2, Desember 2017
Abstract – This research aimed to examine the effect of expository learning model scaffolding assisted and
advance organizer toward physics learning outcome the students of class X. This is a quasi experiment with
pretest-postest control group design. The population of this research is all students of class X IPA SMAN 4
Mataram. The sampling technique used is purposive sampling. There are two samples taken that is sample
as a class given treatment in the form of learning using scaffolding expository aided learning model (class X
IPA 1) and classes treated using expository learning model assisted advance organizer (class X IPA 2). The
data of learning outcome is obtained by using the multiple-choice test of 25 questions. After hypothesis
testing using statistical test (t-test separated varian). The first hypothesis testing showed that tcount > ttable
which means that Ho1 is rejected and Ha1 is accepted. The second hypothesis testing showed that, tcount > ttable
which means that Ho2 is rejected and Ha2 is accepted. Based on the hypothesis test, it can be concluded that
there is effect of expository learning model with scaffolding and advance organizer to the physics learning
outcome of students.
173
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017
pelajaran yang disampaikan, (b) model bahwa strategi scaffolding konseptual dalam
pembelajaran ekspositori dianggap sangat pembelajaran Group Investigation dapat
efektif apabila meteri pembelajaran yang harus meningkatkan prestasi belajar fisika peserta
dikuasai peserta didik cukup luas, sementara didik.
itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas, Selain scaffolding, bantuan berupa
(c) melalui model pembelajaran ekspositori advance organizer diduga dapat membantu
selain peserta didik dapat mendengar melalui peserta didik dalam belajar. Ausubel dalam
penuturan (kuliah) tentang suatu materi Harjono (2012) menggambarkan bahwa
pelajaran, juga sekaligus peserta didik bisa advance organizer is information that
melihat atau mengobservasi (melalui presented prior to learning and can be used by
pelaksanaan demonstrasi), dan (d) model the learner to organize and interpret new
pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah incoming information. Advance organizer
peserta didik dan ukuran kelas yang besar adalah suatu informasi yang memiliki
(Sanjaya, 2006). Selain itu, hal ini juga hubungan erat dengan apa yang akan dipelajari
diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya peserta didik. Advance organizer tidaklah
yaitu Atriyanto & Sulistyo (2014) yang berisi informasi yang sama dengan materi
menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik yang akan diajarkan oleh guru, tetapi justru
yang menggunakan strategi ekspositori lebih mencakupnya secara umum dan merupakan
baik dibandingkan peserta didik yang perantara antara yang sudah diketahui dengan
menggunakan model pembelajaran yang akan dipelajari (Rachmawati &
konvensional. Daryanto, 2015). Penelitian terkait dengan
Pembelajaran dengan model ekspositori advance organizer antara lain dilakukan oleh
akan menjadi lebih efektif apabila Nopiani et. al. (2017) menunjukan bahwa
menggunakan strategi pembelajaran sebagai model pembelajaran advance organizer
pendukung yaitu salah satunya adalah berbantuan peta konsep berpengaruh positif
scaffolding. Istilah scaffolding digunakan terhadap hasil belajar fisika peserta didik.
pertama kali oleh Wood, Bruner & Ross Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan
(1976), dengan pengertian yaitu merupakan dengan menggunakan model pembelajaran
dukungan pembelajar kepada peserta didik ekspositori yang berbantuan scaffolding dan
untuk membantunya menyelesaikan proses advance organizer. Peneliti merasa tertarik
belajar yang tidak dapat diselesaikannya melakukan penelitian dengan judul pengaruh
sendiri. Katminingsih dalam Septriani et. al. model pembelajaran ekspositori yang
(2014) menyatakan bahwa scaffolding adalah berbantuan scaffolding dan advance organizer
memberikan kepada seorang anak, sejumlah terhadap hasil belajar peserta didik kelas X.
besar bantuan selama tahap-tahap awal Peneliti berharap penggunaan model
pembelajaran dan kemudian mengurangi pembelajaran ekspositori yang berbantuan
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan scaffolding dan advance organizer ini mampu
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
jawab yang semakin besar segera setelah pembelajaran fisika di tingkat sekolah
mampu mengerjakan sendiri, sehingga peserta menengah atas.
didik tersebut dapat memecahkan masalahnya
sendiri. Penelitian terkait scaffolding yaitu METODE PENELITIAN
Rahmatiah et. al. (2016) yang menyatakan Desain dari penelitian kuasi eksperimen
ini menggunakan non-equivalent control group
174
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017
175
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017
telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada dilakukan bertujuan untuk memperoleh sampel
hasil uji coba instrumen terdapat 25 soal yang yang berdistribusi normal dan uji homogenitas
diterima dan terdapat 5 soal yang ditolak. bertujuan untuk mengetahui apakah varians
Sehingga peneliti menyimpulkan untuk kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan
mengambil 25 soal tersebut untuk diberikan ke kelas konvensional.
peserta didik pada saat melakukan tes awal Hasil tes menunjukkan adanya
dan tes akhir. peningkatan yang signifikan pada tes akhir
Hasil tes akhir menggambarkan bahwa kelas eksperimen 1 yang menggunakan
hasil belajar peserta didik berbeda dengan bantuan scaffolding. Pada hasil tes akhir
hasil belajar awalnya. Kedua kelas eksperimen diperoleh rata-rata kelas eksperimen 1 yaitu
mengalami peningkatan. Peningkatan kelas 75,12. Nilai rata-rata dari tes awal dengan tes
eksperimen 2 lebih baik daripada peningkatan akhir sangat jauh berbeda yaitu dari 48,7
pada kelas eksperimen 1, namun perbedaan menjadi 75,12. Hal tersebut menunjukkan
peningkatannya sangat kecil, sehingga dapat bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas
dikatakan bahwa model pembelajaran eksperimen 1 yang menggunakan bantuan
ekspositori berbantuan scaffolding dan scaffolding berdampak positif terhadap
advance organizer sama-sama berhasil peningkatan hasil belajar peserta didik. Selain
meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik itu, pada hasil uji hipotesis pertama dengan
dengan sangat baik. Terkandung lima sintaks membandingka hasil tes akhir pada kelas
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu persiapan, eksperimen 1 dengan kelas konvensional
penyajian, korelasi, menyimpulkan dan menggunakan uji-t (separated varian)
mengaplikasikan. Kelas eksperimen 1 diperoleh hasil t hitung = 12,35 sedangkan
mendapat bantuan LKPD scaffolding yang t tabel = 1,99. Hal ini menunjukkan bahwa
memberikan bantuan berupa jawaban yang t hitung lebih besar dari pada t tabel dengan
menuntun peserta didik agar dapat menjawab demikian H01 ditolak dan Ha1 diterima, artinya
soal alam LKPD sendiri, jawaban tersebut terdapat pengaruh penerapan model
terus dikurangi sampai akhirnya peserta didik pembelajaran ekspositori berbantuan
tersebut dapat menjawabnya sendiri. Pada scaffolding terhadap hasil belajar fisika peserta
kelas eksperimen 2 diberikan bantuan berupa didik, hal ini terjadi karena diberikan bantuan
advance organizer yaitu berupa peta konsep di scaffolding peserta didik mendapatkan bantuan
awal pembelajaran, sehingga peserta didik secara terus menerus dalam mengerjakan
dapat mengetahui mengenai gambaran dari LKPD hingga mereka dapat menyelesaikannya
materi yang akan diajarkan dalam setiap sendiri LKPD yang diberikan. Hasil penelitian
pertemuan. Kedua hal tersebut ternyata sangat ini sejalan dengan penelitian sebelumnya,
efektif dalam meningkatkan hasil belajar fisika Apriana et. al. (2013) menyatakan bahwa
peserta didik. terdapat pengaruh scaffolding dalam
Pengaruh dari perlakuan yang diberikan pemecahan masalah fisika berbasis
kepada kedua kelas eksperimen dapat multirepresentasi terhadap hasil belajar fisika
diketahui dengan membandingkan kedua kelas peserta didik SMA.
eksperimen dengan satu kelas konvensional Kelas eksperimen 2 setelah tes akhir
dan di uji menggunakan uji t. Sebelum memperoleh nilai rata-rata sebesar 75,53. Nilai
melakukan uji-t, dilakukan terlebih dahulu uji rata-rata tersebut sangat berbeda dengan nilai
normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas pada tes awal yaitu 48,11. Berdasarkan nilai
176
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017
100
90
80
70
60 Nilai Tertinggi
50
Nilai Terendah
40
Rata-rata
30
20
10
0
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Eksperimen 1 Eksperimen 2
pretest pretest postets postest
Gambar 1. menunjukkan perbedaan nilai sudah ada organisasi dan kejalasan tentang
tertinggi, nilai terendah dan nilai rata-rata dari pengetahuan dibidang subjek tertentu.
masing-masing kelas. Terlihat bahwa Organisasi yang dimaksud sebagai struktur
perbedaan antara nilai tertinggi dan nilai kognitif dan percaya bahwa struktur ini
terendah antara kedua kelas tidak jauh menentukan kemampuan pelajar untuk
berbeda. Rata-rata hasil belajar antara kedua menangani berbagai ide dan hubungan baru.
kelas juga tidak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, dengan diberikan bantuan
Pembelajaran bermakna merupakan advance organizer peserta didik melakukan
suatu proses mengaitkan informasi baru pada belajar bermakna, karena dapat
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam menghubungkan antara pengetahuan baru yang
struktur kognitif seseorang. Konsep ini telah didapat, dengan pengetahuan lama,
menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sesuai dengan teori Ausubel. Seperti yang
177
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017
dikatakan oleh Harjono (2012) bahwa advance perbedaan peningkatan yang sangat tipis
organizer dapat membantu agar informasi antara kedua kelas. Kedua perlakuan ternyata
lebih bermakna (meaningful) dengan memiliki dampak yang sama baiknya sehingga
menghubungkan pengetahuan sebelumnya tidak ada pengaruh yang signifikan dari kedua
dengan pengetahuan baru dan berfungsi perlakuan tersebut.
sebagai intellectual scaffolding. Menurut Temuan dalam penelitian ini
Ausubel (1968) belajar dengan penemuan memperkuat temuan pada beberapa penelitian
yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan sebelumnya. Penelitian Harjono (2012)
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran menunjukkan bahwa pemberian advance
yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, peserta organizer dapat meningkatkan hasil belajar
didik terlebih dahulu menemukan lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari advance organizer. Penelitian Hamdanillah et.
kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan al. (2017) menyatakan bahwa model
dengan pengetahuan yang sudah ada. pembelajaran advance organizer
Berdasarkan hasil tersebut dapat menggunakan video pembelajaran
diketahui bahwa walaupun perlakuan yang memberikan pengaruh yang positif dan
diberikan pada kedua kelas tersebut berbeda, signifikan terhadap hasil belajar fisika peserta
namun menunjukkan hasil yang relatif sama, didik. Penelitian Sungkawan & Motlan (2013)
yaitu sama-sama memberikan peningkatan menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik
yang positif pada hasil belajar peserta didik. yang diajarkan dengan menggunakan model
Kelas eksperimen 2 yang diberikan perlakuan pemebelajaran advance organizer berbasis
menggunakan bantuan advance organizer eksperimen cendrung lebih baik dibandingkan
memiliki peningkatan yang lebih baik dengan peserta didik yang diajarkan dengan
dibandingkan dengan kelas eksperimen 1 yang model pembelajaran direct instruction.
diberikan bantuan scaffolding meskipun Penelitian Sinulingga & Munte (2012)
mereka mendapatkan bantuan secara terus menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik
menerus hingga mereka dapat yang diajarkan menggunakan model
menyelesaikannya sendiri LKPD yang pembeajaran advance organizer berbasis mind
diberikan, hal tersebut terjadi karena pada map lebih tinggi dari pada peserta didik yang
kelas eksperimen 2 dengan adanya bantuan diajarkan dengan menggunakan model
advance organizer peserta didik lebih mudah pembelajaran konvensional. Penelitian
dalam menerima pelajaran sebab peserta didik Haryadi & Achmadi (2013) menyatakan
telah mengetahui gambaran secara umum dari bahwa materi ajar berbasis scaffolding dapat
materi yang akan dijelaskan oleh guru. meningkatkan tingkat pemahaman peserta
Meskipun demikian, perbedaan didik secara signifikan. Penelitian Nabila et.
peningkatannya sangatlah tipis sehingga dapat al. (2016) menyatakan bahwa penerapan
diatakan bahwa tidak ada pebedaan yang strategi scaffolding dapat meningkatkan
signifikan dari hasil peningkatan hasil belajar ketuntasan hasil belajar peserta didik.
pada kedua kelas eksperimen. sehingga baik Penelitian Septriani et. al. (2014) menyatakan
scaffolding ataupun advance organizer bahwa pemahaman konsep matematis peserta
memiliki dampak yang sangat positif dalam didik yang belajar dengan scaffolding lebih
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh baik dari pada peserta didik yang belajar
karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan dengan menggunakan pembelajaran
178
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017
179
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017
180