Anda di halaman 1dari 15

MODEL PEMBELAJARAN DAN GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL

BELAJAR FISIKA

Suasana Depary1 dan Mukhtar2


suasana_depary@yahoo.com

Abstrak: Penelitian bertujuan: (1) perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diajar
dengan model PAKEM dan ekspositori, (2) perbedaan hasil belajar fisika siswa yang
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit dan sekuensial abstrak, (3) interaksi antara
model pembelajaran dan gaya berpikir terhadap hasil belajar fisika. Populasi penelitian
adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kuala. Teknik penarikan sampel dengan
cluster random sampling. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan
desain penelitian faktorial 2 x 2. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur
pada taraf signifikan  = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar fisika
siswa yang diajar dengan model PAKEM lebih tinggi daripada ekspositori; (2) hasil
belajar fisika siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit lebih tinggi daripada
sekuensial abstrak; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya berpikir
terhadap hasil belajar fisika. Perhitungan uji lanjut dengan uji Scheffe menunjukkan
hasil belajar fisika siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit lebih tinggi
bila diajar dengan model PAKEM, sedangkan hasil belajar fisika siswa yang memiliki
gaya berpikir sekuensial abstrak lebih tinggi bila diajar dengan ekspositori.

Kata Kunci: model pembelajaran PAKEM dan ekspositori, gaya berpikir, hasil belajar
fisika

Abstract: This research was aimed to: (1) the achievement of phisich studies between
PAKEM instructional model is higher than expository instructional model (2) the
achievement in phisich between students’ who concrit sekuential thinking style is higher
than concrit sekuential thinking style; (3) interaction between leraning model and
thingking style on the students’ achievement in phisich. The population of this research
was all eight classes of SMA Negeri 1 Kuala. The research method used quasi-
experiment with factorial design 2 x 2. Technique of analyzing data used ANOVA of
two directions at significants  = 0.05. The finding of the research showed that: (1) the
students’ achievement in phisich that taught by PAKEM instructional model is higher
than by expository instructional model; (2) the students’ achievement in phisich with
concrit sekuential thinking style is higher than abstract sekuential thinking style; (3) be
found interaction between instructional model and thinking style. The multiple
comparation by Scheffe teste also showed the students’ achievement in phisich with
concrit sekuential thinking style is higher if taught by PAKEM instructional model, and
the students’ achievement in phisich with abstract sekuential thinking style is higher if
taught by expository instructional model.

Keywords: PAKEM and expository instructional model, thingking style, achievement of


phisich

1
Guru Fisika SMA Negeri 1 Kuala
2
Dosen Teknologi Pendidikan Pascasarjana Unimed

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 93


PENDAHULUAN pelajaran yang harus menghapal sejumlah
Mata pelajaran fisika sebagai salah rumus tanpa mengetahui kegunaan konsep
satu mata pelajaran kelompok tersebut dalam aplikasi pemecahan
pengetahuan alam yang wajib diikuti masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
siswa pada program studi ilmu alam SMA Hal ini sesuai pula dengan pendapat
berisikan sejumlah materi pelajaran yang Nurhadi (2004) yang menyatakan bahwa
mengarahkan siswa agar memiliki selama ini hasil pendidikan hanya tampak
kompetensi dasar dalam penguasaan dari kemampuan siswa menghapal fakta-
konsep fisika dan saling keterkaitan antara fakta. Walaupun banyak siswa mampu
konsep untuk diterapkan pada pemecahan menyajikan tingkat hapalan yang baik
masalah. Pembelajaran fisika di sekolah terhadap materi yang diterimanya, tetapi
bertujuan mendidik siswa agar berilmu kenyatannya mereka sering kali tidak
dan berketerampilan unggul serta ”open memahami substansi materinya secara
minded”, memiliki etos kerja, melatih, mendalam.
melakukan penelitian sesuai Masih rendahnya hasil belajar
proses/metode ilmiah, dan belajar dengan fisika dan kurangnya pengetahuan dan
mengaplikasikan pengetahuan terbaiknya, kemampuan siswa dalam memahami
mempunyai sikap disiplin, jujur, dan fisika juga terjadi di SMA Negeri 1 Kuala
bertanggung jawab (Departemen Kabupaten Langkat. Berdasarkan data
Pendidikan Nasional, 2004). Di samping yang diperoleh dari daftar kumpulan nilai
itu melalui pembelajaran fisika diharapkan (DKN) siswa kelas XI SMA Negeri 1
siswa mampu bersikap peka, tanggap, dan Kuala rata—rata hasil belajar siswa
berperan aktif dalam menggunakan belum memuaskan.
konsep fisika untuk memecahkan problem Pada program studi ilmu alam di
di lingkungannya. Melalui penguasaan SMA Negeri 1 Kuala, ternyata hingga saat
fisika, baik proses, produk, maupun sikap ini perhatian terhadap karakteristik siswa
yang baik, siswa diharapkan mampu termasuk gaya berpikir yang dimiliki
mengembangkan ilmunya, bertenggang siswa belum diperhatikan sepenuhnya.
rasa, mampu membina kerjasama yang Hal ini tampak dari model pembelajaran
sinergis demi tercapainya efisiensi dan yang dilaksanakan, bahwa siswa
efektifitas, kualitas, serta kesuksesan diperlakukan sama dalam proses
nyata bagi siswa. pembelajaran. Perhatian guru akan gaya
Berdasarkan kompetensi dan berpikir siswa selama ini kurang
persyaratan kompetensi lulusan SMA dikembangkan, materi ajar yang
serta tujuan dan kompetensi mata diberikan dalam mata pelajaran fisika
pelajaran fisika yang telah dijelaskan secara teoretis memang sudah berisikan
sebelumnya, maka siswa SMA khusunya hal-hal yang mendukung pengetahuan
pada program ilmu alam diharapkan telah siswa dalam pemahaman konsep fisika,
memiliki sejumlah kemampuan dalam namun secara praktis, teori-teori ini tidak
mengaplikasikan konsep-konsep fisika dikembangkan dan belum diformulasikan
dalam kehidupan sehari-hari khususnya secara baik oleh guru dengan
dalam hal pemecahan masalah. Namun mempertimbangkan gaya berpikir siswa.
kenyatannya masih banyak siswa yang Siswa jarang sekali diajak secara langsung
belum dapat menguasai secara optimal untuk memahami fisika ini melalui belajar
kompetensi-kompetensi dasar dalam dalam proses belajar menyenangkan
pembelajaran fisika, hal ini ditandai namun tetap pada prosedur pemecahan
dengan masih rendahnya perolehan hasil masalah melalui metode ilmiah sesuai
belajar siswa dalam mata pelajaran fisika. dengan karakteristik mata pelajaran fisika
Selain itu banyak pula siswa yang Salah satu upaya yang dapat
beranggapan bahwa fisika berupa mata dilakukan sebagai solusi dalam

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 94


meningkatkan kemampuan belajar fisika praktek pembelajaran yang baik dan
siswa adalah dengan menerapkan model beberapa pendekatan reformasi
pembelajaran yang tepat agar siswa pendidikan yang dimaksudkan untuk
memperoleh hasil belajar fisika yang memperkaya relevansi dan penggunaan
memuaskan sesuai dengan yang fungsional pendidikan untuk semua siswa.
diharapkan. Ada banyak model Pembelajaran ini berasal dari teori
pembelajaran yang dapat digunakan, pembelajaran konstruktivisme yang
misalnya model latihan inkuiri, menekankan kemampuan siswa untuk
pemerosesan informasi, peningkatan membangun sendiri pengetahuan di dalam
kapasitas berpikir, pembelajaran non benaknya dan peran guru bukan hanya
directive, pembelajaran berbasis masalah sekedar memberikan pengetahuan kepada
(problem based instruction), siswa melainkan memberikan kemudahan
pembelajaran aktif, kreatif efektif, dan belajar pada siswa dengan memberikan
menyenangkan (PAKEM), pembelajaran kesempatan kepada siswa untuk
ekspositori dan sebagainya. menemukan atau menerapkan ide-ide
Young dan Freedman (2001) mereka sendiri, dengan istilah lain guru
menyatakan fisika merupakan ilmu memberi siswa anak tangga yang
eksperimental. Seorang ahli fisika yang membawa siswa ke pemahaman yang
disebut fisikawan mengamati fenomena lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri
alam dan berusaha menemukan pola dan yang harus memanjat anak tangga tersebut
prinsip yang menghubungkan fenomena- (Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
fenomena tersebut. Pola ini disebut teori Berdasarkan teori konstruktivisme
fisika, dan jika teori tersebut telah benar- inilah muncul model PAKEM yang
benar terbukti dan digunakan luas, maka mengawali pembelajaran dengan
disebut hukum atau prinsip fisika. mengajukan sejumlah pertanyaan riil yang
Pembuktian teori-teori fisika diawali harus dipecahkan siswa melalui
dengan mengajukan pertanyaan, serangkaian kegiatan pembelajaran aktif,
merancang dan mengadakan percobaan kreatif, efektif dan menyenangkan.
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Sebagai model pembelajaran PAKEM
yang diajukan, dan menarik kesimpulan merupakan salah satu model yang
yang tepat dari hasil percobaan yang berlandaskan paradigma kontruktivisme.
dilakukan. Bagian terpenting dari Model konstruktivistik ini
hubungan teori dengan percobaan adalah mengakomodasi keterlibatan siswa dalam
mempelajari bagaimana cara belajar dan pemecahan masalah otentik
mengaplikasikan prinsip-prinsip fisika (Arends, 1997).
pada berbagai persoalan praktis. Di dalam Model PAKEM sangat sesuai
fisika tidak ada teori akhir yang dianggap dengan proses pembelajaran IPA
benar untuk selamanya. Suatu teori fisika kontekstual dengan mengaktifkan siswa
dapat dibatalkan jika ditemukan gejala- untuk belajar dengan melakukan kegiatan
gejala yang tidak konsisten dengan teori observasi (menggunakan semua indera),
tersebut. Fisika bukanlah sekedar membandingkan, mengelompokkan,
kumpulan fakta dan prinsip, fisika adalah melihat pola persamaan dan perbedaan,
proses yang membawa manusia pada membuat pertanyaan, mengajukan
prinsip-prinsip umum yang hipotesis, mengadakan eksplorasi,
mendeskripsikan bagaimana perilaku investigasi, merekam, mengumpulkan
dunia fisik. data dan informasi, menganalisis hasil,
Model PAKEM merupakan bagian melaporkan, mendiskusiskan hasil
pembelajaran kontekstual (contextual temuan, melaporkan hasil temuan dan
teaching ang learning/CTL) yang memajangkan hasil temuan. Tahapan-
merupakan suatu perpaduan dari banyak tahapan ini sesuai pula dengan tahapan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 95


pembelajaran pemecahan masalah yang guru membantu siswa menciptakan makna
dikemukakan Arends (1997), yaitu: (1) terkait dengan hasil pemecahan masalah
guru mendefinisikan atau yang akan dilaporkan, (4)
mempresentasikan masalah atau isu yang pengorganisasian laporan (makalah,
berkaitan, (2) guru membantu siswa laporan lisan, model, program komputer,
mengklarifikasi masalah dan menentukan dan lain-lain), dan (5) presentasi. Seluruh
bagaimana masalah itu diinvestigasi kegiatan ini dapat disusun dalam bentuk
(investigasi melibatkan sumber-sumber bagan seperti yang terlihat pada Gambar
belajar, informasi, dan data yang variatif, 2.1.
melakukan survey dan pengukuran), (3)

Mengajukan
pertanyaan
Melakukan
percobaan
Siswa melakukan
Melakukan percobaan, siswa
pengelompokkan mengontrol variabel…
Siswa membandingkan,
pengelompokkan, mencari
pola hubungan
Proses IPA Mencatat
Siswa mencari,
mengumpulkan,
merekam data…

Melakukan observasi
Siswa menggunakan 5 Komunikasi
Panca indra untuk Siswa berdiskusi
mengamati dan melaporkan…
Interpretasi hasil
Siswa memaknai,
mengevaluasi hasil
temuan

Gambar 1. Bagan Proses Pembelajaran IPA (Sumber: USAID, 2006)

Menurut Sanjaya (2006) ciri depan kelas dan melaksanakan tugas jika
pembelajaran ekspositori adalah guru memberikan latihan soal-soal kepada
pembelajaran yang menekankan kepada siswa tersebut.
proses penyampaian materi secara verbal De Bono (2007) mendefinisikan
dari seorang guru kepada sekelompok berpikir sebagai keterampilan mental yang
siswa dengan maksud agar siswa dapat memadukan kecerdasan dengan
menguasai materi pelajaran secara pengalaman. Keterampilan berpikir
optimal. Pusat pembelajaran adalah guru, menentukan bagaimana kecerdasan
siswa mendengar dan mencatat digunakan. Selanjutnya De Bono (2007)
seperlunya, komunikasi terjadi satu arah, memberikan empat gagasan untuk berpikir
dan menyamaratakan kemampuan menjadi benar, yaitu: (1) berpikir dalam
akademik siswa. Model pembelajaran perspektif emosi untuk memperoleh
ekspositori umumnya berorientasi pada kebenaran emosional seperti kejujuran,
kegiatan yang berpusat pada guru (teacher keberanian, keadilan, tanggung jawab, (2)
oriented), kebanyakan siswa bersifat pasif menemukan kebenaran logis dengan
karena hanya mendengarkan ceramah atau menyusun pikiran yang kecil-kecil melalui
kuliah dari guru tentang materi pelajaran langkah-langkah tertentu, (3) berpikir
yang disampaikan. Pada model dengan kebenaran yang unik, yaitu
pembelajaran ekspositori, siswa belajar kebenaran yang dianggap mutlak
dengan mendengarkan penjelasan guru di meskipun karena keterbatasan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 96


pembandingnya, dan (4) kebenaran logis, rasional, dan intelektual (DePorter
pengenalan yaitu kebenaran yang dan Hernacki, 2003).
diperoleh berdasarkan fenomena atau Berbeda dengan gaya berpikir
gejala yang sudah dikenal. Berpikir konkrit, orang-orang yang berpikir abstrak
merupakan kegiatan untuk menemukan lebih cenderung menggunakan otak
pengetahuan yang benar, dan untuk sebelah kanan lebih dominan daripada
menemukan pengetahuan yang benar itu otak sebelah kiri. Otak kanan lebih
menggunakan proses berpikir dalam bersifat kreatif, biasanya memainkan
menarik suatu kesimpulan yang berupa peranan dengan hal-hal yang berhubungan
pengetahuan (Suryasumantri, 1985) dengan irama, musik, gambar, dan
Suryabrata (2001) menyatakan imajinasi. Seperti yang dikemukakan
bahwa berpikir adalah meletakkan bagian DePorter dan Hernacki (2003) proses
pengetahuan yang diperoleh manusia. berpikir otak kanan bersifat acak, tidak
Pengetahuan yang dimaksud mencakup teratur, intuitif, dan holistik. Cara
konsep, gagasan, dan pengertian yang berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk
dimiliki atau diperinci manusia. mengetahui hal yang bersifat nonverbal,
Sedangkan menurut Manullang dan seperti perasaan, emosi, kesadaran yang
Milfayetty (2005) berpikir adalah sebuah berkenaan dengan perasaan (merasakan
proses mencari kebenaran, walaupun kehadiran benda atau orang), kesadaran
hasilnya terbatas pada sudut pandang, spasial, pengenalan bentuk dan pola,
tergantung pada indra. Menurut Dryden musik, seni, kepekaan warna, kreativitas,
dan Vos (2002) kemampuan manusia dan visualisasi
berpikir dikarenakan berfungsinya otak Penelitian ini secara umum
sebagai organ luar biasa yang terdiri dari bertujuan untuk memperoleh gambaran
triliun sel-sel yang saling bertukar tentang pengaruh aplikasi model
informasi sehingga memungkinkan pembelajaran dan gaya berpikir terhadap
manusia untuk bertindak sesuai dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
pikirannya. fisika, sedangkan secara khusus bertujuan
Gaya berpikir sekuensial abstrak untuk mengetahui: (1) Hasil belajar fisika
bertipe pemikiran abstrak, berpikir siswa yang diajar menggunakan model
konseptual dan menganalisis informasi. PAKEM lebih tinggi dari siswa yang
Tipe ini biasanya tidak mau menerima diajar dengan menggunakan model
begitu saja segala informasi tanpa pembelajaran ekspositori; (2) Hasil belajar
melakukan cek dan ricek. Orang yang siswa yang memiliki gaya berpikir
memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak sekuensial konkrit lebih tinggi dari siswa
umumnya senang dengan dunia teori, yang memiliki gaya berpikir sekuensial
segala sesuatu dihubungkan dengan teori abstrak; (3) Interaksi antara model
yang mereka baca. Berdasarkan teori-teori pembelajaran dengan gaya berpikir
yang mereka baca, mereka mau terhadap hasil belajar fisika.
berargumentasi panjang lebar tentang hal-
hal yang mereka bicarakan. Realitas bagi METODE PENELITIAN
para pemikir sekuensial abstrak adalah Penelitian ini dilaksanakan di
dunia teori dan pemikiran abstrak. Mereka SMA Negeri 1 Kuala pada kelas XI
suka berpikir dalam konsep dan program ilmu alam. Penarikan sampel
menganalisis informasi. Sangat mudah dilakukan secara acak melalui undian
bagi pemikir sekuensial abstrak untuk yakni dari 3 kelas diperoleh 2 kelas
mengetahui hal-hal penting seperti titik- eksperimen. Dasar penarikan sampel pada
titik kunci dan detail-detail penting. ketiga kelas ini didasarkan pada asumsi
Proses berpikir yang mereka miliki adalah kesamaan pada tingkat kelas tanpa adanya
kelas unggulan, usia rata-rata siswa yang

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 97


sama, serta kurikulum dan fasilitas Penelitian ini menggunakan teknik
pembelajaran yang sama. Teknik analisis data berupa analisis deskriptif dan
pengambilan sampel dilakukan dengan analisis inferensial. Teknik analisis
teknik cluster random sampling. Metode deskriptif dimaksudkan untuk
eksperimental semu (quasi-eksperimental mendeskripsikan data penelitian melipuiti
research), hal ini juga disebabkan karena mean, median, standard deviasi dan
tidak semua variabel yang kecenderungan data. Data-data yang telah
mempengaruhi variabel terikat berupa diperoleh selanjutnya disajikan dalam
hasil belajar fisika yang diteliti, melainkan bentuk tabel distribusi frekuensi dan
hanya berupa variabel bebas yaitu model histogram. Teknik analisis inferensial
pembelajaran dan gaya berpikir siswa. digunakan untuk menguji hipotesis
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan menggunakan teknik
desain faktorial 2 x 2. Sebagai variabel analisis varians (ANAVA) dua jalur.
bebas pertama yaitu model pembelajaran, Penggunaan teknik ini dengan maksud
dengan dua model yaitu model PAKEM agar hasil tes akhir yang dicapai oleh
dan model pembelajaran ekspositori. subyek penelitian benar-benar karena
Variabel moderator yaitu gaya berpikir, pengaruh dari perlakuan yang diberikan
dengan pengelompokkan gaya berpikir selama penelitian. Taraf signifikan yang
sekuensial konkrit dan gaya berpikir digunakan dalam penelitian ini adalah  =
sekuensial abstrak. Penelitian ini 0,05. Hasil pengujian menunjukkan
menggunakan dua variabel, yaitu variabel terdapatnya interaksi maka perlu
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dilakukan uji lanjut, karena n tiap sel
adalah model pembelajaran dan gaya berbeda maka uji lanjut dilakukan dengan
berpikir, model pembelajaran dibedakan uji scheffe. Dalam menggunakan ANAVA
atas model PAKEM serta model dua jalur perlu dipenuhi beberapa syarat
pembelajaran ekspositori. yaitu: (1) data yang digunakan harus
Pengelompokkan gaya berpikir siswa ini berdistribusi normal, maka dilakukan uji
diperoleh berdasarkan skor tes gaya normalitas dengan menggunakan uji
berpikir yang telah baku dan disusun Lilifors; (2) Data harus memiliki varians
dengan menggunakan indikator-indikator populasi homogen, maka harus dilakukan
yang telah standar. uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji Bartlet.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Berdasarkan deskriptif hasil belajar fisika diperoleh data hasil belajar fisika
siswa pada Tabel 1. dengan menggunakan rangkuman analisis deskriptif.

Tabel 1. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif.

RINGKASAN MODEL PEMBELAJARAN


Total
DATA PAKEM (MP) Ekspositori (ME)
n1 = 22 n3 = 25 N1,3 = 47
Sekuen- P1 = 560 P3 = 511 P1,3 = 1071
Gaya
sial X 1 = 14368
2
X23 = 10601 X21,3 = 24969
Berpikir
Konkrit X 1 = 25,45 X3 = 20,44 X 1,3 = 22,79
s2 1 = 5,74 S2 3 = 6,43 s21,3 = 12,67

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 98


n2 = 18 n4 = 15 N2,4 = 33
Sekuen- P2 = 357 P4 = 330 P2,4 = 687
sial X22 = 7173 X24 = 7330 X22,4 = 14503
Abstrak X2 = 19,83 X4 = 22,00 X 2,4 = 20,82
s2 2 = 5,44 S24 = 5,26 s22,4 = 7,56
N1,2 = 40 N3,4 = 40 Ng = 80
P1,2 = 917 P3,4 = 841 Pg =1758
Total X21,2 = 21541 X23,4 = 17931 X2g = 39472
X 1,2 = 22,93 X 3,4 = 21,03 Xg = 21,89
s2 1,2 = 12,67 s23,4 = 7,82 s2 g = 10,61

Untuk keperluan pengujian selanjutnya harga rata-rata tiap kelompok


hipotesis dengan menggunakan teknik diolah dengan ANAVA 2 jalur faktorial 2
analisis varian dua jalur (ANAVA) x 2, dan diperoleh hasil analisis seperti
faktorial 2x2 dan uji lanjut Scheffe ditunjukkan pada Tabel 2.
diperlukan harga rata-rata tiap kelompok,

Tabel 2. Ringkasan Perhitungan ANAVA Faktorial 2x2

Ftabel
Sumber Varians JK dk KT Fhitung Ket.
(α=0,05)
Model 72,2 1 72,2 12,69 Signifikan
Gaya Berpikir 75,17 1 75,17 13,21 3,97 Signifikan
Interaksi 260,31 1 260,31 45,75 Signifikan
Dalam kelompok (galat) 407,68 76 5,69
Total 839,9 79

Karena Fhitung > Ftabel= 4,08 dapat yang diajar dengan model
disimpulkan adanya interaksi antara pembelajaran ekspositori.
model pembelajaran dengan gaya berpikir Dari hasil perhitungan analisis
yang mempengaruhi hasil belajar fisika tentang perbedaan hasil belajar fisika
siswa. siswa yang diajar dengan model PAKEM
Perbedaan Hasil Belajar Fisika sebesar X = 22,93 dan model
Antara Siswa yang Diajar dengan Model pembelajaran ekspositori X = 21,03,
PAKEM dan Model Pembelajaran didapat hasil perhitungan Fh sebesar 12,69
Ekspositori. Pengujian dilakukan terhadap dan harga tabel Ft adalah 3,97. Dengan
hipotesis statistik yang dirumuskan demikian temuan penelitian
sebagai berikut: menyimpulkan, bahwa hipotesis penelitian
Ho :  P12   P34 ; Ha :  P12   P34 yang menyatakan: hasil belajar fisika
Pernyataan hipotesis tersebut adalah : siswa yang diajar dengan model PAKEM
Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil lebih tinggi daripada hasil belajar fisika
belajar fisika antara siswa yang siswa yang diajar dengan model
diajar dengan model PAKEM pembelajaran ekspositori pada taraf
dengan siswa yang diajar dengan kepercayaan  = 0,05 telah teruji
model pembelajaran Ekspositori kebenarannya.
Ha = Siswa yang diajar dengan model Perbedaan Hasil Belajar Fisika
PAKEM memperoleh hasil belajar Antara Siswa dengan Gaya Berpikir
fisika lebih tinggi daripada siswa Sekuensial Konkrit dan Gaya Berpikir
Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 99
Sekuensial Abstrak. Pengujian dilakukan Hasil Belajar Fisika Siswa. Pengujian
terhadap hipotesis statistik yang dilakukan terhadap hipotesis statistik yang
dirumuskan sebagai berikut: dirumuskan sebagai berikut :
Ho :  P13   P24 ; Ha :  P13   P24 Ho : Interaksi (B x T) = 0
Pernyataan hipotesis tersebut adalah : Ha : Interaksi (B x T) ≠ 0
H0 = Tidak Terdapat perbedaan hasil
belajar fisika antara siswa yang Pernyataan hipotesis tersebut adalah :
memiliki gaya berpikir sekuensial Ho = Tidak terdapat interaksi antara
konkrit dengan siswa yang model pembelajaran dan gaya
memiliki gaya berpikir sekuensial berpikir terhadap hasil belajar
abstrak fisika siswa.
Ha = Hasil belajar fisika siswa yang Ha = Terdapat interaksi antara model
memiliki gaya berpikir sekuensial pembelajaran dan gaya berpikir
konkrit lebih tinggi daripada hasil terhadap hasil belajar fisika siswa.
belajar fisika siswa yang memiliki Berdasarkan hasil perhitungan
gaya berpikir sekuensial abstrak ANAVA faktorial 2 x 2 diperoleh hasil
Hasil perhitungan analisis varian perhitungan Fh = 45,75 dengan harga tabel
tentang perbedaan hasil belajar fisika Ft untuk taraf kepercayaan () sebesar
antara siswa yang memiliki gaya berpikir 0,05 dengan dk = 1 adalah Ft = 3,97
sekuensial konkrit dan gaya berpikir sehingga dapat dinyatakan Fh (45,75) > Ft
(3,97), dengan demikian dapat
sekuensial abstrak dengan rata-rata X =
disimpulkan pernyataan hipotesis
22,79 dan X = 20,82. Berdasarkan Tabel penelitian yang menyatakan: terdapat
4.16 dapat dihitung Fh = 13,21 dan harga interaksi antara model pembelajaran dan
tabel untuk  = 0,05 dengan dk (1) gaya berpikir terhadap hasil belajar fisika
diperoleh Ft = 3,97 sehingga dapat siswa telah teruji kebenarannya pada taraf
dinyatakan Fh (13,21) > Ft (3,97). Dengan signifikan α = 0,05.
demikian temuan penelitian Data yang diperoleh dalam
menyimpulkan hipotesis penelitian yang penelitian ini berasal dari sampel yang
menyatakan: hasil belajar fisika siswa jumlahnya berbeda untuk setiap sel
yang memiliki gaya berpikir sekuensial Anava. Sehingga perlu dilakukan uji
konkrit lebih tinggi daripada hasil belajar Schefee, hasil pengujian dengan
siswa yang memiliki gaya berpikir menggunakan uji Scheffee dapat dilihat
sekuensial abstrak pada taraf kepercayaan dalam Tabel 3.
 = 0,05 telah teruji kebenarannya.
Interaksi Antara Model
Pembelajaran dan Gaya Berpikir Terhadap

Tabel 3. Ringkasan Hasil Pengujian Dengan Menggunakan Uji Scheffe

Ftabel
No Hipotesis Statistik Fhitung
=5% =1%
1 Ho : 1 = 2 Ha : 1 > 2 27,68 2,70 4,30
2 Ho : 1 = 3 Ha : 1 > 3 29,47 2,70 4,30
3 Ho : 1 = 4 Ha : 1 > 4 10,01 2,70 4,30
4 Ho : 2 = 3 Ha : 2 > 3 6,72 2,70 4,30
5 Ho : 2 = 4 Ha : 2 > 4 2,87 2,70 4,30
6 Ho : 3 = 4 Ha : 3 > 4 3,63 2,70 4,30

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 100
Dari hasil uji Scheffe diperoleh gaya berpikir sekuensial abstrak lebih
kesimpulan yaitu: (1) rata-rata skor hasil tinggi daripada siswa yang diajar dengan
belajar fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori dengan
menggunakan model PAKEM yang gaya berpikir sekuensial abstrak, (5) rata-
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit rata skor hasil belajar fisika siswa yang
lebih tinggi daripada siswa yang diajar diajar dengan menggunakan model
menggunakan model pembelajaran PAKEM pada siswa yang memiliki gaya
ekspositori yang memiliki gaya berpikir berpikir sekuensial konrit lebih tinggi
sekuensial konkrit, (2) rata-rata skor hasil daripada siswa yang diajar dengan model
belajar fisika siswa yang diajar dengan pembelajaran ekspositori dengan gaya
menggunakan model PAKEM yang berpikir sekuensial abstrak, (6) rata-rata
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit skor hasil belajar fisika siswa yang diajar
lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan menggunakan model
menggunakan model pembelajaran pembelajaran ekspositori pada siswa yang
ekspositori yang memiliki gaya berpikir memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak
sekuensial abstrak, (3) rata-rata skor hasil lebih tinggi daripada siswa yang diajar
belajar fisika siswa yang diajar dengan dengan model pembelajaran PAKEM
menggunakan model PAKEM pada siswa dengan gaya berpikir sekuensial abstrak.
yang memiliki gaya berpikir sekuensial Hasil pengujian hipotesis di atas,
konkrit lebih tinggi daripada siswa yang menunjukkan adanya interaksi antara
diajar dengan model pembelajaran model pembelajaran dan gaya berpikir
ekspositori dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar fisika. Interaksi
sekuensial konkrit, (4) rata-rata skor hasil antara model pembelajaran dengan gaya
belajar fisika siswa yang diajar dengan berpikir tersebut dapat divisualisasikan
menggunakan model pembelajaran dalam bentuk grafis pada gambar 1.
ekspositori pada siswa yang memiliki

Gambar 1. Interaksi Model Pembelajaran dan Gaya berpikir terhadap Hasil


Belajar Fisika.

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 101
Dari gambar 1. diketahui bahwa gaya berpikir berpengaruh terhadap
bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa hasil belajar fisika.
yang memiliki gaya berpikir sekuensial
abstrak yang diajar dengan model Pembahasan
PAKEM adalah 19,83, sedangkan rata- Dari hasil pengolahan data yang
rata hasil belajar fisika siswa yang dilakukan terdapat perbedaan hasil
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit belajar fisika antara siswa yang diajar
yang diajar dengan model PAKEM adalah dengan model PAKEM dengan model
25,45. Pada siswa yang diajar dengan pembelajaran ekspositori, yaitu rata-rata
model ekspositori diperoleh rata-rata hasil hasil belajar fisika siswa yang diajar
belajar fisika siswa untuk siswa yang dengan model PAKEM lebih tinggi
memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa
20,24 dan untuk siswa yang memiliki yang diajar dengan model pembelajaran
gaya berpikir sekuensial konkrit 22,00 ekspositori. Kenyataan ini membuktikan
dengan demikian dapat sisimpulkan bahwa model PAKEM lebih baik dalam
bahwa siswa yang memiliki gaya berpikir meningkatkan pemahaman siswa dalam
sekuensial abstrak akan lebih baik jika pembelajaran fisika daripada penggunaan
diajar dengan model PAKEM, sebaliknya model pembelajaran ekspositori. Dengan
siswa yang memiliki gaya berpikir demikian mengajarkan materi ajar fisika
sekuensial konkrit akan lebih baik jika untuk beberapa materi seperti kinematika
dibelajar kan dengan model pembelajaran dengan analisis vektor akan lebih baik
ekspositori. Meski demikian terbukti menggunakan model PAKEM dibanding
bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang dengan model pembelajaran ekspositori.
menggunakan model pembelajaran Hasil penelitian ini mendukung
PAKEM lebih tinggi daripada rata-rata teroi yang dikemukakan Arends (1997)
hasil belajar siswa yang dibelajarkan bahwa PAKEM sebagai bagian model
dengan model pembelajaran ekspositori, konstruktivistik mengakomodasi
begitu juga halnya dengan gaya berpikir keterlibatan siswa dalam belajar dan
yang dimiliki siswa, yaitu rata-rata hasil pemecahan masalah otentik. Model
belajar siswa yang memiliki gaya berpikir PAKEM sangat sesuai dengan proses
sekuensial konkrit lebih tinggi daripada pembelajaran IPA kontekstual dengan
rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki mengaktifkan siswa untuk belajar dengan
gaya berpikir abstrak. melakukan kegiatan observasi
Berdasarkan hasil pengujian (menggunakan semua indera),
hipotesis ketiga yang menyatakan adanya membandingkan, mengelompokkan,
interaksi antara model pembelajaran melihat pola persamaan dan perbedaan,
dengan gaya berpikir, maka perlu membuat pertanyaan, mengajukan
dilakukan uji perbedaan rata-rata antara hipotesis, mengadakan eksplorasi,
dua proporsi. Gambar 1. menunjukkan investigasi, merekam, mengumpulkan
pengaruh dan interaksi dari model data dan informasi, menganalisis hasil,
pembelajaran dan gaya berpikir terhadap melaporkan, mendiskusiskan hasil
hasil belajar Fisika yang diperoleh siswa, temuan, melaporkan hasil temuan dan
rata-rata hasil belajar fisika siswa yang memajangkan hasil temuan. Tahapan-
diajar dengan model PAKEM lebih tinggi tahapan ini sesuai pula dengan tahapan
dibandingkan dengan model pembelajaran pembelajaran pemecahan masalah yang
ekspositori. Penelitian ini juga dikemukakan Arends (1997), yaitu: (1)
membuktikan faktor gaya berpikir guru mendefinisikan atau
sebagai salah satu karakteristik siswa mempresentasikan masalah atau isu yang
perlu pula diperhatikan karena terbukti berkaitan, (2) guru membantu siswa
mengklarifikasi masalah dan menentukan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 102
bagaimana masalah itu diinvestigasi Model pembelajaran PAKEM daripada
(investigasi melibatkan sumber-sumber Ekspositori, namun dalam pelaksanaannya
belajar, informasi, dan data yang variatif, kedua jenis model pembelajaran ini secara
melakukan survey dan pengukuran), (3) umum memiliki kelebihan dan kelemahan
guru membantu siswa menciptakan makna sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
terkait dengan hasil pemecahan masalah dan karakteristik yang dimiliki siswa. Ini
yang akan dilaporkan, (4) terbukti dari perolehan rata-rata hasil
pengorganisasian laporan (makalah, belajar siswa pada kedua kelas perlakuan
laporan lisan, model, program komputer, tredapat perbedaan rata-rata hasil belajar
dan lain-lain), dan (5) presentasi. yang menunjukkan interaksi antara model
Model PAKEM merupakan bagian tersebut dengan karakteristik siswa.
pembelajaran kontekstual (contextual Penelitian ini membuktikan bahwa
teaching ang learning/CTL) yang berasal pembelajaran dengan model PAKEM
dari teori pembelajaran konstruktivisme lebih baik jika dibandingkan dengan
dengan menekankan kemampuan siswa model konvensional yang dilaksanakan
untuk membangun sendiri pengetahuan di selama ini. Temuan penelitian ini juga
dalam benaknya dan peran guru bukan mendukung temuan penelitian
hanya sekedar memberikan pengetahuan sebelumnya yang dilakukan oleh
kepada siswa melainkan memberikan Srihartanto (2007) yang menyatakan hasil
kemudahan belajar pada siswa dengan yang dicapai pada implementasi
memberikan kesempatan kepada siswa Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
untuk menemukan atau menerapkan ide- Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I
ide mereka sendiri. Dalam PAKEM, Wonogiri yaitu bahwa proses
belajar lebih diarahkan kepada kegiatan pembelajaran yang menggunakan
aktif siswa untuk membangun PAKEM ternyata dapat meningkatkan
pengetahuannya. Siswa sendiri yang kualitas pembelajaran, sehingga prestasi
melakukan penalaran melalui seleksi dan siswa selalu meningkat baik ujian,
organisasi pengalaman serta pencapaian kejuaraan baik akademik
mengintegrasikannya dengan apa yang maupun non akademik, begitu pula
telah diketahui. dengan penelitian tindakan kelas yang
Model PAKEM lebih dicirikan oleh dilakukan Nasution (2008) yang
aktivitas eksperimentasi, pertanyaan- menyimpulkan bahwa hasil belajar
pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan matematika siswa SD Pertiwi Medan
model-model yang dibangkitkan oleh mengalami peningkatan setelah
siswa sendiri, dengan lima prinsip dasar dibelajarkan dengan pembelajaran
yang melandasi kelas konstruktivistik, kooperatif tipe jigsaw melalui PAKEM.
yaitu (1) meletakkan permasalahan yang Kesimpulan penelitian ini juga
relevan dengan kebutuhan siswa, (2) mendukung teori yang dikemukakan
menyusun pembelajaran di sekitar konsep- DePorter dan Hernacki (2003) yang
konsep utama, (3) menghargai pandangan menyatakan bahwa orang yang memiliki
siswa, (4) materi pembelajaran gaya berpikir sekuensial konkrit
menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, cenderung menggunakan belahan otak kiri
(5) menilai pembelajaran secara dan proses berpikir otak kiri bersifat logis,
kontekstual. Dengan lima prinsip dasar ini sekuensial, linier, dan rasional. Otak kiri
PAKEM mengakomodasi keterlibatan lebih bersifat akademis dan memainkan
siswa dalam belajar dan pemecahan peranan dalam pemrosesan logika, kata-
masalah otentik. kata, matematika, dan urutan. Otak kiri
Meski dalam penelitian ini berpikir secara sekuensial, teratur, logis
diperoleh data bahwa hasil belajar Fisika dan runtut, dan kesemua karakteristik ini
siswa lebih tinggi jika diajar dengan sangat sesuai dengan mata pelajaran

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 103
fisika. Hasil penelitian ini juga memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak
mendukung penelitian sebelumnya yang umumnya secara psikologis memiliki
dilaporkan oleh Ruslan (2006) yang kondisi emosional yang kurang stabil dan
menyimpulkan bahwa siswa yang hanya berpedoman pada hal-hal yang
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit bersifat konseptual. Sifat mandiri yang
yang dibelajarkan dengan model dimiliki siswa dan kesulitan dalam
pembelajaran berbasis masalah bekerjasama akan menyulitkan siswa
memperoleh hasil belajar kimia yang lebih untuk belajar secara variatif melalui
tinggi dibandingkan dengan siswa yang PAKEM yang lebih mengutamakan
memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak kerjasama dalam melaksanakan kegiatan
yang dibelajarkan dengan model belajar. Adanya latihan-latihan rutin yang
pembelajaran yang sama. dilaksanakan dalam model ekspositori
Model pembelajaran PAKEM akan meningkatkan kemampuan siswa
merupakan pendekatan pembelajaaran yang memiliki gaya berpikir sekuensial
yang menuntut adanya interaksi dua arah abstrak dalam memahmi fisika secara
antara guru dan siswa, serta siswa dengan lebih mudah. Oleh karena itu siswa yang
siswa. Siswa diberi tugas untuk memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak,
memecahkan persoalan fisika dalam dalam pembelajaran Fisika lebih baik
konteks kehidupan nyata dangan kegiatan jika diajar dengan model pembelajaran
yang menyenangkan namun serius dalam ekspositori daripada diajar dengan model
pemerolehan berbegai konsep yang akan PAKEM.
ditemukan. Dengan jalan ini siswa yang
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit PENUTUP
akan lebih lebih terpacu untuk Simpulan
menemukan ide-ide atau gagasan-gagasan Berdasarkan hasil penelitian dan
yang lebih relevan dalam rangka pembahasan yang dikemukakan
menyelesaikan langkah-langkah kerja dan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
memecahkan berbagai persoalan dan isu bawah:
yang dikemukakan. Pada siswa yang (1) hasil belajar fisika siswa yang
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit diajarkan dengan model pakem lebih
adanya variasi dalam kegiatan tinggi dibandingkan dengan hasil
pendahuluan hingga kegiatan penutup belajar fisika siswa yang diajarkan
yang sengaja dikondisikan guru secara dengan model pembelajaran
bermakna, akan memudahkan siswa untuk ekspositori;
memahami materi pelajaran fisika. Selain (2) hasil belajar fisika siswa yang
itu pola pikir realistik dan kemampuan memiliki gaya berpikir sekuensial
bekerjasama yang lebih tinggi yang konkrit lebih tinggi daripada siswa
dimiliki oleh siswa yang berpikir yang memiliki gaya berpikir
sekunsial konkrit akan memudahkan sekuensial abstrak;
mereka dalam belajar. (3) terdapat interaksi antara model
Melalui PAKEM siswa yang pembelajaran dan gaya berpikir yang
memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit memberikan perbedaan pengaruh
akan dapat menuangkan semua potensi terhadap hasil belajar Fisika siswa.
yang ada pada dirinya termasuk Perbedaan pengaruh tersebut adalah:
mengelola memori yang tersimpan di (a) Rata-rata skor hasil belajar fisika
dalam ingatannya. Berbagai jenis kegiatan siswa yang diajar dengan
yang berbeda juga memberikan warna menggunakan model PAKEM yang
berpikir tersendiri pada siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial
memiliki kemampuan berpikir konkrit. konkrit lebih tinggi daripada siswa
Sebaliknya karakteristik siswa yang yang diajar menggunakan model

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 104
pembelajaran ekspositori yang disarankan bagi guru untuk menggunakan
memiliki gaya berpikir sekuensial model pembelajaran PAKEM ini agar
konkrit; (b) Rata-rata skor hasil hasil belajar fisika siswa tersebut lebih
belajar fisika siswa yang diajar tinggi, karena PAKEM sangat sesuai
dengan menggunakan model dengan pembelajaran IPA termasuk fisika.
PAKEM yang memiliki gaya berpikir Untuk meningkatkan hasil belajar fisika
sekuensial konkrit lebih tinggi dari siswa yang memiliki gaya berpikir
siswa yang diajar menggunakan sekuensial konkrit, model pembelajaran
model pembelajaran ekspositori yang PAKEM ini sebagai salah satu alternatif
memiliki gaya berpikir sekuensial yang sesuai dengan karakteristik siswa
abstrak; (c) Rata-rata skor hasil tersebut, di samping itu dengan model
belajar fisika siswa yang diajar pembelajaran ini siswa akan lebih terlatih
dengan menggunakan model PAKEM dan terbiasa bekerja sama untuk
pada siswa yang memiliki gaya menyelesaikan permasalahannya demikian
berpikir sekuensial konkrit lebih juga disarankan bagi guru untuk
tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
dengan model pembelajaran PAKEM untuk membelajarkan siswa yang
ekspositori dengan gaya berpikir memiliki gaya berpikir sekuensail abstrak
sekuensial konkrit; (d) rata-rata skor agar hasil belajarnya lebih tinggi.
hasil belajar fisika siswa yang diajar Pengunaan model pembelajaran
dengan menggunakan model yang sesuai dengan karakteristik siswa
pembelajaran ekspositori pada siswa dan materi pelajaran memberi pengaruh
yang memiliki gaya berpikir pada hasil belajar siswa. Oleh sebab itu
sekuensial abstrak lebih tinggi disarankan bagi kepala sekolah untuk
daripada siswa yang diajar dengan melatih guru-guru dalam pemilihan model
model pembelajaran ekspositori pembelajaran dan meningkatkan
dengan gaya berpikir sekuensial pengawasan pelaksanaan pembelajaran
abstrak; (e) Rata-rata skor hasil siswa di kelas. Salah satu hasil penelitian
belajar fisika siswa yang diajar yang mampu meningkatkan hasil belajar
dengan menggunakan model PAKEM fisika siswa dengan penggunaan model
pada siswa yang memiliki gaya pembelajaran PAKEM bagi siswa yang
berpikir sekuensial konrit lebih tinggi memiliki gaya berpikir sekunesial abstrak.
daripada siswa yang diajar dengan Tindakan yang dapat diberikan antara lain
model pembelajaran ekspositori adalah melalui penelitian tindakan kelas
dengan gaya berpikir sekuensial (PTK) yang dilakukan sebagi upaya
abstrak; (f) Rata-rata skor hasil memperkenalkan model PAKEM secara
belajar fisika siswa yang diajar efektif dan efisien, melalui PTK yang
dengan menggunakan model dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran ekspositori pada siswa PAKEM diharapkan guru akan terlatih
yang memiliki gaya berpikir untuk menggunakan model PAKEM
sekuensial abstrak lebih tinggi sebagai salah satu model pembelajaran
daripada siswa yang diajar dengan yang dapat mengaktifkan siswa sekaligus
model pembelajaran PAKEM dengan meningkatkan hasil belajar siswa.
gaya berpikir sekuensial abstrak. Populasi dan sampel yang
dilibatkan pada penelitian jumlahnya
Saran kecil, untuk itu disarankan bagi peneliti
Materi pelajaran fisika yang lain untuk melakukan penelitian lanjut
bersifat realistik, logis dan memerlukan yang jumlah populasi dan sampelnya lebih
tahapan-tahapan ilmiah dalam kegiatan besar. Guna penelitian lanjutan pada
pembelajaran yang dilaksanakan, penerapan model pembelajaran di

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 105
samping kepada guru yang menjadi mitra Dick, W. & Carey, L. 1985. The
peneliti, perlu disosialisasikan juga Systematic Design of Instruction.
terlebih dahulu kepada siswa bagaimana Glenview, Illinois: Scoot, Foresman
mekanisme model pembelajaran PAKEM and Company.
ini dan apa yang perlu dan yang tidak
perlu dilakukan agar saat pembelajaran Dryden, Gordon dan Jeanette Vos. 1999.
berlangsung kejanggalan dan kekakuan The Learning Revolution: To
dalam proses pembelajaran dapat Change the Way the World Learns.
diminimalkan. Selandia Baru: The Learning Web.

DAFTAR PUSTAKA Fisher, R.B. 1975. Science Man and


Arends, R. I. 1997. Learning to teach. Society. Toronto: W.B. Saunders
Singapore: Mc Graw-Hill book Company
Company.
Gagne, R.M., Brigss, L.J. 1979. Principles
Association for Educational of Instruction Design. New York:
Communications and Technology. Holt, Rinehart and Winston
1986. Defenisi Teknologi Company.
Pendidikan (terjemahan). Jakarta:
PAU-UT dan CV Rajawali Gagne, R.M. 1985. The Conditions of
Learning and Theory of Instruction.
Bloom, B.S. 1976. Human Characteristic New York. Holt, Rinehart and
and School Learning. New York: Winston Company.
McGraw-Hill Book Company.
Gardner, H. 1991. The Unschooled Mind:
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. How Children Think and How
Pedoman Penyusunan Silabus Schools Should Teach. New York:
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Basic Books
Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah Nurhadi. 2003. Contextual Teaching and
Learning. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti
Departemen Pendidikan Nasional. 2005.
Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu
_________. 2004. Kurikulum 2004
Pengetahuan Alam. Jakarta:
Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Grasindo
DePorter, B. & Hernacki M. 1999.
Reigeluth, C.M. 1983. Instructional
Quantum Learning: Membiasakan
Design Theory of Models: An
Belajar Nyaman dan
Overviuw of the their Current
Menyenangkan. Alih bahasa:
Status. London: Prentice Hall
Alwiyah Abdurrahman. Bandung:
Kaifa
Romizowski, Aj. 1981. Design
Instructional System. New York:
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan
Nichol Publishing Company.
Sarah Singer-Nourie. 2003.
Quantum Teaching: Mempraktikkan
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran
Quantum Learning di Ruang-ruang
Berorintasi Standar Proses
Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA.
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 106
Sudjatmiko, dan Nurlali, M. 2003.
Snellbecker, Glen E. 1974. Learning KurikulumBerbasis Kompetensi.
Theory Instructional Theory and Modul. Jakarta: Departemen
Psychoeducational Design. New Pendidikan Nasional.
York: Me, Graww-Hill Inc.
Uno, H.B. 2007. Model pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara

Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 1, April 2013, ISSN: 1979-6692 107

Anda mungkin juga menyukai