Sci:
Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 E-ISSN: 2549-4627 Konferensi Internasional Sains dan Sains
Terapan 2016 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
Berpikir
Berarti Ilmu Terintegrasi Pembelajaran langsung 1 Pertanyaan 80,5 77,5 2 Diskusi 78,5 70 3
argumentasi 85,5 75,5
Tabel 2, pencapaian nilai rata-rata untuk setiap dimensi keterampilan berpikir kritis pada
model sains terintegrasi lebih tinggi daripada nilai rata-rata dari pengajaran langsung model.
Nilai rata-rata pemahaman konsep model yang terintegrasi dari ilmu translasi ke dimensi yang
berada dalam kualifikasi "baik", sedangkan untuk dimensi interpretasi dan ekstrapolasi yang
memenuhi syarat "moderat".
4. Diskusi
Berdasarkan hasil analisis data, bahwa ada pengaruh model sains terintegrasi yang
pelaksanaannya dengan Unity of Science menuju pemahaman bersama konsep biologi dan
keterampilan berpikir kritis siswa. Dari analisis pengujian hipotesis Pertama, ada perbedaan
pemahaman konsep mahasiswa biologi dasar antara siswa yang mengikuti model sains Terpadu
yang implementasi dengan Unity of Science kepada siswa yang mengikuti model pengajaran
langsung. Hal ini karena tahapan penerapan model sains Terintegrasi dengan Unity of Science
dapat mengembangkan sikap ilmiah dan pemahaman konsep biologi dasar dan berpikir kritis.
Dengan proses induksi hal-hal spesifik yang ditemukan dalam proses pembelajaran menuju
hal-hal umum yang konklusinya, akan ada proses konstruksi pengetahuan siswa yang
menjelaskan konsep memungkinkan pemahaman konsep diri siswa.
Uji hipotesis kedua ditemukan, bahwa ada perbedaan keterampilan berpikir kritis yang
signifikan antara siswa yang mengikuti model sains Terpadu yang pelaksanaannya dengan
kesatuan sains dengan model pembelajaran langsung. Pada model sains Terpadu, rasa ingin tahu
muncul dalam implementasi ilmu Terpadu
International Journal of Science dan Applied Science: Conference Series http://jurnal.uns.ac.id/ijsascs Int.
J. Sci. Appl. Sci: Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
model pengajaran. Pertanyaan yang muncul menunjukkan keingintahuan siswa untuk
mengetahui hasil proses ilmiah yang telah dilakukan. Sikap objektif terhadap data pada model
sains Terpadu tampak pada. Siswa diminta untuk merekam data atau diskusi informasi dan
pertanyaan dan jawaban yang diperoleh dari percobaan untuk menemukan konsep yang
diharapkan, sehingga dari kegiatan ini akan membentuk sikap yang jujur dan obyektif. Sikap
kesediaan untuk percaya dapat tumbuh dalam model ilmu Terpadu ketika dalam diskusi
kelompok. Pada presentasi eksperimen para siswa menghasilkan temuan dan data spesifik yang
mungkin berbeda dari pandangan siswa.
Hasil diskusi menghasilkan informasi baru dan implementasi dalam kehidupan mereka di
masyarakat. Model ilmu terintegrasi memberikan siswa kesempatan untuk pembentukan sikap
berpikir kritis (Facione, 2011). Keterampilan berpikir kritis siswa timbul dari beberapa
pertanyaan dan jawaban sementara dan pendapat yang muncul dan terhubung dengan makna
referensi. Keterampilan berpikir kritis juga muncul karena berbagai pendapat, ide, umpan balik
atau kritik yang terjadi selama diskusi dan interpretasi Al-Quran dan implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari (Tsai, 2002). Keterampilan berpikir kritis juga bertentangan dengan
temuan yang dihasilkan dari eksperimen dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis
seperti ini jarang dalam model pengajaran langsung.
Alih-alih model pengajaran langsung lebih menekankan pada pengiriman konten secara verbal
proses konsep yang ada. Model pembelajaran langsung adalah peran dominan guru dan siswa
kurang diperlukan untuk menemukan konsep-konsep yang ada. Ini membuat pengetahuan siswa
kurang berkembang dan kurang bermakna. Kurang berarti belajar menyebabkan kurang
pembentukan sikap ilmiah dan pembelajar kritis (Facione, 2011; Vargil, 2012). Model
pengajaran yang kurang langsung mengakomodasi pemahaman penerjemahan, karena model ini
kurang menuntut aktivitas aktif siswa mereka. Karakter siswa hanya menerima konsep yang
diajukan oleh guru sehingga jawabannya lebih condong untuk ditegaskan kembali bahwa ada.
Melalui pemahaman model pembelajaran langsung masih rendah, karena model ini tidak
tampak ada kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam berpendapat untuk
mengemukakan gagasan untuk diartikan lebih sebagai kesimpulan. Siswa menjelaskan makna
informasi, karena model pengajaran penyediaan langsung pelatihan siswa mengelaborasi
pengetahuan mereka melalui tugas-tugas yang diberikan. Belajar hanya informasi transfer
terbatas kepada siswa tanpa pemahaman informasi. Masalahnya tidak begitu dasar pengetahuan
yang cukup untuk siswa, sehingga pengetahuan siswa terbatas pada hafalan dan siswa akan
kurang mampu membuat prediksi fenomena yang ada (Vargil, 2012).
5. Kesimpulan
Penelitian menghasilkan temuan bahwa ilmu model pembelajaran terpadu dilaksanakan oleh
kesatuan sains mempengaruhi pemahaman dasar konsep biologi dan keterampilan berpikir kritis
siswa. Secara lebih rinci dapat digambarkan sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan nilai rata-
rata pemahaman konsep biologi dasar dan keterampilan berpikir kritis siswa, yang signifikan
antara kelompok siswa yang mempelajari model sains Terpadu yang implementasi persatuan
ilmu pengetahuan dengan sekelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung,
(2) ada perbedaan dalam
Konferensi Internasional tentang Sains dan Sains Terapan (Teknik dan Ilmu Pendidikan) 2016 135
Jurnal Internasional Sains dan Sains Terapan: Conference Series http: // journal .uns.ac.id / ijsascs Int. J.
Sci. Appl. Sci: Konf. Ser. Vol. 1 No. 2 (2017) 131-136 doi: 10.20961 / ijsascs.v1i2.5136
nilai rata-rata sikap ilmiah secara signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan sains
terintegrasi yang pelaksanaannya dengan kesatuan sains dengan sekelompok siswa yang belajar
dengan model pengajaran langsung. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, dapat diusulkan
beberapa saran: (1) Model sains terpadu yang pelaksanaannya dengan kesatuan sains dapat
digunakan sebagai model pembelajaran di kelas, terutama dalam pengajaran biologi dasar, (2)
penerapan model sains Terpadu, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sesuai prosedur
serta persiapan dosen dan siswa untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Referensi
[1] Abdurrahman Mas'ud (2001) Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (Humanisme
Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam), Yogyakarta: GAMA MEDIA [2] Arsyad, Azhar
dkk. (2009). Membangun Universitas menuju Peradaban Islam
Modern. Makassar: Alauddin Press
[3] Atilla Cimer, dkk. (2015). Level Pemikiran Crtitical of Biologu Classroom survey: Ctlobics.
Jurnal Online New Horizons dalam Pendidikan Vol 3. www.tojned.net [4] Bagir, Zainal Abidin,
dkk (2005), Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan
Aksi, Mizan, Bandung: Mizan
[5] Dracup Mary (2012) ). Merancang peran online bermain dengan fokus pada pengembangan
cerita untuk mendukung keterlibatan dan pembelajaran kritis untuk siswa pendidikan tinggi.
Jurnal Desain Pembelajaran Vol.5 [6] Facione Peter A (2011), Berpikir Kritis: Apa Itu dan
Mengapa Hitungannya,
Alasan yang Diukur dan Siaran Akademik California, Millbrae, CA [7] Mansour N
(2008), The Experiences dan Kepercayaan Agama Pribadi Guru Sains Mesir sebagai Kerangka
Pemahaman Pembentukan dan Pembentukan Kembali Kepercayaan dan Praktik mereka tentang
Masyarakat Teknologi-Sains (STS). Jurnal Pendidikan Sains Internasional. Vol. 30, No. 12, 5
Oktober 2008, pp. 1605–1634
[8] Muhyar (2012), Integrasi Sains dan Agama (IAIN Walisongo
Menjadi UIN Walisongo), Semarang: Seminar Nasional
[9] Robert. E. Slavin, Penerjemah Marianto Samosir (2011). Psikologi Pendidikan:
Teori dan Praktik, Edisi Ke-9, Jakarta, PT. Indeks
[10] Silvi (2013), membahas Ilmiah dalam Pembelajaran-Bahan Pelatihan Nasional.
Hotel Siliwangi 18 September 2013
[11] Shirly A Vargil. Orit Herscovitz (2012) Yeduhit Judy Dori. Mengajarkan Keahlian Berpikir
dalam Pembelajaran Berbasis Konteks: Tantangan Guru dan Pengetahuan Pengkajian. J Sci Educ
Technol, jilid 21: 207–225 [12] Tsai, C. (2002). Epistemologi berlapis: keyakinan guru sains
tentang pengajaran, pembelajaran, dan sains. International Journal of Science Education, 24 (8),
771- 783.
136 Konferensi Internasional tentang Sains dan Sains Terapan (Teknik dan Ilmu Pendidikan) 2016