Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL UNDERSTANDING


PROCEDURES (CUPs) BERBANTUAN LKPD TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA

Ibrahim, Kosim, Gunawan


Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP, Universitas Mataram
Jalan Majapahit No. 62, Mataram
E-Mail: Baimphysics@gmail.com

Abstract - This study aims to determine the effect of learning model Conceptual Understanding Procedures
LKPD assisted on the ability of solving physics problems of high school students. This research is a quasi
experimental research using untreated control group design with pretest and posttest. The population is all
students of class XI IPA SMAN 4 Mataram. While the sampling using purposive sampling technique consisting
of students class XI IPA 4 as experimental class and students of class XI IPA 1 as a control class. The problem
solving capability data is obtained through a written test in the form of a description item. The result of
hypothesis test analysis shows that there is influence of learning model of LKPD-assisted Conceptual
Understanding Procedures toward the ability of problem solving physics.

Keywords: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), LKPD, physics problem solving skills

PENDAHULUAN observasi, perumusan masalah, penyusunan


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen,
merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan
pembelajaran, penguasaan, pengetahuan, proses konsep. Bermula dari adanya rasa ingin tahu yang
penemuan, konsep-konsep, dan fakta-fakta yang besar mengantarkan para ilmuan menghasilkan
melingkupi kebenaran dari hukum-hukum alam suatu kumpulan pengetahuan yang disusun secara
yang terjadi dan dapat dibuktikan melalui metode sistematis yang kemudian saat ini diajarkan
ilmiah. Trianto (2010) berpendapat bahwa sains kembali dalam pembelajaran fisika.
diambil dari bahasa latin scientia yang artinya Pembelajaran fisika adalah pembelajaran
pengetahuan. Dalam sains setiap teori selalu yang tidak mengabaikan hakikat fisika sebagai
didasarkan pada langkah eksperimen yang dapat sains (Hariawan et al, 2014). Pembelajaran fisika
dipertanggung jawabkan secara akal sehat. yang sering dijumpai di sekolah ialah pembelajaran
Pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang fisika dengan menggunakan pembelajaran langsung
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam dan metode ceramah. Pembelajaran dengan metode
secara sistematis, sehingga sains bukan hanya ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip kepeda peserta didik (Sagala, 2013). Proses
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan pembelajaran yang berlangsung masih didominasi
(Sinambela & Turnip, 2015). Secara umum IPA oleh pembelajaran yang kurang melibatkan peran
meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu Fisika, aktif peserta didik. Pembelajaran yang digunakan
Biologi, dan Kimia. masih berpusat pada guru dan sebatas transfer
Fisika merupakan bagian dari sains yang informasi, terlebih pada materi berupa teori dan
memfokuskan kajiannya pada materi, energi, dan persamaan matematis. Pembelajaran yang hanya
hubungan antara keduanya (Gunawan et al, 2015). mentransfer informasi dapat mengakibatkan peserta
Fisika juga merupakan salah-satu mata pelajaran didik menjadi pasif dan kurang memahami konsep
Ilmu Pengetahuan Alam yang berkaitan dengan sehingga mempengaruhi rendahnya kemampuan
cara mencari tahu tentang gejala, peristiwa ataupun peserta didik. Menurut Sugiana et al (2016), siswa
fenomena alam secara sistematis (Fransiska & selalu memiliki gaya pembelajaran yang berbeda-
Markos, 2016). Fisika merupakan ilmu yang lahir beda serta penilaian berbeda mengenai
dan berkembang melewati langkah-langkah pembelajaran yang sedang berlangsung.
14
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Upaya perancangan pembelajaran inovatif proses pembelajaran pada kegiatan inti. Dan untuk
dengan menggunakan strategi yang efektif kegiatan awal dan akhir sama halnya dengan
terhadap pemahaman konsep dan kemampuan langkah-langkah pada model-model pembelajaran
pemecahan masalah siswa perlu dilakukan (Dwi et lainnya. Oleh karena itu dalam langkah-langkah
al, 2013). Pengorganisasian proses pembelajaran pembelajaran CUPs diharapkan dapat membimbing
sangat penting dalam meningkatkan kemampuan peserta didik memahami konsep baru, sehingga
pemecahan masalah peserta didik. Proses kemampuan pemecahan masalah peserta didik
pembelajaran yang baik tidak hanya meningkat.
memperhatikan penyampaian konsep, tetapi juga Penelitian terkait dengan model
memperhatikan proses kemampuan pemecahan pembelajaran CUPs antara lain dilakukan oleh
masalah oleh peserta didik. Pengorganisasian Ismawati et al (2014) menyatakan bahwa model
proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding
pembelajaran yang baik dan melibatkan peran aktif Procedures terbukti lebih efektif untuk
peserta didik. Salah-satu model pembelajaran yang meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa pada pelajaran fisika. Selain itu, Hikmah et al
pemecahan masalah adalah model pembelajaran (2015) menyimpulkan bahwa penerapan model
Conceptual Understanding Procedures (CUPs). pembelajaran Conceptual Understanding
CUPs dikembangkan dengan Procedures dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu belajar matematika siswa kelas X SMAN 7
model pembelajaran yang didasarkan pada Mataram tahun ajaran 2014/2015. Penelitian
keyakinan bahwa peserta didik dapat membangun Anggreni et al (2013) menyatakan bahwa model
pemahaman konsep mereka sendiri dengan pembelajaran Conceptual Understanding
memperluas atau memodifikasi pengalaman yang Procedures berpengaruh terhadap hasil belajar
dimiliki peserta didik. Model pembelajaran CUPs matematika pada siswa kelas V SD Gugus VII
adalah suatu model pembelajaran dimana pada Komping Sujana, Denpasar Barat tahun ajaran
peserta didik ditanamkan bagaimana membuat 2012/2013.
kesimpulan atas materi yang dipelajari. Menurut Selain pemilihan model pembelajaran yang
Prastiwi et al (2014) menyatakan bahwa CUPs tepat, peran media pembelajaran juga secara teori
merupakan model pembelajaran yang dirancang berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan
untuk membantu perkembangan pemahaman siswa masalah fisika peserta didik. Trianto (2010)
dalam menemukan konsep yang sulit. Model menjabarkan istilah media pembelajaran adalah
pembelajaran CUPs menegaskan pentingnya peran sebagai penyampai medium sebagai pesan (the
aktif individu dan tanggung jawab atas pencapaian carriers of massages) dari beberapa sumber saluran
pemahaman bersama oleh kelompok (Hidayati & ke penerima pesan (the receiver of the massages).
Sinulingga, 2015). Media pembelajaran dapat membangkitkan
Pada penerapan model pembelajaran CUPs, motivasi peserta didik untuk belajar dan sangat
peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok membantu keefektifan proses pembelajaran
kecil. Setiap kelompok beranggotakan tiga peserta (Suranti et al, 2016). Salah satu alternatif media
didik (triplet), namun pembagian kelompok dapat yang dapat digunakan adalah media lembar kerja
menyesuaikan jumlah peserta didik dalam kelas. peserta didik (LKPD). LKPD merupakan sebutan
Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen, baru yang awalnya dikenal dengan LKS. Perubahan
artinya setiap kelompok harus beranggotakan nama LKS menjadi LKPD disebabkan oleh
minimal satu peserta didik putra, kemampuan perubahan paradigma atau pandangan pendidikan
kognitif peserta didik dalam satu kelompok juga tentang guru dan siswa.
harus konvergen (rendah-sedang-tinggi). Saregar et LKS yaitu materi ajar yang sudah dikemas
al (2016) menyatakan bahwa model CUPs sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat
dibangun atas tiga fase, yaitu (1) fase individu; (2) mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri
fase kerja kelompok; dan (3) fase presentase. Tiga (Damayanti, 2013). Hal ini didukung oleh Lubis &
fase utama pembelajaran CUPs di atas, digunakan Lestari (2017) yang menyatakan bahwa LKS
peneliti sebagai skenario untuk melaksanakan merupakan media pembelajaran yang dapat
15
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

dikembangkan oleh guru, yang berperan sebagai (2013) menyatakan bahwa masalah adalah suatu
fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS persoalan/pertanyaan membutuhkan
digunakan sebagai acauan atau memandu penyelesaian/jawaban yang tidak bisa diperoleh
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan juga secara langsung. Pemecahan masalah dapat
sebagai alat pembelajaran (Sukmawati & Lestari, diartikan sebagai proses menghilangkan masalah
2017). yang ada, dimana didalamnya terdapat hubungan
Kelebihan dari penggunaan LKPD dalam atau konsep-konsep yang diperolehnya dalam
pembelajaran akan meningkatkan efisiensi, memecahkan masalah (Sambada, 2012). Hal ini
motivasi, serta memfasilitasi belajar aktif didukung oleh Santrock (2011) yang menyatakan
eksperimental, konsisten dengan belajar yang bahwa pemecahan masalah adalah mencari cara
berpusat pada peserta didik dan membantu untuk yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
belajar lebih baik. Lembar kegiatan siswa dapat Belajar pemecahan masalah pada hakikatnya
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek adalah belajar berpikir (learning to think) atau
kognitif maupun panduan untuk mengembangkan belajar bernalar (learning to reason), yaitu berpikir
semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-
eksperimen atau demonstrasi (Sahidu, 2013). Hal pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya
ini sejalan dengan pendapat Hermansyah et al untuk memecahkan masalah-masalah baru yang
(2015) yang menyatakan bahwa praktek belum pernah dijumpai (Gunawan et al, 2015).
penggunaan LKPD atau yang sering diebut LKS Kemampuan pemecahan masalah adalah
merupakan kumpulan materi, contoh soal, dan kemampuan kognitif tingkat tinggi, tahap berpikir
latihan soal. pemecahan masalah setelah tahap evaluasi yang
Menurut Prastowo (2015) ada empat poin menjadi bagian dari tahapan kognitif Bloom
tujuan dari penyusunan LKS, yaitu: (1) menyajikan (Venisari et al, 2015). Sedangkan menurut Rahmat
bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk et al (2014) Kemampuan pemecahan masalah
berinteraksi dengan materi yang diberikan; (2) memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan
menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan khusus yang dimiliki masing-masing peserta didik,
penguasaan peserta didik terhadap materi yang yang mungkin akan berbeda antar peserta didik
diberikan; (3) melatih kemandirian belajar peserta dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa perlu
didik; dan (4) memudahkan pendidik dalam memahami dan menggabungkan konsep yang satu
memberikan tugas kepada peserta didik. dengan yang lainnya dalam memecahkan masalah
Peneliti berpendapat bahwa lembar kerja fisika (Hastuti et al, 2016). Menurut Sulistyowati,
peserta didik adalah suatu bahan ajar cetak berupa et al (2012), salah-satu strategi memecahkan
lembaran-lembaran berisi permasalahan berkaitan masalah yang biasa digunakan adalah pemecahan
dengan materi optik yang harus dikerjakan oleh masalah sistematis (systematic approcach to
peserta didik untuk melakukan kegiatan agar problem solving). Kemampuan memecahkan
peserta didik memperoleh pengetahuan dan masalah sangat dibutuhkan oleh peserta didik.
keterampilan yang perlu dikuasai secara mandiri. Memecahkan suatu masalah merupakan suatu
LKPD memuat identitas, petunjuk, informasi aktivitas dasar manusia karena dalam menjalani
penting, langkah-langkah untuk menyelesaikan kehidupan manusia pasti berhadapan dengan
suatu tugas, dan permasalahan yang harus masalah (Hertiavi et al, 2010).
diselesaikan. Suatu tugas yang diperintahkan dalam Oleh karena itu, dengan menggabungkan
lembar kegiatan harus jelas tujuan yang akan suatu model CUPs dengan bantuan LKPD
dicapainya. memungkinkan proses pembelajaran lebih efektif.
Penggunaan LKPD sebagai alat bantu Masalah-masalah fisika dapat disajikan melalui
dalam melaksanakan proses pembelajaran lembar kerja peserta didik sehingga peserta didik
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan akan terlibat didalamnya, proses pembelajaran lebih
pemecahan masalah fisika. Setiap individu menarik, tujuan pembelajaran dapat tersampaikan
memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk dengan baik, dan kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan/ memecahkan masalah dalam memecahkan masalah dapat dilakukan.
kehidupan sehari-hari. Menurut Husna & Fatimah
16
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Belum adanya penggunaan model Pemahaman (understanding) yaitu kemampuan


pembelajaran CUPs yang digabungkan dengan memahami ide atau gagasan dalam setiap soal; (2)
LKPD, serta dari beberapa penelitian terkait masih Pemilihan (selecting) yaitu kemampuan memilih
pada materi yang lain, dan juga model dan/atau penyebab-penyebab dan memprediksi
pembelajaran CUPs cenderung mengukur hasil kemungkinan akibat yang dapat terjadi; (3)
belajar dan pemahaman konsep peserta didik, maka Pembedaan (differentiating) yaitu kemampuan
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian membedakan dan memilih penyebab-penyebab
pada bidang studi fisika dengan materi optik untuk yang dapat menghasilkan suatu akibat tertentu; (4)
mengukur kemampuan pemecahan masalah peserta Penentuan (determining) yaitu kemampuan
didik. menentukan konsep, prinsip, teori, dan/atau hukum
Penggunaan model pembelajaran fisika yang dapat digunakan untuk mendukung
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dalam mengidentifikasi sebuah atau beberapa
yang digabungkan dengan LKPD sangat cocok penyebab sehingga menghasilkan suatu akibat; (5)
digunakan di SMAN 4 Mataram. Hal ini didukung Penerapan (applying) yaitu kemampuan
dari hasil observasi di SMA Negeri 4 Mataram, menggunakan konsep, prinsip, teori, dan/atau
yang menunjukan bahwa pembelajaran di kelas hukum fisika dalam mengidentifikasi penyebab-
masih monoton dan berpusat pada guru. Peneliti penyebab sehingga menghasilkan suatu akibat
berharap penggunaan model pembelajaran CUPs tertentu; (6) Pengidentifikasian (identifying) yaitu
berbantuan LKPD di SMAN 4 Mataram mampu kemampuan mengidentifikasi kondisi penyebab-
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah penyebab sehingga dapat menghasilkan suatu
peserta didik pada pembelajaran fisika di tingkat akibat tertentu (Rokhmat, 2015). Instrumen tes
sekolah menengah atas. kemampuan pemecahan masalah sebelum
digunakan harus memenuhi beberapa syarat yaitu
METODE PENELITIAN uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan
Penelitian kuasi eksperimen ini daya beda. Uji analisis data menggunakan uji-t
menggunakan desain non-equivalent control group polled varian dengan taraf signifikan 5% dan
design with pre-test-and post-test. Suatu penelitian derajat kebebasan ( ) – 2. Data hasil
memiliki beberapa variabel penelitian sehingga
kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh
pembaca mengetahui alur dari sebuah eksperimen.
dianalisis dengan N-gain untuk mengetahui
Penelitian ini melibatkan variabel bebas yaitu
peningkatan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
model pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures berbantuan LKPD, variabel terikat HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu kemampuan pemecahan masalah fisika, dan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
variabel kontrol yaitu waktu, guru yang mengajar apakah ada pengaruh model pembelajaran
dan materi ajar. Conceptual Understanding Procedures berbantuan
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 LKPD terhadap kemampuan pemecahan masalah
Mataram. Populasi penelitian adalah 4 kelas berisi fisika peserta didik pada SMA. Kemampuan yang
148 peserta didik. Sampel penelitian adalah 73 diukur adalah kemampuan pemecahan masalah
peserta didik yang dibagi dalam dua kelas yaitu 36 yang terdiri dari enam indikator. Tes kemampuan
peserta didik sebagai kelas kontrol dan 37 peserta pemecahan masalah diberikan sebelum perlakuan
didik sebagai keals eksperimen. Pemilihan sampel dan sesudah perlakuan. Instrument menggunakan 7
ditentukan dengan purposive sampling. Purposive soal kemampuan pemecahan masalah yang sudah
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan divalidasi. Data tentang hasil kemampuan peserta
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). didik sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh
Instrumen yang digunakan adalah tes melalui tes awal dan tes akhir.
kemampuan pemecahan masalah. Teknik Berdasarkan tes awal dan tes akhir terlihat
pengumpulan data berupa tes tertulis berbentuk soal bahwa adanya peningkatan kemampuan pemecahan
uraian. Tes kemampuan pemecahan masalah masalah kedua kelas yang terlihat pada Tabel 1.
berjumlah 7 soal. Indikator yang digunakan dalam Tabel 1. Perolehan Skor Rata-rata Kedua Kelas
tes kemampuan pemecahan masalah ini adalah (1)
17
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Kelas Kemampuan Rata-rata


Eksperimen Awal 15,89
Akhir 64,31
Kontrol Awal 14,73
Akhir 38,64

Data pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai rata- Grafik 1. Perbandingan Skor Rata-rata
rata kemampuan awal kelas eksperimen 15,89 Kedua Kelas
sedangkan kelas kontrol 14,73. Sedangkan nilai
rata-rata kemampuan akhir kelas eksperimen dan Hasil tabulasi skor dan perhitungan tes
kelas kontrol berturut-turut 64,31 dan 38,64. Secara awal dan tes akhir kemampuan pemecahan masalah
lebih terperinci terkait hubungan nilai antara tes peserta didik tiap-tiap IPM (Indikator Pemecahan
awal dan tes akhir untuk data nilai tertinggi, Masalah), yang ditunjukkan Tabel 2 berikut.
terendah dan nilai rata-rata digambarkan dalam
grafik berikut.

Tabel 2. Persentase Nilai Rata-rata KPM Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Kemampuan IPM-1 IPM-2 IPM-3 IPM-4 IPM-5 IPM-6
Eksperimen 38% 19% 7% 8% 10% 15%
Awal 8% 10%
Kontrol 35% 26% 1% 8%
Eksperimen 87% 60% 49% 50% 69% 70%
Akhir
Kontrol 65% 41% 18% 37% 30% 41%

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas
persentase nilai rata-rata kemampuan pemecahan kontrol pada IPM-1 mendapat persentase KPM
masalah peserta didik kelas eksperimen maupun dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata 65% ,
kelas kontrol setiap indikator mengalami peningkatan untuk IPM-2 dan IPM-6 dalam kategori sedang
setelah diberi perlakuan. IPM-1 mendapat persentase dengan nilai rata-rata 41%, kemudian untuk IPM-3,
KPM dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata IPM-4, dan IPM-5 kategori rendah dengan nilai rata-
37% untuk kelas eksperimen dan 35% kelas kontrol. rata berturut-turut 18%, 27% dan 30%. Dalam hal ini
Kemudian untuk IPM-2 mendapat persentase KPM peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada
dengan dalam kategori sangat rendah dengan nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata 19% untuk kelas eksperimen dan kategori kelas kontrol.
rendah untuk kelas kontrol dengan nilai rata-rata Kemampuan pemecahan masalah yang lebih
26%, sedangkan untuk kedua kelas pada IPM-3 tinggi disebabkan pembelajaran berpusat pada
sampai dengan IPM-6 mendapat persentase KPM peserta didik dan peserta didik diminta untuk
dalam kategori sangat rendah. Sedangkan setelah mencari jawaban atas permasalahan tersebut
diberikan perlakuan hasil akhir kemampuan sehingga peserta didik kemudian bereksplorasi lebih
pemecahan masalah meningkat secara signifikan dalam untuk memecahkan permasalahan tersebut
pada kelas eksperimen, dimana kemampuan sehingga berakibat meningkatnya kemampuan
pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen pemecahan masalah peserta didik.
pada IPM-1 mendapat persentase KPM dalam Pengujian data diawali dari pengujian
kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 87% homogenitas data dan normalitas data tes awal dan
kemudian untuk IPM-2, IPM-5, dan IPM-6 mendapat tes akhir menentukan jenis uji-t yang digunakan.
persentase tinggi dengan nilai rata-rata berturut-turut Berdasarkan data tes awal yang diperoleh
60%, 69%, dan 70%, untuk IPM-3 dan IPM-4 menunjukkan bahwa yaitu
mendapat persentase KPM dalam kategori sedang
, maka kedua sampel dikatakan
dengan nilai rata-rata 49% dan 50%. Sedangkan
homogen. Pada tes akhir juga terlihat bahwa
18
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

yaitu , sehingga Harga ini lebih besar dari harga pada


kedua sampel dikatakan homogen. Hasil uji taraf signifikan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa ada
normalitas data juga menunjukkan bahwa data pengaruh model pembelajaran Conceptual
terdistribusi normal dimana untuk kelas eksperimen Understanding Procedures (CUPs) berbantuan
dan kelas kontrol nilai LKPD terhadap kemampuan pemecahan masalah
sebesar 8.494 dan 8,975 sedangkan nilai fisika pada peserta didik SMA.
Untuk mengetahui kualitas peningkatan
sebesar 12.592 dan 14.067. hasil tersebut kemampuan pemecahan masalah peserta didik,
menunjukkan bahwa yang dilakukan pengelompokan data peningkatan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik
berarti data terdistribusi normal. Uji prasyarat
berdasarkan interpretasi gain ternormalisasi untuk
hipotesa telah dianalisis selanjutnya dilakukan uji
masing-masing kelas. Komposisi interpretasi gain
hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji
ternormalisasi disajikan dalam Tabel 2 berikut.
statistik parametrik yaitu uji-t polled varian. Hasil uji
statistik (uji-t) menunjukkan nilai .
Tabel 2. Nilai N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Per Indikator
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jlh Tes Jlh Tes N- Jlh Tes Jlh Tes N-
No. Indikator
Awal Akhir gain Awal Akhir gain
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
1 Memahami (IPM-1) 92 38 214 87 79 82 35 151 65 44
2 Memilih (IPM-2) 46 19 148 60 51 59 26 94 41 6
3 Membedakan (IPM-3) 16 7 119 49 45 2 1 42 18 18
4 Menentukan (IPM-4) 19 8 123 50 45 19 8 86 37 31
5 Menggunakan (IPM-5) 24 10 170 69 66 19 8 69 30 24
6 Mengidentifikasi (IPM-6) 36 15 172 70 65 23 10 94 41 34
Rata-rata 16 64 59 15 39 26

Tabel 2 di atas menunjukkan peningkatan sehingga peserta didik kemudian bereksplorasi lebih
kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada dalam untuk memecahkan permasalahan tersebut
masing masing kelas setiap indikator, dan persentase sehingga membuat pemahaman peserta didik lebih
rata-rata peningkatan kedua kelas. Persentase rata- bermakna dan berakibat meningkatnya kemampuan
rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pemecahan masalah peserta didik.
pada persentase rata-rata N-gain pada kelas kontrol, Perhitungan rata-rata N-gain juga dilakukan
dimana persentase rata-rata N-gain pada kelas untuk mengetahui peningkatan kemampuan
eksperimen sebesar 59% dengan kategori sedang, pemecahan masalah peserta didik per indikator.
dan pada kelas kontrol sebesar 26% dengan kategori Indikator pemecahan masalah pada penelitian ini
rendah. Selisih persentase rata-rata N-gain kelas terdiri atas enam indikator, yaitu (1) memahami, (2)
eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 33%. memilih, (3) membedakan, (4) menerapkan, (5)
Kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen menggunakan, dan (6) mengidentifikasi. Hasil
yang lebih tinggi disebabkan pembelajaran berpusat perhitungan persentase N-gain per indikator pada
pada peserta didik dan peserta didik diminta untuk kedua kelas ditunjukkan pada Grafik 2 berikut.
mencari jawaban atas permasalahan tersebut

19
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Grafik 2. Persentase Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah


Peserta Didik pada Kedua Kelas

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada pada fase kerja kelompok. Hal tersebut dilakukan
indikator pemecahan masalah 1 (IPM-1), kelas agar peserta didik mampu menemukan sendiri
eksperimen mengalami peningkatan kemampuan jawaban permasalahan dengan melalui kerja
pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan kelompok maupun diskusi kelas berdasarkan
dengan kelas kontrol, dimana peningkatan pada kelas keberagaman jawaban yang mereka miliki.
ekperimen sebesar 79% dan peningkatan pada kelas Temuan dalam penelitian ini memperkuat
kontrol sebesar 44%. Perbedaan yang lain juga beberapa penelitian sebelumnya diantaranya adalah
terjadi pada IPM-2, IPM-3, IPM-4, IPM-5, dan IPM- penelitian yang dilakukan Siswanto et al, (2013)
6, dimana kelas eksperimen mengalami peningkatan menyatakan bahwa implementasi model Conceptual
yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan Understanding Procedures dapat meningkatkan
paling rendah untuk kelas eksperimen ada pada kemampuan kognitif C2 peserta didik yang
indikator kemampuan membedakan dan menentukan. berpengaruh besar terhadap peningkatan hasil belajar
Sedangkan pada kelas kontrol ada pada indikator peserta didik. Penelitian Hidayati & Sinulingga,
memilih. (2015) menyatakan bahwa ada perbedaaan
Hasil penelitian yang sudah dilakukan siginifikan akibat pengaruh model pembelajaran
menggambarkan bahwa kemampuan pemecahan Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
masalah peserta didik berbeda. Kelas eksperimen terhadap hasil berlajar siswa pada materi pokok
maupun kelas kontrol mengalami peningkatan, listrik dinamis di kelas X. Penelitian Gummah et al,
namun peningkatan kelas eksperimen lebih baik (2014) menyatakan bahwa melalui penerapan model
daripada peningkatan pada kelas kontrol. Hal ini pembelajaran kooperatif teknik Conceptual
disebabkan karena peneliti menerapkan model Understanding Procedures (CUPs) dapat
pembelajaran CUPs berbantuan LKPD pada kelas meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas
eksperimen. Dalam pembelajaran CUPs terdapat tiga VIII SMP Negeri 13 Mataram. Penelitian Saregar et
fase pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta al (2016) menyatakan bahwa terdapat perbedaan
didik pada kelas eksperimen. Menurut Saregar, rerata kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta
Latifah & Sari (2016) menyatakan bahwa tiga fase didik antara menggunakan model Conceptual
model Conceptual understanding Procedures Understanding Procedures dengan menggunakan
dibangun atas tiga fase, yaitu (1) fase individu, (2) model konvensional. Penelitian Prastiwi et al, (2014)
fase kerja kelompok, dan (3) fase presentase. Pada juga menyatakan bahwa penerapan pembelajaran
fase kerja individu peserta didik mengerjakan lembar Conceptual Understanding Procedures efektif
kerja individu berupa suatu permasalahan pada terhadap kemampuan koneksi matematika siswa.
materi fisika yang kemudian didiskusikan kembali Hasil penelitian ini membuktikan penggunaan model
20
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

pembelajaran Conceptual Understanding Procedures Understanding Procedures Berpengaruh


(CUPs) berbantuan LKPD dalam pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan Kelas V SD Gugus VII Kompiang Sujana
Denpasar Barat. Mimbar Pgsd, 1, 12-21.
masalah fisika peserta didik. Untuk mengetahui
model pembelajaran conceptual understanding Damayanti, D. S. (2013). Pengembangan Lembar
procedures (CUPs) berbantuan LKPD berpengaruh Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan
positif terhadap peningkatan kemampuan pemecahan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
masalah fisika peserta didik dilakukan uji hipotesis Pada Materi Listrik Dinamis SMA Negeri 3
berdasarkan skor N-gain. Berdasarkan hasil uji Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran
hipotesis untuk skor N-gain didapatkan nilai 2012/2013. RADIASI: Jurnal Berkala
. Nilai ini lebih besar dari Pendidikan Fisika, 3(1), 58-62.
pada nilai . Hal ini berarti bahwa model Dwi, I. M., Arif, H., & Sentot, K. (2013). Pengaruh
Strategi Problem Based Learning Berbasis
pembelajaran conceptual understanding procedures ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan
(CUPs) berbantuan LKPD berpengaruh terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika
dimana model tersebut menyebabkan peningkatan Indonesia, 9(1), 8-17.
kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik Fransiska, Y., & Markos, S. (2016). Pengembangan
yang yang positif. Lembar Kerja Siswa Berbasis Kecerdasan
Majemuk Untuk Pembelajaran Fisika Sma
KESIMPULAN Kelas X Pada Materi Elastisitas. Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 3(1), 73-
79.
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran Conceptual Understanding Procedures Gummah, S., Soraya, L. H., Ahzan, S., &
(CUPs) berbantuan LKPD terdapat kemampuan Hardariyanti, H. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Conceptual
pemecahan masalah fisika SMA. Kelas eksperimen
Understanding Procedures Untuk
dan kelas kontrol mengalami peningkatan pada setiap Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas
indikator. Peningkatan kemampuan pemecahan Siswa. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu
masalah peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP
dibandingkan kelas kontrol. Hasil N-gain Mataram, 2(2), 310-315.
menyatakan bahwa peningkatan tertinggi pada kedua Gunawan, G., Harjono, A., & Sutrio, S. (2015).
kelas terjadi pada indikator pemecahan masalah 1 Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
yaitu memahami, sedangkan peningkatan terendah Konsep Listrik bagi Calon Guru. Jurnal
terjadi pada indikator pemecahan masalah Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1), 9-14.
membedakan dan menentukan untuk kelas Gunawan, G., Harjono, A., & Sahidu, H. (2015).
eksperimen dan peningkatan terendah terjadi pada Studi Pendahuluan Pada Upaya
indikator pemecahan masalah memilih untuk kelas Pengembangan Laboratorium Virtual bagi
kontrol. Karena kemampuan pemecahan masalah Calon Guru Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika
fisika peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dari dan Teknologi, 1(2), 140-145.
kelas kontrol, hal ini berarti bahwa penerapan model Hariawan, H., Kamaluddin, K., & Wahyono, U.
pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (2014). Pengaruh model pembelajaran
(CUPs) berbantuan LKPD berpengaruh positif creative problem solving terhadap
kemampuan memecahkan masalah fisika pada
terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa kelas XI SMA Negeri 4 Palu. Ejurnal
peserta didik SMA. Pendidikan Fisika Tadulako, 1(2), 48-54.
Hastuti, A., Sahidu, H., & Gunawan, G. (2016).
DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Model PBL Berbantuan Media
Anggreni, K. R., Meter, I. G., & Wiarta, I. W. Virtual Tehadap Kemampuan Pemecahan
(2013). Model Pembelajaran Conceptual
21
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan Prastowo, A. 2015. Panduan Kreatif Membuat
Teknologi, 2(3), 129-135. Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press.
Hermansyah, H., Gunawan, G., & Herayanti, L. Rahmat, M., Muhardjito, M., & Zulaikah, S. (2014).
(2015). Pengaruh Penggunaan Laboratorium Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui
Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Strategi Pembelajaran Thinking Aloud Pair
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Problem Solving Siswa Kelas X SMA. Jurnal
Materi Getaran dan Gelombang. Jurnal Fisika Indonesia. 18(54), 108-112.
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(2), 97-
Rokhmat, J. 2015. Penerapan Pendekatan Berpikir
102.
Kausalitik Ber-scaffolding dalam
Hertiavi, M. A., Langlang, H., & Khanafiyah, S. Meningkatkan KPM Hukum Newton tentang
(2010). Penerapan model pembelajaran Gerak. Prosiding Seminar Nasional Fisika.
kooperatif tipe jigsaw untuk peningkatan
Sagala, S. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran.
kemampuan pemecahan masalah siswa
Bandung: Alfabeta.
SMP. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 6(1), 53-57. Sahidu, C. 2013. Pengembangan Program
Pembelajaran Fisika (P3F). Mataram: FKIP
Hidayati, F., & Sinulingga, K. (2015). Pengaruh
Press.
Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (Cups) Terhadap Sambada, D. (2012). Peranan Kreativitas Siswa
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah
Listrik Dinamis Di Kelas X Semester II SMA Fisika dalam Pembelajaran
Negeri 1 Binjai TP 2014/2015. INPAFI Kontekstual. Jurnal Penelitian Fisika dan
(Inovasi Pembelajaran Fisika), 3(4), 59-66. Aplikasinya, 2(2), 37-42.
Hikmah, N., Baidowi, B., & Kurniati, N. (2014). Santrock, J. W. 2011. Educational Psychology Fifth
Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Edition. New York: McGraw-Hill.
Understanding Procedures (CUPs) untuk Saregar, A., Latifah, S., & Sari, M. (2016). The
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Effectiveness of Model Learning CUPs:
Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Impact on The Higher Order Thinking Skill
Mataram. Jurnal Pijar MIPA. 9(2), 84-88. Students at Madrasah Aliyah Mathla'ul Anwar
Husna, M., & Fatimah, S. (2013). Peningkatan Gisting Lampung. Jurnal Ilmiah Pendidikan
kemampuan pemecahan masalah dan Fisika Al-BiRuNi, 5(2), 235-246.
Komunikasi matematis siswa Sekolah Sinambela, K. N., & Turnip, B. M. (2015). Pengaruh
Menengah Pertama melalui model Model Pembelajaran Berbasis Masalah
pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi
(TPS). Jurnal Peluang, 1(2), 81-92. Gerak Lurus di Kelas X SMA Negeri 5
Ismawati, F., Nugroho, S. E., & Dwijananti, P. Medan TP 2014/2015. INPAFI (Inovasi
(2014). Penerapan Model Pembelajaran Pembelajaran Fisika), 3(3), 95-103.
Conceptual Understanding Procedures (Cups) Siswanto, B., Sriyono, dan Maftukhin, A. 2013.
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Implementasi Model Conceptual
Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika. Jurnal Understanding Procedures (CUPs) dalam
Pendidikan Fisika Indonesia. 10(1), 22-27. Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Lubis, R. R., & Lestari, R. (2017). Pengembangan Kemampuan Kognitif C2 Siswa Kelas X
Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk SMK YPT Purworejo. Radiasi. 4(1), 38.
Kelas Viii Smp Negeri 5 Rambah Samo Pada Sugiana, I. N., Harjono, A., Sahidu, H., & Gunawan,
Materi Gerak Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah G. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran
Mahasiswa FKIP Prodi Biologi, 3(1). Generatif Berbantuan Media Laboratorium
Prastiwi, I., Soedjoko, E., & Mulyono, M. (2014). Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Fisika
Efektivitas Pembelajaran Conceptual Siswa pada Materi Momentum dan
Understanding Procedures Untuk Impuls. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Teknologi, 2(2), 61-65.
Aspek Koneksi Matematika. Jurnal Kreano.
5(1): 41-47.
22
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Suranti, N. M. Y., Gunawan, G., & Sahidu, H.
Bandung: Alfabeta. (2016). Pengaruh Model Project Based
Learning Berbantuan Media Virtual Terhadap
Sukmawati, N. A., & Lestari, R. (2017).
Penguasaan Konsep Peserta didik pada Materi
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis
Alat-alat Optik. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Inkuiri Terbimbing Untuk Kelas VII SMP
Teknologi, 2(2), 73-79.
Muhammadiyah Rambah Pada Materi
Pencemaran Dan Kerusakan Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.
Lingkungan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FKIP Jakarta: Bumi Aksara.
Prodi Biologi, 3(1).
Venisari, R., Gunawan, G., & Sutrio, S. (2015).
Sulistyowati, N., Widodo, A. T. W. T., & Sumarni, Penerapan Metode Mind Mapping pada
W. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Model Direct Instruction untuk Meningkatkan
Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMPN 16 Mataram. Jurnal Pendidikan
Kimia. Chemistry in Education, 1(2), 49-55. Fisika dan Teknologi, 1(3), 193-199.

23

Anda mungkin juga menyukai