Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN


PENGUASAAN KONSEP SISWA

Widya Oktaviani, Gunawan, Sutrio


Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Mataram
Jalan Majapahit No. 62, Mataram
E-Mail: widyaoktaviani13.wo@gmail.com

Abstract-This study aims to determine the influence of contextual physics teaching materials in an
effort to improve the mastery of student concepts. This research is a type of research development
(reseach and development). The population is all students of class XI IPA SMA Negeri 2 Mataram
2016/2017 school year amounted to 365 students. The sample was determined by purposive sampling
technique so that it was obtained by class XI IPA 2 (38 students) as experimental class and class XI
IPA 3 (40 students) as control class. The instrument used to measure conceptual mastery is a multiple-
choice test. The results showed that the use of contextual teaching materials influential in improving
the mastery of the concept of students.

Keywords: teaching materials, contextual physics, mastery of physics concepts

PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa Peraturan Menteri tahun 2014 Nomor 059
dengan guru dan sumber belajar pada suatu menyatakan bahwa ilmu fisika merupakan (1)
lingkungan belajar (Fathurrohman, 2015). proses memperolah informasi melalui metode
Pembelajaran di sekolah seharusnya tidak hanya empiris (empirical method); (2) informasi yang
terfokus pada penyampaian materi, namun juga diperoleh melalui penyelidikan yang telah ditata
perlu memperhatikan pemahaman siswa terhadap secara logis dan sistematis; dan (3) suatu kombinasi
materi tersebut. Proses belajar dalam pembelajaran proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi
tidak hanya sekedar mengetahui dan menghafal yang dapat dipercaya dan valid. Fisika pada
fakta-fakta yang ada tetapi juga harus memahami dasarnya merupakan pelajaran yang menarik dan
dan menguasai fakta-fakta tersebut sehingga menyenangkan. Hal ini dikarenakan banyaknya
menjadi satu pengetahuan yang utuh. konsep fisika yang berhubungan dengan kehidupan
Hal ini sejalan dengan tujuan dari Pendidikan sehari-hari. Namun, kenyataan di lapangan
Nasional Indonesia yang tercantum dalam UU berkebalikan dengan pendapat tersebut. Banyak
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun siswa yang menganggap bahwa fisika merupakan
2003, yaitu untuk mengembangkan potensi siswa pelajaran yang sulit, menakutkan, dan tidak ada
agar menjadi manusia beriman dan bertakwa hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sering merasa kesulitan menghubungkan materi
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi yang dipelajari dengan penerapannya di kehidupan
warga negara yang demokratis, serta bertanggung sehari-hari.
jawab. Seorang guru dalam pembelajaran tidak Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri
hanya memiliki tugas untuk menyampaikan materi, 2 Mataram menunjukkan bahwa masih kurangnya
tetapi juga harus melaksanaan pembelajaran yang penguasaan konsep fisika ditunjukkan dengan
bermakna. Gunawan et al (2016) menyatakan rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian yang
pembelajaran akan memberikan hasil yang baik jika dilakukan oleh Putu (2012) menunjukkan bahwa
didesain sesuai cara manusia belajar. Pembelajaran faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan
yang bermakna haruslah dilakukan pada semua konsep, yaitu pembelajaran fisika yang dijalankan
bidang pelajaran termasuk di dalamnya ialah bidang oleh guru selama ini masih memisahkan
fisika. pengetahuan formal fisika siswa dengan
pengalaman sehari-hari siswa, sehingga mereka

1
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

berasumsi bahwa pelajaran fisika tidak mempunyai sistematis berdasarkan prinsip-prinsip


hubungan dengan kehidupan mereka. Selain itu pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
faktor lain yang menyebabkan penguasaan konsep kontekstual melibatkan tujuh komponen utama,
siswa rendah adalah sumber belajar seperti buku meliputi : (a) konstruktivisme (constructivism); (b)
teks terbatas dan kurang menarik untuk dibaca atau bertanya (questioning); (c) menemukan (inquiry);
ditelusuri oleh siswa (Tampubolon et al, 2015). (d) masyarakat belajar (learning community); (e)
Penguasaan konsep adalah usaha yang harus pemodelan (modeling); (f) refleksi (reflection); (g)
dilakukan oleh siswa dalam merekam dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
mentransfer kembali sejumlah informasi dari suatu (Komalasari, 2014).
materi pelajaran tertentu yang dapat digunakan Uraian di atas, mendorong peneliti untuk
dalam memecahkan masalah, menganalisa, melakukan suatu penelitian terkait pengaruh bahan
menginterpetasikan pada suatu kejadian tertentu ajar fisika kontekstual terhadap penguasaan konsep.
(Silaban, 2014). Pentingnya seseorang menguasai
suatu konsep menurut Suranti et al (2016) adalah METODE PENELITIAN
agar mampu berkomunikasi, mengklasifikasikan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
ide, gagasan atau peristiwa yang dialaminya dalam pengembangan (reseach and development).
kehidupan sehari-hari. Siswa yang Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap
mengembangkan penguasaan konsep akan lebih pertama pengembangan produk berupa bahan ajar
cepat melakukan hal-hal yang terkait dengan fisika kontekstual dan tahap kedua adalah
pengetahuan prosedural nantinya dibandingkan ekperimen untuk menguji produk dalam
dengan siswa yang menghafal dan mengingat saja meningkatkan penguasaan konsep siswa. Sebelum
(Nisrina et al, 2016). pemberian perlakuan siswa diberi tes awal pada
Rendahnya penguasaan konsep siswa dapat kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
ditangani dengan melakukan beberapa upaya. mengetahui kemampuan awal yang dimilikinya.
Upaya yang dilakukan tidak hanya berfokus pada Perlakuannya berupa penggunaan bahan ajar fisika
guru dan siswa saja, tetapi semua aspek yang ada kontekstual pada kelas eksperimen dan penggunaan
pada proses belajar tersebut, salah satunya adalah bahan ajar yang biasa digunakan oleh guru pada
penggunaan bahan ajar yang dikembangkan sendiri kelas kontrol, kemudian dilakukan tes akhir untuk
oleh guru secara inovatif. Hal ini karena guru yang mengetahui kemampuan akhir siswa sehingga dapat
lebih mengetahui karakteristik siswanya, diketahui peningkatan penguasaan konsep siswa.
kemampuan awal, daya serap, dan lain-lain. Penelitian dilaksanakan di SMAN 2 Mataram
Pengembangan bahan ajar dapat menjawab atau tahun ajaran 2016/2017. Populasi penelitian adalah
memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam semua siswa kelas XI IPA SMAN 2 Mataram
belajar (Depdiknas, 2008). berjumlah 365 siswa. Teknik pengambilan sampel
Keuntungan yang didapat dengan penerapan menggunakan Purposive Sampling. Sampel
bahan ajar dalam pembelajaran menurut Santayasa sebanyak 2 kelas yakni kelas XI IPA 2 berjumlah
dalam Tampubolon et al (2015) adalah sebagai 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI
berikut: (1) meningkatkan motivasi siswa; (2) IPA 3 berjumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol.
setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa Pengumpulan data menggunakan teknik tes, berupa
mengetahui benar; (3) siswa mencapai hasil sesuai pemberian tes pilihan ganda.
dengan kemampuannya; (4) bahan pelajaran Prasyarat analisis uji hipotesis, yaitu uji
terbagi lebih merata dalam satu semester, dan (5) normalitas dengan uji Chi Kuadrat dan uji
pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan ajar homogenitas dengan uji F. Analisis uji hipotesis
disusun menurut jenjang akademik. Bahan ajar melalui uji t berbantuan program Microsoft Excel
yang dikembangkan dapat berupa bahan ajar 2013. Uji skor gain dilakukan untuk mengetahui
dengan pendekatan kontekstual. seberapa besar peningkatan penguasaan konsep
Bahan ajar fisika kontekstual merupakan dengan kriteria sebagai berikut (Sundayana, 2014).
bahan atau materi pelajaran fisika yang berisikan Tabel 1 Interpretasi Skor Gain
contoh-contoh kontekstual fisika disusun secara No. Interval Kriteria
2
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

1 0.70 ≤ g 1.00 Tinggi Angket respon siswa yang dibagikan pada


2 0.30 ≤ g <0.70 Sedang kelas eksperimen terdiri dari dua aspek penilaian
3 0.00 < g <0.30 Rendah utama, yaitu respon terhadap pembelajaran
menggunakan bahan ajar fisika kontekstual dan isi
HASIL DAN PEMBAHASAN bahan ajar fisika kontekstual. Masing-masing
Bahan ajar fisika kontekstual yang telah aspek penilaian terdiri dari beberapa pernyataan.
dikembangkan dan telah diuji oleh ahli diberikan Untuk respon terhadap pembelajaran
kepada siswa untuk digunakan sebagai salah satu menggunakan bahan ajar fisika kontekstual terdiri
sumber belajar pembelajaran di kelas. Bahan ajar dari sebelas pernyataan, masing-masing tujuh
fisika kontekstual tersebut digunakan oleh siswa pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.
pada kelas eksperimen, sedangkan siswa pada Sedangkan untuk respon terhadap isi bahan ajar
kelas kontrol menggunakan bahan ajar yang fisika kontekstual terdiri dari 9 pernyataan positif.
digunakan oleh guru mata pelajaran fisika. Pada Hasil analisis data dari angket yang disebarkan
akhir pertemuan siswa diberikan angket mengenai kepada siswa dapat dilihat pada Tabel 2.
respon siswa terhadap bahan ajar fisika
kontekstual yang dikembangkan.
Tabel 2 Respon Siswa Terhadap Bahan Ajar Fisika Kontekstual
No Aspek Penilaian Rerata Skor
1 Kegiatan Pembelajaran 76.16
2 Isi Bahan Ajar Fisika Kontekstual 77.96
Skor Total 154.12
Persentase 77.06

Berdasarkan data pada Tabel 2 rerata skor pada kemampuan”. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
aspek penilaian kegiatan pembelajaran adalah 76.16 Allsopp, et al, dalam Putu (2012), yaitu
yang dikategorikan baik dan pada aspek penilaian pembelajaran yang menjadikan pengalaman dan
isi bahan ajar fisika kontekstual rerata skornya lingkungan sekeliling peserta didik dalam proses
sebesar 77.96 yang juga dikategorikan baik. Rata- pembelajaran akan sangat membantu peserta
rata dari kedua aspek penilaian bahan ajar fisika didik untuk meningkatkan minat dan pemahaman
kontekstual adalah 77.06. Sehingga dapat dikatakan peserta didik.
bahwa bahan ajar fisika kontekstual yang Bahan ajar fisika kontekstual tersebut
dikembangkan dikategorikan baik. Beberapa kemudian diuji pengaruhnya menggunakan tes
pernyataan pada respon terhadap pembelajaran penguasaan konsep. Tes tersebut terdiri dari 25 soal
menggunakan bahan ajar fisika kontekstual pilihan ganda. Penguasaan konsep pada penelitian
memiliki persentase yang cukup tinggi. Salah satu ini diukur berdasarkan hasil belajar siswa pada
pernyataan tersebut memiliki skor 80.56 yang ranah kognitif, yaitu C1, C2, C3, C4, C5, dan C6.
berbunyi “pembelajaran fisika dengan Data penguasaan konsep siswa kelas eksperimen
menggunakan bahan ajar fisika kontekstual cukup dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 3 berikut.
membantu saya mengembangkan pengetahuan dan

3
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Tabel 3 Nilai Penguasaan Konsep


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
TesAwal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir
Skor
68.00 92.00 68.00 80.00
maksimum
Skor minimum 28.00 40.00 32.00 28.00
Rata-rata 49.33 64.78 46.82 55.18
N 36 36 34 34

Nilai tertinggi tes awal penguasaan konsep


Dari Tabel 3 terlihat bahwa pengaruh siswa di kelas eksperimen diperoleh 68.00 dan nilai
penggunaan bahan ajar fisika kontekstual dalam terendah 28.00, sedangkan nilai tertinggi
meningkatkan penguasaan konsep siswa lebih baik penguasaan konsep siswa di kelas kontrol diperoleh
dari penggunaan bahan ajar konvensional. Bahan 68.00 dan nilai terendah 32.00. Untuk tes akhir
ajar fisika kontekstual yang telah dikembangkan penguasaan konsep di kelas eksperimen diperoleh
berisi pembahasan materi dengan pendekatan niai tertinggi 92.00 dan nilai terendah 40.00,
kontekstual. Artinya, konsep-konsep yang ada sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai
dihubungkan dengan peristiwa di kehidupan sehari- tertinggi 80.00 dan nilai terendah 28.00. Rata-rata
hari siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Putu nilai tes awal pada kelas ekperimen adalah 49.33
(2012), yaitu informasi yang dipelajari terhubung dan kelas kontrol adalah 46.82. Sedangkan rata-rata
ke situasi kehidupan nyata di mana siswa cenderung nilai tes akhir penguasaan konsep pada kelas
menggunakannya. Sehingga saat mempelajari eksperimen adalah 64.78 dan kelas kontrol adalah
materi dari bahan ajar fisika kontekstual, siswa 55.18. Rata-rata nilai hasil belajar disajikan pada
dapat memahami konsep yang ada dengan mudah. Gambar 1.

70.00 64.78

60.00 55.18
49.33 46.82
50.00
Rata-Rata

40.00 Kelas Eksperimen


30.49
30.00 Kelas Kontrol

15.72
20.00

10.00

0.00
Tes Awal Tes Akhir N-gain

Gambar 1 Perbandingan Rata-Rata Nilai Penguasaan Konsep dan N-Gain

Dari Gambar 1 juga terlihat peningkatan nilai kelas eksperimen dan 15.72 dengan kategori rendah
rata-rata penguasaan siswa pada kelas eksperimen pada kelas kontrol.
lebih tinggi dibanding kelas kontrol, yaitu 15.45 Pengujian data penguasaan konsep siswa
pada kelas eksperimen dan 8.36 pada kelas kontrol. untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tes awal
Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dari nilai dan tes akhir diawali dengan uji homogenitas kedua
N-gain, yaitu 30.49 dengan kategori sedang pada data, yang dilanjutkan dengan uji normalitas, dan
terakhir uji hipotesis menggunakan uji-t polled

4
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

varians. Dari uji homogenitas data untuk tes awal terdistribusi normal. Uji hipotesis yang digunakan
yang telah dilakukan didapat hasil nilai Fhitung adalah uji-t polled varians karena jumlah sampel
sebesar 1.60 sedangkan nilai Ftabel 1.77 dengan taraf pada penelitian ini berbeda (𝑛1 ≠ 𝑛2 ).
signifikan 0.05. Sehingga Fhitung < Ftabel yang berarti Hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan
data tes awal kedua kelas adalah homogen. Untuk nilai thitung sebesar 2.98. Nilai thitung tersebut lebih
tes akhir didapatkan nilai Fhitung sebesar 1.17 besar dibandingkan nilai ttabel, yaitu 2.00 pada taraf
sedangkan nilai Ftabel 1.77 dengan taraf signifikan signifikan 0.05. Sehingga penggunaan bahan ajar
0.05. Sehingga Fhitung < Ftabel yang berarti data tes fisika kontekstual berpengaruh dalam
akhir kedua kelas adalah homogen. meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hasil ini
Selanjutnya dilakukan uji normalitas data tes juga diperkuat dengan hasil-hasil penelitian
awal dan tes akhir pada masing-masing kelas. sebelumnya mengenai pengembangan bahan ajar
Berdasarkan perhitungan yang telah dlakukan berbasis kontekstual. Satriawan & Rosmiati (2016)
didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal menyatakan bahwa bahan ajar berbasis kontekstual
pada tes awal dan tes akhir untuk kelas eksperimen dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika.
dan kelas kontrol. Untuk tes awal didapatkan nilai Selain itu penelitian Sujanem (2012)
𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 9.74 untuk kelas eksperimen dan menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan
8.83 untuk kelas kontrol. Nilai 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf pemahaman konsep antara siswa yang
signifikan 0.05 untuk kelas eksperimen sebesar menggunakan modul fisika kontekstual interaktif
11.07 dan 12.59 untuk kelas kontrol. Sehingga dari berbasis web dengan siswa yang menggunakan
modul fisika konvensional. Siswa yang
kedua data tersebut dapat dilihat bahwa 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
menggunakan modul fisika kontekstual interaktif
𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang berarti data tes awal untuk kedua kelas berbasis web memiliki pemahaman konsep yang
berdistribusi normal. Sedangkan untuk tes akhir lebih baik dibanding siswa yang menggunakan
nilai 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 untuk kelas eksperimen sebesar 6.08 modul fisika konvensional. Hasil-hasil tersebut
dan untuk kelas kontrol sebesar 6.89. Nilai 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 memperkuat hasil penelitian ini, yaitu adanya
dengan taraf signifikan 0.05 untuk kedua kelas pengaruh penggunaan bahan ajar fisika kontekstual
adalah 11.07, sehingga data tes akhir kedua kelas dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.
terdistribusi normal. Analisis hasil penguasaan konsep siswa tidak
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa adanya hanya pada nilai akhirnya saja, tetapi dilakukan
peningkatan penguasaan konsep siswa sebelum dan analisis per sub materi yang diajarkan. Materi yang
sesudah diberi perlakuan. Perlakuaan yang diajarkan dan termuat dalam bahan ajar fisika
diberikan pada kelas eksperimen adalah kontekstual adalah fluida statis dan fluida dinamis.
penggunaan bahan ajar fisika kontekstual dalam Kedua materi tersebut memiliki 11 sub-materi
pembelajaran, sedangkan untuk kelas kontrol diantaranya tekanan, tekanan hidrostatis, hukum
perlakuan yang diberikan adalah penggunaan bahan utama hidrostatis, tekanan mutlak, hukum Pascal,
ajar konvensional. Untuk mengetahui adanya hukum Archimedes, tegangan permukaan,
pengaruh penggunaan bahan ajar fisika kontekstual viksositas, kapilaritas, asas kontinuitas, dan prinsip
dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa Bernoulli. Peningkatan penguasaan konsep pada
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan tiap-tiap sub-materi untuk kelas kontrol dan kelas
statistik parametrik karena data homogen dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perolehan Skor N-Gain
N-Gain (%)
Kode Sub Materi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
A Tekanan 47 30
B Tekanan Hidrostatis 27 -2
C Hukum Utama Hidrostatis 25 17
D Tekanan Mutlak -5 64
E Hukum Pascal 67 59
F Hukum Archimedes 27 12
G Viskositas 16 -13
5
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

N-Gain (%)
Kode Sub Materi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
H Tegangan Permukaan 41 35
I Kapilaritas 10 10
J Asas Kontinuitas 43 47
K Prinsip Bernoulli 26 -8

Berdasarkan analisis pada Tabel 4 dapat didapat bahwa kelas eksperimen mengalami
diketahui bahwa perolehan Persentase N-gain peningkatan penguasaan konsep yang lebih tinggi
tertinggi kelas eksperimen, yaitu pada sub materi dari kelas kontrol.
hukum Pascal sebesar 67 % dan terendah sebesar - Beberapa saran yang ingin diajukan peneliti
5% pada materitekanan mutlak. Sedangkan untuk untuk penelitian mengenai pengembangan bahan
kelas kontrol Persentase n-gain tertinggi pada sub- ajar fisika kontekstual, yaitu (1) dalam
materi tekanan mutlak sebesar 64% dan terendah - mengembangkan bahan ajar untuk diperhatikan
13% pada sub-materi viskositas. Terdapat juga konsep-konsep fisika yang akan dimuat dalam
beberapa sub-materi yang memiliki perbandingan bahan ajar tersebut; (2) memberikan bahan ajar
peningkatan cukup tinggi dan cukuprendah antara yang telah dikembangkan di pertemuan awal, agar
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Seperti pada siswa dapat mempelajarinya terlebih dahulu.
sub-materi tekanan mutlak, perbandingan
peningkatan sebesar 69%. Perbedaan peningkatan REFERENSI
yang cukup jauh ini disebabkan oleh perolehan skor Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
benar pada tes akhir untuk kelas kontrol lebih
Nasional Direktorat Jenderal Manajemen
banyak dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini Pendidikan Dasar dan Menengah
disebabkan kurang detailnya penjelasan mengenai Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
tekanan mutlak pada bahan ajar yang Atas.
dikembangkan dibandingkan dengan bahan ajar Fathurrohman, M. 2015. Model-Model
konvensional yang digunakan oleh siswa pada kelas Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-
kontrol. Ruzz Media.
Selain perbedaan peningkatan, dari Tabel 4 Gunawan, G., Harjono, A., & Imran, I. (2016).
dapat dilihat pada sub-materi kapilaritas Pengaruh Multimedia Interaktif dan Gaya
peningkatan pada kelas eksperimen dan kelas Belajar Terhadap Penguasaan Konsep
kontrol sama, yaitu sebesar 10 %. Hal ini karena Kalor Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
instrumen tes pada sub-materi kapilaritas terdiri Indonesia, 12(2), 118-125.
dari 1 nomor saja dan tingkat kesukaran cukup. Komalasari, K. 2014. Pembelajaran Kontekstual
Selain itu instrumen tes pada sub-materi kapilaritas Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika
berisi permasalahan yang biasa dijumpai Aditama.
dikehidupan sehari-hari. Jika dilihat secara Nisrina, N., Gunawan, G., & Harjono, A. (2016).
keseluruhan analisis pada Tabel 4 peningkatan Pembelajaran Kooperatif dengan Media
penguasaan konsep ada tiap-tiap sub-materi fluida Virtual untuk Peningkatan Penguasaan
statis dan fluida dinamis terjadi paling tinggi pada Konsep Fluida Statis Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 2(2), 66-
kelas eksperimen.
72.
PENUTUP Putu, S. 2012. Pengembangan Modul Fisika
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X
Semester 2 Di SMK Negeri 3 Singaraja.
penggunaan bahan ajar fisika kontekstual dalam
Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha.
meningkatkan penguasaan konsep siswa. Baik kelas Vol 1 (2).1-24.
eksperimen maupun kelas kontrol sama-sama
Satriawan, M., & Rosmiati, R. (2016).
mengalami peningkatan penguasaan konsep setelah
Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis
diberi perlakuan. Dari uji N-gain yang dilakukan Kontekstual Dengan Mengintegrasikan
6
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Sundayana, R. 2014. Statistika Penelitian


Pemahaman Konsep Fisika Pada Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mahasiswa. JPPS: Jurnal Penelitian
Suranti, N. M. Y., Gunawan, G., & Sahidu, H.
Pendidikan Sains, 6(1), 1212-1217.
(2016). Pengaruh Model Project Based
Silaban, B. 2014. Hubungan Amtara Penguasaan Learning Berbantuan Media Virtual
Konsep Fisika dan Kreativitas dengan Terhadap Penguasaan Konsep Peserta didik
Kemampuan Memecahkan Masalah pada pada Materi Alat-alat Optik. Jurnal
Materi Pokok Listrik Statistik. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 2(2), 73-
Penelitian Bidang Pendidikan. Vol 20 79.
(1).65-75.
Tampubolon, R., Sahyar, dan Makmur, S. 2015.
Sujanem, R. (2012). Pengembangan Modul Fisika Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis
Kontekstual Interaktif Berbasis Web untuk Inkuiri Pada Materi Fluida Statis Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Hasil Belajar Fisika Siswa SMA di Tabularasa PPS Unimed. Vol 12 (2). 189-
Singaraja. Jurnal Nasional Pendidikan 199.
Teknik Informatika (JANAPATI), 1(2), 103-
117.

Anda mungkin juga menyukai