya
karena terkendala fasilitas sekolah yang kurang
memadai dan kurangnya pelatihan untuk guru tentang
pendidikan STEM itu sendiri.

Santika, Ponty Mira. 2022. Persepsi Guru Kimia


SMAN di Kabupaten Tangerang terhadap Pendidikan
STEM (Science, Technology, Engineering, and
Mathematic). ( Skripsi, Program Studi Pendidikan
Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2022), diakses dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/12345678
9/61937

3. Dwiprima Elvanny Myori1 , Krismadinata1 ,


Rahmat Hidayat1 , Fivia Eliza1 , Radinal Fadli,
Adanya laboratorium komputer, fasilitas hotspot, dan
LCD tersebut diadakan sebagai salah satu sarana
pembelajaran dan juga sebagai media pembelajaran
guru. Akan tetapi, fasilitas yang sudah tersedia
tersebut belum diikuti dengan tersedianya media
pembelajaran interaktif dan bahan pembelajaran yang
berbasis computer untuk setiap mata pelajaran di
sekolah. Selain itu, guru-guru yang ada juga belum
memanfaatkan fasilitas TIK yang ada di sekolah untuk
media pembelajaran secara optimal, karena belum
memiliki kompetensi untuk mengembangkan bahan
pembelajaran berbasis TIK.

Dwiprima Elvanny Myori1, Krismadinata1 , Rahmat


Hidayat, Fivia Eliza, Radinal Fadli. 2019.
Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Penguasaan
Teknologi Informasi Dan Komunikasi Melalui
Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Android. Jtev (Jurnal Teknik Elektro Dan
Vokasional), (5/2). Diakses Dari
Http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Php/Jtev/Article/Vie
w/106832

HASIL WAWANCARA
1. Pengawas
 Guru tidak mengajarkan anak sesuai dengan
jamannya
 Guru tidak memiliki inisiatif sendiri untuk update
teknologi, sedangkan siswa selama masa pandemic
mulai mengasah diri dalam dunia digital.
2. Kepala Madrasah
 Siswa lebih memilih cara instan dalam
menyelesaikan soal, yaitu dengan
bertanya/menyontoh jawaban teman daripada akses
internet.
 Guru kurang memanfaatkan dan kurang
mengarahkan siswa dalam penggunaan TI dan
inovasi

3. Pakar
 Guru tidak bisa dan malas mengoperasikan media
LMS gratis yang ada seperti Googleclassroom,
Noodle, Schoology dls
 Guru yang mahir TI tidak berbagi ilmu dan
potensinya kepada guru lain
4. Guru (Waka. Kurikulum)
 Guru malas menggunakan sarana TI yang sudah
disediakan madrasah dengan alasan Ribet.
 Guru kurang melek Teknologi
5. Teman Sejawat (Guru Kimia)
 Guru merasa lebih simple dengan menggunakan
media pembelajaran yang bersifat manual
(memanfaatkan alam sekitar, praktikum)
 Siswa cenderung mengantuk saat menyimak
video berdurasi panjang

Anda mungkin juga menyukai