No Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
1 Motivasi belajar peserta didik rendah pada KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
mata pelajaran kimia dilihat dari Kurangnya JURNAL ILMIAH literatur dan wawancara, penyebab rendahnya
persiapan peserta didik dalam mengikuti Dina Rustiningsih.UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA motivasi belajar kimia siswa adalah :
pembelajaran . Peserta didik tidak semangat PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT 1. Pembelaran yang diberikan oleh guru
dan tidak aktif mengikuti pembelajaran MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP kurang menarik dan bermakna.
banyak yang diam saat ditanya Kembali INVESTIGATION.Universitas Lambung Mangkurat.2021. 2. Guru tidak mengaitkan materi kimia
tentang materi yang sudah dipelajari atau https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/quantum/article/download/9405/pdf dengan kehidupan sehari – hari sehingga
yang akan dipelajari yang akhirnya hasil 1. Faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar anak beranggapan kimia hanya sebatas
belajar siswa rendah. peserta didik terhadap bidang study kimia adalah : hitungan yang sulit.
Peserta didik kurang senang dengan metode yang diterapkan guru 3. Metode yang selama ini diterapkan tidak
selama ini. Peserta didik menginginkan perubahan sehingga memotivasi mereka untuk lebih aktif
mereka merasa tertarik untuk mengikuti Pelajaran. dikelas.
Kurang puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. 4. Peserta didik menyatakan bahwa
Metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka Pelajaran kimia termasuk Pelajaran yang
untuk lebih aktif dikelas. sulit.
Peserta didik menyatakan bahwa Pelajaran kimia termasuk 5. motivasi yang masih rendah pada mata
Pelajaran yang sulit. pelajaran kimia disebabkan oleh
penerapan strategi pembelajaran guru
JURNAL ILMIAH
yang kurang menarik dan kurang
Ika Budi Yuliastini,dkk.Efektifitas POGIL Berkonteks SSI Terhadap
Motivasi Belajar Kimia Pada Siswa SMK. Pendidikan Kimia FMIPA melibatkan peran siswa.
Universitas Negeri Malang. 6. Faktor lain yang juga menyebabkan
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/
downloadSuppFile/9928/1243 rendahnya motivasi belajar kimia adalah
proses pembelajaran kimia selama ini
2. Penyebab rendahnya motivasi diantaranya adalah bahwa pada
umumnya pembelajaran kimia hanya ditekankan pada yang cenderung berpusat pada guru
penguasaan konsep tanpa menunjukkan hubungan antar konsep (teacher centered), yaitu guru lebih
yang dipelajari dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
(Holbrook, 2005). sering menggunakan model pembelajaran
3. Minimnya informasi tentang relevansi kimia dalam kehidupan ekspositori (ceramah) dimana dalam
sehari-hari termasuk hubungannya dengan mata pelajaran
produktif juga menjadi masalah bagi siswa dalam mempelajari proses pembelajarannya kurang
kimia, sehingga mengakibatkan rendahnya minat dan motivasi melibatkan peran siswa, dan guru masih
siswa untuk belajar kimia (Aikenhead, 2003; Price & Hill, 2004).
4. motivasi yang masih rendah pada mata pelajaran kimia mendominasi proses pembelajaran.
disebabkan oleh penerapan strategi pembelajaran guru yang
kurang menarik dan kurang melibatkan peran siswa.
(Koulougliotis & Salta, 2012).
5. Tuan et al. (2005) mengemukakan bahwa ada enam faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar seperti yang tertuang dalam
kuesioner SMTSL sebagai indikator motivasi, yaitu:
i. Self-efficacy (kepercayaan diri) adalah rasa percaya diri siswa
pada kemampuan mereka sendiri untuk melakukan tugas-tugas
belajar dengan baik.
ii. Students’ active learning strategies (strategi pembelajaran
aktif) maksudnya siswa mengambil peran aktif dalam
menggunakan berbagai teknik dan strategi untuk membangun
pengetahuan baru berdasarkan pemahaman mereka
sebelumnya.
iii. Science learning value (nilai pembelajaran sains) adalah
membiarkan siswa memperoleh kompetensi pemecahan
masalah, mengalami aktivitas penyelidikan, merangsang
pemikiran mereka sendiri dan menemukan relevansi ilmu yang
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Jika mereka dapat
merasakan nilai-nilai penting dari sesuatu yang dipelajarinya
maka mereka akan termotivasi untuk belajar ilmu pengetahuan
lebih lanjut.
iv. Performance goal (tujuan kinerja) merupakan tujuan siswa
dalam pembelajaran sains termasuk bersaing dengan siswa
lain untuk mendapatkan perhatian dari guru.
v. Achievement goal (tujuan berprestasi), dalam hal ini siswa
merasa puas karena mereka dapat meningkatkan kompetensi
dan prestasi mereka selama belajar.
vi. Learning Environment Stimulation (stimulasi lingkungan
belajar), meliputi lingkungan di kelas, lingkungan sekitar
siswa, seperti kurikulum dan interaksi antara siswa-guru dan
siswa-siswa serta motivasi dalam belajar ilmu pengetahuan.
WAWANCARA :
PAKAR KIMIA
Nama : Dr. Jamalum Purba,M.Si (Dosen Kimia UNIMED)
Unit Kerja : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/1HTJKcLpM9GD6FHft-
8PNHOpk8oMWYdc1/view?usp=drive_link
Rendahnya motivasi belajar siswa dalam Pelajaran kimia karena :
- Pembelaran yang diberikan oleh guru kurang menarik dan bermakna.
- Guru tidak mengaitkan materi kimia dengan kehidupan sehari – hari
sehingga anak beranggapan kimia hanya sebatas hitungan yang sulit.
1. Nama Guru : Deni Tarigan, S.Pd (Kepala Sekolah & Ketua MGMP
KIMIA)
Unit Kerja : SMA NEGERI 1 BERASTAGI
Faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar
peserta didik terhadap bidang study kimia adalah :
a. Karena siswa kurang menyukai mata Pelajaran kimia.
b. Kurangnya Teknik guru dalam mengajar kimia
c. Materi yang disampaikan pada peserta didik tidak disertakan
dengan praktik.
2 Pemahaman guru tentang pembelajaran KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
inovatif masih kurang. Guru masih belum JURNAL ILMIAH literatur dan wawancara, penyebab Pemahaman
memahami setiap karakteristik dari model – Ade koesnandar. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN guru tentang pembelajaran inovatif masih kurang
model pembelajaran yang inovatif dimana INOVATIF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI adalah :
guru selalu menggunakan model (TIK) SESUAI KURIKULUM 2013. Pengembang Teknologi Pembelajaran 1. Kurangnya pelatihan dan pembimbingan
pembelajaran secara kovensional sehingga Madya - Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, untuk guru.
membuat peserta didik bosan dan jenuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2019. 2. Kurangnya dukungan sarana dan
belajar kimia. https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkwangsan/article/ prasarana disekolah.
download/121/pdf 3. Guru tidak mau keluar dari zona nyaman.
1. Faktor – faktor yang menyebabkan pemahaman guru tentang 4. Kurangnya pemahaman guru terhadap
pembelajaran inovatif masih rendah adalah : jenis – jenis pembelajaran yang inovatif.
Kurangnya dukungan sarana dan prasarana. 5. Lemahnya pemahan guru terhadap
Kurangnya contoh – contoh pembelajaran inovatif yang sesuai konsep model pembelajran inovatif.
dengan kondisi masing – masing daerah.
Kurangnya pelatihan dan pembimbingan untuk guru.
Lemahnya pemahan guru terhadap konsep model pembelajran
inovatif.
JURNAL ILMIAH
Nyayu Khodijah.PROFESIONALISME GURU DALAM PENERAPAN
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF PADA RINTISAN
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL. Fakultas Tarbiyah-IAIN Raden
Fatah.2012.
https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/
article/download/27/27
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru dalam
Penerapan Model-model Pembelajaran Inovatif :
Rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diikuti guru.
Rendahnya komitmen dan motivasi sebagian guru.
WAWANCARA :
PAKAR KIMIA
Nama : Dr. Jamalum Purba,M.Si (Dosen Kimia UNIMED)
Unit Kerja : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/1HTJKcLpM9GD6FHft-
8PNHOpk8oMWYdc1/view?usp=drive_link
Pemahaman guru tentang pembelajaran inovatif masih kurang karena ada 2
faktor yaitu guru belum memahami pembelajaran inovatif dan belum
mengetahui/ mengenal jenis - jenis pembelajaran inovatif.
Saran atau rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut:
a. Guru harus memahami dulu pembelajaran inovatif.
b. Guru harus mengetahui jenis / model pembelajaran yang bersifat
inovatif.
JURNAL ILMIAH
Helda Viniasari, dkk. IMPLEMENTASI PENILIAN HIGHER ORDER
THINKING SKILLS (HOTS) DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA
NEGERI 1 MAGELANG.Universitas Sebelas Maret.2022.
https://jurnal.uns.ac.id/JPKim/article/view/58710
5. Kendala dalam menerapkan HOTS yakni kadang siswa hanya
melihat praktisnya saja, penanaman konsep yang kurang sehingga
biasanya jika soal dibuat sulit sedikit siswa sudah bingung, literasi
membaca siswa juga kurang seharusnya banyak membaca sehingga
bisa mengaitkan antar konsep. Rata – rata siswa hanya menghafal
cara praktis saja dan belum menanamkan konsep, sosialisasi dan
pelatihan tentang HOTS kepada guru juga kurang sekali, kurang
banyak mencoba membuat soal HOTS, literasi siswa dan guru belum
maksimal, guru kurang semangat dalam membuat soal HOTS karena
pengaruh siswa yang kurang antusias dalam mengerjakan soal
HOTS.
WAWANCARA
GURU/ TEMAN SEJAWAT
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/176dEGttYpkHk88XNKaV7sF-
vbmjQ8xs8/view?usp=drive_link
https://drive.google.com/drive/folders/
1vjCaZ9yZbZxjRP7QTWPrpTRZtVuYrLDX?usp=drive_link
JURNAL ILMIAH
Sumiati Side, dkk. Penerapan Metode Diskusi Berkelanjutan pada Mata
Pelajaran Kimia untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI IPA6 SMA Negeri 11 Makassar.Universitas Negeri Makassar.2013
https://ojs.unm.ac.id/chemica/article/download/792/127
1. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi poses pembelajaran
antara lain:
Faktor kecerdasan. Tingkat kecerdasan manusia tidak sama, ada
yang tinggi dan ada yang sedang dan ada yang kurang (rendah).
Faktor belajar adalah semua segi kegiatan pembelajaran, misalkan
kurang dapat memusatkan perhatian pada pelajaran yang sedang
dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar sehingga tidak dapat memahami
pelajaran,
Faktor sikap. Sikap dapat menentukan apakah seseorang dapat
belajar dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, tahu atau tidak
tahu, senang mempelajari pelajaran yang dihadapinya dan masih
banyak yang lainnya,
Faktor fisik adalah yang ada kaitannya dengan kesehatan, dan
keadaan fisik seseorang, dan tentunya badan yang tidak sehat
membuat konsentrasi belajar terganggu, sehingga menghambat
kegiatan belajar mengajar,
Faktor emosi dan sosial. Faktor sosial seperti rasa senang dan
tidak senang dan faktor sosialnya seperti persaingan dan kerja
sama yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar,
Faktor lingkungan adalah keadaan dan suasana tempat seseorang
belajar,
Faktor pengajar. Keperibadian pengajar, hubungan dengan peserta
didik, dan lain- lain. (Joni Raka, 1988).
WAWANCARA
GURU/ TEMAN SEJAWAT
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/176dEGttYpkHk88XNKaV7sF-
vbmjQ8xs8/view?usp=drive_link
https://drive.google.com/drive/folders/
1vjCaZ9yZbZxjRP7QTWPrpTRZtVuYrLDX?usp=drive_link
5 Guru masih belum mengoptimalkan KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam JURNAL ILMIAH literatur dan wawancara, penyebab guru masih
pembelajaran kimia sehingga motivasi belajar Sri Lestari.FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI belum mengoptomalkan TIK dalam
peserta didik lemah. PEMANFAATAN TIK OLEH GURU.Balai Pengembangan Media Televisi pembelajaran adalah :
Pendidikan.2015. 1. Pemahaman guru tentang TIK rendah
https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkwangsan/article/ 2. Sarana dan prasarana sekolah kurang
view/29/28 memadai.
1. Kendala pemanfaatan TIK oleh guru adalah: tidak adanya akses, 3. Tidak adanya kegiatan pelatihan-
tidak adaanya sarana TIK, pembelajaran tidak mengintegrasikan TIK, pelatihan bagi guru untuk meningkatkan
guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak adanya kemampuan guru dalam bidang TIK.
kemauan guru untuk memanfaatkan TIK. 4. Guru masih belum paham dan belum
2. Beberapa kemungkinan argumentasi guru berdasarkan hasil punya keterampilan tentang penggunaan
identifikasi Sudirman Siahaan adalah bahwa: (1) mengajar dengan TIK dalam pembelajaran kimia.
menggunakan buku teks saja menurut guru, para peserta didiknya 5. Pemilihan media/ Teknologi mengajar
sudah memperlihatkan prestasi belajar yang memadai dan bahkan belum sesuai atau sejalan dengan materi
membanggakan; (2) mencari sumber-sumber belajar lainnya sehingga siswa sulit memahami materi
termasuk melalui pemanfaatan TIK (di luar buku teks yang sudah yang disampaikan kepada Guru.
ditetapkan) menurut guru tentulah menyita waktu dan biaya; (3)
keengganan guru untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar
termasuk pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran jika tidak
ada konsekuensi logis yang dapat mereka rasakan atau peroleh
(Siahaan, 2008).
3. Sebagian guru tampaknya belum terbiasa menggunakan komputer, di
samping persepsi atau pemahaman dan sikap positif guru terhadap
TIK yang relatif belum memadai dan merata.
4. Hambatan pemanfaatan TIK untuk kepentingan pembelajaran juga
dikarenakan kurangnya rasa percaya diri guru menggunakan TIK
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru takut gagal
mengajar melalui penggunaan TIK yang saat ini sangat disarankan.
Kurangnya kompetensi guru yang dimaksudkan di sini adalah
kurangnya kompetensi guru dalam mengintegrasikan TIK ke dalam
praktek-praktek pedagogis. Terbatasnya jumlah guru yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan di bidang penggunaan komputer dan
internet, serta kurang atau tidak antusiasnya guru untuk melakukan
perubahan dengan mengintegrasikan pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran di kelas mereka.
JURNAL ILMIAH
Rauhul Jannah. ANALISIS KESIAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) PADA PEMBELAJARAN KIMIA SISWA. Universitas
Mataram.2022.
https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/CEP/article/download/
2693/2448/13266
5. Kendala kesiapan pemanfaatan TIK berasal dari keterbatasan yang
dimiliki sekolah, yaitu kendala dapat berasal dari media TIK, media
berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang masih kurang,
misalnya jumlah LCD proyektor yang terbatas dan belum memiliki
fasilitas jaringan internet yang memadai. Kendala pemanfaatan TIK
juga tidak hanya berasal dari keterbatasan infrastruktur akan tetapi
pengaruh kesiapan sumber daya manusia juga memiliki andil dalam
terintegrasinya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
proses pembelajaran. (Sinaga dkk, 2020).
6. Beberapa kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan TIK dalam
proses pembelajaran adalah salah satunya ketidaksiapan sumber daya
manusia. Ketidaksiapan ini dikarenakan pola kebiasaan pembelajaran
yang belum menganggap penting peranan TIK dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, cendrung merasa puas dengan yang
disampaikan oleh pengajar dan malas untuk mencari kembali
informasi tambahan yang ada di internet walaupun sarana dan
prasarana serta infrastruktur sudah mendukung dalam penerapan
TIK. (Sawitri, dkk, 2019).
WAWANCARA
PAKAR KIMIA
Nama : Dr. Jamalum Purba,M.Si (Dosen Kimia UNIMED)
Unit Kerja : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/1HTJKcLpM9GD6FHft-
8PNHOpk8oMWYdc1/view?usp=drive_link
Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK)
dalam pembelajaran kimia adalah :
- Guru masih belum paham dan belum punya keterampilan tentang
penggunaan TIK dalam pembelajaran kimia.
- Pemilihan media/ Teknologi mengajar belum sesuai atau sejalan
dengan materi sehingga siswa sulit memahami materi yang
disampaikan kepada Guru.
1. Nama guru : Deni Tarigan, S.Pd ( Kepala Sekolah & Ketua MGMP)
Unit kerja : SMA Negeri 1 Berastagi
Tidak adanya akses disekolah, tidak adanya sarana TIK,
pembelajaran tidak mengintegrasikan TIK, guru tidak memiliki
pengetahuan tentang TIK, dan tidak adanya kemauan guru untuk
memanfaatkan TIK.
6 Beberapa peserta didik kurang aktif dalam KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
berdiskusi dan hanya mengandalkan JURNAL ILMIAH literatur dan wawancara, penyebab peserta didik
temannya yang memiliki kemampuan lebih Rizky Novita Putri,dkk. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL kurang aktif dalam berskusi adalah :
baik atau lebih aktif. BELAJAR KIMIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 1. Siswa Tidak paham materi yang sedang
TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) SISWA KELAS XI IPA 5 SMA didiskusikan.
NEGERI 9 PALEMBANG. Universitas Sriwija.2017. 2. Siswa tidak mendapatkan kesempatan
https://core.ac.uk/download/pdf/267822904.pdf menyampaikan informasi yang di
1. faktor – faktor siswa tidak aktif dakam berdikusi : dapatkan kepada kelompok.
3. Guru kurang memberikan apresiasi
Siswa belum memahami pertanyaan dalam LKPD. kepada peserta didik.
siswa tidak memahami materi kimia. 4. Kurang percaya diri peserta didik.
Siswa tidak mendapatkan kesempatan menyampaikan informasi yang
di dapatkan kepada kelompok.
WAWANCARA
GURU/ TEMAN SEJAWAT
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/176dEGttYpkHk88XNKaV7sF-
vbmjQ8xs8/view?usp=drive_link
https://drive.google.com/drive/folders/
1vjCaZ9yZbZxjRP7QTWPrpTRZtVuYrLDX?usp=drive_link
7 Peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
perhitungan kimia, sulit menganalisis grafik, JURNAL ILMIAH literatur dan wawancara, penyebab peserta didik
tabel dan gambar. (NUMERASI) Andhiena Miftamumtaza Noorarnie,dkk. ANALISIS KESALAHAN SISWA kesulitan menyelesaikan perhitungan kimia
DALAM MENGERJAKAN SOAL STOIKIOMETRI MELALUI LANGKAH adalah :
POLYA. Universitas Negeri Semarang.2019. 1. Kemampuan matematika dasar peserta
didik masih lemah .
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/article/download/18147/9329
2. Kurangnya pemahaman konsep yang
4. Materi stoikiometri merupakan materi yang membutuhkan
digunakan dalam perhitungan
pemahaman konsep lebih, apabila siswa kurang memahami konsep
3. Dasar materi yang diberikan guru sangat
mereka akan kesulitan dalam mempelajari materi. Pemahaman yang
minim sehingga tidak paham apa yang
tidak memadahi tentang konsep mol juga sebagai salah satu
harus dikerjakan
penyebab kesulitan mereka dalam stoikiometri (Shadreck dan
4. Motivasi siswa yang sangat kurang
Enunuwe, 2017).
dalam belajar kimia.
5. Stoikiometri sebagai topik abstrak dan sulit untuk diajarkan sehingga
5. Gaya belajar yang kurang tepat.
pengajaran perhitungan stoikiometri merupakan sebagai tantangan.
6. Kurangnya berlatih dalam menyelesaikan
(Boujaoude dan Barakat,2000) soal – soal.
6. Rata-rata siswa tersebut masih dibawah standar ketuntasan belajar
dikarenakan sebagian besar siswa masih sulit dalam memahami
konsep-konsep pada materi stoikiometri. Dengan kesulitan siswa
dalam memahami konsep materi mengakibatkan kesulitan siswa
dalam mengerjakan soal- soal ulangan yang diberikan sehingga
menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menjawab soal.
Akan tetapi guru belum pernah menganalisis lebih lanjut mengenai
kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam
mengerjakan soal. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya
analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan permasalahan kimia.
7. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
empat jenis kesalahan yaitu kesalahan konsep, kesalahan
menggunakan data, kesalahan teknis, dan kesalahan penarikan
kesimpulan.
JURNAL ILMIAH
Arie Purwa Kusuma,dkk.ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL. Universitas
Pekalongan.2021.
https://www.researchgate.net/publication/
352058097_ANALISIS_KESULITAN_SISWA_DALAM_MENYELESAIK
AN_SOAL_HIGHER_ORDER_THINKING_SKILL_HOTS_SISTEM_PE
RSAMAAN_LINEAR_DUA_VARIABEL
1. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan
soal HOTS sistem yaitu:
1) Kurangnya pemahaman konsep yang digunakan dalam
perhitungan, 2) Tidak mampu memahami soal berupa narasi,
3) Salah mendeskripsikan pertanyaan dari soal,
4) Kurangnya berlatih dalam menyelesaikan soal – soal.
WAWANCARA
GURU/ TEMAN SEJAWAT
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/176dEGttYpkHk88XNKaV7sF-
vbmjQ8xs8/view?usp=drive_link
https://drive.google.com/drive/folders/
1vjCaZ9yZbZxjRP7QTWPrpTRZtVuYrLDX?usp=drive_link
8 Peserta didik sering keliru dan salah KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
menjawab Ketika ditanya secara langsung JURNAL ILMIAH literatur dan wawancara, penyebab peserta didik
soal kimia dan sering keliru dalam Trisan Amelia,dkk. IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA sering keliru dan salah menjawab soal – soal
penggunaan rumus kimia dalam soal. PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE FOUR-TIER yang diberikan adalah :
(MISKONSEPSI) DIAGNOSTIK TEST DI SMA NEGERI 03 KOTA BENGKULU. Universitas 1. Sumber belajar siswa hanya dari guru
Bengkulu.2022. dan buku pegangan siswa
https://ejournal.unib.ac.id/alotropjurnal/article/download/25099/11344 2. Konsep dasar, defenisi dasar belum
1. Faktor penyebab terjadi miskonsepsi terdiri dari faktor internal yang tersampaikan dengan tepat dan jelas kepada
disebabkan oleh siswa itu sendiri, dan faktor eksternal yang sebabkan peserta didik.
faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut ialah prakonsepsi atau 3. Prakonsepsi yang salah, yaitu konsep
konsep awal yang salah, cara belajar, kemampuan siswa, kurangnya awal yang tidak tepat dimana konsep ini
minat dan motivasi belajar, intuisi yang salah, dan buku yang kurang
memadai. sudah lebih dahulu dimiliki oleh siswa.
4. Kurangnya minat dan motivasi belajar
JURNAL ILMIAH
siswa.
Fera Astuti, dkk.IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DAN PENYEBABNYA 5. Penyampaian materi yang kurang jelas
PADA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN oleh guru .
PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI. UNS 6. Siswa juga cenderung mengikuti feeling
Surakarta.2016. atau perasaannya saja dalam menentukan
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/view/7888/6100 pilihan jawaban atau alasan.
a. Kondisi siswa
Penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa meliputi:
Prakonsepsi yang salah, yaitu konsep awal yang tidak tepat
dimana konsep ini sudah lebih dahulu dimiliki oleh siswa.
Selain prakonsepsi yang salah, penyebab miskonsepsi juga
karena intuisi yang salah, dimana siswa mengungkapkan
gagasannya tentang suatu konsep secara spontan sebelum
mempelajarinya terlebih dahulu.
Siswa juga cenderung mengikuti feeling atau perasaannya
saja dalam menentukan pilihan jawaban atau alasan.
Penyebab yang lain yaitu akibat reasoning yang tidak
lengkap. Siswa mengalami penalaran yang salah, sehingga
menyebabkan reasoning atau penalaran yang tidak lengkap.
Penalaran yang tidak lengkap ini mendominasi penyebab
miskonsepsi siswa.
Penyebeb lain yang berasal dari siswa itu sendiri adalah
kemampuan siswa. Rendahnya kemampuan siswa dapat
mengakibatkan jawaban yang salah.
b. Buku
Penggunaan buku pegangan bagi siswa adalah sangat penting,
karena buku merupakan sumber belajar yang utama, sehingga
apabila siswa kurang memahami atau lupa penjelasan yang
diberikan guru, siswa dapat mempelajarinya kembali pada
buku.
Buku yang tidak memberikan penjelasan atau contoh soal
mengenai bilangan indeks, terutama pada penentuan jumlah
atom dalam sejumlah tertentu molekul. Hal inilah yang
menyebabkan miskonsepsi pada siswa, yaitu pada sub konsep
bilangan indeks.
WAWANCARA
PAKAR KIMIA
Nama : Dr. Jamalum Purba,M.Si (Dosen Kimia UNIMED)
Unit Kerja : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Link wawancara :
https://drive.google.com/file/d/1HTJKcLpM9GD6FHft-
8PNHOpk8oMWYdc1/view?usp=drive_link
Sering terjadi miskonsepsi pada siswa dipengaruhi oleh faktor :
1. Konsep dasar, defenisi dasar belum tersampaikan dengan tepat dan
jelas kepada peserta didik.
2. Penyampaian materi yang kurang jelas oleh guru .