Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)

Vol. 8 No. 1, April 2020


p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

Analisis Gaya Berpikir Sekuensial-Acak Abstrak


dalam Memecahkan Masalah Fisika

Dirgah Kaso Sanusi*, Kaharuddin Arafah**, dan Bunga Dara Amin


*
dirgah.ks17@gmail.com, **kahar.arafah@unm.ac.id
Program Studi Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
Jl. Andi Djemma, Kampus UNM Gunung Sari Baru, Makassar – 90222

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan pemecahan masalah fisika peserta
didik berdasarkan gaya berpikir Sekuensial Abstrak (SA) dan Acak Abstrak (AA). Subjek penelitian ini adalah dua
orang peserta didik kelas X MIA 1 MAN 2 Makassar, yang masing-masing mewakili gaya berpikir Sekuensial
Abstrak (SA) dan Acak Abstrak (AA). Setiap subjek dikategorikan berdasarkan kuesioner gaya berpikir yang
diadaptasi dari intrumen yang dirancang oleh John Parks. Hasil penelitian dianalisis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif dengan meninjau kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik untuk gaya berpikir
SA dan AA. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peserta didik dengan gaya berpikir SA mampu memecahkan masalah fisika berdasarkan
langkah-langkah pemecahan masalah secara berurut, namun hasil belum tepat. Pemikir SA masih kurang
memahami konsep dasar serta proyeksi arah-arah gaya dan penentuan persamaan yang akan digunakan
khususnya dalam materi Hukum Newton. Pemikir AA menyelesaikan masalah fisika dengan tepat, namun dengan
langkah-langkah yang tidak berurut. Pemikir AA dapat memahami masalah berdasarkan konsep fisika dan
memproyeksikan arah gaya serta persamaan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah fisika.

Kata Kunci: abstrak, acak, berpikir, gaya, masalah, pemecahan, sekuensial.

I. PENDAHULUAN Pembelajaran fisika identik dengan rumus-


rumus matematis. Akibatnya, peserta didik lebih
Pembelajaran sains di abad ke-21 tidak terfokus dalam menghafal rumus tersebut.
terlepas dari perkembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai konsekuensinya adalah kesulitan yang
dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. dihadapi peserta didik dalam memecahkan
Pembelajaran abad ke-21 dituntut untuk permasalahan fisika berbeda-beda. Ketika
mempersiapkan generasi yang menguasai peserta didik dihadapkan pada soal-soal yang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). redaksi katanya diubah, ternyata peserta didik
Pemecahan masalah merupakan salah satu masih mengalami kesulitan dalam
tuntutan dalam pembelajaran abad ke-21 menyelesaikan [2]. Sesuai dengan kenyataan
melalui penerapan kurikulum 2013. tersebut, Lambertus menemukan bahwa ada
Pergeseran paradigma pembelajaran kelemahan yang dimiliki peserta didik yaitu
kontemporer telah berganti ke arah student dalam menganalisis soal, memonitor proses
centered yaitu peserta didik yang berperan aktif penyelesaian, dan mengevaluasi hasilnya [3].
dalam proses pembelajaran [1]. Guru tidak lagi Dalam proses belajar, setiap peserta didik
sebagai satu-satunya pusat informasi, memiliki cara dan proses berpikir yang berbeda-
melainkan hanya berfungsi sebagai faslitator beda. Apalagi dalam memahami atau
dalam pembelajaran. Pendidikan memberikan
memecahkan masalah, pastilah berbeda-beda.
kebebasan dalam belajar sesuai dengan
kebutuhan, minat maupun bakat yang peserta Hal ini boleh jadi disebabkan oleh kemampuan
didik butuhkan. berpikir peserta didik yang tidak sama dalam
Fisika merupakan salah mata pelajaran yang menerima maupun mempelajari informasi yang
memerlukan analisis pada konsep dan diterimanya [4]. Gregorc membagi gaya berpikir
penerapannya. Sesuai tuntutan kurikulum 2013, peserta didik ke dalam beberapa karakteristik
salah satu tujuan pembelajaran fisika yaitu cara berpikir Sekuensial Konkret (SK),
SMA/MA/SMK adalah mampu mengembang kan
Sekuensial Abstrak (SA), Acak Konkret (AK), dan
kemampuan menalar dengan mengguna kan
konsep dan prinsip fisika dalam memecahkan Acak Abstrak (AA).
masalah. Kemampuan pemecahan masalah Gaya berpikir yang dikemukakan oleh
peserta didik ditekankan pada berfikir tentang Gregorc menekankan pada dua konsep yang
cara memecahkan masalah dan memproses yang memengaruhi gaya berpikir seseorang.
informasi.

60
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 8 No. 1, April 2020
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

Salah satu konsepnya yaitu mengenai objek, gambaran kemampuan pemecahan masalah
dibedakan menjadi persepsi konkret dan abstrak fisika peserta didik berdasarkan gaya berpikir
dalam menerima informasi. Persepsi secara Sekuensial Abstrak (SA) dan Acak Abstrak (AA)
kelas X MIA 1 di MAN 2 Makassar.
konkret menggunakan ke lima indra, sedangkan
secara abstrak menggunakan intuisi dan II. METODOLOGI PENELITIAN
imajinasi [5].
Peserta didik dengan jenjang SMA/SMK/MA Penelitian ini merupakan penelitian dengan
Sederajat dapat dikategorikan pada usia remaja pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dengan tahap operasional formal. Pada tahap menganalisis gaya berpikir SA dan AA dalam
memecahkan masalah fisika oleh peserta didik.
tersebut, secara umum seseorang yang telah
Pengambilan subjek penelitian menggunakan
digolongkan dalam kategori remaja ditandai purposive random sampling pada peserta didik
dengan kemampuan berpikir secara abstrak dan kelas X MIA 1 MAN 2 Makassar. Subjek dalam
hipotesis, sehingga mampu memikirkan sesuatu penelitian ini sebanyak 2 orang peserta didik,
yang mungkin akan terjadi [6-7]. Merujuk pada yang masing-masing mewakili gaya berpikir SA
pendapat tersebut, penelitian ini memfokuskan dan AA. Instrumen yang digunakan untuk
mengindentifikasi gaya berpikir peserta didik
pada gaya berpikir secara abstrak, yaitu
diadaptasi dari instrumen yang dirancang oleh
Sekuensial Abstrak dan Acak Abstrak.
John Parks.
Gaya berpikir peserta didik yang berbeda turut Metode pengumpulan data menggunakan
dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilakukan instrumen tes dan non tes yang mengacu pada
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil langkah-langkah pemecahan masalah menurut
penelitian Soenarto, dapat dilihat bahwa setiap Polya yaitu memahami masalah, membuat
peserta didik memiliki cara mengembangkan rencana, melaksanakan rencana, dan
kemampuan berpikir-nya dengan cara yang memeriksa kembali [9]. Instrumen tes yang
berbeda-beda. Akibatnya, perlu ada variasi digunakan berupa tes pemecahan masalah
pembelajaran yang dapat memberikan ruang materi Hukum Newton sebanyak 3 butir soal
untuk setiap peserta didik dalam uraian. Instrumen non tes yang dimaksud yaitu
mengembangkan kemampuan berpikirnya [8]. pedoman wawancara kemampuan pemecahan
Berdasarkan wawancara dengan salah seorang masalah fisika peserta didik. Wawancara
guru fisika MAN 2 Makassar, diperoleh bahwa dilakukan secara terstruktur menggunakan
dalam memecahkan masalah fisika, peserta pedoman wawancara dan tidak terstruktur untuk
didik masih sangat bergantung pada contoh- menafsirkan informasi yang masih kurang.
contoh yang telah diberikan oleh guru. Teknik analisis data yang dilakukan dalam
Pemberian soal-soal atau masalah fisika yang penelitian ini menggunakan tahapan analisis
lebih rumit, membuat peserta didik kesulitan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman,
dalam menyelesaikannya. Hal inilah yang yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan
membuat guru sulit memberi mereka soal, pengambilan kesimpulan/verifikasi [10-11].
sehingga guru lebih mempertimbangkan Pemeriksaan keabsahan data dalam
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan penelitian ini menggunakan triangulasi waktu.
masalah. Dengan demikian guru akhirnya Triangulasi waktu dalam hal ini adalah
kurang variatif dalam memberikan tugas membandingkan dan mengecek kembali derajat
ataupun ulangan. kepercayaan informasi yang telah diperoleh
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, melalui subjek yang sama dan dalam waktu yang
maka peranan guru sangat penting untuk berbeda.
membimbing peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan pemecahan
masalahnya. Gambaran tentang gaya berpikir III. HASIL DAN PEMBAHASAN
peserta didik, dapat digunakan oleh guru untuk
melacak letak dan jenis kekeliruan peserta didik A. Hasil Penelitian
dalam memecahkan masalah. Kekeliruan Deskripsi kecenderungan gaya berpikir
peserta didik tersebut dapat dijadikan sebagai peserta didik kelas X MIA 1 MAN 2 Makassar
sumber informasi belajar bagi guru dalam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
menyajikan proses pembelajaran fisika yang
lebih variatif. Menyikapi pemaparan tersebut,
tujuan penelitian ini adalah untuk memproleh

61
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 8 No. 1, April 2020
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

TABEL 1 KECENDERUNGAN GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK KELAS X Hasil identifikasi gaya berpikir tersebut dijadikan
MIA 1 MAN 2 MAKASSAR
Kecenderungan Persentase sebagai landasan untuk memilih subjek
Frekuensi
Gaya Berpikir (%) penelitian. Subjek penelitian yang mewakili gaya
SK 13 30,95
berpikir SA disimbolkan dengan NA. Sedangkan,
SA 7 16,67
AK 4 9,52 subjek penelitian yang mewakili gaya berpikir AA
AA 10 23,81 disimbolkan IA. Masing-masing subjek penelitian
SK dan AA 2 4,46
SA dan AK 1 2,38 yang mewakili gaya berpikir SA dan AA dapat
SA dan AA 2 4,46 dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
AK dan AA 3 7,14
Sumber: Data Primer terolah (2020)

SK
Tabel 1 menunjukkan bahwa gaya berpikir Acak
AA cenderung lebih banyak daripada gaya
20
berpikir SA di kelas X MIA 1 MAN 2 Makassar.
SK AA 48 SA
28
40 24

AA 20
44 SA AK
16
Gbr 2. Grafik Hasil Identifikasi Subjek IA dengan Gaya
Berpikir AA
AK
Gbr 1. Grafik Hasil Identifikasi Subjek NA dengan Gaya
Berpikir SA

TABEL 2 DESKRIPSI HASIL TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PESERTA DIDIK GAYA BERPIKIR SA DAN AA PADA MATERI HUKUM NEWTON
Langkah-Pemecahan Masalah Menurut Polya
Gaya Berpikir
Memahami Masalah Membuat Rencana Melaksanakan Rencana
Sekuensial selalu menuliskan besaran-  tidak menggambarkan per-  menuliskan langkah-langkah penye-
Abstrak besaran yang diketahui dan masalahan ke dalam konsep lesaian secara berurut.
(SA) ditanyakan. fisika.  mensubtitusi nilai-nilai yang di-
 menuliskan persamaan tanpa ketahui pada persamaan yang
memperhatikan arah-arah digunakan.
gaya.  tidak menggunakan trik penye-
derhanan perhitungan.
 menyelesaikan proses perhitungan.
Acak Abstrak kadang-kadang menuliskan  tidak menggambarkan per-  menuliskan langkah-langkah penye-
(AA) besaran-besaran yang di- masalahan ke dalam konsep lesaian secara tidak berurut.
ketahui dan ditanyakan. fisika.  mensubtitusi nilai-nilai yang di-
 menuliskan persamaan ketahui pada persamaan yang
dengan memperhatikan arah- digunakan.
arah gaya.  menggunakan trik penyederhanaan
perhitungan dan manipulasi mate-
matis.
 menyelesaikan proses perhitungan.
Sumber: Data Primer terolah (2020)

Hasil klarifikasi melalui wawancara dengan NA Pada tahapan kedua yaitu membuat rencana,
diperoleh bahwa dalam memahami masalah NA hasil tes tertulis NA tidak menggambarkan
mengungkapkan informasi yang diketahui dan permasalahan dalam bentuk proyeksi arah-arah
ditanyakan dari permasalahan secara lengkap dan gaya. Setelah dikonfirmasi NA tidak
berurut. Pada saat NA diminta menjelaskan menggambarkan permasalahan tersebut karena
maksud dari permasalahan yang diberikan telah disediakan di soal. NA mengungkapkan
berdasarkan pemahamannya sendiri, NA mampu bahwa proyeksi arah-arah gaya merupakan
menyatakan fakta-fakta terkait permasalahan sesuatu yang belum ia pahami. NA hanya
tersebut namun hampir sama dengan bahasa soal. menggunakan persamaan yang telah dipelajari. NA
NA belum mampu menyebutkan konsep dasar memiliki strategi dalam membuat rencana dengan
pada permasalahan tersebut dengan tepat. cara memahami soal tersebut terlebih dahulu,
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan,

62
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 8 No. 1, April 2020
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

menuliskan rumus yang telah dipelajari, dan diungkapkannya. IA mengungkapkan bahwa tidak
menentukan persamaan yang sesuai untuk ada strategi khusus yang dilakukannya pada saat
digunakan. mengerjakan soal, yang perlu dilakukan hanya
Pada tahap melaksanakan rencana, NA mencari memahami masalah, menggambarkan proyeksi
rumus yang mendekati untuk menyelesaikan arah-arah gaya yang bekerja, dan menentukan
permasalahan tersebut. NA kemudian persamaan yang tepat dan cepat.
mensubstitusi nilai-nilai yang ada ke dalam Pada tahap melaksanakan rencana, IA
persamaan akhir yang ditanyakan. Selama proses menerapkan manipulasi matematis dengan
perhitungan NA tidak menggunakan trik subtitusi untuk memperoleh besaran yang belum
penyederhanaan perhitungan, NA hanya mengikuti diketahui pada soal. IA kemudian mensubstitusi
alur perhitungan. nilai-nilai yang ada ke dalam persamaan akhir yang
Pada tahap terakhir yaitu memeriksa kembali, ditanyakan. Selama proses perhitungan IA
NA biasanya mengecek kembali jawabannya. NA menggunakan trik penyederhanaan perhitungan
mengecek kembali mulai dari rumus yang dengan memperhatikan nilai-nilai yang
digunakan hingga proses perhitungan. NA tidak memungkinkan, agar memudahkan proses
mengikutsertakan satuan disetiap proses perhitungan.
perhitungan. NA mengungkapkan bahwa besaran Pada tahap terakhir yaitu memeriksa kembali,
yang ditanyakan pasti memiliki satuan yang tetap, IA biasanya mengecek kembali jawabannya. IA
sehingga NA hanya perlu mengingatnya saja dan mengecek kembali mulai dari membaca ulang soal,
langsung menuliskannya di akhir jawaban. NA penentuan persamaan, hingga proses perhitungan.
tidak berusaha mencari solusi lain yang mungkin IA mengungkapkan bahwa ketika membaca soal,
untuk menyelesaikan permasalahan dan berusaha IA telah mengetahui satuan dari besaran yang
meyakini jawaban yang telah diperolehnya. ditanyakan sehingga NA langsung menuliskannya
Peserta didik dengan gaya berpikir AA yaitu IA. di akhir jawaban. IA berusaha mencari solusi lain
Dalam memahami masalah, IA mengungkapkan yang mungkin untuk menyelesaikan permasalahan
informasi yang diketahui dan ditanyakan dari dan membanding-kannya dengan jawaban yang
permasalahan, namun tidak menuliskannya. IA telah diperoleh.
menganggap bahwa hal tersebut tidak perlu
menuliskannya jika pada soal terdapat gambar. B. Pembahasan
Pada saat IA diminta menjelaskan maksud dari Berdasarkan hasil pemaparan di atas, diperoleh
permasalahan yang diberikan berdasarkan bahwa setiap peserta didik memiliki cara yang
pemahamannya sendiri, NA mampu menyatakan berbeda dalam mengelola informasi yang
fakta-fakta terkait permasalahan tersebut. IA diterimanya. NA dengan gaya berpikir SA dapat
merangkai kata-katanya sendiri. IA mampu mengidentifikasi dan menuliskan secara lengkap
menyebutkan konsep dasar pada permasalahan dan berurut informasi yang diketahui dan
tersebut dengan tepat. ditanyakan pada soal. Senada dengan hal tersebut,
Pada tahapan kedua yaitu membuat rencana, Djadir, Upu, dan Sulpianti mengungkapkan bahwa
hasil tes tertulis IA tidak menggambarkan pemikir SA cenderung memproses informasi secara
permasalahan dalam bentuk proyeksi arah-arah teratur dalam menyajikan fakta-fakta [12].
gaya. IA tidak menggambarkan permasalahan Namun, NA masih belum memahami
tersebut karena telah disediakan di soal dan telah permasalahan berdasarkan konsep dasar yang
menggambarnya di kertas catatan. Setelah terdapat pada soal. NA cenderung menghafal teori,
meminta IA untuk menggambarkannya, terlihat namun tidak memahami konsep yang terdapat di
bahwa IA mampu menggambarkan proyeksi arah- dalamnya. Ketika menganalisis permasalahan pada
arah gaya berdasarkan permasalahan yang soal, NA terlalu terfokus pada penyelesaian dan
diberikan. IA menggunakan hasil proyeksi tersebut persamaan yang akan digunakan. Hal tersebut
untuk menentukan persamaan-persamaan yang menyebabkan NA merasa kesulitan untuk
akan digunakan untuk menyelesaikan soal memahami permasalahan yang terdapat pada soal
berdasarkan konsep dasar yang telah yang diberikan.

63
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 8 No. 1, April 2020
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

Selain itu, pada saat membuat rencana, NA tidak mencari solusi lain yang memungkinkan
hanya menggambarkan ulang gambar pada soal untuk menyelesaikan permasalahan.
dengan menambahkan besaran-besaran yang IA dengan gaya berpikir AA dapat
diketahui. NA mengalisis informasi untuk mengidentifikasi informasi yang diketahui dan
menuliskan persamaan berdasarkan teori yang ditanyakan pada soal, namun tidak selalu
telah dipelajari dan berkaitan dengan informasi menuliskanya. IA telah mampu memahami
tersebut. Rumus-rumus yang telah tuliskan permasalahan berdasarkan konsep dasar yang
kemudian menjadi landasan bagi NA untuk terdapat pada soal. IA berusaha memahami
menentukan persamaan yang akan digunakan. NA informasi yang terdapat pada permasalahan
belum memahami cara menggambarkan tersebut untuk mengetahui konsep dasarnya.
permasalahan dalam bentuk proyeksi arah-arah Pada saat membuat rencana, IA tidak
gaya yang bekerja pada soal. NA terlihat kesulitan menyertakan gambar pada proses penyelesaian
ketika menentukan letak sudut sinus dan cosinus soal di lembar jawabannya. Walaupun demikian, IA
ketika menggambarkan proyeksi arah-arah gaya. dapat menggambarkan permasalahan dalam
Kendala lain yang dihadapi NA adalah pada saat konsep fisika dan mampu memproyeksi arah-arah
menentukan tanda positif atau negatifnya yang gaya yang bekerja pada soal dengan tepat. IA
digunakan dalam rumus. mengalisis proyeksi arah-arah gaya ke dalam
Kurangnya pemahaman terhadap konsep persamaan matematis. Persamaan-persamaan
tersebut membuat NA tidak matang dalam yang diperoleh kemudian digunakan IA untuk
membuat rencana. Sekuensial Abstrak merupakan menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun,
gaya berpikir yang lebih mengutama-kan logika pada dasarnya IA terkadang mengalami kendala
dalam mengerjakan sesuatu. Hal tersebut terlihat apabila dihadapkan pada permasalahan yang
pada NA menyelesaikan permasalahan dengan menyajikan gambar yang rumit dan banyak.
berdasarkan pada logika. NA mengungkapkan Gambar yang banyak dan rumit membuat IA
strategi pemecahan masalah yang diterapkannya terkadang keliru dalam menentukan proyeksi arah-
yaitu menuliskan yang diketahui dan ditanyakan, arah gaya yang bekerja.
menuliskan rumus-rumus yang telah dipelajari, Acak Abstrak merupakan gaya berpikir yang
dan menentukan persamaan yang sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak terstruktur.
digunakan. Berdasarkan hal tersebut, terlihat Senada dengan hal tersebut, Djadir, Upu, dan
bahwa NA kesulitan untuk menentukan langkah Sulpianti mengungkapkan bahwa pemikir AA
yang akan dilakukannya setelah menentukan cenderung menunjukkan perbedaan mendasar
persamaan-nya, sehingga hanya mengungkap-kan dalam memproses informasi, dengan kata lain AA
apa yang pada umumnya ia lakukan pada saat mengerjakan sesuatu dengan tidak terstruktur
menyelesaikan masalah. Namun, NA berusaha berdasarkan apa yang dipikirkannya [12]. IA
meyakini solusi yang ia gunakan dengan mencoba mengungkapkan bahwa tidak ada strategi khusus
menyelesaikannya. yang dilakukannya pada saat mengerjakan soal,
Pada tahap melaksanakan rencana dan yang perlu dilakukan hanya memahami masalah,
memeriksa kembali, NA tidak mengalami kendala menggambarkan proyeksi arah-arah gaya yang
yang berarti. NA melaksakan rencana dengan bekerja, dan menentukan persamaan yang tepat
mensubtitusi nilai-nilai yang ada ke dalam dan cepat. Hal tersebut tergambar pula pada cara
persamaan. Selama proses perhitungan NA tidak IA menjawab soal yang telah diberikan. IA
menggunakan trik penyederhanaan perhitungan cenderung menyelesaikan masalah sesuai dengan
dan hanya mengikuti alur perhitungan saja. NA apa yang IA pikirkan, tanpa memperhatikan urutan
mengecek ulang jawabannya mulai dari rumus atau prosedur penyelesaian yang ada. IA berusaha
yang digunakan hingga proses perhitungan secara meyakini solusi yang ia gunakan dengan
detail. Ketika tidak menemukan kesalahan pada memperhatikan gambar proyeksi dan persamaan
saat mengecek ulang jawaban, NA berusaha yang ia tuliskan.
meyakini jawaban yang telah diperolehnya dan Pada tahap melaksanakan rencana dan
memeriksa kembali, IA menuturkan tidak

64
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 8 No. 1, April 2020
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

mengalami kendala. IA melaksakan rencana Bancong yang menyatakan bahwa guru


dengan menggunakan manipulasi matematik, baik hendaknya menggunakan metode mengajar
subtitusi maupun eliminasi untuk memperoleh yang mempertimbangkan gaya berpikir peserta
besaran yang dibutuhkan dan yang ditanyakan. IA didik dengan tidak menciptakan lingkungan
kemudian mensubtitusi nilai-nilai yang ada ke pengajaran yang dominan pada satu gaya
dalam persamaan yang telah ditentukan. Selama berpikir [14]. Lingkungan yang dimaksud yaitu
proses perhitungan IA menggunakan trik lingkungan yang menyediakan dukungan untuk
penyederhanaan perhitungan agar memperoleh berbagai cara mengakses informasi pada setiap
jawaban secara cepat dan tepat. Pada saat gaya berpikir.
merefleksikan, IA mengecek ulang jawabannya Pemberian latihan pemecahan masalah
mulai dari soal hingga proses perhitungan secara kepada peserta turut menjadi andil guru dalam
detail. IA berusaha meyakini jawaban yang telah mengasah kemampuan berpikir peserta didik.
diperolehnya, namun tetap mecoba alternatif atau Hal tersebut juga memudahkan guru dalam
solusi lain yang lebih mudah dalam menyelesaikan mengembangkan tingkatan soal yang dibuatnya
permasalahannya. pada saat ulangan, sehingga tidak terpaku pada
Perbedaan yang terdapat antara NA dan IA dalam kemampuan peserta didik melainkan
menyelesaikan masalah fisika mengindikasikan bergantung pada Kompetensi Dasar materi
bahwa setiap peserta didik memiliki cara berpikir tersebut.
yang berbeda dalam menanggapi sesuatu. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu
Perbedaan antara peserta didik yang memiliki gaya pemberian penilaian yang diberikan oleh guru.
berpikir SA dan AA menunjukkan cara mereka Penilaian yang dilakukan hendaknya
memperhatikan gaya berpikir peserta didik.
dalam menerima, memahami, maupun
Pada kenyataannya setiap peserta didik memiliki
menerapkan informasi yang telah diberikan caranya sendiri dalam menyelesaikan soal, baik
kepadanya. secara bertahap maupun tidak. Seorang guru
Hasil analisis gaya berpikir dalam memecahkan hendaknya mempertimbangkan hal tersebut,
masalah fisika kelas X MIA 1 di MAN 2 Makassar sehingga tidak ada intimidasi dalam pemberian
diperoleh bahwa peserta didik IA dengan gaya nilai terhadap gaya berpikir tertentu yang
berpikir AA cenderung memiliki kemampuan mengerjakan soal dengan tidak terstruktur.
pemecahan masalah fisika pada materi Hukum
Newton yang lebih baik daripada peserta didik NA IV. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan gaya berpikir SA. Namun, hal tersebut
bukanlah menjadi landasan untuk menilai setiap A. Kesimpulan
peserta didik berdasarkan gaya berpikirnya, Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa
karena pada dasarnya setiap peserta didik memiliki
setiap peserta didik memiliki cara berpikir dan
caranya sendiri untuk memahami maupun mengolah informasi yang berbeda. Peserta didik
menyelesaikan sesuatu. Hal tersebut senada dengan gaya berpikir SA mampu memecahkan
pendapat yang menyatakan bahwa setiap gaya masalah fisika berdasarkan langkah-langkah
berpikir memiliki karakteristik masing-masing pemecahan masalah secara berurut, namun
dan tidak gaya bepikir yang salah maupun hasil dengan belum tepat. Pemikir SA masih
benar, melainkan perlu menciptakan lingkungan kurang memahami konsep dasar serta proyeksi
arah-arah gaya dan penentuan persamaan yang
yang mendukung untuk masing-masing gaya
akan digunakan khususnya pada materi Hukum
berpikir tersebut [13]. Newton. Sedangkan, peserta didik dengan gaya
Berdasarkan hal tersebut, guru hendaknya berpikir AA mampu memecahkan masalah fisika
mempertimbangkan metode yang digunakannya dengan tepat, namun dengan cara yang tidak
dalam mengajarkan fisika. Hal tersebut dilakukan berurut. Pemikir AA dapat memahami
agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan permasalahan berdasarkan konsep fisika serta
efektif dengan mempertimbangkan gaya berpikir memproyeksi arah-arah gaya dan persamaan
yang akan digunakan untuk memecahkan
peserta didik di dalam kelas tersebut. Hal tersebut
masalah fisika khususnya Hukum Newton.
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan

65
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 8 No. 1, April 2020
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

B. Saran [5] B. DePorter, dan M. Hernacki. Quantum Learning.


Bandung: Kaifa. 2016.
Perbedaan karakteristik berdasarkan gaya [6] J. W. Santrock. Psikologi Pendidikan (Edisi Kedua).
berpikir yang dimiliki oleh peserta didik, tidak Jakarta: Kencana. 2004.
mengindikasikan baik atau tidaknya mereka [7] P. A. Wijaya, Jasruddin, dan K. Arafah. “Kemampuan
dalam proses pembelajaran fisika. Perbedaan Peserta Didik Kelas X dalam Menyelesaikan Soal-soal
Kognitif Tipe Menganalisis dan Mengevaluasi pada Mata
tersebut diharapkan dapat menjadi landasan
Pelajaran Fisika”. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika
bagi pendidik untuk memahami kebutuhan (JSPF), Vol. 15, No. 1, pp. 43-53, 2019.
peserta didik dalam proses pembelajaran. [8] S. Soenarto. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan
Sehingga, dapat tercipta lingkungan yang Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Fisika”. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian dan Penerapan MIPA
mendukung untuk masing-masing gaya berpikir.
Universitas Negeri Yogyakarta, pp. 1-10, 2011.
DAFTAR PUSTAKA [9] G. Polya. How to Solve It. New Jersey: Princeton
University Press. 1973
[1] Hosnan, M. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam [10] M. B. Miles, dan A. M. Huberman. Analisis Data
Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. 2014. Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1992.
[2] Sugiarto, M., Amin, B. D., dan Yani, A. “Studi [11] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika Menurut R dan D. Bandung: Alfabeta. 2014.
Langkah Pemecahan Masalah Polya pada Peserta Didik [12] Djadir, H. Upu, dan A. Sulfianti. “The Profile of Students’
XI IPA SMA Negeri 1 Baraka Kabupaten Enrekang”. Mathematical Problem Solving on the Topic of Two-
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF), Jilid 12, No. Variable Linear Equation Systems Based on Thinking
2, pp. 183-191, 2016. Styles”. 2nd International Conference on Statistics,
[3] Lambertus. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Mathematics, Teaching, and Research, pp. 1-6, 2018.
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, [13] D. Patimah, dan Murni. “Analisis Kualitatif Gaya Berpikir
Komunikasi dan Representasi Matematis Siswa SMP”. Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Fisika Pada
Disertasi. Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan Matri Gerak Parabola”. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran
Indonesia. 2011. Fisika, Vol. 4, No. 2, pp. 106-118, 2017.
[4] M. M. Lestanti, Isnarto, dan Supriyono. “Analisis [14] H. Bancong. “Studi Kualitatif Gaya Berpikir Peserta
Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau dari Didik dalam Memecahkan Masalah Fisika”. Jurnal
Karakteristik Cara Berpikir Siswa dalam Model Problem Berkala Fisika Indonesia, Vol. 6, No. 1, pp. 11-77, 2014.
Based Learning”. Journal of Mahematics Education, Vol.
5, No. 1, pp. 16-23, 2015.

66

Anda mungkin juga menyukai