Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika

ISSN (print) : 2549-9955 Vol 3 No 2 2019


ISSN (online): 2549-9963 hal 77-88

Pengembangan Modul Fisika Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing


Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains dan Sikap Sosial Peserta Didik

Girik Jean Fery Yani Bangun, Mustika Wati, dan Sarah Miriam
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lambung Mangkurat
girikbangun13@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini di latarbelakangi rendahnya keterampilan proses sains peserta didik di SMA
Negeri 3 Banjarmasin. Tujuan penelitian yaitu mengembangkan modul fisika
menggunakan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan
sikap sosial peserta didik, dengan tujuan khusus yaitu untuk mendeskripsikan: 1) validitas
modul, 2) kepraktisan modul, dan 3) efektivitas modul. Jenis penelitian yaitu R & D
dengan model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation and Evaluation).
Subjek uji coba penelitian yaitu peserta didik kelas XI PMIA 1 berjumlah 30 orang. Data
diperoleh dari lembar validasi modul, lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, tes hasil
belajar, lembar pengamatan keterampilan proses sains dan sikap sosial. Hasil penelitian ini
menunjukkan: 1) validitas modul dilihat dari hasil lembar validitas ahli akademisi dan
praktisi berkategori sangat baik, 2) kepraktisan modul dilihat dari lembar keterlaksanaan
RPP berkategori sangat baik, dan 3) efektivitas modul dilihat dari tes hasil belajar
berkategori sedang, pencapaian keterampilan proses sains dilihat dari hasil pengamatan
berkategori baik, dan pencapaian sikap sosial dilihat dari hasil pengamatan berkategori
baik. Disimpulkan bahwa modul fisika menggunakan model inkuiri terbimbing valid
dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: modul, inkuiri terbimbing, keterampilan proses sains, sikap sosial.

Abstract
This research was based on the background of low science process skills of students in State
Senior High School 3. The purpose of this research is to develop a physics module using a guided
inquiry model to train science process skills and social attitudes, with specific objectives to
describe: 1) validity of module, 2) practicality of module, and 3) effectiveness of module. The types
of research is R & D with ADDIE models (Analyze, Design, Development, Implementation and
Evaluation). The research subjects were 30 students of class XI PMIA 1. Data were obtained from
validity of module, observation sheets for the implementation of lesson plan learning outcommes
test, observation sheets for science process skills and social attitude. The results of this research
indicate: 1) the validity of module seen from the results of the validity sheet of academics and
practitioners very good categories, 2) the practicality of module seen from observation sheets for
the implementation of lesson plan very good categories, and 3) the effectiveness of the module
seen based on the learning outcomes test medium categories, the achievement of science process
skills seen from the results of observations good categories, and the attainment of social attitudes
seen from the results observations good categorie. The conclusions that the module of physics
using a guided inquiry model said to be suitable for use in the learning process.
Keywords: modules, guided inquiry, science process skills, social attitude.

© 2019 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika

How to cite: Bangun, G. J. F. Y., Wati, M., & Miriam, S. S., (2019). Pengembangan
modul fisika menggunakan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan
keterampilan proses sains dan sikap sosial peserta didik. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika, 3(2), 77-88.

77
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

PENDAHULUAN peserta didik (Ardi, Nyeneng, &


Fisika adalah bagian dari sains Ertikanto, 2015). Jadi, KPS
yang menerangkan berbagai gejala dan memudahkan peserta didik dalam
fenomena alam (Puspitasari, Swistoro, menyelesaikan persoalan fisika/
& Risdianto, 2017). Salah satu tujuan permasalahan sehari-hari dalam
pembelajaran fisika yaitu melakukan memahami, mengembangkan, dan
percobaan/ penyelidikan yang terdiri menemukan ilmu pengetahuan di
atas merumuskan masalah, mengajukan berbagai tingkat satuan pendidikan.
dan menguji hipotesis, menentukan Fisika merupakan salah satu
variabel, merancang dan merakit alat matapelajaran tingkat SMA yang
percobaan, mengumpulkan, mengolah menggunakan Kurikulum 2013.
data dan menafsirkan data, menarik Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar
kesimpulan, serta mengkomunikasikan Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai
hasil percobaan secara lisan dan tertulis kriteria mengenai kualifikasi
(Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006). kemampuan lulusan yang mencakup tiga
Hal ini menunjukkan bahwa kualifikasi, salah satunya yaitu sikap
pembelajaran fisika bukan hanya sosial (Bialangi & Kundera, 2018). Hal
dituntut memiliki pemahaman konsep ini menunjukkan bahwa pendidikan
fisika, tetapi peserta didik dituntut bukan hanya berperan penting dalam
memiliki kemampuan dalam memahami, membangun pengetahuan dan
menerapkan, menganalisis, dan memiliki keterampilan, tetapi juga berperan
Keterampilan Proses Sains (KPS) yang penting dalam membangun karakter
baik dan benar (Elnada, Mastuang, & peserta didik yang baik, dimana tujuan
Salam, 2016). Maka perlunya guru pendidikan tersebut sejalan dengan
melatihkan KPS guna membantu peserta pengajaran fisika menurut peneliti
didik dalam mencapai tujuan (Marisyah et al., 2016) menyatakan
pembelajaran fisika. bahwa peserta didik tidak hanya
Keterampilan Proses Sains (KPS) menguasai konsep fisika tetapi dapat
adalah keterampilan intelektual yang melatih pola pikir, dan sikap atau
dimiliki dan yang digunakan para kepribadian peserta didik.
peneliti fenomena yang dapat dipelajari Sikap sosial adalah perilaku
oleh peserta didik untuk individu yang berkenaan dirinya
pengorganisasian informasi, berpikir terhadap orang lain, atau masyarakat,
kritis, mempraktikkan proses-proses dalam rangka menjalin hubungan baik
sains, serta mempresentasikan dan sehingga bisa hidup berdampingan
menggunakan data (Suprihatiningrum, dengan baik (Wiguna, 2017). Sikap
2016). KPS sangat penting bagi peserta sosial memiliki peran yang sangat
didik untuk pembelajaran fisika dalam penting bagi peserta didik sebagai bekal
menyelidiki suatu fenomena alam untuk hidup dalam menjalin hubungan baik
menemukan konsep atau fakta dengan dan membangun dengan orang lain
menggunakan metode ilmiah, sebagai (Wiguna, 2017), serta membentuk
dasar bagi peserta didik untuk perilaku yang bermoral (Asmarawati,
melanjutkan pendidikan ke jenjang Riyadi, & Sujadi, 2016). Sikap sosial
perguruan tinggi (Marisyah, Zainuddin, yang ingin dilatihkan oleh peneliti yaitu
& Hartini, 2016), memudahkan peserta disiplin, tanggung jawab, kerja sama,
didik dalam menyelesaikan sopan santun, dan percaya diri.
permasalahan sehari-hari (Susanti, Berdasarkan hasil studi di SMA
Supardi, & Indana, 2016), dan dapat Negeri 3 Banjarmasin, diperoleh bahwa
mengembangkan kemampuan berfikir 1) Pada saat mengisi lembar kerja
kritis serta menarik rasa ingin tau peserta didik (LKPD), peserta didik

78
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

kurang mampu merumuskan masalah; dengan model pembelajaran yang dapat


merumuskan hipotesis; mengidentifikasi melatih KPS dan sikap sosial peserta
variabel; menganalisis; dan didik. Model pembelajaran yang mampu
menyimpulkan dengan benar, ini melatih KPS dan sikap sosial peserta
menunjukkan bahwa KPS yang dimiliki didik yaitu model inkuiri terbimbing.
oleh peserta didik berkategori kurang Model inkuiri terbimbing dilakukan
baik, 2) dilihat dari hasil tes diperoleh dengan melibatkan peserta didik dalam
bahwa 16 orang peserta didik mampu penyelidikan/percobaan, membimbing
menyelesaikan soal-soal dengan tipe C2 peserta didik dalam mengidentifikasi
(memahami); 7 orang peserta didik konsep, dan mendorong peserta didik
mampu menyelesaikan soal-soal dengan berpikir kritis dalam menemukan cara
tipe C3 (menerapkan); dan tidak ada untuk memecahkan masalah yang
peserta didik yang mampu dihadapi (Riyadi, Prayitno, & Marjono,
menyelesaikan soal-soal dengan tipe C4 2015). Adapun sintaks model inkuiri
(menganalisis), ini menunjukkan bahwa terbimbing meliputi stimulation
kemampuan menganalisis peserta didik (mengajukan masalah), problem
berkategori rendah yang menyebabkan statement (mengajukan pertanyaan),
rendahnya hasil belajar, 3) berdasarkan data collection (mengumpulkan data),
wawancara guru fisika, guru sering data processing (mengolah data),
menggunakan model pembelajaran verification (mengecek hasil
langsung; guru jarang melakukan penyelidikan), dan generalization
percobaan/ penyelidikan; dan guru (membuat kesimpulan) (Musfiqun &
hanya melatih sikap santun dan percaya Nurdyansyah, 2015).
diri, ini menunjukkan bahwa sikap sosial Model pembelajaran inkuiri
peserta didik kurang baik, serta 4) belum terbimbing lebih terstruktur dan
adanya sumber belajar yang relevan sistematis, dimana guru mengendalikan
guna melatihkan keterampilan proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, dan
sains dan sikap sosial, karena pada membimbing peserta didik berperan dan
faktanya sumber belajar yang digunakan aktif dalam pembelajaran secara ilmiah
berupa buku paket fisika di perpustakaan (Hidayat, Zainuddin, & M, 2016).
yang sulit dipahami peserta didik; media Model pembelajaran inkuiri terbimbing
masa; dan catatan peserta didik berupa didukung oleh teori Vygotsky, teori ini
penjelasan dari guru. menyarankan agar guru memberikan
Berdasarkan hasil studi di SMA sejumlah bantuan kepada peserta didik
Negeri 3 Banjarmasin menunjukkan pada tahap-tahap awal pembelajaran,
bahwa perlu adanya upaya kemudian menguranginya sedikit demi
mengembangkan suatu sumber belajar, sedikit, dan memberi kesempatan
dan merancang model pembelajaran kepada peserta didik untuk mengambil
guna melatihkan KPS dan sikap sosial. alih tanggung jawab tersebut saat
Penggunaan sumber belajar berupa mereka dinilai telah mampu untuk
modul fisika yang menarik dan mudah membangun konsep dan prinsip
dipahami serta dapat membatu peserta (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016). Hal ini
didik dalam mencapai kompetensi yang menunjukkan bahwa model inkuiri
ditetapkan. Modul menurut (Prastowo, terbimbing secara tidak langsung
2011) adalah seperangkat bahan ajar melatih dan mengembangkan sikap
yang dibuat secara matematis sehingga tanggung jawab atas tugasnya dalam
penggunanya dapat belajar dengan atau proses pembelajaran.
tanpa seorang pendidik. Modul menggunakan model
Penggunaan modul dalam inkuiri terbimbing ini menjadi solusi
kegiatan pembelajaran harus didukung terbaik karena, peserta didik memiliki

79
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

kesempatan untuk menumbuhkan dan baik, KPS berkategori sangat baik, dan
melatih KPS melalui kegiatan efektivitas berkategori sedang.
penyelidikan (Wulanningsih, Prayitno, Oleh karena itu peneliti tertarik
& Probosar, 2012). Hal ini dukung oleh untuk melakukan penelitian dengan
peneliti (Hartini, Zainuddin, & Miriam, judul “Pengembangan Modul Fisika
2018) menyatakan bahwa model inquiry Menggunakan Model Inkuiri
learning dapat melatihkan dan Terbimbing Untuk Melatihkan
meningkatkan KPS. Keterampilan Proses Sains dan Sikap
Upaya dalam melatih KPS dapat Sosial Peserta didik”. Tujuan penelitian
menggunakan model inkuiri terbimbing. yaitu untuk mendeskripsikan kelayakan
Model ini guru berperan dalam memilih modul fisika menggunakan model
materi, memberikan pertanyaan, inkuiri terbimbing untuk melatihkan
menyediakan materi, menentukan keterampilan proses sains dan sikap
masalah, dan membimbing peserta didik sosial peserta didik ditinjau dari aspek
dalam pemecahan masalah, sedangkan validitas modul, kepraktisan modul,
peserta didik diharuskan memahami, dan keefektifan modul.
menemukan konsep fisika melalui
kegiatan penyelidikan agar dapat METODE PENELITIAN
menyelesaikan masalah, dan menarik Penelitian ini merupakan jenis
kesimpulan (Ayuningtyas, W, & penelitian pengembangan. Penelitian ini
Supardi, 2015). Pernyataan tersebut mengembangkan modul fisika
didukung oleh peneliti (Astuti et al., menggunakan model inkuiri terbimbing
2018) menunjukkan bahwa modul yang untuk melatihkan keterampilan proses
dikembangkan untuk pembelajaran IPA sains dan sikap sosial peserta didik.
dengan model inkuiri terbimbing Penelitian ini menggunakan model
mampu melatihkan keterampilan proses ADDIE (Analyze, Design, Development,
sains, dan dinyatakan layak dan dapat Implementation, and Evaluation).
digunakan dengan validitas berkategori Berikut tahapan model pengembangan
ADDIE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tahapan model pengembangan ADDIE


Tahapan Keterangan
Analisis Merencanakan produk yang akan dikembangkan yaitu modul fisika,
terlebih dahulu dilakukan analisis kebutuhan penelitian berupa analisis
karakteristik peserta didik yang diteliti; analisis model; metode;
pendekatan; dan media pembelajaran yang digunakan, analisis
karakteristik materi ajar elastisitas zat padat dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, dan analisis kompetensi yang ingin
dilatihkan.
Desain Merancang modul fisika yang mampu melatihkan keterampilan proses
sains dan sikap sosial, merancang THB sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan kisi-kisi THB, merancang
instrumen penilaian maupun instrumen pengamatan.
Pengembangan Pembuatan dan pengujian modul fisika yang telah dirancang, modul
fisika dibuat untuk tiga kali pertemuan dalam bentuk cetak, kemudian
di validasi oleh ahli akademisi dan praktisi untuk dinilai dan diberikan
masukan berupa kelebihan dan kekurangan sampai modul tersebut
dikatakan layak digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran.

80
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

Tahapan Keterangan
Implementasi Modul fisika layak di uji coba kepada subjek penelitian. Subjek
penelitian yaitu peserta didik kelas XI PMIA 1 yang berjumlah 30
orang, dan objek penelitian yaitu modul fisika menggunakan model
inkuiri terbimbing.
Evaluasi Upaya penilaian terhadap dampak modul fisika yang telah
dikembangkan. Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur dan menilai
validitas modul, kepraktisan modul, dan efektivitas modul.

Hasil validasi yang dilakukan selanjutnya dihitung rata-ratanya setiap


oleh dua ahli akademisi dan satu praktisi aspek penilaian. Kategori penilian
digunakan mengetahui kevalidan modul pencapaian KPS dan sikap sosial
fisika menggunakan model inkuiri diadaptasi oleh (Majid, 2014).
terbimbing, observasi dilakukan untuk
mengamati keterlaksanaan RPP dan
pencapain KPS dan sikap sosial. Data HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh dari lembar validasi modul, Produk yang dikembangkan
lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, yaitu modul fisika menggunakan model
lembar pengamatan pencapaian inkuiri terbimbing untuk melatihkan
keterampilan proses sains dan sikap KPS dan sikap sosial bertujuan untuk
sosial. menunjang kegiatan pembelajaran di
Teknik analisis data yaitu SMA Negeri 3 Banjarmasin pada materi
analisis validitas modul fisika elastisitas zat padat kelas XI semester
menggunakan model inkuiri terbimbing satu. Kompetensi Dasar (KD) untuk
diperoleh dari perhitungan dua ahli materi elastisitas zat padat dalam
akademisi dan satu praktisi. Skor tiap kurikulum 2013 diorganisasikan
aspek penilaian dihitung rata-ratanya kedalam empat Kompetensi Inti (KI)
dengan menggunakan kategori penilian yaitu KD 3.2 Menganalisis sifat
dari (Widoyoko, 2016). Analisis elastisitas bahan dalam kehidupan
kepraktisan modul diperoleh dari sehari-hari, dan 4.2 Melakukan
perhitungan rata-rata hasil pengamatan percobaan tentang sifat elastisitas suatu
keterlaksanaan RPP tiap pertemuan oleh bahan berikut presentasi hasil percobaan
2 orang pengamat, analisis tersebut dan pemanfaatannya.
didukung oleh peneliti (Amalia, Modul merupakan program
Zainuddin, & Misbah, 2016). Skor pembelajaran yang utuh dan sistematis
keterlaksanaan RPP pada setiap fase (perpaduan antara metode, pendekatan,
pembelajaran selanjutnya dihitung rata- dan model), ada tujuan, kegiatan (modul
ratanya dengan menggunakan kategori dirancang bertujuan agar mampu
penilaian dari (Suyidno, 2012). Analisis melatihkan keterampilan proses sains
keefektifan modul diperoleh dari dan sikap sosial), disajikan secara
perhitungan N-gain berupa pemberian komunikatif, cakupan bahasa terfokus
nilai pre-test dan post-test (Misbah, dan terukur, serta aktivitas belajar
Dewantara, Hasan & Annur, 2018). berlangsung dengan baik (Prastowo,
Kategori efektivitas modul diadaptasi 2011). Modul menggunakan model
oleh (Ayuningtyas et al., 2015). Selain inkuiri terbimbing dapat menimbulkan
perhitungan N-gain dilakukan analisis kegiatan aktif oleh peserta didik dalam
pencapaian KPS dan sikap sosial kegiatan proses pembelajaran dan
diperoleh dari lembar pengamatan. KPS memudahkan peserta didik dalam proses
diperoleh dari hasil lembar kerja bagian mencari serta menemukan sendiri materi
dari modul yang dikembangkan, pelajaran, hal ini didukung oleh peneliti

81
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

(Sukiminiandari, Budi, & Supriyati, fisika, dan dapat memotivasi peserta


2015) bahwa modul fisika berbasis KPS didik untuk belajar fisika.
dapat membantu peserta didik dalam
proses pembelajaran mandiri. Validitas modul menggunakan model
Pengembangan modul fisika inkuiri terbimbing
menggunakan model inkuiri terbimbing Validitas merupakan suatu ukuran
ini dikembangkan untuk tiga pertemuan, yang menunjukkan tingkat kesahihan
yaitu pertemuan pertama tentang suatu modul. Hasil validitas modul dapat
modulus elastisitas, pertemuan kedua dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
tentang hukum hooke, dan pertemuan
ketiga tentang hukum hooke untuk Tabel 2 Hasil validitas modul
susunan pegas. Modul yang Aspek
dikembangkan berisi sampul depan, kata Rata-Rata Kategori
Penilaian
pengantar, daftar isi, petunjuk Kesesuaian isi 3,67 Sangat
penggunaan modul, standar isi, peta Baik
konsep, pengantar, lembar read & Konsestensi 3,22 Baik
observe, lembar kegiatan, soal Format 3,33 Sangat
pemantapan, materi, ringkasan, Baik
glosarium, kunci jawaban, dan daftar Daya tarik 3,25 Baik
pustaka. Untuk read & observe terdiri Jenis & ukuran 3,56 Sangat
atas kegiatan pengamatan dan huruf Baik
mengajukan pertanyaan, sedangkan Kebahasaan 3,33 Sangat
lembar kegiatan terdiri atas kegiatan Baik
ilmiah berua rumusan masalah, Isi 3,17 Baik
hipotesis, identifikasi variabel, langkah validitas 3,36 Sangat
penyelidikan, analisis data, dan Baik
kesimpulan. Pernyataan ini didukung Reliabilitas 0,79 Tinggi
oleh peneliti (Ardi et al., 2015) bahwa
modul fisika berbasis model inkuiri Hasil dari validitas modul terdiri
terbimbing yang dihasilkan terdiri dari atas tujuh aspek ditinjau dari kesesuaian
bagan pengantar/orientasi, mengajukan isi, konsestensi, format, daya tarik, jenis
pertanyaan, dan kegiatan ilmiah. dan ukuran huruf, kebahasaan, dan isi.
Modul menggunakan model Berdasarkan pada Tabel 2 hasil validitas
inkuiri terbimbing yang dikembangkan modul rata-rata sebesar 3,36 berkategori
untuk setiap pertemuan telah sangat baik. Hasil validitas modul ini
menyajikan antara lain judul memperoleh revisi kecil kemudian
pembelajaran, tujuan pembelajaran, dilakukan perbaikan sesuai dengan
lembar read & observe berisikan saran-saran para ahli akademisi dan
fenomena, sedangkan untuk bagan praktisi, sampai modul ini layak
lainnya diisi oleh peserta didik sendiri digunakan dalam proses pembelajaran.
dengan bimbingan guru yang terdiri atas Hasil validitas modul ini sesuai dengan
bagan lembar kegiatan. Kegiatan hasil peneliti (Astuti et al., 2018)
percobaan/penyelidikan pada modul menunjukkan bahwa modul yang
disetiap pertemuan bertujuan untuk dikembangkan berkategori baik dan
melatihkan keterampilan proses sains reliabel untuk digunakan dalam
dan sikap sosial peserta didik. Melalui pembelajaran.
kegiatan percobaan/penyelidikan peserta Kepraktisan modul menggunakan
didik dapat mengalami langsung proses- model inkuiri terbimbing
proses sains dengan sendirinya melalui Kepraktisan modul menggunakan
penemuan konsep, prinsip, atau hukum model inkuiri terbimbing yang

82
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

dikembangkan oleh peneliti ditinjau dari kali pertemuan. Hasil kepraktisan modul
keterlaksaaan RPP. Keterlaksanaan RPP dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai
pada proses pembelajaran yang berikut.
dilakukan oleh peneliti sebanyak tiga

Tabel 3 Hasil kepraktisan modul berdasarkan keterlaksanaan RPP


Rata-rata pada pertemuan
Rata-
Kegiatan Guru 1 2 3 Kategori
rata
Pendahuluan 3,40 3,40 3,30 3,40 Sangat Baik
Fase 1 3,25 3,38 3,25 3,38 Sangat Baik
Fase 2 3,63 3,75 3,75 3,71 Sangat Baik
Kegiatan Inti Fase 3 2,83 3,33 3,50 3,22 Baik
Fase 4 3,08 3,58 3,50 3,39 Sangat Baik
Fase 5 3,00 3,25 3,25 3,17 Baik
Fase 6 2,75 3,50 3,25 3,17 Baik
Total Skor 22,19 24,19 23,80
Rata-rata Keseluruhan 3,30 Sangat Baik
Keterlaksaaan RPP secara peserta didik yang sibuk dengan
keseluruhan berdasarkan Tabel 3 kegiatannya masing-masing, meskipun
berkategori sangat baik artinya modul guru sudah mengkontrol baik waktu dan
tersebut memungkinkan digunakan aktivitas peserta didik, 3) fase 4 peserta
sangat besar selama pembelajaran didik menggunakan waktu terlalu lama
berlangsung, pernyataan ini sesuai dalam menafsirkan hasil percobaan
dengan penelitian. Faktor yang dapat dikarenakan percobaan untuk pertemuan
mempengaruhi agar keterlaksaan RPP ketiga ini lebih sulit, dimana fase empat
berjalan dengan baik yaitu guru dan ini terdiri atas kegiatan menghitung nilai
peserta didik yang terlibat langsung konstanta susunan pegas, menganalisis
dalam pembelajaran menggunakan data, menyimpulkan data, dan
modul mengetahui secara pasti tujuan menyelesaikan soal-soal latihan, dan 4)
pembelajaran yang ingin dicapai dan fase 6 sebagian besar guru yang
cara mencapainya, ini didukung oleh menyimpulkan kegiatan pembelajaran
peneliti (Elnada et al., 2016) bahwa guru dibandingkan peserta didik dikarenakan
sudah melaksanakan apa yang telah waktu pembelajaran yang telah habis
direncanakan dalam RPP dengan baik sehingga fokus peserta didik teralihkan
untuk menggiring peserta didik selama dengan jam pulang.
proses pembelajaran. Kepraktisan modul dilihat
Berdasarkan hasil pada Tabel 5 berdasarkan keterlaksanaan RPP,
Hasil kepraktisan modul berdasarkan dimana modul yang dikembangkan
keterlaksanaan RPP mengalami diskenariokan dalam RPP, ini dapat
penurunan pada tahap pendahuluan, fase dilihat melalui lembar pengamatan
1, fase 4, dan fase 6. Penurunan ini keterlaksanaan RPP, modul yang
disebabkan oleh yaitu 1) tahap dikembangkan telah diskenariokan
pendahuluan guru mengucapkan salam, dalam beberapa tahapan kegiatan.
mengecek kehadiran, dan berdo’a Kepraktisan modul untuk keterlaksanaan
dengan tidak sistematis, 2) fase 1 di RPP pertemuan ketiga mengalami
pertemuan ketiga peserta didik penurunan. Penurunan kepraktisan
menggunakan waktu terlalu lama dalam modul disebabkan pengelolaan waktu
membuat pertanyaan dan menjawab dalam pembelajaran belum optimal, hal
pertanyaan dikarenakan ada beberapa ini didukung oleh peneliti (Ayuningtyas

83
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

et al., 2015) bahwa peserta didik masih meningkatkan hasil belajar. Hasil THB
merasa tidak terbiasa dengan tersebut sangat jauh dari nilai KKM
pembelajaran inkuiri terbimbing, sebesar 70. Hasil THB yang tidak
sehingga membutuhkan waktu cukup mencapai nilai KKM sebesar 70 ini
lama untuk menjelaskan hal yang baru didukung oleh peneliti (Hartini et al.,
mengenai pembelajaran inkuiri 2018) bahwa keefektifan perangkat
terbimbing. pembelajaran belum sejalan dengan
KKM peserta didik dikarenakan
Efektivitas modul menggunakan perolehan nilai N-gain berada di tingkat
model inkuiri terbimbing bawah.
Keefektifan modul Penyebab nilai THB tidak
menggunakan model inkuiri terbimbing mencapai KKM yaitu 1) kurangnya
yang dikembangkan dilihat dari pemahaman pemecahan masalah peserta
tercapaiannya tujuan pembelajaran yang didik terutama pada soal-soal tipe C4
meliputi THB, keterampilan proses (skor rata-rata 15 : 32) artinya skor rata-
sains, dan sikap sosial. Untuk hasil rata yang diperoleh setengah dari nilai
efektivitas modul berdasarkan THB maksimumnya, 2) kurangnya persiapan
dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai belajar peserta didik dalam
berikut. menyelesaikan soal post-test, 3) dilihat
dari instrumen THB untuk soal-soal tipe
Tabel 4 Hasil Analisis N-Gain C4 masih belum dikuasi oleh peserta
Rata- Rata-rata N- Kategori didik karena saat proses pembelajaran
rata pre- post-test gain peserta didik masih memerlukan
test bimbingan guru, dan 4) diperlukan
11,18 55,54 0,50 Sedang waktu yang lama agar guru dapat
melatihkan soal-soal tipe C4 yang belum
Berdasarkan pada Tabel 4 Hasil dikuasai peserta didik, agar nantinya
efektivitas modul dilihat hasil peserta didik dapat menyelesaikan soal
perhitungan N-gain sebesar 0,50 tersebut dengan baik dan benar. Alasan-
berkategori sedang. Efektivitas modul alasan tersebut ada karena model inkuiri
dapat dilihat dari nilai pre-test dan post- terbimbing memiliki kelemahan seperti
test peserta didik, kemudian diukur proses pembelajaran membutuhkan
peningkatan kedua tes tersebut melalui waktu yang lebih lama (Nurdyansyah &
perhitungan N-gain yang dapat Fahyuni, 2016). Jadi, untuk
dinyatakan dengan kategori rendah, meningkatkan hasil belajar peserta didik
sedang, tinggi. Hasil rata-rata post-test yang melebihi KKM, diperlukan
yang diperoleh sebesar 54,92 hasil post- pembelajaran soal-soal tipe C4 yang
test ini mengalami peningkatan yang lebih lama.
cukup besar dibandingkan hasil pre-test Adapun hasil efektivitas modul ditinjau
sebesar 11,18. Hasil THB ini sesuai dari pencapaian KPS dapat dilihat pada
dengan peneliti (Azizah, Indrawati, & Tabel 5 sebagai berikut.
Harijanto, 2014) bahwa penggunaan
model inkuiri terbimbing dapat

Tabel 5 Pencapaian KPS


Pertemuan Pertemuan Pertemuan Rata-Rata
Aspek Kategori
1 2 3 Keseluruhan
Mengamati 2,17 3,02 2,87 2,68 Baik
Merumuskan 2,83 3,58 3,60 3,33 Baik
masalah

84
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

Merumuskan 3,00 3,80 3,45 3,41 Sangat


hipotesis Baik
Mengidentifikasi 2,93 3,72 3,57 3,40 Sangat
variabel Baik
Melakukan 2,08 3,03 3,05 2,72 Baik
percobaan
menganalisis 2,30 3,48 3,37 3,05 Baik
menyimpulkan 1,73 2,98 2,67 2,46 Baik
Berikut aspek yang mengalami peserta didik yang aktif mengkin tetap
penurunan. 1) Mengamati penurunan akan sulit dalam mengenali konsep
terjadi pada pertemuan ketiga dasar, aturan, dan prinsip, serta sering
disebabkan peserta didik kurang kesulitan dalam merumuskan hipotesis,
merespon pertanyaan yang ditanyakan menganalisis, dan menarik kesimpulan.
guru saat kegiatan mendemonstrasi, Hasil pencapaian KPS ini sejalan dengan
dikarenakan peserta didik melakukan peneliti (Astuti et al., 2018) bahwa
kebiasaan sibuk dengan kegiatannya secara keseluruhan hasil pencapaian
masing-masing sehingga perlu diberikan KPS pada tiap pertemuan untuk per
teguran berkali-kali agar peserta didik aspeknya ada yang mengalami
kembali fokus dalam kegiatan penurunan dan peningkatan, namun
mengamati. Kelemahan model inkuiri ketercapaian KPS tersebut berkategori
terbimbing yaitu guru akan sulit sangat baik.
mengontrol kegiatan peserta didik, dan Berdasarkan Tabel 5 diperoleh
sulit dalam merencanakan pembelajaran hasil KPS yang mengalami peningkatan
dikarenakan terbentur dengan kebiasaan dibeberapa aspek yaitu 1) Aspek
peserta didik dalam belajar merumuskan masalah mengalami
(Nurdyansyah & Fahyuni, 2016). 2) peningkatan disebabkan merumuskan
Merumuskan hipotesis, mengidentifikasi masalah dibuat berdasarkan tujuan
variabel, menganalisis data, dan percobaan/penyelidikan yang sudah
menyimpulkan penurunan terjadi pada dicantumkan pada modul di lembar
pertemuan ketiga ini disebabkan guru kegiatan peserta didik dan dikonversikan
sudah mulai mengurangi dalam dalam kalimat tanya, kata tanya yang
membimbing, dimana ini sesuai dengan digunakan setiap pertemuan
teori belajar menurut Vygotsky. Menurut pembelajaran selalu sama, sehingga
(Nurdyansyah & Fahyuni, 2016) teori peserta didik dapat merumuskan masalah
belajar menurut Vygotsky adalah teori dengan baik melalui pengamalan belajar
pendukung model inkuiri terbimbing yang dimilikinya. Pernyataan ini sesuai
dengan memberikan bimbingan kepada dengan teori belajar menurut Piaget
peserta didik pada tahap-tahap awal (1951) proses belajar terdiri atas tahap
pembelajaran, namun mengurangi asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
bimbingan, dan memberi kesempatan dimana termasuk dalam tahap ekuilibrasi
kepada peserta didik dalam mengambil maksudnya proses penyesuaian struktur
alih kegiatan pembelajaran berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta
pengalaman belajar yang diperoleh saat didik dalam merumuskan masalah ke
bimbingan masih diberikan. Cara dalam situasi baru (Nurdyansyah &
menganalisis hasil data percobaan lebih Fahyuni, 2016). 2) Aspek melakukan
rumit, dan ada beberapa peserta didik percobaan/penyelidikan mengalami
yang menyimpulkan data dengan kurang peningkatan disebabkan peserta didik
tepat. Hal ini didukung (Nurdyansyah & secara tidak langsung menimbulkan
Fahyuni, 2016) terdapat kelemahan kegiatan aktif melalui kegiatan
model inkuiri terbimbing antara lain mengumpulkan data. Keterlibatan

85
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

peserta didik secara maksimal yang peneliti (Astuti et al., 2018) dan (Elnada
menyebabkan peningkatan dalam aspek et al., 2016) bahwa model inkuiri
mencoba ini sesuai pernyataan terbimbing dapat melatihkan dan
(Musfiqun & Nurdyansyah, 2015). meningkatkan KPS peserta didik. Model
Dilihat dari Tabel 5 diperoleh pembelajaran ini dipersiapkan oleh guru
hasil data KPS dengan peningkatan dan dan guru membimbing peserta didik
penurunan dibeberapa aspek KPS, sehingga peserta didik dapat menemukan
namun rata-rata secara keseluruhan dan menyelediki apa yang belum
aspek dari pertemuan pertama sampai diketahui.
pertemuan ketiga KPS berkategori baik, Pencapaian sikap sosial siswa dapat
artinya peserta sudah baik dalam dilihat pada Tabel 6.
melakukan KPS, hal ini didukung oleh

Tabel 6 Pencapaian sikap sosial


Pertemuan Pertemuan Pertemuan Rata-Rata
Aspek Kategori
I II III Keseluruhan
Disiplin 2,14 2,58 2,88 2,53 Baik
Tanggung 2,24 2,81 3,00 2,68 Baik
jawab
Kerjasama 2,27 2,72 2,97 2,65 Baik
Santun 2,25 2,69 2,72 2,55 Baik
Percaya diri 1,58 1,66 2,32 1,85 Cukup
Baik

Secara keseluruhan aspek sikap DAFTAR PUSTAKA


sosial berkategori baik dapat dilihat pada Amalia, Y. F., Zainuddin, Z., & Misbah,
Tabel 6 dan mengalami peningkatan M. (2016). Pengembangan bahan
disetiap pertemuannya. Hal ini didukung ajar IPA fisika berorientasi
oleh pernyataan dari (Musfiqun & keterampilan generik sains
Nurdyansyah, 2015) bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran
menggunakan model inkuiri terbimbing inkuiri terbimbing di SMP Negeri 13
dapat mengembangkan sikap percaya diri Banjarmasin. Berkala Ilmiah
tentang apa yang ditemukan dalam proses Pendidikan Fisika, 4(3), 183–191.
inkuiri. Penggunaan model inkuiri Ardi, A., Nyeneng, I. D. P., & Ertikanto,
terbimbing memiliki kelebihan salah C. (2015). Pengembangan modul
satunya peserta didik dapat pembelajaran fisika berbasis inkuiri
mengembangkan keterampilan bahasa, terbimbing pada materi pokok suhu
membaca, dan keterampilan sosial dan kalor. Jurnal Pembelajaran
(Nurdyansyah & Fahyuni, 2016). Fisika, 3(3), 63–72.
Asmarawati, E., Riyadi, R., & Sujadi, I.
(2016). Proses integrasi sikap sosial
SIMPULAN dan spiritual dalam pembelajaran
Produk penelitian yang dihasilkan matematika pada siswa kelas VII
berupa modul fisika menggunakan model SMP Negeri di kecamatan
inkuiri terbimbing untuk melatih Purwodadi. Jurnal Elektronik
keterampilan proses sains dan sikap sosial Pembelajaran Matematika, 4(1), 58–
peserta didik dinilai layak digunakan 69.
dalam pembelajaran. Astuti, M. W., Hartini, S., & Mastuang,
M. (2018). Pengembangan modul
IPA dengan menggunakan model

86
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

pembelajaran inkuiri terbimbing Pendidikan Fisika, 4(1), 21–26.


pada materi suhu dan kalor untuk Majid, A. (2014). Penilaian autentik
melatihkan keterampilan proses proses dan hasil belajar. Bandung:
sains. Berkala Ilmiah Pendidikan PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Fisika, 6(2), 205–218. Marisyah, M., Zainuddin, Z., & Hartini, S.
https://doi.org/10.20527/bipf.v6i2.49 (2016). Meningkatkan keterampilan
34 proses sains dan hasil belajar siswa
Ayuningtyas, P., W, S. W., & Supardi, A. pada pelajaran IPA fisika kelas VIII
I. (2015). Pengembangan perangkat B SMPN 24 Banjarmasin melalui
pembelajaran fisika dengan model model inkuiri terbimbing. Berkala
inkuiri terbimbing untuk melatihkan Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(1), 52–
keterampilan proses sains siswa 63.
siswa SMA pada materi fluida statis. Misbah, M., Dewantara, D., Hasan, S. M.,
Jurnal Pendidikan Sains & Annur, S. (2018). The
Pascasarjana, 4(2), 636–647. development of student worksheet by
Azizah, N., Indrawati, I., & Harijanto, A. using guided inquiry learning model
(2014). Penerapan model inkuiri to train student’s scientific attitude.
terbimbing untuk meningkatkan Unnes Science Education Journal,
keterampilan proses sains dan hasil 7(1), 19–26.
belajar fisika siswa kelas X.C di Musfiqun, M., & Nurdyansyah, N. (2015).
MAN 2 Jember tahun ajaran Pendekatan pembelajaran saintifik.
2013/2014. Jurnal Pendidikan Sidoarjo: Nizamial Learning Center.
Fisika, 3(3), 235–241. Nurdyansyah, N., & Fahyuni, F. (2016).
Bialangi, M. S., & Kundera, I. N. (2018). Inovasi model pembelajaran sesuai
Pengembangan sikap sosial dalam kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamial
pembelajaran biologi : kajian potensi Learning Center.
pembelajaran kooperatif. Proceeding Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif
Biology Education Conference, membuat bahan ajar inovatif.
15(1), 138–145. Jogjakarta: Diva Press.
Elnada, I. W., Mastuang, M., & Salam, A. Puspitasari, D., Swistoro, E., & Risdianto,
(2016). Meningkatkan keterampilan E. (2017). Pengaruh penggunaan
proses sains dengan model inkuiri model inkuiri terbimbing dengan
terbimbing pada siswa kelas X PMIA pendekatan saintifik terhadap
3 di SMAN 3 Banjarmasin. Berkala keterampilan proses sains dan hasil
Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(3), 228– belajar pada materi getaran
236. gelombang dan bunyi di SMPN 08
Hartini, L., Zainuddin, Z., & Miriam, S. kota Bengkulu. Jurnal Pembelajaran
(2018). Pengembangan perangkat Fisika, 1(1), 38–46.
pembelajaran berorientasi Riyadi, I. P., Prayitno, B. A., & Marjono,
keterampilan keterampilan proses M. (2015). Penerapan model
sains menggunakan model inquiry pembelajaran inkuiri terbimbing
discovery learning terbimbing. (guided inquiry) pada materi sistem
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, koordinasi untuk meningkatkan
6(1), 69–82. keterampilan proses sains pada siswa
Hidayat, M. W., Zainuddin, Z., & M, A. S. kelas XI IPA 3 SMA Batik 2
(2016). Pengembangan perangkat Surakarta tahun pelajaran 2013/2014.
pembelajaran fisika pada pokok Jurnal Pembelajaran Biologi, 7(2),
bahasan listrik dinamis 80–93.
menggunakan model pembelajaran Sukiminiandari, Y. P., Budi, A. S., &
inkuiri terbimbing. Berkala Ilmiah Supriyati, Y. (2015). Pengembangan

87
Bangun et al./Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 3 (2) 2019 77-88

modul pembelajaran fisika dengan dan IPA.


pendekatan saintifik. Prosiding Widoyoko, E. (2016). Evaluasi program
Seminar Nasional Fisika, IV, 161– pembelajaran panduan praktis bagi
164. pendidik dan calon pendidik.
Suprihatiningrum, J. (2016). Strategi Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran teori & aplikasi. Wiguna, A. (2017). Upaya
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. mengembangkan sikap spiritual dan
Susanti, R., Supardi, Z. A. I., & Indana, S. sosial peserta didik berbasis
(2016). Pengembangan perangkat psikologi positif di sekolah. Journal
pembelajaran IPA model inkuiri Of Basic Education, 1(2), 47–61.
terbimbing untuk melatihkan Wulanningsih, S., Prayitno, B. A., &
keterampilan proses sains siswa Probosar, R. M. (2012). Pengaruh
SMP. Jurnal Pendidikan Sains model pembelajaran inkuiri
Pascasarjana, 6(1), 1255–1264. terbimbing terhadap keterampilan
Suyidno, S. (2012). Modul P3F. proses sains ditinjau dari
Banjarmasin: Universitas Lambung kemampuan akademik siswa SMA
Mangkurat Fakultas Keguruan dan Negeri 5 Surakarta. Jurnal
Ilmu Pendidikan Jurusan Matematika Pendidikan Biologi, 4(2), 33–43.

88

Anda mungkin juga menyukai