Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sains Internasional dan Sains Terapan: Seri Konferensi P-ISSN: 2549-4635 Int. J. Sci. Appl.

Sci:
Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 E-ISSN: 2549-4627 Konferensi Internasional Sains dan Sains
Terapan 2016 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136

Pengaruh model sains terpadu dan pembelajaran


pemaksaan dengan kesatuan sains dalam mata kuliah
biologi dasar untuk meningkatkan pemikiran kritis
Nur Khasanah, Sajidan, Sutarno, Baskoro
Departemen Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A
Kentingan Jebres Surakarta 57126, INDONESIA
E-mail: nurkhasanah@walisongo.ac.id
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model sains terintegrasi dan penerapannya
dalam pembelajaran dengan Unity of Science dalam program Biologi Dasar untuk meningkatkan
pemikiran kritis siswa. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan desain eksperimental
posttest only control group design. Populasinya adalah semua mahasiswa semester pertama Biologi,
2015/2016 tahun akademik dengan terdiri dari dua kelas. Sampel diambil dengan teknik simple random
sampling. Data dikumpulkan menggunakan tes esai terbuka dan observasi keterampilan berpikir kritis.
Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan uji MANOVA. Hasil penelitian menunjukkan sebagai
berikut: (1) Ada perbedaan pemahaman konsep biologi dasar siswa yang belajar menggunakan model
ilmu terpadu dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran langsung (F = 7,783; p
<0,05), (2 ) ada perbedaan dalam kemampuan berpikir kritis secara signifikan antara siswa yang belajar
dengan model sains terintegrasi dan implementasinya dalam kesatuan pembelajaran sains dengan siswa
yang belajar menggunakan model pembelajaran langsung (F = 11.11, p <0,05).
1. Pendahuluan
Pendidikan di Perguruan Tinggi, tantangan internal yang dihadapi oleh Sekolah Tinggi Agama
Islam (PTAI) dan Pendidikan Tinggi Publik (PTU), antara lain, pemenuhan Standar Pendidikan
Nasional dalam Pendidikan Tinggi (BBS). Beberapa kendala diantaranya adalah proses standar
yang belum sesuai dengan yang diharapkan, untuk proses standar yang diperlukan untuk
mendapatkan perhatian dengan melakukan pengembangan. Pengembangan dapat dilakukan oleh
seorang pendidik adalah dengan mengembangkan model pembelajaran bagi siswa sebagai calon
guru (Silvi, 2013).
Konsep biologi dasar untuk siswa baru diperlukan dalam memulai kuliah di Pendidikan
Biologi. Biologi dasar menyediakan suplai siswa dalam mempelajari konsep biologi pada tingkat
kuliah berikutnya. Biologi dasar adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan tentang apa,
mengapa, dan bagaimana makhluk hidup dan karakteristik mereka. Fenomena alam yang
berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, makhluk hidup. Pembelajar biologi yang
merupakan bagian dari pelajaran sains tidak hanya untuk menguasai sejumlah pengetahuan
tertentu, tetapi juga harus menyediakan ruang yang cukup untuk berkembangnya perkembangan
sikap ilmiah, untuk mempraktekkan proses pemecahan masalah, dan penerapannya dalam
kehidupan nyata (Dracup, 2012). ).
131
Jurnal Internasional Sains dan Sains Terapan: Seri Konferensi http://jurnal.uns.ac.id/ijsascs Int. J. Sci.
Appl. Sci: Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
Pada saat ini pembelajaran biologi belum menjadi harapan. Masih ada nilai biologi umum dari
analisis hasil asassment pada tahun 2014 dan 2015 dari mahasiswa semester menunjukkan bahwa
lebih dari 65% hanya mampu mencapai level menengah, hampir 25% masih rendah dan hanya
10% berada di tingkat di atas. Sehubungan dengan hal di atas, rendahnya kualitas pengajaran
biologi dasar menuntut bagaimana menjadi lebih baik. Ini mungkin karena kurang perhatian
dalam hal proses pembelajaran. Belajar lebih berorientasi pada ujian akhir mengarah pada
pembelajaran yang hanya membutuhkan transfer informasi kepada siswa. Akibatnya, siswa
dalam mempelajari karakter hanya menghafal konsep, teori-teori telah ada, sehingga gagal
memberikan pemahaman kepada siswa konsep-konsep yang dipelajari untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Ilmu yang terintegrasi adalah salah satu model untuk penerapan kurikulum yang
direkomendasikan untuk diterapkan di semua tingkat pendidikan (Mas'ud, 2001; Kemendikbud,
2013). Sains yang terintegrasi adalah penting, jadi setiap siswa mendapat kesempatan untuk
memeriksa berbagai cara yang akan lebih bermakna dan berpikir kritis. Model ilmu integrasi
dalam suatu terobosan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kurikulum pada tahun 2013 di
College sesuai dengan kebijakan pemerintah. Melalui model terpadu siswa sains dapat
memperoleh pengalaman langsung, sehingga meningkatkan kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah mereka pelajari. Dengan demikian, siswa dilatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik),
bermakna, dan berpikir kritis.
Implementasi model pembelajaran di kelas dengan menerapkan integrasi sains dan agama
adalah suatu keharusan dan untuk melengkapi (Bagir, 2005). Unity of Sciences (wahdat al 'ulum)
adalah bentuk integrasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam (Muhyar, 2012). Hubungan antara
iman dan sains adalah apakah pengetahuan langsung atau keyakinan keyakinan menyebabkan
pengetahuan? Ternyata ada hubungan antara keyakinan, pengetahuan dan praktik yang berkaitan
satu sama lain (Mansour, 2008, 2009)
2. Metode
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas Biologi Pendidikan UIN Walisongo Semarang
pada tahun 2014/2015 2013/2014 63 orang terdiri dari 2 kelas. Penelitian ini adalah populasi,
yang berarti bahwa semua populasi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian (Arikunto,
2005). Kemudian, atur kelas (30 orang) sebagai kelas eksperimen dan satu kelas (35) sebagai
kelas kontrol dengan teknik acak. Model pembelajaran sains terintegrasi sebagai variabel
independen dalam penelitian untuk kelas eksperimen dan model pengajaran langsung ke kelas
kontrol. Kedua model dalam implementasi dengan kesatuan sains di kelas. Sedangkan variabel
dependen adalah pemahaman umum konsep biologi dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Instrumen penelitian terdiri dari perangkat pembelajaran (RPS dan instrumen evaluasi) dan
instrumen pengumpulan data (tes pemahaman konsep dan lembar observasi siswa). Alat
pembelajaran digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, sedangkan instrumen pengumpulan
data sebagai alat pengambilan data penelitian. Data penelitian meliputi nilai pemahaman konsep
yang dikumpulkan dengan teknik pengujian yang ditulis dalam bentuk keterampilan berpikir
terbuka dan kritis yang diperoleh dari
132 Konferensi Internasional Sains dan Sains Terapan (Teknik dan Ilmu Pendidikan) 2016
International Journal of Sains dan Sains Terapan: Seri Konferensi http://jurnal.uns.ac.id/ijsascs Int. J. Sci.
Appl. Sci: Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
observasi yang dilakukan di kelas. Sebelum digunakan, semua instrumen tersebut untuk menguji
validitas. RPS dan lembar observasi bagi siswa untuk menguji ketrampilan yang valid di bidang
ini (ahli penghakiman).
Dari 50 item tes adalah pemahaman yang valid dari konsep 35 poin sementara pengamatan
instrumen keterampilan berpikir kritis siswa adalah valid 30 item dari 35 item yang diuji untuk
validitas. Kemudian bidang diuji terhadap pemahaman tes 35 poin konsep dan 30 butir angket
keterampilan berpikir kritis. Data penelitian ini dari nilai pemahaman umum konsep biologi dan
nilai kemampuan berpikir kritis siswa. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan tes
MANOVA. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai pemahaman konsep
biologi dasar dan keterampilan berpikir kritis dari setiap model pembelajaran. Sedangkan tes
MANOVA untuk pengujian hipotesis yang telah diformulasikan pada tingkat signifikansi 5%.
Sebelum tes MANOVA, uji prasyarat, yaitu: uji normalitas, dan homogenitas varians. Data
terdistribusi normal, varians homogen, dan korelasi antar variabel lebih kecil dari 0,800, tes
MANOVA bisa dilakukan. Hipotesis penelitian ini, yaitu: (1) terdapat perbedaan pemahaman
konsep Biologi antara keterampilan berpikir kritis dan umum di kalangan siswa yang belajar
menggunakan model sains Terintegrasi yang implementasi dari kesatuan sains dengan mana
siswa belajar menggunakan model dari pengajaran langsung, (2) ada perbedaan keterampilan
berpikir kritis di antara siswa yang menggunakan model sains Terpadu yang implementasi
dengan kesatuan sains dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung.
Hipotesis pertama diuji dengan Program SPSS adalah 16. Hipotesis kedua didasarkan pada
Uji Efek Antara-Subjek dalam output SPSS. Jika hipotesis penelitian diterima, kemudian
dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai rata-rata variabel
dependen penelitian ini.
3. Hasil dan Pembahasan
Deskripsi konsep biologi dasar dan keterampilan berpikir kritis dari setiap model pembelajaran
siswa, dapat disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Konsep biologi data dan keterampilan berpikir kritis
Tidak ada variabel
Ilmu Terpadu Pembelajaran langsung Berarti Median Modus SD Berarti Median Modus SD 1
Konsep biologi terkenal
Konferensi Internasional tentang Sains dan Sains Terapan (Teknik dan Ilmu Pendidikan) 2016 133

67,13 66 64 11,213 61,66 65 58 11,24


2kritis
Kemampuan berpikir
77,78 79 80 67,75 75, 81 75 76 6,41
Tabel 1, pencapaian nilai rata-rata pemahaman umum tentang konsep Biologi dan
keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model sains Terpadu lebih tinggi daripada
siswa belajar menggunakan model pembelajaran langsung. Jika dikategorikan berdasarkan skala
lima poin PAP, nilai rata-rata pemahaman konsep
Jurnal Sains Internasional dan Sains Terapan: Conference Series http://jurnal.uns.ac.id/ijsascs Int. J. Sci.
Appl. Sci: Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
Keterampilan berpikir umum dan kritis biologi siswa pada model kategori sains yang terintegrasi
kualifikasi "sedang", sedangkan nilai rata-rata pemahaman konsep biologi dasar pada model
pengajaran langsung juga pada kualifikasi "moderat".
Klasifikasi kualifikasi keterampilan berpikir kritis mengacu pada skala klasifikasi PAN lima.
Berdasarkan klasifikasi ini, nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis dalam ilmu Model
terintegrasi saat ini pada kualifikasi "baik", sedangkan nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis
dalam model pengajaran langsung juga memenuhi syarat "moderat".
Nilai rata-rata deskriptif keterampilan berpikir kritis dalam sains Model terintegrasi lebih
tinggi daripada nilai rata-rata model pembelajaran langsung. Pencapaian rata-rata keterampilan
berpikir kritis di masing-masing aspek ini seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan keterampilan berpikir kritis
Tidak ada
keterampilan Kritis
134 Konferensi Internasional tentang Sains dan Sains Terapan (Teknik dan Ilmu Pendidikan)2016

Berpikir
Berarti Ilmu Terintegrasi Pembelajaran langsung 1 Pertanyaan 80,5 77,5 2 Diskusi 78,5 70 3
argumentasi 85,5 75,5
Tabel 2, pencapaian nilai rata-rata untuk setiap dimensi keterampilan berpikir kritis pada
model sains terintegrasi lebih tinggi daripada nilai rata-rata dari pengajaran langsung model.
Nilai rata-rata pemahaman konsep model yang terintegrasi dari ilmu translasi ke dimensi yang
berada dalam kualifikasi "baik", sedangkan untuk dimensi interpretasi dan ekstrapolasi yang
memenuhi syarat "moderat".
4. Diskusi
Berdasarkan hasil analisis data, bahwa ada pengaruh model sains terintegrasi yang
pelaksanaannya dengan Unity of Science menuju pemahaman bersama konsep biologi dan
keterampilan berpikir kritis siswa. Dari analisis pengujian hipotesis Pertama, ada perbedaan
pemahaman konsep mahasiswa biologi dasar antara siswa yang mengikuti model sains Terpadu
yang implementasi dengan Unity of Science kepada siswa yang mengikuti model pengajaran
langsung. Hal ini karena tahapan penerapan model sains Terintegrasi dengan Unity of Science
dapat mengembangkan sikap ilmiah dan pemahaman konsep biologi dasar dan berpikir kritis.
Dengan proses induksi hal-hal spesifik yang ditemukan dalam proses pembelajaran menuju
hal-hal umum yang konklusinya, akan ada proses konstruksi pengetahuan siswa yang
menjelaskan konsep memungkinkan pemahaman konsep diri siswa.
Uji hipotesis kedua ditemukan, bahwa ada perbedaan keterampilan berpikir kritis yang
signifikan antara siswa yang mengikuti model sains Terpadu yang pelaksanaannya dengan
kesatuan sains dengan model pembelajaran langsung. Pada model sains Terpadu, rasa ingin tahu
muncul dalam implementasi ilmu Terpadu
International Journal of Science dan Applied Science: Conference Series http://jurnal.uns.ac.id/ijsascs Int.
J. Sci. Appl. Sci: Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
model pengajaran. Pertanyaan yang muncul menunjukkan keingintahuan siswa untuk
mengetahui hasil proses ilmiah yang telah dilakukan. Sikap objektif terhadap data pada model
sains Terpadu tampak pada. Siswa diminta untuk merekam data atau diskusi informasi dan
pertanyaan dan jawaban yang diperoleh dari percobaan untuk menemukan konsep yang
diharapkan, sehingga dari kegiatan ini akan membentuk sikap yang jujur dan obyektif. Sikap
kesediaan untuk percaya dapat tumbuh dalam model ilmu Terpadu ketika dalam diskusi
kelompok. Pada presentasi eksperimen para siswa menghasilkan temuan dan data spesifik yang
mungkin berbeda dari pandangan siswa.
Hasil diskusi menghasilkan informasi baru dan implementasi dalam kehidupan mereka di
masyarakat. Model ilmu terintegrasi memberikan siswa kesempatan untuk pembentukan sikap
berpikir kritis (Facione, 2011). Keterampilan berpikir kritis siswa timbul dari beberapa
pertanyaan dan jawaban sementara dan pendapat yang muncul dan terhubung dengan makna
referensi. Keterampilan berpikir kritis juga muncul karena berbagai pendapat, ide, umpan balik
atau kritik yang terjadi selama diskusi dan interpretasi Al-Quran dan implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari (Tsai, 2002). Keterampilan berpikir kritis juga bertentangan dengan
temuan yang dihasilkan dari eksperimen dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis
seperti ini jarang dalam model pengajaran langsung.
Alih-alih model pengajaran langsung lebih menekankan pada pengiriman konten secara verbal
proses konsep yang ada. Model pembelajaran langsung adalah peran dominan guru dan siswa
kurang diperlukan untuk menemukan konsep-konsep yang ada. Ini membuat pengetahuan siswa
kurang berkembang dan kurang bermakna. Kurang berarti belajar menyebabkan kurang
pembentukan sikap ilmiah dan pembelajar kritis (Facione, 2011; Vargil, 2012). Model
pengajaran yang kurang langsung mengakomodasi pemahaman penerjemahan, karena model ini
kurang menuntut aktivitas aktif siswa mereka. Karakter siswa hanya menerima konsep yang
diajukan oleh guru sehingga jawabannya lebih condong untuk ditegaskan kembali bahwa ada.
Melalui pemahaman model pembelajaran langsung masih rendah, karena model ini tidak
tampak ada kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam berpendapat untuk
mengemukakan gagasan untuk diartikan lebih sebagai kesimpulan. Siswa menjelaskan makna
informasi, karena model pengajaran penyediaan langsung pelatihan siswa mengelaborasi
pengetahuan mereka melalui tugas-tugas yang diberikan. Belajar hanya informasi transfer
terbatas kepada siswa tanpa pemahaman informasi. Masalahnya tidak begitu dasar pengetahuan
yang cukup untuk siswa, sehingga pengetahuan siswa terbatas pada hafalan dan siswa akan
kurang mampu membuat prediksi fenomena yang ada (Vargil, 2012).
5. Kesimpulan
Penelitian menghasilkan temuan bahwa ilmu model pembelajaran terpadu dilaksanakan oleh
kesatuan sains mempengaruhi pemahaman dasar konsep biologi dan keterampilan berpikir kritis
siswa. Secara lebih rinci dapat digambarkan sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan nilai rata-
rata pemahaman konsep biologi dasar dan keterampilan berpikir kritis siswa, yang signifikan
antara kelompok siswa yang mempelajari model sains Terpadu yang implementasi persatuan
ilmu pengetahuan dengan sekelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung,
(2) ada perbedaan dalam
Konferensi Internasional tentang Sains dan Sains Terapan (Teknik dan Ilmu Pendidikan) 2016 135
Jurnal Internasional Sains dan Sains Terapan: Conference Series http: // journal .uns.ac.id / ijsascs Int. J.
Sci. Appl. Sci: Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
nilai rata-rata sikap ilmiah secara signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan sains
terintegrasi yang pelaksanaannya dengan kesatuan sains dengan sekelompok siswa yang belajar
dengan model pengajaran langsung. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, dapat diusulkan
beberapa saran: (1) Model sains terpadu yang pelaksanaannya dengan kesatuan sains dapat
digunakan sebagai model pembelajaran di kelas, terutama dalam pengajaran biologi dasar, (2)
penerapan model sains Terpadu, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sesuai prosedur
serta persiapan dosen dan siswa untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Referensi
[1] Abdurrahman Mas'ud (2001) Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (Humanisme
Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam), Yogyakarta: GAMA MEDIA [2] Arsyad, Azhar
dkk. (2009). Membangun Universitas menuju Peradaban Islam
Modern. Makassar: Alauddin Press
[3] Atilla Cimer, dkk. (2015). Level Pemikiran Crtitical of Biologu Classroom survey: Ctlobics.
Jurnal Online New Horizons dalam Pendidikan Vol 3. www.tojned.net [4] Bagir, Zainal Abidin,
dkk (2005), Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan
Aksi, Mizan, Bandung: Mizan
[5] Dracup Mary (2012) ). Merancang peran online bermain dengan fokus pada pengembangan
cerita untuk mendukung keterlibatan dan pembelajaran kritis untuk siswa pendidikan tinggi.
Jurnal Desain Pembelajaran Vol.5 [6] Facione Peter A (2011), Berpikir Kritis: Apa Itu dan
Mengapa Hitungannya,
Alasan yang Diukur dan Siaran Akademik California, Millbrae, CA [7] Mansour N
(2008), The Experiences dan Kepercayaan Agama Pribadi Guru Sains Mesir sebagai Kerangka
Pemahaman Pembentukan dan Pembentukan Kembali Kepercayaan dan Praktik mereka tentang
Masyarakat Teknologi-Sains (STS). Jurnal Pendidikan Sains Internasional. Vol. 30, No. 12, 5
Oktober 2008, pp. 1605–1634
[8] Muhyar (2012), Integrasi Sains dan Agama (IAIN Walisongo
Menjadi UIN Walisongo), Semarang: Seminar Nasional
[9] Robert. E. Slavin, Penerjemah Marianto Samosir (2011). Psikologi Pendidikan:
Teori dan Praktik, Edisi Ke-9, Jakarta, PT. Indeks
[10] Silvi (2013), membahas Ilmiah dalam Pembelajaran-Bahan Pelatihan Nasional.
Hotel Siliwangi 18 September 2013
[11] Shirly A Vargil. Orit Herscovitz (2012) Yeduhit Judy Dori. Mengajarkan Keahlian Berpikir
dalam Pembelajaran Berbasis Konteks: Tantangan Guru dan Pengetahuan Pengkajian. J Sci Educ
Technol, jilid 21: 207–225 [12] Tsai, C. (2002). Epistemologi berlapis: keyakinan guru sains
tentang pengajaran, pembelajaran, dan sains. International Journal of Science Education, 24 (8),
771- 783.
136 Konferensi Internasional tentang Sains dan Sains Terapan (Teknik dan Ilmu Pendidikan) 2016

Anda mungkin juga menyukai