Anda di halaman 1dari 8

Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN.

2503-4448

PENGARUH MODEL SIKLUS BELAJAR 5E


PADA PRAKTIKUM KOLOID TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA
SMA NEGERI 2 PONTIANAK

Syafitri Mayang Sari*, Rody Putra Sartika dan Fitriani

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak


Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email: syafawah_maymay@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada praktikum Koloid
yang diajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E dengan siswa yang diajarkan dengan
model konvensional, serta untuk mengetahui besarnya pengaruh model pembelajaran siklus belajar
5E terhadap hasil belajar siswa pada praktikum Koloid kelas XI MIA SMA Negeri 2 Pontianak.
Penentuan sampel penelitian menggunakan purposive sampling dan diperoleh 2 kelas sebagai
sampel yaitu kelas XI MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 2 sebagai kelas kontrol.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes untuk mengukur hasil belajar dan lembar observasi
untuk mengukur hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E memiliki nilai rata-rata hasil
belajar kognitif sebesar 86,84, hasil belajar afektif sebesar 52,63 dan hasil belajar psikomotorik
sebesar 63,15. Siswa yang diajarkan dengan model konvensional memiliki nilai rata-rata hasil
belajar kognitif sebesar 78,94, hasil belajar afektif sebesar 42,10 dan hasil belajar psikomotorik
sebesar 52,63. Siklus belajar 5E memberikan pengaruh sebesar 28,52% terhadap hasil belajar.

Kata Kunci : Hasil belajar, praktikum Koloid, model siklus belajar 5E

ABSTRACT

This research aimed to find out the difference between learning result of the students who were
taught by learning cycle model 5 E and those who were taught by conventional learning model as
well as to know the effect of learning cycle model 5 E towards learning result of the eleventh grade
students in the Coloid experiment at SMA Negeri Pontianak. The sampling system was purposive
sampling which XI MIA 3 was choosen as experimental class and XI MIA 2 was choosen as
control class. The instruments used were the test of learning result and observation sheets to
measure the learning result of the affective and students’ psychomotor. The result of this research
showed that the students who were taught by learning cycle model 5 E had the mean score of
cognitive, affective and psychomotor learning results were 86,84; 52,63 and 63,15 respectively.
Meanwhile the students who were taught by conventional learning model had the mean score of
cognitive, affective and psychomotor learning results were 78,94; 42,10 and 52,63 respectively.
Hence, it could be concluded that learning cycle model 5E affected on the improvement of
students’ learning result which was 28,52 %.

Keywords : Learning result, Coloid experiment, learning cycle model 5 E

73
Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah cabang ilmu menjelaskan berbagai fenomena dalam
pengetahuan alam yang mempelajari kehidupan nyata dan memiliki aplikasi
struktur, sifat-sifat materi, perubahan yang sangat luas dalam berbagai bidang
suatu materi menjadi materi lain, serta kehidupan.
energi yang menyertai perubahan materi Pembelajaran selama ini hanya
(Dimyati & Mudjiono, 2009). Tujuan disampaikan melalui model
penting mempelajari ilmu kimia di konvensional, dimana siswa hanya
Sekolah Menengah Atas (SMA) salah menerima informasi dari apa yang
satunya adalah agar siswa memahami disampaikan oleh guru. Pembelajaran
konsep, prinsip, hukum dan teori kimia lebih menarik juga dilakukan oleh guru
serta saling keterkaitannya dan dengan membagi siswa menjadi beberapa
penerapannya untuk menyelesaikan kelompok. Pada kegiatan kelompok ini
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan siswa menyelesaikan masalah yang
teknologi (Depdiknas, 2003). diberikan oleh guru. Akan tetapi, hal
Pembelajaran kimia selama ini tersebut tidak membuat seluruh siswa
masih belum sampai pada tujuan yang menjadi aktif dan memahami materi
akan dicapai, hal ini dapat dilihat dari Koloid. Materi Koloid merupakan materi
siswa yang masih kurang memahami yang bersifat abstrak, sehingga
materi pelajaran sehingga kesulitan diperlukan praktikum agar siswa lebih
dalam menjawab soal yang diberikan. memahami materi Koloid. Pada kegiatan
Faktor penyebab kesulitan belajar kimia praktikum, konsep-konsep yang ada
antara lain sebagian besar konsep kimia diteori dapat dibuktikan dan lebih diingat
bersifat abstrak dan kurangnya oleh siswa (Akyuni, 2010).
kompetensi guru dalam penguasaan Bloom dan Arifin (2009)
metode dan model pembelajaran (Ashadi, mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam
2009). 3 ranah yaitu kognitif (pengetahuan),
Materi Koloid merupakan salah afektif (sikap), dan psikomotorik
satu materi yang dapat menyebabkan (keterampilan). Praktikum di
siswa mengalami kesulitan karena laboratorium pembelajaran kimia selain
bersifat abstrak dan berupa materi dapat memberikan pengalaman pada
hapalan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ketiga ranah hasil belajar, juga menjadi
belajar siswa SMA Negeri 2 Pontianak penting jika ditinjau dari ilmu kimia yang
untuk materi Koloid banyak siswa yang dibangun dengan metode ilmiah.
memperoleh nilai di atas Kriteria Kemampuan dalam praktikum kimia
Ketuntasan Minimal (KKM) kurang dari sangat penting untuk menunjang
20% pada tahun ajaran 2013/2014. Nilai keterampilan, sikap dan pengetahuan.
KKM untuk mata pelajaran kimia di Selama kegiatan praktikum yang pernah
SMA Negeri 2 Pontianak adalah 75. dilakukan, siswa masih belum mencari
Siswa yang mendapat nilai ≥ 75 sebesar informasi sendiri dalam melakukan
18,1% dan yang mendapat nilai di bawah tahapan praktikum dan masih banyak
KKM sebesar 81,9%. Apabila dikaji lebih siswa yang bertanya, meskipun sudah
dalam materi ini sangat bermanfaat untuk dijelaskan oleh guru. Sehingga

74
Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

kemampuan afektif dan psikomotorik Tiap fase siklus belajar


siswa juga masih kurang dalam kegiatan merupakan kegiatan yang sangat penting
praktikum. dalam pengembangan konsep yang
Suatu variasi atau model dipelajari. Siswa mengembangkan
pembelajaran diperlukan untuk dapat pemahamannya terhadap suatu konsep
membuat siswa mengkonstruksi dengan kegiatan mencoba (hands on
pengetahuannya melalui pembelajaran activities) melalui kegiatan praktikum di
yang berpusat pada siswa. Model laboratorium. Model siklus belajar
pembelajaran yang dapat mengaktifkan memberi kesempatan kepada siswa untuk
siswa dalam pembelajaran salah satunya melakukan percobaan secara langsung
model siklus belajar 5E (Engagement, dan menemukan konsep secara mandiri
Exploration, Explanation, Elaboration, sehingga membuat pembelajaran menjadi
Evaluation). lebih bermakna.
Model pembelajaran siklus belajar Adanya peningkatan hasil belajar
5E (Learning Cycle-5E) dengan siswa melalui kegiatan praktikum
pendekatan konstruktivis dapat maupun siklus belajar 5E pernah
digunakan di dalam pembelajaran kimia dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil
khususnya materi sistem Koloid, dimana penelitian Akyuni (2010) pada praktikum
pada materi ini banyak menghapal kimia materi pokok reaksi kimia hasil
konsep. Menurut Iskandar (2010) model belajar siswa meningkat pada masing-
pembelajaran yang bersifat masing aspek, yaitu kognitif sebesar
konstruktivistik seperti Learning Cycle 17.46%, aspek afektif sebesar 8.67% dan
dapat diterapkan dalam pembelajaran aspek psikomotorik sebesar 14.79%.
topik-topik kimia yang bersifat konsep. Penelitian Rahayuningsih (2012) pada
Model pembelajaran siklus belajar dapat materi Kelarutan dan Hasil Kali
diterapkan untuk pembelajaran materi Kelarutan (Ksp) dimana kualitas proses
sistem Koloid karena sesuai dengan belajar siswa dan kualitas hasil belajar
karakteristik materi sistem Koloid yang siswa mengalami peningkatan masing-
terdiri atas kegiatan praktikum. Melalui masing sebesar 73,2% dan 85%. Hasil
siklus belajar 5E siswa dapat penelitian Oktari dkk (2014) pada materi
membangkitkan pemahamannya sendiri Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
didasarkan pada latar belakang, sikap, dimana model pembelajaran siklus
kemampuan dan pengalamannnya. Siswa belajar 5E memberikan pengaruh sebesar
memilih informasi yang disajikan dan 27,34% terhadap hasil belajar siswa.
prakonsepsi siswa menentukan informasi Berdasarkan penjelasan di atas, maka
mana yang menarik perhatiannya, perlu dilakukan penelitian menggunakan
kemudian secara aktif otak model siklus belajar 5E yang diharapkan
menterjemahkan dan menggambarkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
kesimpulan berdasarkan informasi yang
telah disimpan, dengan demikian belajar
merupakan suatu proses yang berputar
(siklus) (Susiwi, 2007).

75
Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

METODE PENELITIAN MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan XI


Bentuk Penelitian MIA 2 sebagai kelas kontrol.
Bentuk penelitian yang digunakan Teknik dan alat pengumpulan
adalah quasi eksperimen dengan data dilakukan dengan: (1) Teknik
rancangan Nonequivalent Control Group pengukuran yang dilakukan dengan
Design (Sugiyono, 2014): menggunakan tes hasil belajar dan alat
Tabel 1. Nonequivalent Control Group pengumpul datanya adalah tes hasil
Design belajar kognitif, (2) Observasi langsung
O1 X O2 yang dilakukan dengan cara peneliti
meminta bantuan kepada observer untuk
O3 O4
mengisi lembar pengamatan
Keterangan: pembelajaran dan alat pengumpul
O1 : Pre-test pada kelas eksperimen datanya adalah lembar observasi.
O3 : Pre-test pada kelas kontrol Teknik analisis Instrumen
O2 : Post-test pada kelas eksperimen penilaian aspek kognitif menggunakan:
O4 : Post-test pada kelas kontrol
(1) Uji validitas, validitas yang
X : Perlakuan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol digunakan adalah validitas isi konstruk
Kelas eksperimen dan konstrol masing- bahasa dan instrumen dinyatakan valid,
masing dilakukan pengukuran sebanyak 2 (2) Uji reliabilitas, digunakan pengujian
kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah reliabilitas alat ukur internal consistency,
perlakuan. Pengukuran yang dilakukan instrumen dinyatakan reliabel sebab
sebelum perlakuan; O1 dan O3 disebut harga reliabilitas 0,674 lebih besar dari
pretest, pengukuran setelah perlakuan; O2 kriteria minimum (0,6) (Siregar, 2010).
dan O4 disebut posttest. Perbedaan Teknik analisis data
pencapaian antara kelas eksperimen (O2 – menggunakan uji signifikasi 0,05
O1) dengan pencapaian kelas kontrol (O4 berbantuan perangkat lunak SPSS 17.00
– O3) diasumsikan sebagai efek dari for windows, untuk membuktikan apakah
perlakuan. data terdistribusi normal atau tidak,
Variabel bebas dalam penelitian kemudian menggunakan uji U-Mann
ini adalah pembelajaran dengan model Whitney karena didapatkan hasil yang
siklus belajar 5E dan pembelajaran tidak terdistribusi normal.
dengan model konvensional, sedangkan
variabel terikatnya adalah hasil belajar HASIL PENELITIAN
siswa. Data yang diperoleh dalam
Populasi dalam penelitian ini penelitian ini adalah hasil belajar siswa
adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA pada praktikum Koloid yang meliputi
Negeri 2 Pontianak tahun ajaran aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2014/2015 yang terdiri dari 3 kelas. Aspek kognitif disajikan pada Tabel 2
Teknik pengambilan sampel dalam dan 3, aspek afektif disajikan pada Tabel
penelitian ini adalah purposive sampling. 4 dan 5, dan aspek psikomotorik
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas disajikan pada Tabel 6 dan 7.
XI MIA SMAN 2 Pontianak yaitu XI

76
Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

Hasil Belajar Kognitif 80


57.89 Sangat
Tabel 2. Hasil Nilai Pretest dan Posttest 60 52.6447.36 Baik
42.11 Baik
Kelas Eksperimen 40
Pretest Posttest
20 Cukup
Nilai Tidak Tidak
Tuntas Tuntas Baik
Tuntas Tuntas
0
Jumlah Siswa 0 38 33 5
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Persentase (%) 0 100 86,85 13,15
Jumlah Nilai 288 2710
Rata-Rata Nilai 3,46 71,31
Gambar 2. Diagram Perbandingan
Tabel 3. Hasil Nilai Pretest dan Posttest Penilaian Afektif Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol dan Kelas Kontrol
Pretest Posttest
Nilai
Tuntas
Tidak
Tuntas
Tidak Tabel 4 dan 5 membuktikan bahwa nilai
Tuntas Tuntas
Jumlah Siswa 0 38 30 8 afektif kelas eksperimen lebih tinggi
Persentase (%) 0 100 78,95 21,05 dibandingkan kelas kontrol, hal ini
Jumlah Nilai 362 2233
Rata-Rata Nilai 9,52 58,76
dibuktikan dari presentasi Sangat Baik
(SB) di kelas eksperimen lebih tinggi.
80 71.31
58.76
60 Hasil Belajar Psikomotorik
Nilai 40
Pretest Tabel 6. Penilaian Psikomotorik Kelas
Rata- Posttest Eksperimen
Rata 20 3.46
9.52
Sangat Cukup Kurang
Column1 Baik
0 Penilaian Baik Baik Baik
(B)
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol (SB) (CB) (KB)
Jumlah Siswa 24 14 0 0
Persentase (%) 63,16 36,84 0 0
Gambar 1. Diagram Perbandingan
Rata-Rata Hasil Pretest-Posttest Kelas Tabel 7. Penilaian Psikomotorik Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Kontrol
Sangat Cukup Kurang
Baik
Penilaian Baik Baik Baik
Tabel 2 dan 3 membuktikan bahwa hasil (SB)
(B)
(CB) (KB)
posttest siswa kelas eksperimen lebih Jumlah Siswa 20 18 0 0
Persentase (%) 52,64 47,36 0 0
banyak dibanding dengan kelas kontrol. 80
63.16 Sangat
60 52.6447.36 Baik
Hasil Belajar Afektif 40
36.84 Baik

Tabel 4. Penilaian Afektif Kelas 20 Cukup


Eksperimen Baik
0
Sangat Cukup Kurang
Baik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Penilaian Baik Baik Baik
(B)
(SB) (CB) (KB)
Jumlah Siswa 20 18 0 0
Persentase (%) 52,64 47,36 0 0 Gambar 3. Diagram Perbandingan
Penilaian Psikomotorik Kelas
Tabel 5. Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kontrol
Sangat Cukup Kurang
Penilaian Baik
Baik
Baik Baik
Tabel 4 dan 5 membuktikan bahwa nilai
(B)
(SB) (CB) (KB) psikomotorik kelas eksperimen lebih
Jumlah Siswa 16 22 0 0
Persentase (%) 42,11 57,89 0 0 tinggi dibandingkan kelas kontrol, hal ini

77
Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

dibuktikan dari persentase Sangat Baik dengan kelas kontrol siswa yang
(SB) lebih tinggi di kelas eksperimen. diajarkan menggunakan model
Hasil uji kenormalan nilai pretest konvensional.
dengan uji Kolmogrov Smirnov siswa
kelas eksperimen dan kontrol diperoleh PEMBAHASAN
nilai signifikan untuk kelas eksperimen Hasil penelitian ini menunjukkan
Pvalue (0,005) < α (0,05) dan kelas kontrol bahwa ada perbedaan hasil belajar antara
Pvalue (0,000) < α (0,05). Pvalue pretest siswa yang diajarkan dengan
kelas eksperimen dan kontrol lebih kecil menggunakan model pembelajaran siklus
dari α maka disimpulkan data tidak belajar 5E dengan siswa yang diajarkan
berdistribusi normal dan dilanjutkan dengan menggunakan model
dengan uji statistic non-parametrik yaitu pembelajaran konvensional. Berdasarkan
uji U-Mann Whitney. Hasil uji hipotesis perhitungan rata-rata hasil belajar siswa
U-Mann Whitney yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol
menunjukkan Pvalue (0,179) > α (0,05), diperoleh rata-rata hasil belajar siswa
maka Ho diterima yang berarti data yang diajarkan dengan model siklus
terdistribusi normal, tidak terdapat belajar 5E lebih tinggi dari rata-rata hasil
perbedaan kemampuan awal siswa pada belajar siswa yang diajarkan dengan
kelas eksperimen dan kontrol. model konvensional. Kelas eksperimen
Uji kenormalan nilai posttest diperoleh rata-rata nilai pretest yaitu 3,46
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas dan rata-rata nilai posttest yaitu 71,31.
kontrol menggunakan uji Kolmogrov Nilai tersebut mengalami peningkatan
Smirnov, ternyata nilai signifikan posttest sebesar 63,73, sedangkan untuk kelas
kelas eksperimen diperoleh Pvalue (0,181) kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest
> α (0,05) dan kelas kontrol Pvalue (0,000) yaitu 9,52 dan rata-rata nilai posttest
< α (0,05). Pvalue kelas eksperimen lebih yaitu 58,76 sehingga mengalami
besar dari α maka kelas eksperimen peningkatan sebesar 49,23.
berdistribusi normal, sedangkan Pvalue Pada pembelajaran kelas
kelas kontrol lebih kecil dari α maka eksperimen yang diajarkan dengan model
kelas kontrol tidak berdistribusi normal. siklus belajar 5E berbeda dari
Data kelas eksperimen dan kontrol tidak pembelajaran model konvensional.
berdistribusi normal dan dilanjutkan Melalui model siklus belajar 5E siswa
dengan uji nonparametrik yaitu uji U- secara langsung memahami suatu materi
Mann Whitney dengan taraf nyata α = secara berkelompok dimana siswa
5%. menyelesaikan soal-soal yang terdapat
Uji hipotesis U-Mann Whitney dalam Penuntun Praktikum yang terdapat
menunjukkan angka probabilitas, yaitu pada fase exploration, membuat
Pvalue (0,000) < α (0,05), maka dapat kesimpulan (diskusi) dan
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha mempresentasikan di depan kelas yang
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat dalam fase explanation
terdapat perbedaan hasil belajar siswa Pada model siklus belajar 5E
kelas eksperimen yang diajarkan siswa secara langsung memahami suatu
menggunakan model siklus belajar 5E materi secara berkelompok, dimana siswa

78
Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

menyelesaikan soal-soal yang terdapat dan memperoleh nilai posttest yang


dalam Penuntun Praktikum, membuat tinggi.
kesimpulan (diskusi) dan
mempresentasikan di depan kelas. Siswa KESIMPULAN
juga diberi kesempatan untuk memahami Berdasarkan hasil penelitian dapat
materi secara individu yaitu pada tahap disimpulkan bahwa: (1) Terdapat
evaluation, dimana siswa mengerjakan perbedaan hasil belajar siswa XI MIA
soal yang diberikan oleh guru untuk SMA Negeri 2 Pontianak yang diajarkan
mengecek pemahaman siswa terhadap dengan model pembelajaran siklus
konsep yang telah dipelajari, sehingga belajar 5E dengan siswa yang diajarkan
memberikan suasana dan cara belajar dengan model konvensional; (2) Model
yang baru kepada siswa. Siswa menjadi siklus belajar 5E pada praktikum koloid
lebih semangat dan lebih aktif dalam memberikan pengaruh sebesar 0,79 (0,2
mengikuti kegiatan belajar mengajar < ES < 0,8) yang dikategorikan sedang.
karena model siklus belajar 5E ini model Jika dilihat dari luas di bawah
pembelajaran student-center. lengkungan kurva normal dari O ke Z,
Hasil penelitian ini sejalan dengan maka model siklus belajar 5E pada materi
penelitian yang dilakukan oleh Hasanah sistem koloid memberikan pengaruh
dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa sebesar 28,52% terhadap peningkatan
penerapan siklus belajar 5E pada materi hasil belajar siswa XI MIA SMA Negeri
Kelarutan dan Hasil Kelarutan dapat 2 Pontianak.
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
dari siklus I sebesar 29,17% menjadi DAFTAR PUSTAKA
sebesar 79,17% pada siklus II. Pada
materi Kelarutan dan Hasil Kali Akyuni. (2010). Efektivitas Pembelajaran
Kelarutan juga dilakukan oleh Sari dkk Praktikum Kimia Materi Pokok
(2013) terjadi peningkatan hasil belajar Reaksi Kimia dalam
Meningkatkan Hasil Belajar
dari hasil tes kognitif sebesar 82,05%,
Siswa Kelas VII SMP IPA (Islam
afektif sebesar 77,62% dan psikomotorik Assalamah) Ungaran. Skripsi.
sebesar 88,5%. Penelitian Susanti dkk Semarang: Institut Agama Islam
(2012) dimana siswa yang diajarkan Negeri Walisongo.
dengan model pembelajaran LC 5-E
terjadi peningkatan kognitif sebesar Arifin, Z. (2009). Evaluasi
82,14%, afektif sebesar 82,36% dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
psikomotorik sebesar 82,14% terhadap
hasil belajar siswa Ashadi. (2009). Kesulitan Belajar Kimia
Model siklus belajar 5E cukup bagi Siswa Sekolah Menengah.
sesuai dengan materi sistem koloid yang (Online).
mana pada materi ini banyak menghapal (http://pustaka.uns.ac.id/include/i
konsep dan terdiri atas kegiatan nc_pdf.php?nid=198, diakses 28
praktikum. Soal pretest dan posttest yang Mei 2015).
dijadikan juga berupa soal pemahaman, Depdiknas (Departemen Pendidikan
agar siswa lebih mudah memahaminya Nasional). (2003). Kurikulum
79
Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

Berbasis Kompetensi Mata http://file.upi.edu:http://filw.upi.e


Pelajaran Kimia SMA. Jakarta: du/Direktori/FPMIPA/JUR_PEN
Departemen Pendidikan Nasional D_KIMIA/195109191980032-
Direktorat Jendral Pendidikan SUSIWI/SUSIWI-
Dasar dan Menengah. 27)._HANDOUT_SIKLUS_BEL
AJAR.pdf
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.

Iskandar, S.M. (2010). Strategi


Pembelajaran Konstruktivistik
dalam Kimia. Malang: FMIPA
Universitas Negeri Malang.

Oktari, M., Erlina., dan Sartika, R.P.


(2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Siklus Belajar 5E
Terhadap Hasil Belajar Siswa
SMA. Artikel Penelitian.
Pontianak: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjung Pura.

Rahayuningsih, R. (2012). Penerapan


Siklus Belajar 5E (Learning Cycle
5E) disertai Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Kualitas Proses
dan Hasil Belajar Kimia Pada
Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Kartasura Tahun
Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1.

Siregar, S. (2010). Statistika Deskriptif


untuk Penelitian (Dilengkapi
Perhitungan Manual dan Aplikasi
SPSS Versi 17). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian


Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.

Susiwi. (2007). Siklus Belajar Suatu


Model dalam Pembelajaran
Kimia “Handout”. tersedia pada

80

Anda mungkin juga menyukai