Anda di halaman 1dari 15

EduChemia Vol.3, No.

2, 2018
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

PERANAN MODEL SIKLUS BELAJAR 5E DALAM


MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Rody Putra Sartika

Program studi Pendidikan Kimia FKIP Untan,


Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat

Email: rodyputrasartika@gmail.com

Diterima: 07 Maret 2018. Disetujui: 17 Juli 2018. Dipublikasikan: 30 Juli 2018


DOI: 10.30870/educhemia.v3i2.3052

Abstract: The purpose of this study was to describe the role of 5e (engagement, exploration,
explanation, elaboration, and evaluation) learning cycle model in improving student
conceptual understanding. The form of this study was a pre-experimental design with a
design which was one shoot case study. The population consisted of all second-semester
students of chemistry education program who had been taking a basic chemistry course.
According to the purposive sampling technique, the A2 class was then chosen as a sample.
Achievement test was utilized to collect data. Data analysis was carried out by means of the
quantitative-descriptive method. According to analysis, students gained 34 % and 66%
improvements on fair and poor levels respectively.
Keywords: 5E learning cycle; conceptual understanding; Colligative properties of solution

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendekripsikan peranan pembelajaran menggunakan


model siklus belajar 5E (engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation)
dalam meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa FKIP Untan pada materi sifat koligatif
larutan. Bentuk penelitian ini adalah pre-experiment design dengan rancangan yang
digunakan adalah one shoot case study. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program
studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura pada semester II yang mengambil
mata kuliah Kimia Dasar II. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
dimana kelas A2 dipilih sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data melalui
pengukuran menggunakan instrumen tes hasil belajar. Analisis data secara deskriptif
kuantitatif menggunakan rumus skor gain ternormalisasi. Hasil penelitian diperoleh
persentase peningkatan pemahaman konsep mahasiswa pada kategori sedang sebesar 34%
dan kategori rendah sebesar 66%.
Kata kunci: Siklus belajar 5E; pemahaman konsep; sifat koligatif larutan

157
158 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Sartika

PENDAHULUAN menggunakan faktor Van’t Hoff pada

Pelajaran kimia hingga saat ini masih perhitungan, karena tidak mengetahui

dianggap sebagai pelajaran yang sulit pada senyawa yang bagaimana faktor

bagi peserta didik dari sekolah menengah Van’t Hoff digunakan; 5) mahasiswa

pertama hingga perguruan tinggi. salah menghitung Mr karena tidak

Menurut Sari dkk (2013) beberapa memperhatikan jumlah atomnya (hanya

kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu menjumlahkan semua atom tanpa melihat

kimia dapat bersumber pada: 1) kesulitan jumlahnya); dan 6) mahasiswa salah

dalam memahami konsep-konsep dalam dalam mengartikan notasi ‘n’ pada faktor

ilmu kimia maupun materi kimia secara Van’t Hoff. Mahasiswa menganggap

keseluruhan merupakan konsep atau bahwa ‘n’ tersebut merupakan mol,

materi abstrak dan kompleks, sehingga padahal sebenarnya ‘n’ tersebut pada

untuk mengatasi hal tersebut konsep faktor Van’t Hoff merupakan jumlah

perlu ditunjukkan dalam bentuk yang anion dan kation. Kesalahan-kesalahan

lebih konkret, misalnya percobaan atau yang ditemukan di atas mengindikasikan

media tertentu, dan 2) kesulitan dengan pemahaman konsep mahasiswa tersebut

angka. Satu diantara materi kimia yang masih belum utuh.

dianggap sulit oleh peserta didik adalah Menurut Winarti (2010) kesalahan

Sifat Kologatif Larutan. pada konsep dasar akan mengakibatkan

Hasil uji coba soal untuk materi sifat kesulitan dalam penguasaan konsep

koligatif larutan pada mahasiswa selanjutnya, mengingat urutan materi

semester II program studi Pendidikan dalam pelajaran kimia tersusun secara

Kimia Universitas Tanjungpura tahun hirarkis dan berjenjang, konsep satu

2016, diperoleh sebagai berikut: 1) menjadi dasar konsep yang lain.

mahasiswa salah dalam mengartikan Memahami suatu konsep ilmu (pelajaran)

tekanan uap larutan (P) dengan peserta didik tidak hanya sekedar

penurunan tekanan uap (∆P); 2) menghafal pelajaran, tetapi peserta didik

mahasiswa salah dalam mengartikan titik harus dapat menjelaskan suatu konsep

beku larutan (Tf) dan penurunan titik yang diterimanya, bahkan peserta didik

beku larutan (∆Tf); 3) mahasiswa masih memiliki kemampuan untuk menjelaskan

menganggap titik beku larutan dengan keterkaitan antara konsep satu dengan

penurunan titik beku larutan merupakan konsep yang lainnya (Sari dkk, 2016),

suatu hal yang sama; 4) mahasiswa salah sehingga pembelajaran kimia diharapkan

e-ISSN 2502-4787
Peranan Model Siklus Belajar 5E 159

dapat memberikan pemahaman konsep mendalam. Setiap fase dalam model


yang utuh kepada mahasiswa. siklus belajar (learning cycle) 5E
Keberhasilan pencapaian tujuan memiliki fungsi khusus untuk
pendidikan tergantung pada proses menyumbangkan proses belajar dikaitkan
pembelajaran yang dialami peserta didik dengan kegiatan mental dan fisik peserta
(Hasyim dkk, 2015). Proses pembelajaran didik serta strategi yang dikerjakan
kimia mengharuskan pendidik untuk pendidik sangat diperlukan untuk
memberikan kemudahan dengan mendukung tercapainya pemahaman
memberikan kesempatan kepada peserta konsep peserta didik terhadap konsep-
didik dalam mengkonstruksi konsep yang kompleks (Utami dkk,
pengetahuannya secara mandiri melalui 2013).
kegiatan mental dan fisik. Fase engagement dilakukan dengan
Perkembangan paradigma membuat koneksi ke pengalaman masa
pembelajaran yang mengubah sistem lalu dan mengidentifikasi miskonsepsi
teacher centered menjadi student pada mahasiswa dengan mengurangi
centered menuntut mahasiswa belajar ketidakseimbangan kognitif yang terjadi.
dan membangun pengetahuannya sendiri Fase engagement membuat hubungan
serta menempatkan dosen sebagai antara pengalaman belajar mahasiswa
fasilitator dalam pembelajaran dengan pada masa lalu dan saat ini, dengan
pendekatan konstruktivis. Salah satu terlebih dahulu mengungkap konsepsi
model pembelajaran yang dapat mahasiswa melalui pertanyaan-
digunakan adalah model siklus belajar pertanyaan dari fenomena yang
(learning cycle/LC) 5E yang terdiri atas ditemukan di dalam kehidupan sehari-
lima fase pembelajaran yang meliputi: hari sesuai dengan konsep yang akan
Engagement, exploration, explanation, dipelajari. Pada fase ini terjadi proses
elaboration, dan evaluation. Pada model asimilasi dimana mahasiswa
siklus belajar mahasiswa difasilitasi menggunakan struktur kognitif yang
untuk mengeksplorasi konsep secara sudah ada untuk merespon informasi baru
mandiri dan menerapkan atau yang diterimanya, sehingga dapat
mengembangkan konsep tersebut dalam mengurangi ketidakseimbangan kognitif
situasi yang berbeda, sehingga yang terjadi dan secara aktif termotivasi
pembelajaran menjadi bermakna dan dalam pembelajaran.
menghasil pemahaman konsep yang lebih

e-ISSN 2502-4787
160 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Sartika

Fase exploration dilakukan melalui dari penjelasan mereka dan mengarahkan


praktikum untuk membangun pada kegiatan diskusi. Mahasiswa dapat
pengalaman mahasiswa yang dapat menemukan istilah-istilah dari konsep
digunakan kemudian untuk yang telah dipelajari dan membimbing ke
memperkenalkan dan mendiskusikan arah pemahaman konsep yang lebih
konsep. Pengalaman mahasiswa mendalam. Dosen memberikan
dibangun dengan bantuan lembar kerja penjelasan singkat kepada mahasiswa
mahasiswa (LKM) untuk menyelesaikan terhadap fenomena-fenomena yang
kegiatan praktikum yang membantu mereka amati pada fase exploration.
mereka menggunakan pengetahuan Fase elaboration dilakukan dengan
sebelumnya dalam menghasilkan ide-ide praktikum lanjutan untuk melibatkan
baru dan mengeksplorasi pertanyaan- mahasiswa dalam situasi baru dan
pertanyaan yang muncul sehingga masalah yang memerlukan transfer
memulai proses keseimbangan. Konsep penjelasan yang indentik atau mirip. Fase
baru tidak semuanya dapat diasimilasi ke elaboration memfasilitas transfer konsep
dalam skema yang telah dimiliki siswa untuk situasi yang sama tetapi baru
yang pada akhirnya terjadi proses dengan bantuan LKM lanjutan.
akomodasi. Proses keseimbangan Mahasiswa melakukan praktikum
diperlukan untuk mengatur lanjutan sesuai dengan LKM lanjutan
keseimbangan antara proses asimilasi dan yang diberikan untuk mengembangkan
akomodasi, sehingga mahasiswa dapat pemahaman konsep yang lebih dalam dan
menyatukan konsep baru yang luas. Selain itu, diskusi kelompok dan
diterimanya dengan struktur kognitif situasi pembelajaran yang kooperatif
yang telah ada (skema). dapat memberikan kesempatan pada
Fase explanation dilakukan dengan mahasiswa untuk mengekspresikan
meminta mahasiswa menjelaskan pemahaman mereka tentang materi yang
pengalaman eksplorasi dan pengalaman dipelajari. Fase ini memberikan
engagement menggunakan istilah umum. kesempatan kepada mahasiswa untuk
Fase explanation mendorong mahasiswa terlibat dalam situasi dan masalah baru
untuk menjelaskan pemahaman konsep yang memerlukan transfer penjelasan
yang telah diperoleh pada fase yang indentik, sehingga pembelajaran
engagement dan fase explaration dengan menjadi lebih bermakna karena siswa
kalimatnya, meminta bukti dan klarifikasi diharapkan mampu mengaitkan situasi

e-ISSN 2502-4787
Peranan Model Siklus Belajar 5E 161

dan masalah baru dengan struktur pemahaman konsep mahasiswa program


kognitif yang telah ada. Fase evaluation studi Pendidikan Kimia semester II kelas
dilakukan dengan memberikan penilaian A2 setelah diajarkan menggunakan
terhadap pengetahuan, pemahaman model siklus belajar 5E pada materi sifat
konsep, atau kompetensi mahasiswa koligatif larutan.
dalam konteks baru yang kadang-kadang
mendorongnya untuk belajar melakukan METODE
investigasi lebih lanjut, dengan cara Bentuk penelitian ini adalah pre-
refleksi pelaksanaan pembelajaran. experiment design dengan rancangan one
Mahasiswa dapat berperan aktif shoot case study (Sugiono, 2008) dengan
untuk menggali dan memperkaya pola sebagai berikut:
pemahaman akan konsep-konsep yang
O1 X1 O2
mereka pelajari melalui fase-fase
Populasi pada penelitian ini adalah
pembelajaran di dalam model siklus
mahasiswa semester II program studi
belajar 5E. Siklus belajar merupakan
Pendidikan Kimia universitas
model pembelajaran berbasis penelitian
Tanjungpura yang terdiri atas 3 kelas.
yang dapat membantu peserta didik
Teknik pemilihan sampel dilakukan
mengeksplorasi konsep dalam sains dan
dengan cara purposive sampling dimana
membantu pendidik merencanakan
dipilih kelas A2 sebagai sampel
pembelajaran yang bermakna dan
penelitian sebanyak 29 mahasiswa.
pemahaman konsep yang mendalam
Teknik pengumpulan data dilakukan
(Duran dkk, 2011). Hasil penelitian
melalui pengukuran untuk mengetahui
Purniati dkk (2009) pembelajaran model
pemahaman konsep mahasiswa
learning cycle dapat meningkatkan
menggunakan tes hasil belajar. Indikator
pemahaman konsep mahasiswa pada
pada tes hasil belajar mahasiswa pada
Kapita Selekta Matematika. Selain itu,
penelitian ini yaitu: 1) diberikan diagram
penelitian Dewi dkk (2016) diperoleh
P-T, mahasiswa dapat menentukan posisi
penguasaan konsep seluruh siswa untuk
penurunan tekanan uap pada diagram P-
seluruh indikator pembelajaran larutan
T; 2) diberikan data titik beku larutan,
elektrolit dan nonelektrolit dengan siklus
mahasiswa dapat menentukan massa
belajar hipotesis deduktif menunjukkan
molekul relative dari campuran; 3)
kriteria baik. Penelitian ini bertujuan
diberikan data titik didih larutan,
untuk mendeskripsikan peningkatan

e-ISSN 2502-4787
162 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Sartika

mahasiswa dapat membuktikan Kriteria perolehan skor gain


kebenaran hasil analisis suatu senyawa; ternormalisasi diklasifikasikan ke dalam
4) diberikan data tekanan uap larutan, tiga tingkatan pada Tabel 1.
mahasiswa dapat menentukan massa
Tabel 1. Klasifikasi normalisasi gain menurut
molar suatu zat di dalam dua pelarut yang Hake dalam Nissen dkk (2018)

berbeda; dan 5) diberikan data tekanan Koefisien Normalisasi Klasifikasi


gain
osmotik, mahasiswa dapat menentukan
g < 0,3 Rendah
massa molar suatu senyawa. 0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g ≥ 0,7 Tinggi
Prosedur penelitian dalam penelitian
meliputi tiga tahap yaitu: 1) tahap HASIL DAN PEMBAHASAN
persiapan dilakukan dengan Hasil belajar mahasiswa pada materi
mengidentifikasi masalah, merumuskan sifat koligatif larutan setelah diterapkan
masalah, menyusun perangkat pembelajaran menggunakan model siklus
pembelajaran, melakukan validasi dan belajar 5E dapat dilihat pada Tabel 2.
reliabilitas; 2) tahap pelaksanaan
Tabel 2.Hasil belajar mahasiswa
dilakukan dengan memberikan tes
pemahaman konsep sebelum dan setelah No Pretest Posttest Gain
1 Rata-rata 0,72 10,86 10.14
pembelajaran; dan memberikanperlakuan 2 Variasi 1,49 45,91 42.19
Standar
model siklus belajar 5E; 3) tahap akhir 3
deviasi
1,22 6,78 6.49

dilakukan dengan melakukanan analisis


dan pengolahan data hasil penelitian, Berdasarkan hasil belajar mahasiswa

membuat pembahasan serta kesimpulan selanjutnya ditentukan kategori

dari hasil penelitian. Analisis data untuk peningkatan pemahaman konsep

menentukan peningkatan pemahaman mahasiswa menggunakan rumus gain

konsep mahasiswa dilakukan melalui ternormalisasi yang hasilnya dapat dilihat

deskriptif kuantitatif menggunakan di Gambar 1.

rumus gain ternormalisasi menurut Hake


dalam Nissen dkk (2018) sebagai berikut Sedang
34%
Rendah
("#$%&' "#() ) 66%
g=
+,,%."#()

Keterangan:
g = Rata-rata gain ternormalisasi
𝑥0123 = Rata-rata posttest kelas Gambar 1. Persentase kategori
𝑥056 = Rata-rata pretest kelas peningkatan pemahaman konsep
mahasiswa.

e-ISSN 2502-4787
Peranan Model Siklus Belajar 5E 163

Pada penelitian ini seluruh Sartika (2016) bahwa penggunaan model


mahasiswa kelas A2 program studi siklus belajar 5E pada materi koloid
Pendidikan Kimia FKIP Untan memberikan perbedaan pemahaman
mengalami peningkatan pemahaman konsep siswa kelas XI SMAN 2
konsep pada materi sifat koligatif larutan, Pontianak, dengan rata-rata peningkatan
dimana rata-rata peningkatan pemahaman pemahaman konsep sebesar 0,31 berada
konsep mahasiswa sebesar 0,27 dengan kategori sedang. Pemahaman konsep
kategori rendah. Hasil ini sejalan dengan mahasiswa pada setiap indikator dapat
hasil penelitian yang dilakukan oleh dilihat pada Gambar 2.

58,33
60
50 41,11 40,74
Pretest
Persentase

40
Posttest
30 20
20
6,67 5,83 7,33 5,93
10 2,59 0,89
0
1 2 3 4 5
Indikator
Gambar 2. Persentase pemahaman konsep mahasiswa setiap indikator

Keterangan:
Indikator 1: Diberikan diagram P-T, mahasiswa dapat menentukan posisi penurunan tekanan uap pada
diagram P-T
Indikator 2: Diberikan data titik beku larutan, mahasiswa dapat menentukan massa molekul relative dari
campuran
Indikator 3: Diberikan data titik didih larutan, mahasiswa dapat membuktikan kebenaran hasil analisis
suatu senyawa
Indikator 4: Diberikan data tekanan uap larutan, mahasiswa dapat menentukan massa molar suatu zat di
dalam dua pelarut yang berbeda
Indikator 5: Diberikan data tekanan osmotik, mahasiswa dapat menentukan massa molar suatu senyawa

Berdasarkan Gambar 2 diperoleh sedangkan terendah pada indikator


peningkatan pemahaman konsep mahasiswa dapat menentukan massa
mahasiswa pada materi sifat koligatif molar suatu zat di dalam dua pelarut yang
larutan terjadi pada setiap indikator. berbeda. Peningkatan pemahaman
Peningkatan tertinggi terdapat pada konsep mahasiswa pada materi sifat
indikator mahasiswa dapat membuktikan koloigatif larutan di dalam penelitian ini
kebenaran hasil analisis suatu senyawa,

e-ISSN 2502-4787
164 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Sartika

disebabkan karena mahasiswa diajarkan perhatian mahasiswa dalam belajar,


menggunakan model siklus belajar 5E. mendorong kemampuan berpikir dan
Model siklus belajar dilakukan dalam membantu mereka membuat hubungan
lima fase pembelajaran yang terdiri atas; dengan pengetahuan dan pengalaman
enggagement, exploration, explanation, yang telah dimiliki sebelumnya.
elaboration dan evaluation. Model siklus Miskonsepsi mahasiswa terhadap materi
belajar 5E pada penelitian ini dapat prasyarat dapat diketahui pada fase ini,
membantu mahasiswa dalam menemukan sehingga dapat mengurangi
dan mengkonstruksi konsep sifat ketidakseimbangan kognitif yang terjadi.
koligatif larutan melalui kegiatan Selain apersepsi, pada fase
praktikum. Proses penemuan dan engagement mahasiswa juga diberikan
konstruksi konsep dilakukan pada setiap motivasi dengan cara mengajukan
fase-fase pembelajaran model siklus pertanyaan yang berkaitan dengan
belajar 5E. Pada fase enggagement fenomena-fenomena dalam kehidupan
pengetahuan awal mahasiswa digali sehari-hari pada materi sifat koligatif
dengan cara mengajukan pertanyaan pada larutan. Menurut Kiswoyowati (2011)
materi sebelumnya (materi larutan), sebagai upaya untuk meningkatkan
dimana materi tersebut berkaitan dengan kecakapan hidup peserta didik, maka
materi sifat koligatif larutan yang akan diperlukan peningkatan motivasi dan
dipelajari. Dosen menggali pengetahuan kegiatan belajar peserta didik. Motivasi
mahasiswa dengan cara memberikan yang dilakukan dosen dilakukan dengan
apersepsi pada awal pembelajaran. memberikan pernyataan sebagai berikut:
Apersepsi dilakukan dengan cara Secara umum zat terlarut akan menguap
mengajukan pertanyaan, seperti: Apakah terlebih dahulu daripada pelarut, akan
kalian masing ingat materi larutan? tetapi dapat juga terjadi sebaliknya
Sebutkan komponen penyusunan larutan? dimana pelarut akan menguap terlebih
Menurut Mulyasa (2011) untuk membuat dahulu daripada zat terlarut. Sifat larutan
kaitan dengan pembelajaran, pendidik yang demikian disebut sebagai sifat
dapat melakukannya dengan koligatif larutan. Sifat ini akan
menghubungkan materi yang akan berdampak pada penurunan tekanan uap,
disampaikannya dengan materi yang penurunan titik beku, kenaikkan titik
telah dikuasai peserta didik. Kegiatan didih, dan tekanan osmotik larutan. Jika
tersebut dilakukan untuk mendapat kalian dapat memahami materi ini

e-ISSN 2502-4787
Peranan Model Siklus Belajar 5E 165

dengan baik, maka akan dapat mempersiapkan bahan belajar secara


menjelaskan bagaimana es yang mandiri dalam mendukung penemuan
ditambahkan garam dapat menghasilkan dan konstruksi konsep sifat koligatif
suhu larutan yang lebih rendah dari suhu larutan, karena sebelumnya telah
air. diberitahu mengenai hal apa saja yang
Selanjutnya dosen diharapkan dapat mereka capai.
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran Fase kedua dari siklus belajar 5E
yang harus dicapai oleh mahasiswa, hal adalah exploration, dimana mahasiswa
ini dilakukan supaya mereka melakukan mengkonstruksi konsep secara mandiri
persiapan diri dalam mencapai tujuan melalui kegiatan praktikum. Menurut
pembelajaran tersebut. Tujuan Rahmawati dkk (2016) konstruksi konsep
pembelajaran meliputi: 1) diberikan dapat terjadi karena peserta didik
diagram P-T, mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan melalui
menentukan posisi penurunan tekanan kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah yang
uap pada diagram P-T; 2) diberikan data dilakukan pada fase exploration
titik beku larutan, mahasiswa dapat mendorong mahasiswa untuk selalu
menentukan massa molekul relative dari mencari tahu dalam menemukan dan/atau
campuran; 3) diberikan data titik didih membuktikan suatu konsep. Mahasiswa
larutan, mahasiswa dapat membuktikan dibentuk dalam kelompok heterogen
kebenaran hasil analisis suatu senyawa; yang berjumlah 5-6 orang. Pengunaan
4) diberikan data tekanan uap larutan, kelompok belajar dengan kemampuan
mahasiswa dapat menentukan massa campuran untuk meningkatkan
molar suatu zat di dalam dua pelarut yang perubahan konsep (Slavin, 2011).
berbeda; dan 5) diberikan data tekanan Kelompok dibentuk secara heterogen
osmotik, mahasiswa dapat menentukan untuk meningkatkan rasa percaya diri
massa molar suatu senyawa. Menurut mahasiswa melalui kerjasama untuk
Sukmadinata (2002) salah satu manfaat saling membantu memahami konsep
dari tujuan pembelajaran adalah yang dipelajari. Menurut Astutik (2012)
memudahkan dalam mengkomunikasikan siklus belajar 5E dapat membangkitkan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada kegairahan belajar peserta didik dan
peserta didik, sehingga peserta didik meningkatkan kerjasama antar peserta
dapat melakukan perbuatan belajarnya didik serta semakin percaya diri.
secara lebih mandiri. Mahasiswa dapat

e-ISSN 2502-4787
166 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Sartika

Mahasiswa diberikan lembar kerja deduktif dengan terlebih dahulu


mahasiswa (LKM 1) yang berkaitan melakukan kajian terhadap materi yang
dengan materi penurunan titik beku dipelajari. Selanjutnya mahasiswa
larutan, dimana setiap mahasiswa mengkomunikasikan (menyajikan data)
memperoleh satu LKM. LKM 1 hasil praktikum ke dalam bentuk grafik
memberikan kesempatan kepada antara suhu sebagai ordinat dan waktu
mahasiswa untuk mengkonstruksi konsep sebagai absis pada setiap larutan.
sifat koligatif secara mandiri dengan cara Mahasiswa melakukan
terlibat aktif pada kegiatan praktikum mengklasifikasikan objek-objek
dengan melakukan observasi dan berdasarkan hasil pengamatan.
mengeksplorasi konsep yang berkaitan Mengidentifikasi dan memberi nama
dengan hasil observasi untuk mencapai sifat-sifat yanng dapat diamati dari
tujuan yang diharapkan sesuai dengan sekelompok objek yang dapat digunakan
indikator pembelajaran. Konsep atau sebagai dasar untuk mengklasifikasi,
informasi yang baru dipelajari akan selanjutnya menyusun klasifikasi dalam
dikonstruksi oleh mahasiswa melalui tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan
proses akomodasi dan/atau akomodasi sifat-sifat objek. Klasifikasi berguna
hingga mencapai kesetimbangan kognitif untuk melatih mahasiswa menunjukkan
(equilibrium). Menurut Tuna & Kacar persamaan, perbedaan dan hubungan
(2013) model 5E menargetkan penemuan timbal baliknya antar konsep yang
dan asosiasi dengan pengetahuan dipelajari. Mahasiswa juga dilatih untuk
sebelumnya oleh mahasiswa berkaitan membuat kesimpulan praktikum
dengan konsep-konsep yang baru. berdasarkan fakta hasil pengamatan dan
Selama kegiatan pada fase ini menjawab tujuan. Pembentukan konsep
mahasiswa diminta untuk melakukan merupakan suatu bentuk belajar
praktikum dan menjawab setiap penemuan (discovery learning), paling
pertanyaan di dalam LKM 1: Penurunan sedikit dalam bentuk primitif, yang
titik beku larutan. Selain itu, mahasiswa melibatkan proses-proses psikologi
juga dilatih untuk mengajukan seperti analisis diskriminatif, abstraksi,
pertanyaan (merumuskan masalah) diferensiasi, pembentukan (generation)
berdasarkan fenomena yang terdapat di hipotesis, pengujian (testing) dan
dalam bahan bacaan yang diberikan, generalisasi (Dahar, 1996).
kemudian merumuskan hipotesis secara

e-ISSN 2502-4787
Peranan Model Siklus Belajar 5E 167

Menurut Gazali dkk (2015) pada dikonstruksi oleh mahasiswa akan


tahap eksplorasi akan melibatkan diklarifikasi kebenarannya apakah sudah
kemampuan peserta didik, seperti sesuai dengan konsep para ahli. Jika
kemampuan untuk memfokuskan sesuai masih bertentangan atau belum sesuai
dengan tujuan percobaan atau eksplorasi dengan konsep para ahli, maka akan
yang dilakukan, kemampuan untuk dilengkapi dan disempurnakan, sehingga
memperoleh informasi, atau data hasil diharapkan miskonsepsi tidak mucul lagi
percobaan, kemampuan untuk pada fase berikutnya. Menurut Utami dkk
mengorganisasi data hasil percobaan, (2013) peserta didik diberikan
kemampuan untuk menganalisis data kesempatan untuk mengungkapkan
setelah dilakukan pengorganisasian dan konsep yang telah dibangun sesuai
kemampuan untuk menggeneralisasikan. dengan pengalamannya, sedangkan siswa
Bimbingan diberikan pada saat yang belum memahami materi dituntut
mahasiswa mulai menemukan dan untuk berani bertanya sehinga terjadi
mengkonstruksi penjelasannya terhadap diskusi antara peserta didik presentasi
fenomena yang diberikan di dalam LKM dengan peserta didik lain di kelas.
1: Penurunan titik beku larutan. Mahasiswa mempresentasikan hasil
Bimbingan diberikan dalam bentuk praktikum yang telah diperoleh pada fase
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun exploration di depan kelas, dimana
mahasiswa untuk menemukan dan kelompok yang melakukan presentasi
membentuk konsep sifat koligatif larutan dilakukan secara pengundian.
secara mandiri. Setelah fase explanation dilanjutkan
Pada fase explanation, perwakilan dengan fase elaboration, dimana pada
kelompok diminta untuk fase ini mahasiswa melakukan praktikum
mempresentasikan LKM yang telah lanjutan untuk mengembangkan
didiskusikan pada fase sebelumnya. pengetahuan yang telah diperoleh pada
Kelompok mahasiswa yang tampil fase-fase sebelumnya dalam situasi yang
presentasi diberikan kesempatan untuk baru. Pada fase ini mahasiswa
menunjukkan pemahaman dan menggunakan LKM lanjutan dengan
keterampilan yang telah mereka fenomena baru yang dapat
konstruksi pada fase exploration, mengembangkan konsep sifat koligatif
sedangkan mahasiswa yang lain larutan yang telah mereka temukan
menanggapinya. Konsep yang telah sebelumnya (fase exploration). Situasi ini

e-ISSN 2502-4787
168 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Sartika

dapat diwujudkan dengan melaksanakan diharapkan. Menurut Utami dkk (2013)


kegiatan penelitian baru atau dengan pada tahap evaluation ada dua hal yang
memperluas kegiatan yang dilakukan ingin diketahui pada kegiatan belajar,
pada tahap eksplorasi (Rahmawati dkk, yaitu 1) pengalaman belajar yang
2016). Menurut Ibrahim (2012) diperoleh peserta didik dan, 2) refleksi
penguasan konsep dengan baik, luas untuk melakukan siklus lanjut untuk
dan mendalam seperti yang dimiliki pembelajaran pada konsep berikutnya.
oleh pakar bidang ilmu tertentu, Mahasiswa menggunakan pengetahuan
memungkinkan seseorang atau pakar yang telah diperoleh dalam
yang bersangkutan menerapkan menyelesaikan tes hasil belajar secara
penguasaannya dalam berbagai mandiri. Berdasarkan analisis hasil
keperluan. Pada fase ini siswa jawaban siswa dari tes hasil belajar
diberikan kesempatan untuk diperoleh rendahnya peningkatan
mengaplikasikan konsep sifat koligatif pemahaman konsep mahasiswa terdapat
larutan yang telah ditemukan dan pada indikator menentukan massa molar
dikonstruksi pada fase sebelumnya suatu zat di dalam dua pelarut yang
pada situasi yang berbeda sehingga berbeda disebabkan karena tidak dapat
penguasaan konsep yang diperoleh menentukan fraksi mol zat terlarut.
semakin luas dan mendalam. Menurut Sebagian besar mahasiswa (> 50%) tidak
Wilder & Shuttleworth (2010) kegiatan menjawab soal tersebut dan beberapa
yang menantang di fase elaboration lainnya benar dalam menuliskan rumus
memberikan motivasi tambahan bagi penurunan tekanan uap larutan (ΔP =
siswa untuk menerapkan pengetahuan 𝑋9:3 365;:5<3 𝑃° ), mencantumkan nilai
mereka dengan benar. di dalam rumus, serta menghitung hasil
Fase terakhir dari model learning akhirnya. Mahasiswa tidak ada yang
cycle 5E adalah evaluation dengan dapat Δmenghubungkan ΔP dalam
memberikan tes hasil belajar pada menentukan menentukan massa molar
mahasiswa untuk mengetahui
suatu zat 𝑋𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
sejauhmana pemahaman mereka terhadap
FGH& &)(IH(J&
, dimana mol zat
materi sifat koligatif larutan dan FGH& &)(IH(J& K F#)IH(J&

L5:M
ketercapaian tujuan pembelajaran yang terlarut (n) = .
N5

e-ISSN 2502-4787
Peranan Model Siklus Belajar 5E 169

KESIMPULAN mahasiswa FKIP Universitas Tanjungpura

Kesimpulan dari peneltian ini adalah


memiliki pemahaman yang utuh pada

pembelajaran menggunakan model siklus materi sifat koligatif larutan dan


belajar 5E dapat meningkatkan pemahaman menyajikan alternatif model
konsep mahasiswa FKIP Untan pada materi pembelajaran yang dapat digunakan
sifat koligatif sebesar 34% pada kategori dosen dalam pembelajaran kimia,
sedang dan 66% kategori rendah. Penelitian khususnya pada materi sifat koligatif
ini diharapkan dapat menjadikan larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Astutik, S, 2012, 'Meningkatkan Hasil Hasyim, F, Saputro, MDA, and Fadilla,


Belajar Siswa dengan Model Siklus EN, 2015, 'Pengembangan Integrated
Belajar (Learning Cycle 5E) Berbasis Assessment untuk Mengukur
Eksperimen pada Pembeljaran Sains Keterampilan Proses Sains dan
di SDN Patrang 1 Jember, Jurnal Keterampilan Berpikir Siswa Kelas
Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar, Vol VII SMP', diakses 29 Mei 2016,
1, No 2, hal. 143-153. http://download.portalgaruda.org/arti
Dewi, R, Supriyanti, FMT, and Dwiyanti, cle.php?article=273499&val=7135&t
G, 2016, ‘Analisis Penguasaan itle=Pengembangan%20integrated%2
Konsep Larutan Elektrolit- 0assessment%20untuk%20mengukur
Nonelektrolit Siswa Menggunakan %20keterampilan%20proses%20sain
Siklus Belajar Hipotesis’, s%20dan%20keterampilan%20%20B
EduChemia Vol.1, No.2, Juli, 2016: erpikir%20siswa%20kelas%20vii%2
98-109. 0smp.
Duran, E, dkk, 2011, ‘A Learning Cycle Ibrahim, M, 2012, ‘Pembelajaran
for All Student’, Sci Links, Ohio. Berdasarkan Masalah’, Unesa
Gazali, A, Hidayat, A, and Yuliati, L, University Press, Surabaya.
2015, 'Efektivitas Model Siklus Kiswoyowati, A, 2011, 'Pengaruh
Belajar 5E terhadap Keterampilan Motivasi Belajar dan Kegiatan
Proses Sains dan Kemampuan Belajar Siswa Terhadap Kecakapan
Berpikir Kritis Siswa'. Jurnal Hidup siswa', Edisi Khusus, No. 1,
Pendidikan Sains, Vol 3. hh. 120-126.

e-ISSN 2502-4787
170 EduChemia,Vol.3, No.2, 2018 Sartika

Mulyasa, 2011, ‘Menjadi Guru 5E (Learning Cycle 5E) disertai


Profesional Menciptakan dengan Handot untuk Meningkatkan
Pembelajaran Kreatif dan Motivasi Berprestasi dan Prestasi
Menyenangkan’, Remaja Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Rosdakarya, Bandung. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Nissen, JM, Talbot, RM, Thompson, AN, Kelas XI IPA 3 SMA Al-Islam 1
and Dusen, BV, 2018, ‘A comparison Surakarta', Jurnal Pendidikan Kimia,
of normalized gain and Cohen’s d for hh. 199-204.
analyzing gains on concept Sartika, RP, and Lestari, I, 2016,
inventories’, diakses 13 September ‘Peningkatan Pemahaman Siswa
2018, pada Materi Koloid Menggunakan
https://arxiv.org/pdf/1612.09180.pdf. Pembelajaran Model Siklus Belajar
Purniati, T, Yulianti, K, and Sispiyati, R, 5e Kelas XI SMAN 2 Pontianak’,
2009, 'Penerapan Model Siklus Jurnal Matematika dan IPA, Vol 7,
Belajar (Learning Cycle) untuk No 2 , hh. 32-43.
Meningkatkan Pemahaman Konsep Slavin, R E, 2011, ‘Psikologi Pendidikan
Mahasiswa pada Kapita Selekta Teori dan Praktik Edisi Kesembilan’,
Matematika', Jurnal Pendidikan. PT Indeks, Jakarta.
Vol.9, No. 1, hh. 1-5. Sugiyono, 2008, ‘Metode Penelitian
Rahmawati, SK, and Dasna, IW, 2016, Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
'Kajian Pengaruh Learning Cycle 5E Kualitatif dan R&D)’, Alfabeta,
Terhadap Keterampilan Proses Sains Bandung.
Peserta Didik SMP', Seminar Sukmadinata, NS, 2002, Pengembangan
Pendidikan IPA Pascasarjana UM, Kurikulum: Teori dan Praktek’, PT
Malang, hh. 1063-1070. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sari, I, Sonjaya, Y, and Anwar, S, 2016, Tuna, A, and Kacar, A, 2013, ‘The Effect
‘Penggunaan Bahan Ajar Hasil of 5E Learning Cycle Model in
Terjemahan untuk Meningkatkan Teaching Trigonometry on Students’
Pemahaman Konsep dan Academic Achievement and the
Kemandirian Belajar’, EduChemia Permanence of Their Knowledge’,
Vol.1, No.1, hh. 36-50. International Journal on New Trends
Sari, IFY, Martini, SK, and Yamtinah, S, in Education and Their Implications
2013, 'Implementasi Siklus Belajar (ijonte), Vol.4, Issue 1 , hh. 73-87.

e-ISSN 2502-4787
Peranan Model Siklus Belajar 5E 171

Utami, B, Hastuti, B, Yamtinah, S, Lesson’, Science Activities:


Padmini, S, and Arroyan, F, 2013, Classroom Projects and Curriculum
'Penerapan Siklus Belajar 5E Disertai Vol. 41, No. 4, hh. 37-43.
LKS untuk Peningkatan Kualitas Winarni, S, 2010, ‘Perlunya Konsep
Proses dan Hasil Belajar Kimia', Kimia Secara Benar Pada Buku Ajar
Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII, Kimia SMA’, Jurnal Biologi Edukasi
No. 2, hh. 315-325. Vol. 2, No.1, hh. 42-47.
Wilder, M., & Shuttleworth, P, 2010,
‘Cell Inquiry: A 5e Learning Cycle

e-ISSN 2502-4787

Anda mungkin juga menyukai