Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.

2, Desember 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI BERBANTUAN


SCAFFOLDING DAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X

Ahmad Saifi Hasbiyalloh, Ahmad Harjono, Ni Nyoman Sri Putu Verawati


Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP, Universitas Mataram
Jalan Majapahit No. 62, Mataram
E-mail: iifsaifi@gmail.com

Abstract – This research aimed to examine the effect of expository learning model scaffolding assisted and
advance organizer toward physics learning outcome the students of class X. This is a quasi experiment with
pretest-postest control group design. The population of this research is all students of class X IPA SMAN 4
Mataram. The sampling technique used is purposive sampling. There are two samples taken that is sample
as a class given treatment in the form of learning using scaffolding expository aided learning model (class X
IPA 1) and classes treated using expository learning model assisted advance organizer (class X IPA 2). The
data of learning outcome is obtained by using the multiple-choice test of 25 questions. After hypothesis
testing using statistical test (t-test separated varian). The first hypothesis testing showed that tcount > ttable
which means that Ho1 is rejected and Ha1 is accepted. The second hypothesis testing showed that, tcount > ttable
which means that Ho2 is rejected and Ha2 is accepted. Based on the hypothesis test, it can be concluded that
there is effect of expository learning model with scaffolding and advance organizer to the physics learning
outcome of students.

Keywords: Expository learning, learning outcome, scaffolding, advanve organizer.

PENDAHULUAN rumus yang harus dihafal dan dipahami,


Ilmu Pengetahuan Alam (sains) sehingga kenyataan yang dapat dilihat bahwa
merupakan ilmu-ilmu serumpun yang terdiri dalam hasil belajar fisika yang dicapai peserta
dari biologi, fisika, kimia, geologi, dan didik masih rendah. Untuk mencapai hasil
astronomi yang berupaya menjelaskan setiap belajar fisika yang sangat memuaskan, peranan
fenomena yang terjadi di alam (Gunawan, guru sangat diperlukan dalam penerapan
2015). Fisika sebagai salah satu cabang dari model dan strategi belajar yang tepat.
IPA yang mempelajari gejala-gejala alam dan Sehingga dalam hal ini salah satu model
peristiwa alam baik yang dapat dilihat maupun pembelajaran yang coba diterapkan adalah
yang bersifat abstrak. model pembelajaran ekspositori.
Berdasarkan hasil observasi proses Model pembelajaran ekspositori adalah
pembelajaran fisika masih dengan model pembelajaran yang menekankan pada
menggunakan metode ceramah sehingga proses penyampaian materi secara verbal dari
peserta didik sulit menerima atau menangkap seorang guru kepada sekelompok peserta didik
materi pelajaran yang disampaikan. Sementara dengan maksud agar peserta didik dapat
itu kebanyakan guru dalam mengajar masih menguasai materi pembelajaran secara
tidak melakukan pembelajaran bermakna, optimal. Keunggulan model pembelajaran ini
model yang digunakan kurang bervariasi, adalah (a) dengan model pembelajaran
sehingga cara belajar peserta didik cenderung ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan
menghafal. Peserta didik juga sering keluasan materi pembelajaran, dengan
beranggapan bahwa pelajaran fisika sangat demikian guru dapat mengetahui sampai
sulit dan membosankan karena banyak rumus- sejauh mana peserta didik menguasai bahan

173
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017

pelajaran yang disampaikan, (b) model bahwa strategi scaffolding konseptual dalam
pembelajaran ekspositori dianggap sangat pembelajaran Group Investigation dapat
efektif apabila meteri pembelajaran yang harus meningkatkan prestasi belajar fisika peserta
dikuasai peserta didik cukup luas, sementara didik.
itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas, Selain scaffolding, bantuan berupa
(c) melalui model pembelajaran ekspositori advance organizer diduga dapat membantu
selain peserta didik dapat mendengar melalui peserta didik dalam belajar. Ausubel dalam
penuturan (kuliah) tentang suatu materi Harjono (2012) menggambarkan bahwa
pelajaran, juga sekaligus peserta didik bisa advance organizer is information that
melihat atau mengobservasi (melalui presented prior to learning and can be used by
pelaksanaan demonstrasi), dan (d) model the learner to organize and interpret new
pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah incoming information. Advance organizer
peserta didik dan ukuran kelas yang besar adalah suatu informasi yang memiliki
(Sanjaya, 2006). Selain itu, hal ini juga hubungan erat dengan apa yang akan dipelajari
diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya peserta didik. Advance organizer tidaklah
yaitu Atriyanto & Sulistyo (2014) yang berisi informasi yang sama dengan materi
menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik yang akan diajarkan oleh guru, tetapi justru
yang menggunakan strategi ekspositori lebih mencakupnya secara umum dan merupakan
baik dibandingkan peserta didik yang perantara antara yang sudah diketahui dengan
menggunakan model pembelajaran yang akan dipelajari (Rachmawati &
konvensional. Daryanto, 2015). Penelitian terkait dengan
Pembelajaran dengan model ekspositori advance organizer antara lain dilakukan oleh
akan menjadi lebih efektif apabila Nopiani et. al. (2017) menunjukan bahwa
menggunakan strategi pembelajaran sebagai model pembelajaran advance organizer
pendukung yaitu salah satunya adalah berbantuan peta konsep berpengaruh positif
scaffolding. Istilah scaffolding digunakan terhadap hasil belajar fisika peserta didik.
pertama kali oleh Wood, Bruner & Ross Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan
(1976), dengan pengertian yaitu merupakan dengan menggunakan model pembelajaran
dukungan pembelajar kepada peserta didik ekspositori yang berbantuan scaffolding dan
untuk membantunya menyelesaikan proses advance organizer. Peneliti merasa tertarik
belajar yang tidak dapat diselesaikannya melakukan penelitian dengan judul pengaruh
sendiri. Katminingsih dalam Septriani et. al. model pembelajaran ekspositori yang
(2014) menyatakan bahwa scaffolding adalah berbantuan scaffolding dan advance organizer
memberikan kepada seorang anak, sejumlah terhadap hasil belajar peserta didik kelas X.
besar bantuan selama tahap-tahap awal Peneliti berharap penggunaan model
pembelajaran dan kemudian mengurangi pembelajaran ekspositori yang berbantuan
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan scaffolding dan advance organizer ini mampu
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
jawab yang semakin besar segera setelah pembelajaran fisika di tingkat sekolah
mampu mengerjakan sendiri, sehingga peserta menengah atas.
didik tersebut dapat memecahkan masalahnya
sendiri. Penelitian terkait scaffolding yaitu METODE PENELITIAN
Rahmatiah et. al. (2016) yang menyatakan Desain dari penelitian kuasi eksperimen
ini menggunakan non-equivalent control group

174
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017

design with pre-test-and post-test. Suatu perlakuan berupa penerapan model


penelitian memiliki beberapa variabel pembelajaran ekspositori berbantuan
penelitian sehingga pembaca dapat mengetahui scaffolding pada kelas eksperimen 1 (X IPA 1)
alur dari sebuah eksperimen. Penelitian ini dan perlakuan berupa penerapan model
melibatkan variabel bebas yaitu model pembelajaran ekspositori berbantuan advance
pembelajaran ekspositori, scaffolding dan organizer pada kelas eksperimen 2 (X IPA 2).
advance organizer, variabel terikat yaitu hasil Kedua kelas diberikan perlakuan selama empat
belajar fisika, dan variabel kontrol yaitu waktu, kali pertemuan. Sebelum diberikan perlakuan
guru yang mengajar dan materi ajar. kedua kelas diberikan tes awal yang bertujuan
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri untuk mengetahui kemampuan awal peserta
4 Mataram. Populasi penelitian adalah 4 kelas. didik pada kedua kelas.
Sampel penelitian adalah 68 peserta didik yang Penelitian ini sudah dilakukan kurang
dibagi dalam dua kelas yaitu masing-masing lebih satu bulan. Penelitian ini mengukur hasil
34 peserta didik untuk kedua kelas. Pemilihan belajar pada ranah kognitif yaitu C1 sampai
sampel ditentukan dengan purposive sampling, C6 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dimana harus ada sebab khusus dalam pembelajaran fisika menggunakan model
pengambilan sampel. Sebab peneliti pembelajaran ekspositori berbantuan
mengambil kelas X IPA 1 dan kelas X IPA 2 scaffolding dan advance organizer terhadap
sebagai sampel adalah karena dari 4 kelas X hasil belajar fisika peserta didik kelas X. Data
pada sekolah tersebut, nilai rata-rata UTS kelas tentang hasil kemampuan peserta didik
X IPA 1 dan kelas X IPA 2 memiliki sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh
perbedaan yang sangat tipis, secara berturut- melalui tes awal dan tes akhir.
turut nilainya adalah 63,20 dan 63,25. Nilai Kemampuan awal peserta didik baik
tersebut kurang dari KKM yaitu 70,00. kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen
Instrumen yang digunakan adalah tes 2 berdasarkan hasil tes awal masih rendah. Hal
pilihan ganda sebanyak 25 soal. Instrumen tes ini terlihat dari nilai rata-rata tes hasil belajar
pilihan ganda sebelum digunakan harus kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
memenuhi beberapa syarat yaitu uji validitas, berturut-turut adalah 48,70 dan 48,11. Jika
reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya dibandingkan dengan nilai KKM, rata-rata
beda. Uji statistik parametrik yang digunakan tersebut dikategorikan tidak tuntas. Hal ini
adalah uji-t Separated Varians dengan taraf disebabkan karena kurangnya kemampuan
signifikan 5% dan harga t tabel dihitung dari peserta didik untuk menghubungkan
selisih harga t tabel dengan 𝑑𝑘 = 𝑛1 − 1 dan pengetahuan yang lama dengan pengetahuan
𝑑𝑘 = 𝑛2 − 1, dibagi dua dan kemudian baru dan bagaimana mengkonstrusikan
ditambah dengan harga t yang terkecil. pengetahuan tersebut, sehingga solusi yang
diterapkan oleh peneliti adalah melaksanakan
HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran menggunakan model ekspositori
Penelitian ini bertujuan untuk berbantuan scaffolding dan advance organizer.
mengetahui apakah ada pengaruh model Pengambilan data untuk data
pembelajaran ekspositori berbantuan kemampuan awal dan akhir dilakukan dengan
scaffolding dan advance organizer terhadap memberikan tes, yaitu tes awal dan tes akhir.
hasil belajar fisika peserta didik kelas X. Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes
Penelitian dilakukan dengan memberikan pilihan ganda yang terdiri dari 25 soal yang

175
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017

telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada dilakukan bertujuan untuk memperoleh sampel
hasil uji coba instrumen terdapat 25 soal yang yang berdistribusi normal dan uji homogenitas
diterima dan terdapat 5 soal yang ditolak. bertujuan untuk mengetahui apakah varians
Sehingga peneliti menyimpulkan untuk kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan
mengambil 25 soal tersebut untuk diberikan ke kelas konvensional.
peserta didik pada saat melakukan tes awal Hasil tes menunjukkan adanya
dan tes akhir. peningkatan yang signifikan pada tes akhir
Hasil tes akhir menggambarkan bahwa kelas eksperimen 1 yang menggunakan
hasil belajar peserta didik berbeda dengan bantuan scaffolding. Pada hasil tes akhir
hasil belajar awalnya. Kedua kelas eksperimen diperoleh rata-rata kelas eksperimen 1 yaitu
mengalami peningkatan. Peningkatan kelas 75,12. Nilai rata-rata dari tes awal dengan tes
eksperimen 2 lebih baik daripada peningkatan akhir sangat jauh berbeda yaitu dari 48,7
pada kelas eksperimen 1, namun perbedaan menjadi 75,12. Hal tersebut menunjukkan
peningkatannya sangat kecil, sehingga dapat bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas
dikatakan bahwa model pembelajaran eksperimen 1 yang menggunakan bantuan
ekspositori berbantuan scaffolding dan scaffolding berdampak positif terhadap
advance organizer sama-sama berhasil peningkatan hasil belajar peserta didik. Selain
meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik itu, pada hasil uji hipotesis pertama dengan
dengan sangat baik. Terkandung lima sintaks membandingka hasil tes akhir pada kelas
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu persiapan, eksperimen 1 dengan kelas konvensional
penyajian, korelasi, menyimpulkan dan menggunakan uji-t (separated varian)
mengaplikasikan. Kelas eksperimen 1 diperoleh hasil t hitung = 12,35 sedangkan
mendapat bantuan LKPD scaffolding yang t tabel = 1,99. Hal ini menunjukkan bahwa
memberikan bantuan berupa jawaban yang t hitung lebih besar dari pada t tabel dengan
menuntun peserta didik agar dapat menjawab demikian H01 ditolak dan Ha1 diterima, artinya
soal alam LKPD sendiri, jawaban tersebut terdapat pengaruh penerapan model
terus dikurangi sampai akhirnya peserta didik pembelajaran ekspositori berbantuan
tersebut dapat menjawabnya sendiri. Pada scaffolding terhadap hasil belajar fisika peserta
kelas eksperimen 2 diberikan bantuan berupa didik, hal ini terjadi karena diberikan bantuan
advance organizer yaitu berupa peta konsep di scaffolding peserta didik mendapatkan bantuan
awal pembelajaran, sehingga peserta didik secara terus menerus dalam mengerjakan
dapat mengetahui mengenai gambaran dari LKPD hingga mereka dapat menyelesaikannya
materi yang akan diajarkan dalam setiap sendiri LKPD yang diberikan. Hasil penelitian
pertemuan. Kedua hal tersebut ternyata sangat ini sejalan dengan penelitian sebelumnya,
efektif dalam meningkatkan hasil belajar fisika Apriana et. al. (2013) menyatakan bahwa
peserta didik. terdapat pengaruh scaffolding dalam
Pengaruh dari perlakuan yang diberikan pemecahan masalah fisika berbasis
kepada kedua kelas eksperimen dapat multirepresentasi terhadap hasil belajar fisika
diketahui dengan membandingkan kedua kelas peserta didik SMA.
eksperimen dengan satu kelas konvensional Kelas eksperimen 2 setelah tes akhir
dan di uji menggunakan uji t. Sebelum memperoleh nilai rata-rata sebesar 75,53. Nilai
melakukan uji-t, dilakukan terlebih dahulu uji rata-rata tersebut sangat berbeda dengan nilai
normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas pada tes awal yaitu 48,11. Berdasarkan nilai

176
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017

rata-rata tersebut menunjukkan bahwa ada ekspositori berbantuan advance organizer


peningkatan yang signifikan setelah kelas terhadap hasil belajar fisika peserta didik
eksperimen 2 diberikan perlakuan berupa karena dengan adanya bantuan advance
bantuan advance organizer, sehingga dapat organizer peserta didik lebih mudah dalam
diketahui bahwa advance organizer menerima pelajaran sebab peserta didik telah
berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil mengetahui gambaran secara umum dari
belajar fisika peserta didik. Selain itu, pada materi yang akan dijelaskan oleh guru
hasil uji hipotesis kedua dengan sehingga terciptanya pembelajaran bermakna.
membandingka hasil tes akhir pada kelas Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
eksperimen 2 dengan kelas konvensional sebelumnya. Penelitian terkait dengan advance
menggunakan uji-t (separated varian) organizer antara lain dilakukan oleh Silaban &
diperoleh t hitung = 12,35 sedangkan t tabel = Simanjuntak (2014) menyatakan bahwa model
1,99714. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung advance organizer dapat meningkatkan hasil
lebih besar dari pada t tabel dengan demikian belajar peserta didik.
H02 ditolak dan Ha2 diterima, artinya terdapat
pengaruh penerapan model pembelajaran

100
90
80
70
60 Nilai Tertinggi
50
Nilai Terendah
40
Rata-rata
30
20
10
0
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Eksperimen 1 Eksperimen 2
pretest pretest postets postest

Gambar 1. Hasil Belajar Pada Kedua Kelas

Gambar 1. menunjukkan perbedaan nilai sudah ada organisasi dan kejalasan tentang
tertinggi, nilai terendah dan nilai rata-rata dari pengetahuan dibidang subjek tertentu.
masing-masing kelas. Terlihat bahwa Organisasi yang dimaksud sebagai struktur
perbedaan antara nilai tertinggi dan nilai kognitif dan percaya bahwa struktur ini
terendah antara kedua kelas tidak jauh menentukan kemampuan pelajar untuk
berbeda. Rata-rata hasil belajar antara kedua menangani berbagai ide dan hubungan baru.
kelas juga tidak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, dengan diberikan bantuan
Pembelajaran bermakna merupakan advance organizer peserta didik melakukan
suatu proses mengaitkan informasi baru pada belajar bermakna, karena dapat
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam menghubungkan antara pengetahuan baru yang
struktur kognitif seseorang. Konsep ini telah didapat, dengan pengetahuan lama,
menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sesuai dengan teori Ausubel. Seperti yang

177
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017

dikatakan oleh Harjono (2012) bahwa advance perbedaan peningkatan yang sangat tipis
organizer dapat membantu agar informasi antara kedua kelas. Kedua perlakuan ternyata
lebih bermakna (meaningful) dengan memiliki dampak yang sama baiknya sehingga
menghubungkan pengetahuan sebelumnya tidak ada pengaruh yang signifikan dari kedua
dengan pengetahuan baru dan berfungsi perlakuan tersebut.
sebagai intellectual scaffolding. Menurut Temuan dalam penelitian ini
Ausubel (1968) belajar dengan penemuan memperkuat temuan pada beberapa penelitian
yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan sebelumnya. Penelitian Harjono (2012)
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran menunjukkan bahwa pemberian advance
yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, peserta organizer dapat meningkatkan hasil belajar
didik terlebih dahulu menemukan lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari advance organizer. Penelitian Hamdanillah et.
kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan al. (2017) menyatakan bahwa model
dengan pengetahuan yang sudah ada. pembelajaran advance organizer
Berdasarkan hasil tersebut dapat menggunakan video pembelajaran
diketahui bahwa walaupun perlakuan yang memberikan pengaruh yang positif dan
diberikan pada kedua kelas tersebut berbeda, signifikan terhadap hasil belajar fisika peserta
namun menunjukkan hasil yang relatif sama, didik. Penelitian Sungkawan & Motlan (2013)
yaitu sama-sama memberikan peningkatan menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik
yang positif pada hasil belajar peserta didik. yang diajarkan dengan menggunakan model
Kelas eksperimen 2 yang diberikan perlakuan pemebelajaran advance organizer berbasis
menggunakan bantuan advance organizer eksperimen cendrung lebih baik dibandingkan
memiliki peningkatan yang lebih baik dengan peserta didik yang diajarkan dengan
dibandingkan dengan kelas eksperimen 1 yang model pembelajaran direct instruction.
diberikan bantuan scaffolding meskipun Penelitian Sinulingga & Munte (2012)
mereka mendapatkan bantuan secara terus menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik
menerus hingga mereka dapat yang diajarkan menggunakan model
menyelesaikannya sendiri LKPD yang pembeajaran advance organizer berbasis mind
diberikan, hal tersebut terjadi karena pada map lebih tinggi dari pada peserta didik yang
kelas eksperimen 2 dengan adanya bantuan diajarkan dengan menggunakan model
advance organizer peserta didik lebih mudah pembelajaran konvensional. Penelitian
dalam menerima pelajaran sebab peserta didik Haryadi & Achmadi (2013) menyatakan
telah mengetahui gambaran secara umum dari bahwa materi ajar berbasis scaffolding dapat
materi yang akan dijelaskan oleh guru. meningkatkan tingkat pemahaman peserta
Meskipun demikian, perbedaan didik secara signifikan. Penelitian Nabila et.
peningkatannya sangatlah tipis sehingga dapat al. (2016) menyatakan bahwa penerapan
diatakan bahwa tidak ada pebedaan yang strategi scaffolding dapat meningkatkan
signifikan dari hasil peningkatan hasil belajar ketuntasan hasil belajar peserta didik.
pada kedua kelas eksperimen. sehingga baik Penelitian Septriani et. al. (2014) menyatakan
scaffolding ataupun advance organizer bahwa pemahaman konsep matematis peserta
memiliki dampak yang sangat positif dalam didik yang belajar dengan scaffolding lebih
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh baik dari pada peserta didik yang belajar
karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan dengan menggunakan pembelajaran

178
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017

konvensional. Temuan-temuan para peneliti Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains


tersebut membuktikan bahwa pemberian Berbasis ICT. Mataram: FKIP UNRAM.
advance organizer maupun scaffolding Hamdanillah, N., Harjono, A., & Susilawati.
berdampak positip terhadap peningkatan hasil 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
belajar peserta didik. Advance Organizer Menggunakan Video
Hasil penelitian ini menunjukkan model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar
pembelajaran ekspositori berbantuan Fisika Peserta Didik Kelas X. Jurnal
scaffolding dan model pembelajaran Pendidikan Fisika dan Teknologi. 3(2),
ekspositori berbantuan advance organizer 119-127.
berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil
Harjono, A. 2012. Perbedaan Strategi
belajar peserta didik dan telah sesuai dengan
Pembelajaran dan Pemberian Advance
teori yang telah dijabarkan sebelumnya. Oleh
Organizer Pengaruhnya Terhadap Hasil
karena itu, dapat dikatakan bahwa perlakuan
Belajar Fisika Peserta didik Kelas X.
pada penelitian ini dapat meningkatkan hasil
Jurnal Pijar MIPA. 7(1), 13-17.
belajar fisika peserta didik sejalan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Haryadi, A. & Achmadi, H.R. 2013.
Pengembangan Materi Ajar Berbasis
PENUTUP Scaffolding pada Pokok Bahasan
Berdasarkan uji hipotesis, dapat Analisis Vektor di SMAN 1 Waru
disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan Pamakasan. Jurnal Inovasi Pendidikan
model pembelajaran ekspositori berbantuan Fisika. 2(3), 174-179.
scaffolding dan penerapan model Luritawaty, Irena P., & Nuraeni, R. 2015.
pembelajaran ekspositori berbantuan advance Model Advance Organizer dalam
organizer terhadap peningkatan hasil belajar Pembelajaran Matematika untuk
peserta didik SMAN 4 Mataram kelas X IPA 1 Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
dan X IPA 2. Adapun saran yang dapat Masalah Matematis Siswa. Jurnal
diberikan yaitu hasil penelitian ini dapat Pendidikan Matematika. 6 (1), 13-19.
digunakan oleh guru untuk membantu
Nabila, F.M., Gani, A., & Habibati. 2016.
meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik
Pengaruh Penerapan Strategi Scaffolding
di sekolah.
Terhadap Ketuntasan Belajar Peserta
Didik SMA Negeri 4 Banda Aceh Pada
REFERENSI Sub Materi Tata Nama Senyawa
Atriyanto, B & Sulistyo, E. 2014. Pengaruh Hidrokarbon. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Strategi Pembelajaran Ekspositori Pendidikan Kimia. 2(2), 127-135.
Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Nopiani, R., Harjono, A., & Hikmawati. 2017
pada Mata Diklat Memperbaiki Compact Pegaruh Model Pembelajaran Advance
Cassete Recorder Kelas XI TAV di Sma Organizer Berbantuan Peta Konsep
Negeri 2 Surabaya. Jurnal Pendidikan Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Teknik Elektro. 3(2), 09-13. SMA Negeri 1 Lingsar. Jurnal
Ausubel, D.P. 1968. Educational Psychology: Pendidikan Fisika dan Teknologi. 3(2),
A Cognitive View. New York: Holt, 137-145.
Rinehart, and Winston. Rahmatiah, R., & Kusairi, S. (2017). Pengaruh
Scaffolding Konseptual dalam

179
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume 3 No.2, Desember 2017

Pembelajaran Group Investigation


Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa
SMA dengan Pengetahuan Awal
Berbeda. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi. 2(2), 45-54.
Rusminingsih, P. 2015. Penerapan Metode
Ekspositori Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Bahasa Inggris.
Kolaborasi. 1(9), 877-885.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenadamesia Grup.
Septriani, N., Irwan & Meira. 2014. Pengaruh
Pendekatan Scaffolding terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Peserta didik Kelas VIII
SMP Pertiwi 2 Padang. Jurnal
Pendidikan Matematika. 3(3), 17-21.
Sinulingga, K, & Munte, D. 2012. Pengaruh
Model Pembelajaran Advance Organizer
Berbasis Mind Map Terhadap Hasil
Belajar Fisika Peserta didik Pada Materi
Pokok Besaran dan Satuan di Kelas X
SMA. Jurnal Pendidikan Fisika. 1(2), 1-
6.
Sungkawan, R, & Motlan. 2013. Analisis
Penguasaan Konsep Awal Fisika Pada
Pembelajaran Menggunakan Model
Advance Organizer Berbasis Eksperimen
Terhadap Hasal Belajar Fisika. Jurnal
Pendidikan Fisika. 2(2), 73-80.

180

Anda mungkin juga menyukai