Anda di halaman 1dari 26

Al-Ibrah, Volume X Nomor 01 Maret 2021 hlm.

143-168 ISSN Online 2722-0087


DOI: https://jurnal.umpar.ac.id/index.php/ibrah ISSN Cetak 2089-9343

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DALAM


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIADI KELAS XI MIPA 3 SMA NEGERI 1
PAREPARE
Application of Posing Problem Models in Improving Student Learning Outcomes in
Thermochemical Materials in Class XI Mipa 3 SMA Negeri 1 Parepare

Johari1
Email: johari25@gmail.com
Guru SMA Negeri 1 Parepare

ABSTRAK

Termokimia terkesan sulit karena Termokimia bersifat hitungan, minat belajar


siswa masih kurang, hasil belajar siswa masih rendah. Fenomena ini memerlukan
kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran menjadi hal yang disukai dan
menyenangkan. Hal ini dapat ditempuh dengan menerapkan model Problem Posing,
dimana model ini merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa
menyusun pertanyaan sendiri atau memecahkan suatu soal menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Peserta didik akan lebih aktif, menguasai meteri dan urutan
penyelesaiansoalsecaramendetail. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1)
Bagaimana aktivitas siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare pada
pembelajaran Termokimia dengan penerapan model Problem Posing?, (2) Bagaimana
hasil belajar penerapan model Problem Posing siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1
Parepare pada pembelajaran Termokimia?. Rancangan Penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi dan tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase
aktivitas siswa siklus 1 adalah 70% dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan
persentase menjadi 91,67%. (2) Hasil belajar siswa siklus I adalah sebesar 53,58%,
mengalami peningkatan menjadi 85,71% pada siklus II.

Kata kunci: Model Problem Posing, Termokimia, Hasil Belajar Siswa


144
Johari

ABSTRACT

Thermochemistry seems difficult because thermochemistry is calculating, students' interest


in learning is still lacking, student learning outcomes are still low. This phenomenon requires the
ability of teachers to manage learning to be fun and enjoyable. This can be done by applying the
Problem Posing model, where this model is a learning model that requires students to compose their
own questions or solve a problem into simpler questions that refer to solving the problem. Students
will be more active, mastering the material and order of solving questions in detail. The formulation
of the problems in this study were: (1) How were the activities of class XI MIPA 3 SMA Negeri 1
Parepare in Thermochemistry learning by applying the Problem Posing model? on Thermochemistry
studies ?. The research design used was Classroom Action Research (PTK). Data collection was
carried out by observation and learning outcome tests. The results showed that: (1) The percentage of
student activity in cycle 1 was 70% and increased in cycle II with the percentage being 91.67%. (2)
Student learning outcomes in cycle I amounted to 53.58%, an increase to 85.71% in cycle II.

Keywords: Problem Posing Model, Thermochemistry, Student Learning Outcomes


Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
145
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

PENDAHULUAN sehingga siswa tidak terbiasa belajar


Pendidikan merupakan suatu mandiri.
kegiatan yang universal dalam
Kimia merupakan salah satu
kehidupan manusia. Dalam UUD 1945
cabang disiplin ilmu dari ilmu
disebutkan bahwa salah satu tujuan
pengetahuan alam (IPA) yang terkesan
Negara Indonesia adalah mencerdaskan
sulit. Salah satu faktor penyebab
kehidupan bangsa, yaitu melalui
pembelajaran kimia terkesan sulit adalah
pendidikan. Pendidikan akan
bahwa konsep dalam kimia bersifat
menghasilakn generasi yang berkualitas
abstrak serta dikarenakan kimia
yang akan berperan dalam
memiliki perbendaharaan kata yang
pembangunan bangsa dan Negara.
khusus, dimana mempelajari kimia
Pembelajaran pada hakikatnya seperti mempelajari bahasa yang baru.
adalah proses interaksi antara siswa
Hasil observasi (14 Agustus
dengan lingkungannya, sehingga terjadi
2018) tentang kegiatan pembelajaran
perubahan perilaku kearah yang lebih
kimia di SMA Negeri 1 Parepare,
baik. Pada proses interaksi tersebut
menunjukan bahwa adanya beberapa
banyak sekali faktor yang
masalah pada sebagian siswa antara lain:
mempengaruhinya. Baik faktor internal
kurangnya minat siswa belajar kimia
yang datang dari dalam diri individu
khususnya pada materi Termokimia
maupun faktor eksternal yang datang
dikarenakan Termokimia bersifat
dari lingkungan. Selanjutnya pada
hitungan, dan siswa menjadi pasif
proses pembelajaran, tugas guru yang
karena semua informasi didapatkan dari
paling utama adalah mengkondisikan
guru. Siswa mengalami kesulitan
agar menunjang terjadi perubahan
menyelesaikan soal yang diberikan oleh
perilaku bagi peserta didik (Mulayasa,
guru. Hal ini menyebabkan siswa
2005: 100).1
menjadi pasif dan siswa kurang terlibat
Mata pelajaran kimia sering kali dalam pembelajaran. Dari hasil
dianggap sebagai mata pelajaran yang observasi awal dapat diketahui bahwa
sulit, menakutkan, dan membosankan, banyak peserta didik yang rendah
sehingga siswa kurang tertarik dalam nilainya bahkan 69,75% dari peserta
memahami dan menguasai konsep- didik tersebut tidak lulus KKM. Padahal
konsep dasar pada materi kimia, nilai yang harus dicapai oleh siswa
khususnya pada materi Termokimia. tersebut adalah 60.
Banyak sekolah dalam menyampaikan
Guru harus bisa menciptakan
pembelajaran kimia kurang memberikan
suasana belajar yang ideal sehingga bisa
kesempatan kepada peserta didik,
membangkitkan semangat peserta didik
dalam belajar. Menciptakan proses
1Mulyasa. E. (2005). Kurikulum Berbasis pembelajaran yang ideal sangat
Kompetensi: Konsep Karekteristik Dan Implementasi. memerlukan kemampuan guru yang
Bandung:Rosdakarya., h. 100
kreatif dan inovatif untuk membuat
Johari
146

suasana belajar menjadi kondusif dan Termokimia adalah merupakan


menyenangkan. Oleh karena itu, dalam pengetahuan dasar yang perlu diberikan
memilih suatu model pembelajaran atau yang dapat diperoleh dari reaksi-
harus memiliki pertimbangan- reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai
pertimbangan, misalnya, materi pengetahuan dasar untuk pengajian
pelajaran, tingkat perkembangan teori ikatan kimia dan struktur kimia.
kognitif peserta didik, dan sarana atau Fokus dalam pokok bahasan
fasilitas yang tersedia. Salah-satu cara Termokimia adalah tentang jumlah
yang dianggap efektif untuk kalor yang dapat dihasilkan oleh
menciptakan suasana belajar sejumlah tertentu pereaksi serta cara
menyenangkan dan berkualitas adalah pengukuran kalor reaksi.
dengan menerapkan model Problem Oleh karena itu, peneliti berpikir
Posing (pengajuan soal) sangat penting untuk menerapkan
Model pembelajaran Problem model Problem Posing untuk
posing (pengajuan soal) merupakan meningkatkan hasil belajar siswa, maka
model pembelajaran yang peneliti tertarik meneliti persoalan lebih
mengharuskan siswa menyusun lanjut dengan judul: “Penerapan Model
pertanyaan sendiri atau memecahkan Problem Posing dalam Meningkatkan
suatu soal menjadi pertanyaan- Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIPA 3
pertanyaan yang lebih sederhana yang pada Materi Termokimia Di SMA
mengacu pada penyelesaian soal Negeri 1 Parepare”
tersebut. Dalam pembelajaran Berdasarkan latar belakang
hitungan, problem posing (pengajuan soal) masalah yang telah dipaparkan tersebut,
menempati posisi yang strategis. Siswa maka peneliti dapat merumuskan
harus menguasai materi dan urutan rumusan masalah sebagai berikut:
penyelesaian soal secara mendetail. Hal
tersebut akan dicapai jika siswa a. Bagaimana aktivitas siswa kelas
memperkaya khazanah pengetahuannya XI MIPA 3 SMA Negeri 1
Parepare pada pembelajaran
tak hanya dari guru, tetapi perlu belajar Termokimia dengan penerapan
secara mandiri. Dengan penerapan model Problem Posing?
model pembelajaran probem posing b. Bagaimana hasil belajar siswa
(pengajuan soal), siswa dapat dilatih kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1
kreatif, disiplin dan meningkatkan Parepare dengan penerapan
keterampilan berfikir siswa (Thobroni model Problem Posing pada
pembelajaran Termokimia?
dan Mustafa, 2013: 342).2
Berdasarkan rumusan masalah
di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
2Thobroni, Muhammad Dan Arif penelitian sebagai berikut:
Mustofa. (2013). Belajar Dan Pembelajaran
Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran a. Untuk melihat aktivitas siswa
Dalam Pembangunan Nasional. Jogyakarta: Ar kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1
Ruzz Media, h. 342 Parepare pada pembelajaran
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
147
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

Termokimia dengan penerapan atau soal sehingga pengajuan


model Problem Posing. masalah dipandang sebagai suatu
b. Untuk melihat hasil belajar siswa tindakan merumuskan masalah
kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 atau soal dari situasi yang
Parepare pada pembelajaran diberikan.
Termokimia dengan penerapan b. Silver mencatat bahwa istilah
model Problem Posing. menanyakan soal biasanya
PEMBAHASAN diaplikasikan pada tiga bentuk
A. Model Problem Posing aktivitas kognitif yang berbeda,
Didalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1) Menanyakan per-solusi:
guru harus memiliki strategi agar tujuan
seorang siswa membuat
yang diinginkan dapat dicapai secara soal dari situasi yang
efektif dan efisien. Maka, penguasaan diadakan.
materi saja tidaklah mencukupi. Salah 2) Menanyakan di dalam
satu langkah untuk strategi ini adalah solusi: seorang siswa
harus menguasai berbagai teknik merumuskan ulang soal
penyampaian meteri dan dapat juga seperti yang telah
diselesaikan.
menggunakan metode yang tepat dalam
3) Menanyakan setelah solusi:
proses belajar mengajar sesuai materi seorang siswa
yang digunakan oleh guru adalah untuk memodifikasikan tujuan
menyampaikan informasi kepada siswa dan kondisi soal yang sudah
agar mereka dapat memiliki diselesaikan untuk
pengetahuan, keterampilan, dan sikap membuat soal-soal baru.
(Thobroni dan Mustofa, 2013 342).3 Pengajuan soal dapat
Seorang guru yang menggunakan suatu meningkatkan kemampuan belajar siswa
metode diharapkan dapat memberikan karena pengajuan soal merupakan
kesenangan dan kepuasan pada anak sarana untuk merangsang kemampuan
didik yang merupakan salah satu faktor tersebut. Dengan membuat soal, siswa
dalam memotivasi siswa agar mampu perlu membaca informasi yang
menggunakan pengetahuan untuk diberikan dan mengomunikasikan
memecahkan suatu masalah yang pertanyaan secara verbal maupun
dihadapi. Kemudian, untuk mengetahui tertulis. Menulis pertanyaan dari
pengertian model problem possing adalah informasi yang ada dapat menyebabkan
sebagai berikut: ingatan siswa jauh lebih baik.
Kemudian, dalam pengajuan soal siswa
a. Suryanto mengartikan bahwa diberikan kesempatan menyelidiki dan
pada kata problem sebagai masalah menganalisis informasi untuk dijadikan
soal. Kegiatan menyelidiki tersebut bagi
3Thobroni, Muhammad Dan Arif siswa menentukan apa yang dipelajari,
Mustofa. (2013). Belajar Dan Pembelajaran kemampuan menerapkan penerapan
Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran
Dalam Pembangunan Nasional. Jogyakarta: Ar
dan perilaku selama kegiatan belajar.
Ruzz Media, h. 342 Hal tersebut menunjukkan kegiatan
Johari
148

pengajuan soal dapat memantapkan pemikiran ide secara lebih jauh antara
kemampuan belajar siswa. satu anggota didalam kelompok.
Dengan demikian, pengajuan masalah
Pengajuan masalah atau soal
secara kelompok dapat menggali
dapat dilakukan secara kelompok atau
pengetahuan, alasan, serta pandangan
individu. Secara umum, pengajuan
antara satu siswa dan siswa yang lain.
masalah oleh siswa dalam pembelajaran,
baik secara kelompok maupun individu b. Pengajuan masalah secara
merupakan aspek yang penting. Tingkat individu
pemahaman dan penguasaan siswa Pengajuan masalah secara
terhadap materi yang dipelajari akan individu yang dimaksud dalam tulisan
dilihat melalui pertanyaan yang diajukan. ini adalah proses pembelajaran yang
berlangsung didalam kelas, dengan
a. Pengajuan masalah secara seorang guru sebagai fasilitator dan
kelompok
diikuti oleh semua siswa didalam kelas.
Pengajuan masalah secara
Selannjutnya, secara perorangan atau
kelompok merupakan salah satu cara
individu, siswa pengajukan dan
untuk membangun kerja sama yang
menjawab pertanyaan tersebut, baik
saling menguntungkan. Dimyati dan
secara verbal maupun tertulis
Mudjiono mengumukakan bahwa
berdasarkan situasi/informasi yang telah
tujuan utama pembelajaran dengan cara
diberikan oleh guru.
berkelompok adalah untuk:
Sama halnya dengan pengajuan
1)
Memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk masalah (soal) secara berkelompok.
mengembangkan Pengajuan masalah secara individu juga
kemampuan memecahkan memiliki kelebihan. Pertanyaan yang
masalah secara rasional. diajukan secara individu berpeluang
2) Mengembanngkan sikap untuk dapat diselesaikan (solvable ) dari
sosial dan semangat dan pada terlebih dahulu difikirkan secara
semangat bergotong royong matang, sungguh-sungguh, dan tanta
dalam kehidupan intervensi pikiran dari siswa lainnya,
3) Mendinamiskan kegiatan
kelompok dalam belajar dapat menjadi lebih berbobot. Selain
sehingga tiap anggota itu, aktivitas siswa berupa pertanyaan,
merasa diri sebagai bagian tanggapan, saran, atau kritikan dapat
yang bertanggungjawab membantu siswa untuk lebih mandiri
4) Mengembanngkan dalam belajar.
kemampuan
kepemimpinan- Menurut pendapat beberapa
kepemimpinan pada setiap ahli, yang dikutip dari Tatag,
anggota kelompok dalam mengatakan bahwa model pengajuan
pemecahan masalah soal (problem posing) dapat:
kelompok.
Pengajuan masalah melalui a. Membantu siswa dalam
kelompok dapat membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
149
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

kesukaan terhadap pelajaran 3) Tidak semua murid


sebab ide-ide siswa dicobakan terampil bertanya
untuk memahami masalah yang C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
sedang dikerjakan dan dapat Problem Posing
meningkatkan kemampuannya Pembelajaran problem posing
dalam pemecahan masalah.
(pengajaran yang mengemukakan
b. Membentuk siswa bersikap kritis
dan kreatif masalah - masalah) yang difikirkan
c. Mempromosi semangat inkuiri Freire memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
dan membentuk pikiran yang a. Guru belajar dari murid dan
berkembang dan fleksibel. murid belajar dari guru
d. Mendorong siswa untuk lebih b. Guru menjadi rekan murid yang
bertanggung jawab dalam melibatkan diri dan menstimulasi
belajarnya. daya pirikan kritis murid-
e. Mempertinggi kemampuan muridnya serta mereka saling
pemecahan masalah sebab memanusiakan
pengajuan soal memberi c. Manusia dapat mengembangkan
penguatan-penguatan dan kemampuan untuk mengerti
memperkaya konsep-konsep secara kritis dirinya dan dunia
dasar. tempat ia berada
f. Menghilangkan kesan keseraman d. Pembelajaran problem posing
dan kekunoan dalam belajar. senantiasa membuaka rahasia
g. Memudahkan siswa dalam realita yang menantang manusia
mengingat materi pelajaran dan kemudian menuntut suatu
h. Memudahkan siswa dalam tanggapan terhadap tantangan
memahami materi pelajaran tersebut. Tanggapan terhadap
i. Membantu memusatkan perhatian tantangan membuka manusia
pada pelajaran untuk berdedikasi seutuhnya.
j. Mendorong siswa lebih banyak
membaca materi pelajaran. D. Langkah-Langkah Prroblem
Posing
Penerapan suatu model
B. Kelebihan Dan Kekurangan
pembelajaran harus memiliki langkah-
Model Problem Posing
a. Kelebihan langkah yang jelas, hal tersebut sangat
1) Mendidik murid berfikir berpengaruh terhadap kenerja guru dan
kritis aktivitas yang dilakukan siswa. Pada
2) Siswa aktif dalam intinya langkah-langkah problem posing ini
pembelajaran menurut Yuhasriati terdiri dari empat
3) Belajar menganalisis suatu kegiatan pokok yaitu seperti berikut:
masalah
4) Mendidik anak percaya a. Kegiatan pendahuluan
pada diri sendiri Tahap ini, kegiatan yang
b. Kelemahan dilakukan adalah motivasi siswa, untuk
1) Memerlukan waktu yang menjelaskan tujuan pembelajaran dan
cukup banyak
mengingat kembali materi sebelumnya
2) Tidak bisa digunakan di
kelas-kelas rendah yang relevan.
Johari
150

b. Kegiatan pengembangan menyelesaikan. Ini dilakukan


Tahap ini, kegiatan yang dengan kelompok dilembar LKK.
dilakukan adalah guru menyajikan f. Guru menyuruh secara acak
materi baik berupa konsep-konsep, perwakilan kelompok secara
selektif berdasarkan bobot soal
prinsip serta contoh-contoh kepada
yang diajukan.
siswa. g. Selanjutnya guru mengiring siswa
c. Kegiatan penerapan (pengajuan untuk menarik kesimpulan dan
soal) menyampaikan pengembangan
Tahap ini, siswa diminta untuk materi yang belum dikemukan
menerapkan materi yang telah dipelajari oleh siswa.
h. Guru memberikan penghargaan
pada materi yang lebih luas. Bentuk
kepada kelompok yang terbaik.
kegiatannya seperti mengerjakan soal- i. Guru bisa membubarkan
soal latihan atau membuat tugas. kelompok yang dibentuk dan para
d. Kegiatan penutup siswa kembali ketempat duduk
Tahap ini, kegiatan yang masing-masing
j. Guru memberikan tugas rumah
dilakukan adalah membuat ringkasan
secara individu.
hasil pembelajaran dan memberikan Angota tim bekerja dengan
latihan sebagai pekerjaan rumah saling berdiskusi kemudian saling
(Yusnaini, 2014: 21).4 bertukar lembar jawaban dan
Dalam penelitian ini jenis memeriksa pekerjaan temannya. Jika
problem posing yang digunakan adalah seorang siswa berhasil mencapai skor
bentuk semi struktur. Langkah-langkah 70, dia mengikuti tes. Angota tim
pembelajaran yang dilakukan secara bertanggungjawab meyakinkan bahwa
berkelompok adalah sebagai berikut: temannya telah siap mengikuti final tes.
Baik bertanggungjawab semua anggota
a. Guru menjelaskan materi
pembelajaran, alat peraga yang dan penghargaan kelompok, semuanya
disarankan ada didalam metode pempelajaran ini
b. Memberikan latihan secukupnya (Sanjawa, 2008: 43).5
c. Guru membentuk kelompok-
E. Belajar Dan Hasil Belajar
kelompok belajar yang heterogen,
Belajar bukan hanya mengingat,
yang terdiri atas 4-5 siswa.
d. Setiap kelompok diminta untuk akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
menyelesaikan soal pada lembar mengalami. Ada pula tafsiran lain
LKK (lembar kerja kelompok) tentang belajar yang menyatakan, bahwa
e. Siswa mengajukan soal yang belajar adalah suatu proses perubahan
menantang dan dapat tingkah laku individu melalui interaksi

4Yusnaini,
(2014). Peningkatan Hasil
Belajar Pada Materi Himpunan Melalui Model
Problem Posing Pada Siswa Kelas VII Mtss
Syamsuddhuha Aceh Utara. Sikripsi. Banda Aceh: 5Sanjawa, (2008). Strategi Pembelajaran

UIN Ar-Raniry, h. 21 Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana, h. 43
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
151
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

dengan lingkungan (Hamalik, 2011: terjadinya proses belajar. Tujuan belajar


27).6 untuk pengembangan nilai afeksif
memerlukan penciptaan sistem
Belajar juga memainkan peran
lingkungan yang berbeda.
penting dalam mempertahankan
kehidupan sekelompok umat manusia Mengenai tujuan–tujuan belajar
(bangsa) di tengah-tengah persaingan itu sebenarnya sangat banyak dan
yang semakin ketat diantara bangsa- bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang
bangsa lainnya yang lebih dahulu maju eksplinsit diusahakan untuk dicapai
karena belajar. Belajar itu berfungsi dengan tindakan intruksional, lazim
sebagai alat mempertahankan dinamakan dengan instructional effects,
kehidupan manusia. Berhasil atau yang biasa terbentuk pengetahuan dan
tidaknya pencapaian pendidikan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan
tergantung kepada bagaimana proses yang lebih merupakan hasil sampingan
belajar yang dialami siswa sebagai anak yaitu: tercapainya karena siswa
didik. Dengan adanya proses belajar, “menghidup (to livein) suatu sisrem
maka akan membawa perubahan dan lingkungan belajar tertentu seperti:
pengembangan pribadi seorang siswa kemampuan berpikir kritis dankreatif,
(Heru, 1998: 15).7 sikap terbuka dan demokratis,
menerima pendapat orang lain. Semua
Salah satu pertanda siswa telah
itu lazim diberi istilah nurturant effects.
belajar sesuatu adalah adanya perubahan
Jadi guru dalam mengajar, harus sudah
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
memiliki rencana dan menetapkan
tingkah laku tersebut menyangkut
strategi belajar mengajar untuk
perubahan yang bersifat pengetahuan
mencapai instructional effects, maupun
(kognitif) dan keterampilan
kedua-duanya.
(psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (afektif) Ditinjau secara umum, maka
tujuan belajar itu ada tiga jenis:
F. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan a. Untuk mendapatkan pengetahuan
belajar perlu diciptakan adanya sistem b. Penanaman konsep dan
lingkungan (kondisi) belajar yang perlu ketermpilan
kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan c. Pembentukan sikap (Sardiman,
mengajar. Mengajar diartikan sebagai 2005: 25-28)8
suatu usaha penciptaan sistem G. Pengertian Hasil Belajar
lingkungan yang memungkinkan Hasil belajar merupakan ukuran
kemampuan siswa dalam menerima
6Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar informasi pembelajaran yang diukur dari
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, h. 27 tiga sudut pandang, kognitif; afektif; dan
7Heru J. D, Lettu. (1998). Media

Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa


8Sardiman. (2005). Interaksi Dan
Kini. Jakarta: Depdikbuddirjen Pendidikan
Tinggi, h. 15 Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, h. 25-28
Johari
152

psikomotorik. Hasil belajar juga bias dilakakukan atau kegiatan-kegiatan yang


dipandang sebagai tingkat keberhasilan terjadi baik fisik maupun non fisik,
pembelajaran yang dinamakan nilai. merupakan suatu aktivitas. Aktivitas
Teknik untuk menentukan keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar
pembelajaran dinamakan penilaian. merupakan salah satu indikator adanya
Penilaian dapat dilakukan dengan teknik keinginan siswa untuk belajar.
tes atau teknik non tes. Teknik tes yang Sekolah adalah salah satu pusat
umum dilakukan disekolah adalah tes kegiatan belajar. Dengan demikian,
tertulis yang dinamakan ulangan harian. disekolah merupakan arena untuk
Bentuk ulangan harian biasa pilihan mengembangkan aktivitas. Banyak
ganda dan tes uraian (essay). Teknik non aktifitas yang dilakukan oleh siswa di
tes yang biasa digunakan disekolah sekolah. Macam-macam kegiatan siswa
adalah observasi dan proyek untuk yang dapat digolongkan kedalam
menghasilkan produk pembelajaran aktivitas belajar antara lain:
(Asmara, 2015).9
a. Visual aktivities, yang termasuk
H. Faktor –Faktor Yang didalamnya membaca,
Mempengaruhi Belajar memerhatikan gambar
Secara global, faktor-faktor yang demontrasi, percobaan,
mempengaruhi belajar siswa dapat kita pekerjaan orang lain.
bedakan menjadi tiga macam yaitu: b. Oral aktivities, menyatakan
merumuskan, bertanya, memberi
a. Faktor internal (faktor dari dalam salam, mengeluarkan pendapat,
siswa), yakni keadaan/kondisi mengadakan wawancara, diskusi,
jasmani dan rohani siswa. interupsi.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar c. Listening aktivities, sebagai contoh
siswa), yakni kondisi lingkungan mendengarkan” uraian,
di sekitar siswa percakapan, diskusi, dan pidato.
Faktor pendekatan belajar d. Writing aktivities, seperti misalnya
(approach to learninng), yakni jenis upaya menulis cerita, karangan, laporan,
belajar sisiwa yang meliputi stategi dan angket, menyalin.
metode yang digunakan siswa untuk e. Drawing aktivities, misalnya,
melakukan kegiatan pembelajaran mengambarkan, membuat grafik,
materri-materi pelajaran (Syah, 2005: peta, dan diagram.
f. Motor aktivities, yang termasuk
132).10 didalamnya seperti, melakukan
I. Aktivitas Belajar Siswa percobaan, membuat kontruksi,
Aktivitas artinya “kegiatan atau model peparasi, bermain,
keaktifan”, jadi segala sesuatu yang berkebun dan bertenak.
g. Mental aktivities, sebagai contoh
misalnya, menanggapi, mengingat,
9 memecahkan soal, menganalisis,
10Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi melihat hubungan, mengambil
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT keputusan.
Remaja Rosdakarya, h. 132 h. Emotional aktivities, seperti
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
153
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

misalnya, menaruh minat, merasa perpindahan energi, yaitu sistem dan


bosan, gembira, bersemangat, lingkungan. Segala sesuatu yang
bergairah, berani, tenang, gugup menjadi pusat perhatian dalam
(Sardiman, 1986: 101).11 mempelajari perubahan energi disebut
Jadi dengan klasifikasi aktivitas
sistem, sedangkan hal-hal diluar sistem
seperti diuraikan diatas, menunjukkan
yang membatasi sistem dan dapat
bahwa aktivitas disekolah cukup
memengaruhi sistem disebut
kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai
lingkungan.
macam kegiatan tersebut dapat
diciptakan di sekolah, tentu sekolah b. Energi dan Entalpi
akan lebih dinamis, tidak membosankan Jika suatu sistem mengalami
dan benar-benar menjadi pusat aktivitas perubahan dan dalam perubahan
belajar yang maksimal. tersebut terjadi penyerapan kalor,
sebagian energi kalor yang diserap
J. Materi Termokimia digunakan untuk melakukan kerja (w).
Termokimia adalah bagian dari
Misalnya pada pemuaian gas, kerja
ilmu kimia yang mempeljari hubungan
tersebut digunakan untuk gerakan-
antara kalor (energi panas) dengan
gerakan atom-atom atau molekul-
reaksi kimia. Dalam praktiknya,
molekul, serta mengatur interaksi antar
termokimia lebih banyak berhungan
moluekul tersebut. Bagian energi yang
dengan pengukuran kalor yang
disimpan ini disebut dengan energi
menyertai reaksi kimia atau proses-
dalam (U). Energi dalam (U) adalah
proses yang berhubungan dengan
total energi kinetik (Ek) dan energi
perubahan struktur zat, misalnya
potensial (EP) yang ada didalam sistem.
perubahan wujud atau perubahan
Oleh karena itu, energi dalam bisa
struktur kristal. Untuk mempelajari
dirumuskan dengan persamaan:
perubahan kalor dari suatu proses, perlu
dikaji beberapa hal yang berhubungan U= Ek +EP
dengan energi apa saja yang dimiliki c. Perubahan Entalpi (∆H)
oleh suatu zat, bagaimana energi Sistem dapat mengalami
tersebut berubah, bagaimana mengukur perubahan kerena berbagai hal, misalnya
perubahan energi tersebut, serta akibat perubahan tekanan, perubahan
bagaimana pula hubungannya dengan vulome, atau perubahan kalor.
stuktur zat. Perubahan volume dan perubahan
tekanan dapat disertai perubahan kalor,
1. Energi dan Entalpi
demikian juga sebaliknya. Jika sistem
a. Sistem dan lingkungan
Dalam termokimia ada dua hal mengalami perubahan pada tekanan
yang perlu diperhatikan menyangkut tetap, besarnya perubahan kalor disebut
dengan perubahan entalpi (∆H).
11Sardiman. (2005). Interaksi Dan Jika suatu reaksi berlangsung
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja pada tekanan tetap, perubahan
GrafindoPersada, h. 101 entalpinya sama dengan kalor yang
Johari
154

harus dipindahkan dari sistem ke entalpi (kalor) yang menyertai reaksi


lingkungan atau sebaliknya agar suhu tersebut.Pada persamaan termokimia
sistem kembali ke keadaan semula terpapar pula jumlah zat yang terlibat
reaksi yang ditunjukkan oleh koefisien
∆H = qp
reaksi dak keadaan (fasa) zat yang
Entalpi merupakan fungsi terlibat reaksi.
keadaan. Oleh karena itu, nilai
perubahan entalpi tergantung pada f. Perubahan Entalpi Standar (ΔH o)
Keadaan standar pengukuran
keadaan akhir dan awal saja, dan tidak
perubahan entalpi adalah pada suhu 298
tergantung pada bagaimana prose
K dan tekanan 1 atm. Keadaan standar
perubahan itu terjadi atau jalannya
ini diperlukan karena pengukuran pada
reaksi. Nilai perubahan entalpi (∆H)
suhu dan tekanan yang berbeda akan
suatu sistem dinyatakan sebagai selisih
menghasilkan harga perubahan entalpi
besarnya entalpisistem setelah
yang berbeda pula.
mengalami perubahan dengan besarnya
entalpi sistem sebelum perubahan 2. Penentuan Perubahan Entalpi
dilakukan, pada tekanan tetap. a. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat untuk
∆H=Hakhir –Hawal mengukur kalor. Skema alatnya
d. Reaksi Eksoterm dan Reaksi ditunjukkan Kalorimeter ini terdiri atas
Endoterm
bejana yang dilengkapi dengan
Reaksi eksoterm adalah reaksi
pengaduk dan termometer.
yang disertai dengan perpindahan kalor
dari sistem ke lingkungan. Dalam hal ini Kalorimetri sederhana ialah
sistem melepas kalor ke lingkungan. mengukur perubahan suhu dari
Pada reaksi eksoterm umumnya suhu sejumlah air atau larutan sebagai akibat
sistem naik, adanya kenaikan suhu inilah dari suatu reaksi kimia dalam suatu
yang mengakibatkan sistem melepas wadah terisolasi. Jumlah kalor yang
kalor ke lingkungan. diserap atau dilepaskan larutan dapat
ditentukan dengan mengukur
Reaksi endoterm adalah reaksi
perubahan suhunya. Karena energi tidak
yang disertai dengan perpindahan kalor
dapat diciptakan atau dimusnahkan,
dari lingkungan ke sistem. Dalam reaksi
maka:
ini kalor diserap oleh sistem dari
lingkungannya. Pada reaksi endoterm b. Hukum Hess
umumnya ditunjukkan oleh adanya Pengukuran perubahan entalpi
penurunan suhu. Adanya penurunan suatu reaksi kadangkala tidak dapat
suhu inilah yang mengakibatkan ditentukan langsung dengan
terjadinya penyerapan kalor olehsistem. kalorimeter, misalnya penentuan
perubahan entalpi pembentukan
e. Persamaan Termokimia
standar. Hukum Hess muncul
Persamaan termokimia
berdasarkan fakta bahwa banyak
menggambarkan suatu reaksi yang
pembentukan senyawa dari unsur-
disertai informasi tentang perubahan
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
155
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

unsurnya tidak dapat diukur perubahan ΔHreaksi= Σ energi pemutusan ikatan – Σ


entalpinya secara laboratorium. energi pembentukan ikata
pecahannya. Pada 1840, pakar kimia ΔHreaksi= Σ energi ikatan di kiri – Σ
dari Swiss Germain H. Hess mampu energi ikatan di kanan
menjawab tantangan tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran dan sifat- 4. Bahan Bakar Dan Perubahan
sifat entalpi, Hess menyatakan bahwa Entalpi
Bahan bakar merupakan suatu
entalpi hanya bergantung pada keadaan awal
senyawa yang bila dibakar menghasilkan
dan akhirreaksi maka perubahan entalpi
kalor yang dapat dimamfaatkan untuk
tidak bergantung pada jalannya reaksi
berbagai keperluan. Bahan bakar yang
(proses). Pernyataan ini dikenal dengan
banyak dikenal adalah jenis bahan bakar
hukum Hess. Dengan kata lain,
fosil, misalnya minyak bumi atau batu
perubahan entalpi reaksi hanya
bara. Selain bahan bakar fosil,
ditentukan oleh kalor pereaksi dan kalor
dikembangkan juga bahan bakar jenis
hasil reaksi.
lain, misalnya alkohol dan hidrogen
3. Energi Ikatan
a. Energi Disosiasi (D). K. Hipotesis Tindakan
Untuk molekul kompleks, Berdasarkan rumusan masalah, maka
energi yang dibutuhkan untuk memecah hipotesis penelitian dirumuskan sebagai
molekul itu sehingga membentuk atom- berikut: Jika Model Problem Posing
atom bebas disebut energi atomisasi. diterapkan, maka dapat meningkatkan
Harga energi atomisasi ini merupakan hasil belajar siswa kelas XI MIPA 3
jumlah energi ikatan atom-atom dalam pada materi termokimia di SMA Negeri
molekul tersebut. Untuk molekul 1 Parepare
kovalen yang terdiri dari dua atom, METODE PENELITIAN
seperti H2, O2, N2, atau HI yang
mempunyai satu ikatan, maka energi Secara umum, tujuan penelitian
atomisasi sama dengan energi ikatan. ini adalah untuk meningkatkan hasil
Energi yang diperlukan untuk reaksi belajar siswa pada materi Termokimia
pemutusan ikatan telah diukur. dengan menggunakan model Problem
Posing (Pengajuan Soal). Sesuai dengan
b. Energi Ikatan Rata-Rata tujuan tersebut, maka rancangan
Energi Ikatan Rata-Rata karena
penelitian yang digunakan peneliti
empat ikatan C – H dalam CH 4 putus
dalam penelitian ini adalah rancangan
dalam waktu yang sama. Energi
penelitian tindakan kelas atau Classroom
atomisasi suatu senyawa dapat
Action Research. Masalah dalam
ditentukan dengan menggunakan
penelitian ini adalah rendahnya hasil
entalpi pembentukan senyawa tersebut.
belajar siswa, alternatif pemecahannya
Secara matematis, hal tersebut dapat
adalah dengan menggunakan model
dijabarkan dengan persamaan:
Problem Posing.
Johari
156

Dalam penelitian ini, yang 3. 41-60% Cukup


menjadi subyek penelitian adalah 4. 21-40% Kurang
seluruh siswa kelas XI MIPA 3 SMA 5. 0-20% Kurang sekali
Negeri 1 Parepare. sebagai sampel yang
terdiri dari siswa siswa perempuan dan 2. Analisis Hasil Belajar Siswa
laki-laki yang total jumlah Analisis ini dilakukan untuk
keseluruhannya adalah 28 orang sampel. mengetahui apakah terjadi peningkatan
Teknik pengumpulan data yang hasil belajar melalui penerapan model
digunakan adalah teknik obsrevasi dan Problem Posing pada materi Termokimia.
Analisis ini dilakukan dengan rumus
tes.
presentase yaitu: Rumus yang digunakan
Teknik analisis data merupakan dalam perhitungan ini adalah rumus
tahap yang paling penting dalam suatu persentase yaitu sebagai beriku:
penelitian, karena pada tahap ini hasil 𝐹
𝑃 = × 100%
dapat dirumuskan setelah data 𝑁
terkumpul, maka untuk F = Frekuensi yang muncul
mendeskripsikan penelitian dilakukan N = Jumlah sampel yang digunakan
perhitungan sebagai berikut:
P = Harga Persentase
1. Analisis Data Aktivitas Siswa Selanjutnya ditentukan tingkat
Data aktivitas siswa diperoleh penguasaan siswa tentang materi
dari lembar pengamatan yang diisi Termokimia. Untuk menentukan
selama proses pembelajaran golongan tingkat penguasaan siswa,
berlangsung. Data ini dianalisis dengan penulis menggunakan klasifikasi
menggunakan rumus persentase, hal ini penilaian yaitu:
Tabel 3.4 Klasifikasi nilai kriteria tingkat
berguna untuk mengetahui apakah
penguasaan siswa
aktivitas siswa meningkat menjadi lebih
baik atau tidak. Untuk kriteria atau skala No Angka Kriteria
yang digunakan dalam lembar 1. 80-100 Baik sekali
pengamatan aktivitas siswa dalam 2. 66-79 Baik
kegiatan pembelajaran adalah sebagai 3. 50-65 Cukup
4. 36-49 Kurang
berikut:
5. 0-35 Gagal
SB= Sangat Baik, skor4 HASIL PENELITIAN
B= Baik, skor 3 1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
C= Cukup, skor 2 Perencanaan yaitu
D= Kurang, skor1 merencanakan tindakan apa yang
dilakukan untuk memperbaiki
Tabel 3.3 Deskripsi skor rata-rata
aktivitas siswa perubahan perilaku dan sikap sebagai
No Angka Kriteria solusi-solusi. Adapun rencana yang
1. 81-100% Baik sekali dilakukan peneliti yaitu:
2. 61-80% Baik
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
157
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

1) Menyiapkan materi yang akan pembelajaran. Guru


diajarkan yaitu materi menyampaikan garis besar
Termokimia kegiatan yang akan dilakukan.
2) Membuat silabus pembelajaran Guru menyampaikan lingkup dan
materiTermokimia teknik penilaian yang akan
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan digunakan.
Pembelajaran (RPP) dengan Kegiatan inti di
model pembelajaran Problem alokasikan sebanyak 70 menit.
Posing, untuk siklus I Pada tahap mengamati/kegiatan
4) Menyusun alat evaluasi siklus I pengembangan, Guru membagi
5) Menyusun instrumen pengamatan kelompok dan mengarahkan
yang meliputi lembar pengamatan siswa untuk duduk dalam
aktivitas siswa siklus I kelompoknya masing-masing.
b. Pelaksanaan Tindakan Setiap kelompok beranggotakan 5
Pelaksanaan tindakan siklus I orang dibagikan berdasarkan
dilaksanakan sebanyak 2 kali nomor urut absen. Siswa duduk
pertemuan, 1 kali pertemuan berdasarkan kelompok masing-
proses pembelajaran pada hari masing yang telah dibagikan oleh
Selasa, 18 September 2018 dan 1 guru. Guru memberikan materi
kali pertemuan pemberian tes pengantar yang dapat
siklus pada hari Kamis, 20 memberikan gambaran bagi siswa
September 2018. Materi yang untuk dapat merumuskan
dipelajari pada siklus I yaitu persoalan yang diberikan guru.
Hukum kekekalan energi, Sistem Mengenai hukum atau asas
dan lingkungan dan Reaksi kekekalan energi, sistem dengan
eksoterm dan endoterm. Selama lingkungan, reaksi eksoterm dan
proses pembelajaran berlangsung reaksiendoterm. Siswa terlibat
2 orang pengamat bertugas untuk aktif, mendengarkan dan
mengamati aktivitas siswa. memperhatikan penjelasan guru.
Kegiatan pendahuluan Pada tahap
dilaksanakan selama 10 menit Menanya/Kegiatan Penerapan
diawali dengan memberi salam (pengajuan soal). Guru
dan berdoa sebelum pembelajaran mengajukan beberapa
dimulai, mengecek kehadiran pertanyaan kepada siswa seputar
peserta didik, mengkondisikan materi yang dipaparkan. Siswa
suasana belajar yang mencoba menjawab pertanyaan
menyenangkan, melakukan dari guru. Guru mengarahkan
persepsi tentang pengertian siswa untuk membuka dan
energi, memusatkan perhatian membaca buku. Siswa menuruti
siswa dengan memberikan perintah guru untuk mencari
motivasi ”apa fungsi makan dalam informasi lebih dengan membaca
kehidupan sehari-hari? Apa itu energi? buku seputar materi yang
Apa energi bisa dilihat? dapatkan dipaparkan oleh guru. Guru
energi berubah dari satu bentuk membagikan LKK kepada siswa
kebentuk yang lain? Berikan dan menjelaskan apa saja yang
contohnya. Guru menyampaikan harus dikerjakan oleh siswa. Siswa
kompetensi dasar dan tujuan terlibat aktif, mendengarkan
Johari
158

instruksi dari guru. Guru menginstruksikan siswa untuk


menginstruksikan kepada setiap menyimpulkan tentang materi
siswa untuk mengajukan 1 atau 2 yang telah dipelajari. Siswa
pertanyaan yang menantang di menyimpulkan materi yang telah
lembar LKK dan pertanyaan dipelajari. Guru memberikan
tersebut diberikan ke kelompok penguatan konsep. Guru
lain. Siswa mengajukan memberikan penghargaan kepada
pertanyaan dilembar LKK dan kelompok yang memiliki kinerja
memberikan lembar LKK ke terbaik. Guru menginstruksikan
kelompok lain. Guru meminta siswa agar kembali ketempat
siswa untuk mencari alternatif duduk masing-masing. Siswa
pemecahan kasus. Siswa kembali ketempat duduk masing-
melaksanakan apa yang masing. Guru memberikan soal
diperintahkan oleh guru. tesakhir. Siswa mengerjakan soal
Pada tahap tes yang diberikan oleh guru.
Mengumpulkan informasi. Siswa Siswa mengumpulkan lembar soal
menjawab pertanyaan bersama- tes yang sudah dijawab. Siswa
sama dengan kelompoknya, mendengarkan informasi untuk
dengan mengumpulkan informasi pertemuan berikutnya. Guru
dari sejumlah fakta-fakta yang mem berisalam. Siswa menjawab
ada. Guru memandu siswa pada salam dari guru.
saat diskusi kelompok c. Observasi
berlangsung. Siswa bertanya 1) Aktivitas Siswa
tentang apa yang belum dipahami. Berdasarkan tabel 4.1
Pada tahap bahwa dapat diketahui persentase
Mengasosiasi/mengolah aktivitas siswa pada pembelajaran
informasi. Siswa mengolah
Termokimia dengan penerapan
informasi yang diperoleh dari
pengamatan dan penjelasan dari model Problem Posing (pengajuan
guru untuk mengisi lembar soal) siklus I adalah 70%.
jawaban. Guru membantu siswa 2) Hasil Belajar Siswa
jika ada siswa yang mengalami Hasil belajar siswa diukur
kesulitan dalam mengerjakan soal setiap siklus, yaitu setelah proses
yang telah mereka buat. Pada belajar berakhir. Sehingga
tahap Mengkomunikasikan. Guru kemampuan belajar siswa dapat
mempersilahkan siswa untuk diketahui apakah suatu siklus
mempresentasikan hasil telah berhasil ataupun belum.
diskusinya, serta mencatat hal-hal Hasil belajar siswa dapat diukur
yang dianggap penting. Siswa dengan menggunakan instrumen
mempresentasikan lembar soal tes dalam bentuk soal pilihan
dan lembar jawaban kedepan (Choice). Hasil belajar ini dianalisis
kelas, dengan jawaban yang dengan menggunakan rumus
diperoleh. persentase. Pembelajaran
Pada kegiatan penutup dianggap telah lulus/tuntas
dialokasikan sebanyak 10 menit. apabila skor/nilai hasil belajar
Kegiatan yang dilakukan pada siswa telah memenuhi Kriteria
tahap ini yaitu Guru Ketuntasan Belajar (KKM) yang
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
159
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

telah ditentukan di SMA Negeri 1 Nama Ketuntasan


No Siklus I
Parepare pada mata pelajaran Siswa (KKM≥60)
Kimia yaitu 60. Adapun hasil tes 23 SF 50 Tidak
dari siklus I dapat dilihat di Tuntas
bawah ini: 24 SH 70 Tuntas
Tabel 4.2 Hasil tes belajar siswa dengan 25 SM 40 Tidak
penerapan Problem Posing pada Tuntas
materi Termokimia di kelas XI 26 UH 30 Tidak
MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare Tuntas
siklus I 27 WL 70 Tuntas
28 YE 90 Tuntas
Rata-rata 62,14 Cukup
Nama Ketuntasan
No Siklus I
Siswa (KKM≥60) Berdasarkan tabel 4.2 data hasil
1 AS 70 Tuntas tes belajar siswa pada pembelajaran
2 FA 70 Tuntas Termokimia dengan penerapan model
3 GF Tidak Problem Posing (pengajuan soal) di kelas
50
Tuntas
X1 MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare.
4 HJ 80 Tuntas
5 HI 70 Tuntas Dapat diketahui bahwa siklus I
6 mempunyai rata-rata 62,14. Jumlah
HN Tidak
50 siswa kelas X1 MIPA 3 SMA Negeri 1
Tuntas
7 IA 70 Tuntas Parepare yaitu 28 orang. Terdapat 15
8 IHR 80 Tuntas orang siswa yang telah tuntas nilainya
9 IM 80 Tuntas memenuhi KKM, sedangkan 13 orang
10 JPS Tidak siswa lainnya belum mencapaiKKM.
50
Tuntas Maka persentase banyaknya siswa yang
11 KK 70 Tuntas tuntas belajar pada siklus I adalah
12 NF Tidak
50 53,58%.
Tuntas
13 MS Tidak d. Refleksi
50
Tuntas Berdasarkan tindakan pada siklus
14 MYN 70 Tuntas I meliputi perencanaan dan
15 MW Tidak pelaksanaan tindakan serta hasil
50
tuntas observasi dapat dilakukan hasil
16 RF 70 Tuntas refleksi. Peneliti dan kolaborator
17 RA 80 Tuntas mendiskusikan hasil pelaksanaan
18 RAM Tidak tindakan. Dan adapun
50 permasalahan-permasalahan yang
Tuntas
19 RAF 50 Tidak dihadapi antara lain adalah:
Tuntas 1) Siswa merasa canggung untuk
20 RP 80 Tuntas berdiskusi dan mengerjakan soal
21 RJ 50 Tidak dikarenakan belum begitu akrab
Tuntas dengan teman satu kelompoknya.
22 RZ 50 Tidak 2) Siswa masih kesulitan dalam
Tuntas membuat soal dan menyelesaikan
Johari
160

soal yang dibuatnya dengan 2) Memberikan kesempatan yang


menggunakan kalimatnya sendiri. sama kepada setiap siswa, baik
3) Masih ada siswa yang tidak mau siswa yang aktif maupun tidak
bertanya ketika mengalami begitu aktif.
kesulitan dalam belajar. b. Pelaksanaan Tindakan
4) Siswa belum berani maju ke Pelaksanaan tindakan siklus II
depan untuk menyampaikan hasil dilaksanakan sebanyak 2 kali
diskusinya dan menuliskan soal pertemuan, 1 kali pertemuan
yang dibuat beserta proses pembelajaran pada hari
penyelesaianya, mereka harus Selasa tanggal 2 Oktober 2018
ditunjuk terlebih dahulu, dan dan 1 kali pertemuan pemberian
hanya beberapa siswa saja yang tes siklus pada hari Kamis, 4
mau. Oktober 2018. Materi yang
Dari hasil refleksi dapat dipelajari pada siklus II yaitu
disimpukan bahwa pelaksanaan Hukum Hess. Selama proses
pembelajaran pada siklus I masih pembelajaran berlangsung 2
orang pengamat bertugas untuk
terdapat banyak kekurangan sehingga
mengamati aktivitas siswa.
perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu Kegiatan pendahuluan
siklus II dengan beberapa revisi yang diawali dengan memberi salam
didasarkan pada refleksi siklus I. dan berdoa sebelum pembelajaran
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus dimulai. mengecek kehadiran
II peserta didik. Mengkondisikan
a. Perencanaan suasana belajar yang
Adapun rencana yang dilakukan menyenangkan. Melakukan
peneliti yaitu: apersepsi tentang pengertian
perubahan, pengertian entalpi dan
1) Menyiapkan materi yang akan pengertian entalpi?. Pemusatan
diajarkan yaitu materiTermokimia perhatian siswa dengan
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan memberikan motivasi ”apa fungsi
Pembelajaran (RPP) dengan meteran dalam kehidupan sehari-hari?
model pembelajaran Problem dan Apa saja alat ukur yang anda
Posing, untuk siklus II ketahui, berikan contohnya. Guru
3) Menyusun alat evaluasi siklus II menyampaikan kompetensi dasar
4) Menyusun instrumen pengamatan dan tujuan pembelajaran Guru
yang meliputi lembar pengamatan menyampaikan garis besar
aktivitassiswa siklus II kegiatan yang akandilakukan.
Pada tahap perencanaan silkus Guru menyampaikan lingkup dan
II, kegiatan peneliti secara umum sama teknik penilaian yang akan
dengan kegiatan perencanaan siklus I. digunakan.
Namun terdapat beberapa tambahan Kegiatan inti dimulai
berdasar refleksi siklus I yaitu adalah: dengan tahap Mengamati/
Kegiatan Pengembangan. Guru
1) Memberikan perhatian serta membagi kelompok dan
motivasi kepada siswa untuk tidak mengarahkan siswa untuk duduk
takut mencoba dan bertanya dalam kelompoknya masing-
ketika mengalami kesulitan. masing. Setiap kelompok
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
161
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

beranggotakan 5 orang dibagikan diperintahkan oleh guru.


berdasarkan nomor urutabsen. Pada tahap
Siswa duduk berdasarkan Mengumpulkan informasi, Siswa
kelompok masing- masing yang menjawab pertanyaan bersama-
telah dibagikan olehguru. Guru sama dengan kelompoknya,
memberikan materi pengantar dengan mengumpulkan informasi
yang dapat memberikan dari sejumlah fakta-fakta yangada.
gambaran bagi siswa untuk dapat Guru memandu siswa pada
merumuskan persoalan yang saatdiskusi kelompok berlansung.
diberikan guru. Mengenai Siswa bertanya tentang apa yang
Menjelaskan macam-macam belum dipahami. Pada tahap
bentuk perubahan entalpi, Mengasosiasi/mengolah
menjelaskan perubahan entalpi informasi, Siswa mengolah
dengan kalorimeter pembakaran informasi yang diperoleh dari
bahanbakar. Siswa terlibat aktif, pengamatan dan penjelasan dari
mendengarkan dan guru untuk mengisi lembar
memperhatikan penjelasan guru. jawaban. Guru membantu siswa
Pada tahap jika ada siswa yang mengalami
Menanya/Kegiatan Penerapan kesulitan dalam mengerjakan soal
(pengajuan soal). Guru yang telah mereka buat. Pada
mengajukan beberapa pertanyaan tahap Mengkomunikasikan, Guru
kepada siswa seputar materi yang mempersilahkan siswa untuk
dipaparkan. Siswa mencoba mempresentasikan hasil
menjawab pertanyaan dari guru. diskusinya, serta mencatat hal-hal
Guru mengarahkan siswa untuk yang dianggap penting. Siswa
membuka dan membaca buku. mempresentasikan lembar soal
Siswa menuruti perintah guru dan lembar jawaban kedepan
untuk mencari informasi lebih kelas, dengan jawaban yang
dengan membaca buku seputar diperoleh.
materi yang dipaparkan oleh guru. Pada kegiatan penutup, Guru
Guru membagikan LKK kepada menginstruksikan siswa untuk
siswa dan menjelaskan apa saja menyimpulkan tentang materi
yang harus dikerjakan oleh siswa. yang telah dipelajari. Siswa
Siswa terlibat aktif, menyimpulkan materi yang telah
mendengarkan instruksi dari guru. dipelajari. Guru memberikan
Guru menginstruksikan kepada penguatan konsep. Guru
setiap siswa untuk mengajukan 1 memberikan penghargaan
atau 2 pertanyaan yang kepada kelompok yang memiliki
menantang dilembar LKK dan kinerjaterbaik. Guru
pertanyaan tersebut diberikan ke menginstruksikan siswa agar
kelompok lain. Siswa mengajukan kembali ketempat duduk masing-
pertanyaan dilembar LKK dan masing. Siswa kembali ketempat
memberikan lembar LKK duduk masing- masing. Guru
kekelompok lain. Guru meminta memberikan lembar angket
siswa untuk mencari alternatif kepada siswa untuk dijawab
pemecahan kasus. Siswa tentang model yang digunakan.
melaksanakan apa yang Guru memberikan soal tesakhir.
Johari
162

Siswa mengerjakan soal tes yang Hasil belajar siswa dapat diukur
diberikan olehguru. Siswa dengan menggunakan instrumen
mengumpulkan lembar soal tes tes dalam bentuk soal pilihan
yang sudah dijawab. Siswa (Choice). Hasil belajar ini dianalisis
mendengarkan informasi untuk dengan menggunakan rumus
pertemuan berikutnya. Guru persentase. Pembelajaran
memberisalam. Siswa menjawab dianggap telah lulus/tuntas
salam dari guru apabila skor/nilai hasil belajar
c. Observasi siswa telah memenuhi Kriteria
1) Aktivitas Siswa Ketuntasan Belajar (KKM) yang
telah ditentukan di SMA Negeri 1
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel Parepare pada mata pelajaran
4.3 bahwa dapat diketahui Kimia yaitu 60. Adapun hasil tes
persentase aktivitas siswa pada dari siklus II dapat dilihat di
pembelajaran Termokimia dengan bawah ini:
penerapan model Problem Posing Tabel 4.4 Hasil tes belajar siswa dengan
(pengajuan soal) siklus I adalah penerapan Problem Posing pada
materi Termokimia di kelas XI
70% sedangkan pada siklus II MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare
adalah 91,67%. Berdasarkan siklus II
kedua siklus diatas, hal ini No Nama Siklus Ketuntasan
menandakan adanya peningkatan Siswa II (KKM≥60)
aktivitas belajar siswa menjadi 1 AS 80 Tuntas
lebih baik pada siklus II 2 FA 70 Tuntas
dibandingkan dengan siklus I. 3 GF 70 Tuntas
4 HJ 100 Tuntas
Peningkatan aktivitas 5 HI 70 Tuntas
siswa pada materi Termokimia 6 HN 50 Tidak
dengan penerapan model Problem Tuntas
Posing (pengajuan soal) dari siklus 7 IA 70 Tuntas
I hingga siklus II dapat dilihat 8 IHF 80 Tuntas
melalui nilai rata-rata aktivitas 9 IM 80 Tuntas
siswa pada setiap siklus. 10 JPS 80 Tuntas
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 11 KK 70 Tuntas
12 NF 50 Tidak
diatas, dapat diketahui bahwa
Tuntas
telah terjadi peningkatan aktivitas 13 MS 80 Tuntas
siswa pada siklus II dibandingkan 14 MYN 70 Tuntas
dengan siklus I. 15 MW 50 Tidak
tuntas
2) Hasil Belajar Siswa
16 RF 80 Tuntas
Hasil belajar siswa diukur
setiap siklus, yaitu setelah proses 17 RA 100 Tuntas
belajar berakhir. Sehingga 18 RAK 70 Tuntas
kemampuan belajar siswa dapat 19 RAF 50 Tidak
diketahui apakah suatu siklus Tuntas
telah berhasil ataupun belum. 20 RP 80 Tuntas
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
163
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

No Nama Siklus Ketuntasan keberanian siswa untuk bertanya kepada


Siswa II (KKM≥60) guru maupun teman, menjawab
21 RJ 70 Tuntas pertanyaan, yang diaukan guru,
22 RZ 80 Tuntas mengungkapkan pendapatnya dan
23 SF 80 Tuntas menuliskan soal yang dibuatnya tanpa
24 SH 70 Tuntas
harus ditunjuk. Guru memberikan
25 SM 90 Tuntas
26 UH 80 Tuntas bimbingan dan perhatian yang lebih
27 WL 90 Tuntas merata kepada setiap siswa. Sehingga
28 YE 80 Tuntas siswa tidak merasa takut ataupun malu
Rata-rata 74,64 Baik untuk bertanya mengenai permasalahan
yang belum dipahami.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat Pelaksanaan tindakan kelas
diketahui bahwa siklus II mempunyai siklus II ini juga tak lepas dari beberapa
rata-rata 74,64 nilai ini meningkat dari permasalahan, permasalahannya adalah
siklus I yaitu 62,14. Pada siklus II siswa kemampuan siswa yang tidak merata
yang telah tuntas nilainya 24 orang dan sehingga hasil yang dicapai tidak merata.
4 orang siswa lainnya belum mencapai Rata-rata hasil tes siklus II adalah 74,64
KKM. Maka persentase banyaknya Lebih baik dari pada siklus I sebesar
siswa yang tuntas belajar siklus II adalah 62,14.
85, 71%. Siklus II ini telah
PEMBAHASAN
membuktikan adanya peningkatan
Penelitian ini dilakukan di SMA
belajar siswa dari siklus I dengan
Negeri 1 Parepare. Peneliti melakukan
persentase 53,58% menjadi 85,71%
penelitian pada tanggal 18 September
tuntas sedangkan yang tidak tuntas
2018 sampai dengan 4 Oktober 2018 di
sebelumnya di siklus I sebanyak 46,42%
SMA Negeri 1 Parepare dengan
menurun menjadi 14,29%.
menerapkan model Problem Posing
d. Refleksi (pengajuan soal) pada materi
Setelah tindakan yang dilakukan Termokimia. Pengumpulan data
pada siklus II berakhir, peneliti dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan,
melakukan refleksi terhadap data yang yakni 2 kali pertemuan pada siklus 1 dan
telah diperoleh selama pelaksanaan 2 kali pertemuan pada siklus 2.
tindakan. Refleksi yang dilakukan ini
1. Aktivitas BelajarSiswa
sekaligus akhir dari rangkaian tindakan
Berdasarkan hasil analisis data
yang telah dilakukan. Berdasarkan
aktivitas siswa kelas XI MIPA 3 di SMA
pengamatan selama kegiatan
Negeri 1 Parepare pada materi
pembelajaran siklus II, terlihat bahwa
Termokimia dengan menggunakan
kegiatan pembelajaran berjalan dengan
model Problem Posing (pengajuan soal)
lancar dan lebih baik dari siklus
pada siklus I yang diamati oleh dua
sebelumnya. Kegiatan siswa sudah
orang pengamat, lembar observasi yang
mulai tampak terlihat dari munculnya
diberikan oleh guru kepada pengamat
Johari
164

untuk melihat aktivitas siswa, mulai dari dengan model yang diterapkan yaitu
pembukaan sampai penutupan proses model Problem Posing (pengajuan soal),
belajar mengajar. dapat diketahui (2) Guru belum sepenuhnya
persentasenya adalah 70%. Persentase menerapkan model Problem Posing. Maka
ini tergolong baik karena berada pada peneliti melanjutkan siklus selanjutnya
range 61-81%. Ada bebera siswa yang yaitu siklus II.
kurang aktif tapi Sebagian besar siswa Pembelajaran pada siklus
mulai terlihat aktif di dalam kelas, hal ini selanjutnya yaitu siklus II siswa
karena siswa mulai merasakan dirangsang untuk lebih aktif, guru
pembelajaran yang bermakna karena meransang pertanyaan-pertanyaan yang
guru mengaitkan materi dengan menarik supaya terciptanya suasana
kehidupan sehari-hari, siswa juga mulai belajar yang baik. Dan setiap paparan
berpikir kritis dan bisa merasakan materi yang diberikan oleh guru siswa
pentingnya materi yang dipelajari dituntut harus bisa memahaminya, dan
dengan kehidupannya. jika masih ada siswa yang kurang
Siswa duduk dalam tim mengerti, guru tidak akan lanjut ke
kelompok, guru membagi dalam 5 materi berikutnya, Siswa kualahan di
kelompok, dan siswa mulai melihat dan bagian menghitung harga ∆H reaksi dan
mendengarkan paparan materi dari menghitung hukum Hess. Siswa yang
guru, Suasana belajar dalam kelompok kurang mengerti guru memberikan satu
masing-masing saat mengerjakan LKK soal untuk dikerjakan kedepan kelas.
(Lembar Kerja Kelompok) terlihat sehingga bisa merasakan pengalaman
menyenangkan, tetapi ada beberapa langsung. Ketika mempresentasikan
siswa yang tidak bisa diatur oleh guru. hasil diskusi di depan kelas, siswa
Kemudian setiap siswa dituntut untuk terlihat mempunyai wawasan yang lebih
membuat satu atau lebih pertanyaan luas dari sebelumnya dan mulai bisa
yang sesuai dengan contoh yang telah membuat pertanyaan-pertanyaan yang
dipaparkan oleh guru dilembar LKK menantang untuk diberikan
dan lembaran LKK tersebut ditukarkan kekelompok lain. Selain itu siswa juga
dengan kelompok lain untuk mencari aktif berdiskusi untuk menyelesaikan
jawaban dari setiap pertanyaan. Setiap LKK (Lembar Kerja Kelompok).
kelompok saling bekerja sama dalam Aktivitas siswa menjadi
tim kelompoknya, dan selanjutnya akan meningkat dari sebelumnya 70%
dipersentasikan kedepan kelas. Akan menjadi 91,67%, persentase ini
tetapi masih ada beberapa orang siswa tergolong kedalam kriteria baik sekali.
yang kurang aktif dalam bertanya, Berdasarkan peningkatan yang terjadi
menjawab pertanyaan, berdiskusi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
maupun presentasi dibagianmenjelaskan model Problem Posing (pengajuan soal)
tentang perbedaan reaksi eksoterm dan
dapat memacu siswa untuk lebih aktif
endoterm. Hal ini di karenakan (1) dan semangat dalam belajar.
Siswa masih merasa belum terbiasa
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
165
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

2. Hasil Belajar dan Ketuntasan memberikan gambaran bagi siswa untuk


Hasil Belajar Siswa dapat dirumuskan persoalan-persoalan
Berdasarkan hasil analisis data yang diberiakan. (2) Kegiatan
hasil belajar siswa kelas XI MIPA 3 di penerapan/pengajuan soal, setiap siswa
SMA Negeri 1 Parepare pada materi membuat satu atau lebih soal yang
Termokimia dengan menggunakan menantang, yang nantinya akan
model Problem Posing (pengajuan soal) diberikan kekelompok lain untuk
pada siklus I guru memberikan soal tes mencari jawaban yang benar. (3)
yang berjumlah 10 butir soal. Sesuai mengasosiasi/mengolah informasi,
dengan materi yang dipaparkan oleh siswa mengolah informasi yang
guru pada siklus I. dapat diketahui diperoleh dari penjelasan guru. (4)
persentase hasil belajar siswa yang mengkomunikasikan, siswa
tuntas adalah 53,58% sedangkan yang mempresentasikan hasil kerja kelompok
tidak tuntas adalah 46,42%. Pada siklus masing-masing. Terakhir evaluasi dan
ini terdapat 13 orang siswa yang belum beserta soal tes.
memenuhi KKM sehingga hasil
belajarnya tidak tuntas. Hal ini di Berdasarkan hasil analisis data
karenakan siswa masih belum terbiasa siklus II, dapat diketahui persentase
dengan model yang diterapkan oleh hasil belajar siswa yang telah tuntas
guru, selain itu beberapa siswa juga sebesar 85,71% sedangkan yang tidak
belum terangsang untuk bersikap aktif tuntas adalah sebesar 14,29%.
di dalam kelas. Selain itu, berdasarkan Persentase ini mengalami peningkatan
hasil evaluasi peneliti dari siklus I dibandingkan siklus sebelumnya yaitu
didapatkan kelemahan seperti: guru dari 53,58%menjadi 85,71%.
masih kurang baik dalam memberikan MenurutAgip bahwa ketuntasan belajar
rangsangan kepada siswa di awal klasikal dinyatakan berhasil jika
pembelajaran, dan guru masih belum persentase siswa yang tuntas belajar atau
bisa memahami karakter setiapsiswa. siswa yang mendapat nilai ≥ 60
jumlahnya lebih besar atau sama dengan
Setelah mengetahui kelemahan 85% dari jumlah siswa seluruhnya.
itu maka guru bisa menyempurnakannya Kriteria keberhasilan proses
pada siklus II. Dalam guru memberikan pembelajaran siswa dan guru dalam %
rangsangan-rangsangan diawal jika tingkat keberhasilan 71-85 % maka
pembelajaran sehingga siswa dapat dapat dikatakan predikat
mengkonstruksikan pemahamannya keberhasilannya tinggi (Agip, dkk: 2009:
sendiri menjadi sebuah konsep. Guru 41).
memancing respon siswa dengan
pertanyaan bagi siswa yang belum Peneliti menghentikan pada
mengerti guru memberikan soal untuk siklus II karena peneliti sudah melihat
dikerjakan kedepan kelas. Adapun adanya peningkatan hasil belajar siswa
langkah-langkah model Problem Posing:(1) SMA Negeri 1 Parepare mulai dari
Kegiatan pengembangan, guru sebelum diterapkan model problem posing
Johari
166

yaitu siswa hanya lulus KKM hanya 85,71% pada siklus II. Sedangkan
30,25 %, setelah diterapkan model persentase yang tidak tuntas
problem posing pada siklus I persentase sebelumnya di siklus I sebanyak
46,42% menurun pada siklus II
siswa yang lulus KKM meningkat
menjadi 14,29%. Kriteria
menjadi 53,58%, siklus I terdapat 13 keberhasilan proses pembelajaran
orang siswa yang tidak lulus KKM. Pada siswa 71-85% maka predikat
siklus II peneliti memperoleh hasil keberhasilannya tinggi.
belajar siswa meningkat menjadi SARAN
85,71%. Maka peneliti hanya Berdasarkan hasil penelitian
menerapkan model problem posing ini yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
berhenti pada siklus II tidak untuk meningkatkan mutu pendidikan
melanjutkan kesiklus berikutnya, karena di masa yang akan datang, peneliti
pada siklus II hanya 4 orang siswa yang memberikan saran-saran sebagai
tidak lulus KKM. berikut:

KESIMPULAN 1. Model Problem Posing (pengajuan


Berdasarkan hasil analisis data soal) adalah salah-satu model yang
dan pembahasan hasil penelitian baik untuk diterapkan dikelas
terutama pada materi sains agar
penerapan model Problem Posing
materi yang dipelajari dapat
(pengajuan soal) untuk meningkatkan menjadi bermakna bagi siswa dan
hasil belajar siswa pada materi juga agar materi lebih mudah
Termokimia di kelas XI MIPA 3 SMA untuk memahami konsep-konsep
Negeri 1 Parepare, dapat di simpulkan kimia.
beberapa hal sebagai berikut: 2. Mengingat bahwa model Problem
Posing (pengajuan soal) dapat
1. Aktivitas belajar siswa dengan meningkatkan hasil belajar siswa,
penerapan model Problem Posing yang telah dibuktikan oleh peneliti
(pengajuan soal) pada materi di kelas XI MIPA 3 SMA Negeri
Termokimia, mengalami 1 Parepare pada materi
peningkatan menjadi lebih baik. Termokimia, maka peneliti
persentase aktivitas siswa pada menganjurkan kepada peneliti
siklus I sebesar 70% yang selanjutnya agar dapat
tergolong baik meningkat pada menerapkan model ini pada
siklus II sebesar 91,67% yang materi- materi lainnya yang
tergolong baik sekali. dianggap sesuai, dikarenakan
2. Hasil belajar siswa dengan model ini sangat baik untuk
penerapan model Problem Posing menjadikan suasana belajar siswa
(pengajuan soal) pada materi menjadi lebih bermakna dan
Termokimia, mengalami membuat siswa lebih aktif,
peningkatan menjadi lebih baik. dikarenakan siswa dituntut untuk
Nilai rata-rata hasil belajar pada membuat pertanyaan-pertanyaan
siklus I sebesar 62,14 meningkat yang menantang yang berkaitan
menjadi 74,64, persentase dengan contoh-contoh soal yang
ketuntasan hasil belajar siswa telah diberikan oleh guru atau
siklus I sebesar 53,58% menjadi mengembangankan soal yang
Penerapan Model Problem Posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
167
pada Materi Termokimia di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Parepare

sudah ada. Itu Mudah. Jakarta: Bumi


3. Diharapkan kepada peneliti- Aksara.
peneliti selanjutnya agar dapat Mulyasa. E. (2005). Kurikulum Berbasis
meneliti penerapan model Problem Kompetensi: Konsep Karekteristik
Posing (pengajuan soal) ini dengan Dan Implementasi. Bandung:
berbagai variasi metode, misalnya Rosdakarya.
dipadukan dengan media-media Mulyasa. (2005) Kurikulum Berbasis
lainnya. agar proses pembelajaran Kompetensi: Konsep
dapat lebih baik, menarik dan Karekteristik dan
tidak membosankan. Implementasi. Bandung:
4. Diharapkan kepada peneliti Rosdakarya.
selanjutnya sebelum memberikan Sanjawa, (2008). Strategi Pembelajaran
soal tes, pastikan terlebih dahulu, Berorientasi Standar
apakah siswa sudah siap untuk ProsesPendidikan. Jakarta:
melakukan tes. Kencana.
DAFTAR PUSTAKA
Agip, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Sardiman. (2005). Interaksi Dan Motivasi
Kelas Untuk Guru. Bandung: Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Yrama. Raja Grafindo Persada.
Amin, Safwan. (2005). Pengantar Psikologi Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi
Pendidikan. Banda Aceh: Pendidikan Dengan Pendekatan
Yayasan Pena. Baru. Bandung: PT Remaja
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Rosdakarya.
Penelitian Suatu Pendekatan Suharsini, Maria. (2007). Kimia Dan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Cakapan Hidup. Jakarta:
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Ganeca Exact.
Pendidikan. Bandung: PT Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian
Remaja Rosdakarya. Tindakan Kelas. Jakarta:
Gulo. W. (2002). Metodelogi Penelitian. Kencana.
Jakarta: Grasindo. Sudjono, Anas. (2005). Pengantar
Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar Statistik Pendidikan. Jakarta:
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Raja Grafindo.
Heru J. D, Lettu. (1998). Media Sudarmo, Unggul. (2014). Kimia Untuk
Pembelajaran Dalam Proses SMA/MA kelas XI. Surakarta:
Belajar Mengajar Masa Kini. Erlangga
Jakarta: Depdikbuddirjen Thobroni, Muhammad Dan Arif
Pendidikan Tinggi. Mustofa. (2013). Belajar Dan
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Pembelajaran Pengembangan
Penelitian Tindakan Kelas sebagai Wacana Dan Praktik
Pengembangan Profesi Guru. Pembelajaran Dalam
Jakarta: Raja Grafindo Pembangunan Nasional.
Persada. Jogyakarta: Ar Ruzz Media
Komara, Endang. (2014). Belajar Dan Wiriaatmadja,Rochiati.(2012).MetodePene
Pembelajaran Interaktif. litianTindakanKelas.
Bandung: PT Refika Aditama Bandung:PT Remaja
Muslich, Masnur. (2009). Melaksanakan Rosdakarya.
PTK Penelitian Tindakan Kelas
Johari
168

Yusnaini, (2014). Peningkatan Hasil


Belajar Pada Materi Himpunan
Melalui Model Problem Posing
Pada Siswa Kelas VII Mtss
Syamsuddhuha Aceh Utara.
Sikripsi. Banda Aceh: UIN Ar-
Raniry.

Anda mungkin juga menyukai