Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google

Jurnal Fisika: Seri Konferensi

KERTAS • AKSES TERBUKA

Penerapan model pembelajaran prosedur pemahaman konsep dengan


menggunakan metode eksperimen terhadap pemahaman konsep fisika
siswa
Mengutip artikel ini: N Nurlina dkk 2020 J. Phys.: Conf. Ser. 1572 012009

Lihat artikel online untuk pembaruan dan penyempurnaan.

Konten ini diunduh dari alamat IP 178.171.37.94 pada 15/07/2020 pukul 13:48
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-9 tentang Fisika Teoritis dan Terapan (ICTAP) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1572 (2020) 012009 doi:10.1088/1742-6596/1572/1/012009

Penerapan model pembelajaran prosedur pemahaman


konsep dengan menggunakan metode eksperimen
terhadap pemahaman konsep fisika siswa

N Nurlina1 , RA Lestari2 dan R Riskawati3


1,2,3 Faculty of Science Education, Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia

nurlina@unismuh.ac.id

Abstrak. Penelitian ini merupakan Penelitian Eksperimen Sejati yang bertujuan untuk
mengetahui : (1) Pemahaman konsep fisika konsep pendidikan dengan menggunakan
Model Prosedur Pemahaman Konseptual Menggunakan Metode Eksperimen dan Model
Konvensional, (2) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MIA 1
dan X MIA 2 dan (3) Perbedaan pemahaman konsep siswa yang diajar menggunakan
Model Prosedur Pemahaman Konseptual Menggunakan Metode Eksperimen dan tidak
menggunakan Model Prosedur Pemahaman Konseptual Menggunakan Metode
Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Muhammadiyah
Limbung yang berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas X MIA 1
dan X MIA 2. Sampel penelitian ini diambil secara acak dengan teknik random sampling
sebanyak dua kelas yaitu X MIA 1 dan X MIA 2. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah instrumen pemahaman konsep fisika bentuk ganda sebanyak 35 bilangan
kelipatan. -pilihan yang memenuhi kriteria valid. Dari penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan : (1) Pemahaman konsep suatu konsep pendidikan yang diajarkan
dengan baik dengan menggunakan Model Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) Menggunakan Metode Eksperimen berada pada kategori sedang, (2) Pemahaman terhadap konse
Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa yang diajar menggunakan Model
Prosedur Pemahaman Konseptual (CUPs) Menggunakan Metode Eksperimen dan tidak
menggunakan Model Prosedur Pemahaman Konseptual Menggunakan Metode Eksperimen.

1. Pendahuluan
Pendidikan di era 21 ini adalah dimana pengetahuan mengalami peningkatan yang luar biasa dan membutuhkan
persaingan yang cepat. Harus ada jaminan bahwa setiap siswa memiliki keterampilan untuk belajar dan
berinovasi, menggunakan teknologi, dan media informasi, serta kesiapan, untuk dapat bekerja dan bertahan
menggunakan keterampilan tersebut.
Tiga alasan membuat pendidikan tidak sesuai dengan keadaan. Pertama, siswa bukanlah orang dewasa
dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Kedua, ledakan ilmu
pengetahuan mengakibatkan kecenderungan seseorang tidak mampu menguasai setiap cabang ilmu.
Hebatnya, perkembangan zaman ini membuat hal yang tadinya tidak terbayangkan, menjadi kenyataan. Dan
alasan terakhir, penemuan-penemuan terbaru khususnya di bidang psikologi mengakibatkan munculnya
pemahaman baru tentang konsep perubahan perilaku manusia[1].
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mengadopsi setidaknya tiga konsep
pendidikan abad 21, khususnya dalam mengembangkan kurikulum baru untuk sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Menurut

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Setiap distribusi lebih lanjut dari karya
ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-9 tentang Fisika Teoritis dan Terapan (ICTAP) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1572 (2020) 012009 doi:10.1088/1742-6596/1572/1/012009

menurut Trilling dan Fadel, ketiga konsep tersebut adalah 1) keterampilan dan pengetahuan abad ke-21; (2)
pendekatan ilmiah; (3) penilaian otentik [2].
Peraturan menteri pendidikan RI nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007, yang berisi tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru, pendidikan guru mata pelajaran Fisika SMA/MA, SMK/MAK harus
memiliki kemampuan memahami semua hal yang akan diajarkan dan dalam ranah laboratorium yaitu terampil
menggunakan alat, prinsip kerja dan kegiatan praktikum [3].

Hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Muhammadiyah Limbung dengan melakukan wawancara
dengan guru mata pelajaran dan observasi langsung ke kelas diketahui bahwa pemahaman konsep fisika
siswa kelas X relatif rendah. Hal ini diperoleh berdasarkan hasil ulangan harian yang telah dilakukan oleh
siswa sebelumnya dan pengalaman langsung peneliti selama kegiatan observasi. Dalam Pembelajaran Jasmani
khususnya, siswa harus diajarkan sesuai dengan ciri-ciri fisik melalui pengukuran langsung, penggunaan
metode eksperimen, demonstrasi dan penjabaran rumus [4]. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan
abad 21 dan mengatasi permasalahan yang muncul di sekolah, sangat dibutuhkan model pembelajaran yang
mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dan didukung dengan keterampilan dalam melakukan proses
pembelajaran.
Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Prosedur Pemahaman Konseptual dengan menggunakan
metode eksperimen pada pembelajaran fisika telah diteliti sebelumnya yang menunjukkan adanya perbedaan
pemahaman konsep antara kedua kelas yang diuji menggunakan model dan yang diuji dengan model yang
berbeda [5].
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang “Penerapan Model
Pembelajaran Prosedur Pemahaman Konseptual Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Untuk Memahami
Konsep Fisika Siswa”.

2. Kajian Pustaka 2.1.


Pengertian Konsep
Pengertian berasal dari kata dasar “mengerti” dalam kamus bahasa Indonesia diartikan benar. Seseorang
yang mengerti dengan suatu hal, ketika dia mengerti dengan baik dan mampu menjelaskannya kembali[6].
Belajar konsep adalah kegiatan mengenali sifat-sifat yang sama dan ditemukan pada berbagai benda atau
kejadian, kemudian memperlakukan benda atau kejadian tersebut, karena adanya sifat-sifat yang sama tersebut
[7]. Sejalan dengan hal tersebut Purwanto mengungkapkan bahwa pemahaman konsep adalah tingkat
kemampuan yang diharapkan siswa mampu memahami konsep dan fakta yang diketahui, serta dapat
menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuannya, dengan tidak mengubah makna. ].
Menurut Bloom, hasil belajar berupa pemahaman terbagi menjadi tiga kategori, yaitu pemahaman
terjemahan adalah menerjemahkan bahasa atau istilah. Pengertian interpretasi adalah menghubungkan bagian-
bagian dari suatu peristiwa, membedakan yang prinsipil dari yang bukan prinsipal.
Pemahaman tentang ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk melihat makna yang tersirat, dapat membuat asumsi
tentang akibat dari suatu peristiwa [9].
Berdasarkan pendapat beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan mampu
memahami suatu konsep apabila ia dapat menceritakan kembali suatu materi atau informasi yang diperoleh
dengan bahasanya sendiri sehingga orang-orang disekitarnya mampu menangkap pemahaman dari materi tersebut. penjelasan.

2.2. Mempelajari Prosedur Pemahaman Konseptual (CUPs)


Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme dimana model pembelajaran didasarkan pada keyakinan bahwa siswa dapat membangun
pemahaman konsepnya sendiri dengan memperluas atau memodifikasi pengalaman siswa sehingga peserta
didik mampu menanamkan sikap terhadap dapat menarik kesimpulan terhadap materi yang dipelajari [10].
CUPs memiliki tiga fase pembelajaran CUPs, yaitu fase kerja individu, fase kerja kelompok, dan fase
presentasi hasil kerja kelompok [11]. Tahap pertama diawali dengan penyajian demonstrasi sederhana oleh
guru untuk menumbuhkan fokus peserta didik. Fase kedua adalah fase kerja kelompok, siswa bekerja dalam
kelompok dalam kegiatan percobaan dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok

2
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-9 tentang Fisika Teoritis dan Terapan (ICTAP) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1572 (2020) 012009 doi:10.1088/1742-6596/1572/1/012009

kegiatan, siswa mendiskusikan hasil kegiatan percobaan kelompok dan mengerjakan lembar kerja kelompok.
Tahap ketiga, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, guru bertindak sebagai fasilitator dan mengevaluasi
hasil kerja kelompok.
Pembelajaran diawali dengan demonstrasi sederhana untuk mengumpulkan informasi tentang konsep awal
masing-masing siswa. Setelah guru selesai mendemonstrasikan, siswa diberikan lembar kerja individu.
Siswa diarahkan untuk mengisi lembar kerja individu dan diberi kebebasan berpendapat. Informasi diperoleh
tentang pemahaman konsep awal siswa terhadap materi dari jawaban siswa.

2.3. Metode Eksperimen


Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa akan melakukan percobaan terhadap sesuatu,
mengamati prosesnya, dan menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke depan
kelas dan dievaluasi oleh guru [13 ].
Sejalan dengan itu, metode eksperimen juga merupakan suatu metode atau cara dimana guru dan siswa
bekerja sama dalam suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui akibat atau akibat dari suatu perbuatan. Pada
hakikatnya model pembelajaran eksperimen bertujuan untuk membuktikan kepada siswa kebenaran yang
sebenarnya dari teori-teori hukum yang berlaku, dan siswa mendapatkan jawaban langsung dari percobaan yang dilakukan [14].
Kelebihan metode eksperimen adalah perhatian siswa akan sepenuhnya tertuju pada anak yang melakukan
demonstrasi atau percobaan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk daya ingat dan keterampilan
yang kuat karena berperan langsung dalam kegiatan praktik. Namun dengan menggunakan metode eksperimen,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu sehingga pelaksanaannya lebih efisien, persiapan
videlicet dan pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lama.
Teknis pelaksanaan model pembelajaran eksperimen diawali dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dipelajari, menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan dilaksanakan, mendiskusikan terlebih dahulu
masalah-masalah yang penting untuk diangkat dan akan ditampilkan, sebelum guru menetapkan hal-hal yang
diperlukan. alat variabel apa yang harus dikontrol, dan setelah percobaan dilakukan guru harus mengumpulkan
laporan, mengolah kegiatan, dan melakukan tes untuk menguji pemahaman siswa.

3. Metode
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True-Experimental Design dengan The Posttest-
Only Control Design. Rancangan penelitian ini menggunakan The Posttest-Only Control Group Design dengan
skema seperti tabel 1.
Tabel 1. Subyek Acak, Posttest-Only Control Group Design

Kelas Variabel bebas Posttest

Percobaan X Y2
Kontrol -
Y2
Di mana :
X : Perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs)
dengan metode eksperimen
Y2 : Posttest pada kelas eksperimen dan kontrol [15]

Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah Limbung semester gasal tahun 2018. Sampel dalam
penelitian ini sama dengan jumlah populasi penelitian yaitu 60 orang yang dibagi menjadi 2 bagian yang masing-
masing berjumlah 30 orang. di salah satu kelas X MIA di SMA Muhammadiyah Limbung. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple Random Sampling untuk menentukan kelas yang
akan dijadikan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Dimana kelas X MIA 1 sebagai Kelas Kontrol dan X MIA 2 sebagai kelas Eksperimen.
Ada dua kelompok yang dipilih secara acak, yaitu untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang masing-masing kelompok diberi posttest. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran CUPs dengan metode eksperimen sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menerapkan

3
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-9 tentang Fisika Teoritis dan Terapan (ICTAP) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1572 (2020) 012009 doi:10.1088/1742-6596/1572/1/012009

model pembelajaran konvensional ke metode ceramah tanya jawab. Analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan analisis inferensial. Namun diawali dengan analisis perangkat pembelajaran oleh 2 orang ahli.

4. Hasil
Hasil analisis validasi menggunakan uji Gregory ditunjukkan pada tabel berikut yang menunjukkan bahwa semua
perangkat dalam penelitian ini layak untuk digunakan.

Tabel 2. Hasil Analisis Validasi dengan Uji Gregory

Mati rasa. Instrumen R Hasil

1 RPP 1.0 Layak Digunakan


2 LKPD 1.0 Layak Digunakan
3 INSTRUMEN 1.0 Layak Digunakan

Analisis statistik deskriptif ini membahas hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan 30 tes
pilihan ganda.

Tabel 3. Statistik Skor Pemahaman Konsep Siswa Kelas X MIA SMA Muhammadiyah Limbung

Statistic Value
Statistik
Eksperimen Control 30 30
Subjek 4.340 3.740 18.830
13.960
Deviasi Standar 27 23 12 8 1513.900
6 2
Perbedaan 0 35
Skor tertinggi
Skor terendah
Rentang data 15
Jumlah kelas interval 6
Panjang kelas interval 2

Skor rata - rata 19.000


Skor minimal 0 35
Skor ideal

Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep antara kelas
eksperimen dan kontrol dengan selisih sebanyak 4 skor. Jika hasil skor pemahaman konsep siswa kelas X MIA 2
(Kelas Eksperimen) dan kelas X MIA 1 (Kelas Kontrol) SMA Muhammadiyah Limbung dikategorikan dalam skala
lima, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut;

4
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-9 tentang Fisika Teoritis dan Terapan (ICTAP) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1572 (2020) 012009 doi:10.1088/1742-6596/1572/1/012009

Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Hasil Skor Kategorisasi Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

(menjadi)
Mati rasa. Statistik Dikategorikan
Eksperimen Kontrol
29 - 35 22 - 28 Sangat tinggi 0 11 14 01
1 15 - 21 8 - 14 Tinggi 15
2 0-7 Medium 14 0
3 Rendah 30
45 Sangat rendah 5
Total 0 31

Gambar 1. Diagram persentase masing-masing indikator pemahaman konsep fisika di


kelas eksperimen dan kontrol
Sesuai dengan Tabel 4 dan Gambar 1 terlihat jelas bahwa hasil tes pemahaman konsep fisika siswa kelas eksperimen
berada pada kategori tinggi sedangkan hasil tes pemahaman konsep siswa kelas kontrol berada pada kategori sedang. dan
bahwa rata-rata siswa dengan persentase menjawab benar tertinggi pada kelas eksperimen mampu menjawab dengan baik
soal-soal yang termasuk dalam indikator ekstrapolasi namun sebaliknya pada kelas kontrol mengalami kesulitan dalam
menjawab soal yang termasuk dalam indikator ekstrapolasi pemahaman. Hal ini karena pengertian ekstrapolasi adalah
kemampuan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu berdasarkan kejadian-kejadian yang berkaitan dalam data.

Selanjutnya hasil analisis statistik inferensial meliputi Uji Normalitas untuk mengetahui distribusi normal data
penelitian yang menghasilkan nilai ÿ2 hitung < nilai 2 tabel data sehingga data dari pemahaman konsep fisika siswa berasal
dari populasi yang terdistribusi secara normal.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Hasil Skor Kategorisasi Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Kelas x2 hitung x 2Tabel Hasil


Eksperimen 2.882 7.810 Normal
Kontrol 1.182 7.810 Normal

Uji persamaan varians untuk mengetahui ada atau tidaknya varian populasi yang digunakan. Hasil analisis yang
diperoleh menunjukkan bahwa nilai Fhitung<Ftabel adalah 1,480 <1,850, maka kelompok tersebut memiliki varians yang
homogen.
Setelah dilakukan uji normalitas, maka untuk menguji hipotesis yang ada digunakan uji t dua pihak.

5
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-9 tentang Fisika Teoritis dan Terapan (ICTAP) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1572 (2020) 012009 doi:10.1088/1742-6596/1572/1/012009

Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis

t menghitung t Hasil
4.876 tabel 2.021 H0ditol

Berdasarkan tabel 6. Terlihat bahwa harga thitung yang diperoleh berada pada daerah penolakan,
dengan taraf nyata ÿ = 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan hipotesis H1 diterima. Artinya terdapat
perbedaan pemahaman konsep siswa yang diterapkan dan tidak diterapkan dengan menggunakan
model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan metode eksperimen dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa.

5. Pembahasan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman konsep fisika
siswa kelas XIA MIA SMA Muhammadiyah Limbung dengan menerapkan model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan metode eksperimen.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan
inferensial, diperoleh hasil analisis deskriptif bahwa perbandingan nilai pemahaman konsep fisika
siswa yang diterapkan pada model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
dengan kategorisasi sedang sedangkan hasil skor pemahaman konsep Fisika siswa yang menerapkan
pembelajaran konvensional termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan siswa dalam proses
pembelajaran memiliki semangat yang besar pada fase dimana mereka melakukan percobaan dan
melakukan diskusi di akhir pembelajaran untuk menyampaikan dan menarik kesimpulan dari percobaan
yang dilakukan serta membangun kerjasama dalam menjawab soal-soal yang ada di LKPD.
Hasil analisis selanjutnya adalah analisis inferensial, menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen dan rata-rata skor populasi hasil tes
pemahaman konsep fisika siswa kelas X MIA 2 tidak sama dengan rata-ratanya. populasi skor hasil
tes pemahaman konsep fisika siswa kelas X MIA 1.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan pembelajaran fisika model pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures (CUPs) dengan metode eksperimen merupakan salah satu pembelajaran fisika yang efektif
digunakan untuk mencapai pemahaman konsep fisika khususnya pada indikator pemahaman ekstrapolasi.

6. Kesimpulan
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep fisika siswa yang menerapkan model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan
menggunakan metode eksperimen ditunjukkan dengan persentase rata-rata hasil posttest ( tes akhir)
dalam kategori sedang.

7. References
[1] Fathurrohman, M. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakartaÿ: Ar-Ruzz Media.
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015
[2] Laura. 99 Cara Mengajar dalam Kelas. Bandung: Alfabet,. 2014 [3]
Sudibyo, B. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007.
Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
[4] Subekti, Y., &Ariswan, A. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2): 252-261, 2016 [5]
Lakuntu, Jein Kristina, I Komang Wherdiana dan Muslimin. Penerapan Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures Menggunakan Metode Eksperimen terhadap Pemahaman Konsep
Hukum Newton pada Pesertadidik Kelas X SMA Negeri 1 Palu. Jurnal Pendidikan
FisikaTadulako (JPFT), 2017.
[6] Khaerani, R. Penerapan Pembelajaran Kooperatif melalui pendekatan inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan keterampilan proses dan pemahaman konsep fisika pada siswa SMP Negeri
5 Watampone Kabupaten Bone. Universitas Negeri Makassar, 2010

6
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-9 tentang Fisika Teoritis dan Terapan (ICTAP) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1572 (2020) 012009 doi:10.1088/1742-6596/1572/1/012009

[7] Winatasaputra, S. U., dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Unversitas Terbuka, 2007.
[8] Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
[9] Sagala, S. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet, 2014.
[10] Ibrahim, Kosim, &Gunawan. Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures ( Cups ) Berbantuan Lkpd Terhadap Kemampuan Procedures ( Cups )
Berbantuan Lkpd Terhadap, III(July), 1–23, 2017.
[11] Gunstone, R., McKittrick, B., & Mulhall, P. Diskusi kognitif terstruktur dalam fisika SMA:
Persepsi siswa dan guru. Penelitian dalam Pendidikan Sains, 29(4), 527–546, 1999.

[12] Gunstone, Dick., McKittrick, Brian., & Milhall, Pam. CUP - Sebuah Prosedur untuk
Mengembangkan Pemahaman Konseptual. Prosiding PEEL Conference. Australia:
Universitas Monash, 2009.
[13] Putra, S.R. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: PT Diva Press, 2013.
[14] Kurniasih, I. dan B. S. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Guru Profesional, 2017.
[15] Ary, D., Jacob, LC, Chris, S., & Razavieh, A. Pengantar Penelitian Pendidikan Delapan
Edisi. Wadsworth, 2010.

Anda mungkin juga menyukai