Anda di halaman 1dari 4

Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 07 No.

03, September 2018, 381-384


ISSN: 2302-4496

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY PADA SMA UNTUK
MATERI ALAT OPTIK

Nandah Ayo Rosdiana Dewi, Titin Sunarti


Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
Email: nandahdewi@mhs.unesa.ac.id

Abstrak

Tujuan penlitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model guided inquiry dapat
meningkatan kemampuan literasi sains peserta didik pada materi alat optik. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian true eksperimen dengan desain control grup pretest dan posttest.
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Kedamean MIA I dan
MIA 3.Pengumpulan data penelitian mengunakan metode tes, angket, obevasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data penelitian mengunkan uji t dua pihak dan satu pihak. Hasil
data analisis diketahui bahwa nilai uji t dua pihak dan uji t satu pihak terdapat perbedaan yang
signifikan, dari uji t satu pihak menunjukan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil dua data disimpulkan bahwa model pembelajaran quided inquiry mampu
mningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik.

Kata kunci: literasi sains, model pembelajaran guided inquiry

Abstract

The purpose of this research is tofind out whether the application of the guided inquiry model
can improve the students scientific literacy skill in the optical instrument material. This
research i a true experimental research type with pretes and posttes control grube desing. The
sampel in this study were student of c lass XI 1 KEDAMEAN State High scool MIA 1 and
MIA 3. Research data collection used test, questionnaire, evaluation and documentattion
metoteds. The research data analisis technique used a two party and one party t test. The
difference, from the t test one party show the experimrntal class is better than the control class.
Based on the result of the two data it was concluded tht the quided inquiry learning model wa
able to improve students scientific literacy skill.

Keywords : scientific literacy, guided inquiry learning

PENDAHULUAN selalu dengan makna yang sama (Anghelache, 2004).


Pada abad 21 kemendikbud merumuskan bahwa National Science Teacher Assosiation (1971)
pradigma pendidikan abad 21 menekankan pada seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang
kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dalam yang menggunaka konsep sains, mempunyai
berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berfikir keterampilan proses sains untuk dapat menilai serta
analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam membuat keputusan sehari hari jika berhubuga dengan
menyelesaikan suatu permasalahan ( Daryanto & orang sekitarnya, lingkugan, seta memahami interaksi
Syaiful, 2017 ). Dengan perkembagan Pada abad 21, antara sains, teknologi dan masyarakat termasuk juga
indivdu dituntut untuk dapat mengikuti perkembagan perkembagan teknologi dan sosial. Literasi sains
sains dan teknologi termasuk dalam dunia merupakan kemapuan seseorang untuk memahami
pendidikan(Godwin et al., 2015). Pada abad ini sains, mengkomunikasikan sains secara lisain maupun
individu di haruskan memiliki kemampuan literasi tulisan, serta menerapkan pengetahuan sains untuk
sains sebagai bekal untuk menghadapi perkembagan memecahkan masalah sehingga seseorang yang
jaman dan persaingan di dunia yang semakin ketat. memiliki kemampuan literasi sains memiliki sika dan
Dengan menguasai kemapuan literasi sains individu kepkaan yang tinggi terhadap diri dan lingkugan
memiliki kesempatan lebih besar pada dinamika sekitarnya dalam mengambil suatu keputusan
kehidupan. Kemampuan literasi sains bukan hanya berdasarkan perimbagan – pertimbagan sains
melatih kemampuan membaca tetapi juga membaca (Toharudin, Hendrawati & Andrian, 2011 ). Definisi
untuk belajar dan memahami isi bacaan(Godwin et al., literasi sains pada PISA 2012 adalah: (1) pengetahuan
2015). Istilah Literasi Sains telah digunakan dalam ilmiah individu dan kemampuan untuk menggunakan
literatur selama lebih dari empat dekade, meski tidak pengetahuan yang dimilikinya untuk mengidentifikasi

Nandah Ayo Rosdiana Dewi, Titin Sunarti 381


Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 07 No. 03, September 2018, 381-384
ISSN: 2302-4496

masalah, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan dapat memahami apa yang mengendalikan atau
fenomena ilmiah, dan menarik kesimpulan menentukan kelakukan tersebut. Berdasarkan hal
berdasarkan bukti yang berhubungan dengan isu tersebut maka belajar fisika tidak lepas dari
ilimiah; (2) memahami karakteristik utama penguasaan konsep-konsep dasar fisika melalui
pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan pemahaman. Dilihat dari pengertian literasi serta
manusia dan inkuiri; (3) menyadari bagaimana sains hakikat pembelajarn fisika keduanya mempunyai
dan teknologi membentuk material, lingkungan persamaan yait ilmu yang memperlajari tentang
intelektual dan budaya; (4) adanya kemauan untuk lingkungan dan fenomena – fenomena alam. Sehingga
terlibat dalam isu dan ide yang berhubungan dengan literai sains dapat dilatihkan dengan menghubungkan
sains (OECD, 2013)(Wulandari & Sholihin, 2016). antara literasi sains dengan materi fisika materi fisika.
Lebih khusus lagi literasi sains ini adalah Salah satu materi fisika yang berkaitan dengan literasi
"kemampuan untuk memahami proses ilmiah dan saians adalah alat optik, Alat optik adalah alat-
keterlibat secara bermakna dengan informasi ilmiah alat yang salah satu atau lebih komponennya
yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari (Ladachart, menggunakan benda optik, seperti: cermin, lensa,
2015). serat optik atau prisma. Prinsip kerja dari alat
Hasil studi PISA ( Programme for International optik adalah dengan memanfaatkan prinsip
student Assesment ) yang dilakukan sejak tahun 2000 pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya.
menunjukakan rara – rata literasi sains di Indonesia Berbagai penelitian lain yang mendukung untuk
masih dibawah skor rata – rata internasional yang mengkaji lebih dalam leterasi sains seperti penelitian
mencapai skor 500. Pada tahun 2000 nilai rata rata Bashooir (2016), kemudian penelitain Rakhmawan (
yang diperoleh siswa di indonesia 395 , pada tahun 2015 ).
2003 literasi sains siswa mengalami penurunan Pentingnya literasi sains ini yang menyebabkan
pencapaian sebanyak 2 begitupun dengan tahun 2006. peneliti tertarik mengkaji mengenai penerapan model
Pada tahun 2006 literasi sains siswa Indonesia guidd inquiry untuk meningkatkan literasi sains.
menempati peringkat ke 50 dari 57 negara peserta terdapat 3 kompetensi yang digunakan yaitu,
(Zaky et al., 2016), pada PISA 2009, skor literasi menjelaskan fenomena, kompetensi
sains siswa Indonesia malah semakin menurun menginterpretasikan data dan bukti ilmiah, dan pada
sbanyak 10 poin menjadi 383 dibandingkan denga kompetensi menafsirkan data dan bukti. Rancagan
data pisa terakhir (Rakhmawan, Setiabudi, & penelitian ini diharapkan dapat membantu
Mudzakir, 2015). Hasil studi PISA pada tahun 2015 meningkatka kemampuan literasi sains siswa dengan
yang di publikasikan olah OECD ( Organization for lebih baik. Materi ini di pilih dikarenakan dipandang
Economi Cooperation and Development ) rata-rata memenuhi tiga prinsip dasar pemilihan konten pisa
skor literasi sains siswa adalah 397 dan negara yaitu : (1) konsep relevan dengan kondisi kseharian
Indonesia menduduki pringkat ke-62 dari 70 negara siswa. Alat optik terdapat pada di sekeliling siswa
anggota OECD. Hasail pra penelitian yang dilakukan seperti, kaca mata, spion, kaca pembesar. (2) Konsep
di sma negeri 1 kedamean diperoleh Pada kompetensi diperkiran kan masih relevan setidaknya untuk satu
menjelaskan fenomena diperoleh persentase sebesar dawarsa ke depan (3) konsep berkaitan dengan
51,85%, kompetensi menginterpretasikan data dan kopetensi proess, artinya pengetahaun tidak hanya
bukti ilmiah diperolah persentase sebesar 22,22%, dan mengutamakan daya ingat siswa dan mengkaitkan
pada kompetensi menafsirkan data dan bukti informasi terentu saja.
diperoleh persentase sebesar 25,92%. Rumusan Masalah
Dari data hasil pisa dan pra penelitian tersebut Apakah penerapan model pembelajaran Guided
menunjukan bahwa keampuan literasi sains pada Inquiry dapat meningkatkan kemampuan literasi sains
siswa di Indonesia masih redah bahkan dibawah rata- peserta didik pada Materi Alat Optik?
rata, Indonesia berada di deretan negara-negara Tujuan
peserta PISA. Pada kondisi ini perlu diadakan upaya- Bedasarkan rumusan masalah yang di ambil
upaya untu mendorong paerbaka pada aspek maka tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui
pebelajaran ains secara berahap dan penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dapat
berkesinambugan. Serta dapat menjadi gambaran jika meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik
bahwa pemelajaran sains di indoneia memerlukan pada Materi Alat Optik.
perbaikan.
PISA menetapkan tiga dimensi besar dalam METODE PENELITIAN
pengukuran literasi saians yaitu konten sains, proses Metode yang digunakan dalam penelitian ini
sains, dan konteks literasi sains. Pada konten sains adalah True Experimental design, desain yang
PISA mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang digunakan adalah control grupdpre-test dan post-test.
mempersatukan konsep – konseop fisika, biologi, Penelitian ini mengunakan rancangan dua kelompok
kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan atariksa subjek yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Pada
(IPBA). kondisi kelompok eksperimen menerapkan
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari pembelajaran guided inkuiry dan membandingkan
tingkah laku alam dalam berbagai bentuk gejala untuk hasilnya dengan kelompok kontrol yang menerapkan

Nandah Ayo Rosdiana Dewi, Titin Sunarti 382


Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 07 No. 03, September 2018, 381-384
ISSN: 2302-4496

pembelajaran dengan model pembelajaran Tabel 2 Nilai Kertecapaian Kompetensi Literasi Sains
konvensional.
Populasi dan sampel penelitian adalah peserta Persentase kompetensi
didik SMA N 1 KEDAMEAN kelas XI, kelas XI MIA Kelas Tes
1 2 3
1 sebagai kelas dan XI MIA 3 sebagai kelas kontrol. Pretest 54% 39% 21%
Desain penelitian dilakkan dengan pemberian pretest Eksp
Posttest 99% 77% 79%
di awal pembelajaran sebelum di beri perlakuan, Pretest 48% 36% 27%
sedangkan posttest di akhir pembelajaran setelah di Kontrol
Posttest 88% 62% 64%
berikan perlakuan. Data yang diproleh dalam
penelitian antara lain data kemampuan literasi sains Berdasarkan Tabel 2 ketercapaian kompetansi
dari hasil belajar kognitif peserta didik. Data hasil literasi sains nilai posttest lebih baik jika di
penelitian kemudian di uji prasyarat dengan uji bandingkan dengan nilai pretest pada kedua kelas.
normalitas dan uji homogenitas, yang selanjutnya Tapi nilai ker ketercapaian kompetansi literasi sains
dapat dilanjutkan uji hipotesis. pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran guided inquiry lebih efektif dalam
Uji hipotesis dilakukan pada nilai pretest dan meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik.
posttest, setelah dilakukan uji hipotesis uji t-dua pihak berdasarkan beberapa hasil penelitian yang relevan
dan satu-pihak pada nilai pretest diperoleh bahawa bahwa terdapat hubungan yang erat antara
tidak ada perbedaan yang singnifikan. Hasil uji pembelajaran inquiry terpandu dan literasi sains.
hipotesis pada kelas eksperimen uji t-dua pihak Pembelajaran guide inquiry telah terbukti dapat
diperoleh dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 9,50 meningkatkan literasi sains secara efektif (Ngertini, et
sedangkan ttabel (1-1/2 0,05)(51) = 2,00. Dengan demikian al, 2013).
thitung tidak berada pada - ttabel< thitung< ttabel. Sehingga Pembelajaran guided inquiry mampu
hipotesis Ho ditolak dan Hi diterima. meningkatkan literasi sains dikarenakan pembelajaran
Pada uji t-satu pihak diperoleh hasil perhitungan guided inquiry mengaitkan antara materi yang
diperoleh thitung = 9,50 sedangkan ttabel (1-1/2 0,05)(51) = diajarkan dengan kehidupan yang ada disekitarnya
1,67. Dengan demikian thitung tidak berada pada - ttabel< dan mendorong peserta didik untuk membuat
thitung< ttabel. Sehingga hipotesis Ho ditolak dan Hi hubungan antara pemahaman yang dimilikinya dan
diterima. penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
Dari uji t-dua pihak dan uji t-satu pihak demikian, pembelajaran inkuiri ini dapat meningktkan
diperoleh bahwa model pembelajaran guided inquiry literasi sains peserta didik dan pembelajaran lebih
berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains. bermakna. Secara umum, inkuiri merupakan proses
Hasil kemampuan literasi sains siswa pada kelas yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan
eksperimen dan kelas kontrol didapatkan dari mengobservasi, merumuskan pertanyaan,
pemberian pretest dan posttest. Data kemampuan mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain
literasi sains dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: secara kritis, merencanakan penyelidikan atau
investigasi, mereview apa yang telah diketahui,
Tabel 1 Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan
menggunakan alat untuk memperoleh data,
Rata-rata menganalisis dan menginterpretasi data, serta
No kelas
pretest posttest membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya
1 Eksperimen 86,47 72,83 (Depdikbud, 1997). Dalam pembelajaan guided
2 Kontrol 39,88 38,14 inquiry sumber-sumber informai yang diperoleh
membantu peserta didik untuk meningkatkan
Berdasarkan Tabel 1 di atas rata-rata skor kemampaun mereka dalam memahami baccan. Dalam
kemampuan literasi sains menunjukkan adanya proses penyelidikan melalui membaca, peserta didik
peningkatan skor kemampuan literasi sains pada kelas dapat mengembangkan pengetahuan mereka sendiri
eksperimen dan kelas kontrol. Peningkatan skor dan makna dari suatu teks.
kemampuan literasi sains pada kelas eksperimen Penerapan model pembelajaran guided inquiry
sebesar 46,59 sedangkan pada kelas kontrol sebesar mengakibatkan informasi yang diperoleh peserta didik
34,69. akan tersimpan lebih, peserta didik diajak selalu
Dari hasil nilai pretest dan posttest dapat berpikir untuk menghadapi masalah-masalah nyata
diperoleh hasil ketercapaian kompetensi literasi sains. yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang
Terdapat 3 kompetensi literasi sains yang digunakan berhungan erat dengan materi pelajaran yang dibahas.
yaitu menjelaskan fenomena ilmiah, menganalisis dan Dengan melalui proses berpikir ini maka dapat
merancang penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data mengambil keputusan yang tepat terhadap masalah
dan bukti ilmiah. Data ketercapaian kompetensi yang aka dihadapai. Agar Keputusan yang diambil
literasi sains dapat dilihat pada Tabel 2 ini: benar-benar tepat diperlukan suatu pemahaman
Konsep.

Nandah Ayo Rosdiana Dewi, Titin Sunarti 383


Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 07 No. 03, September 2018, 381-384
ISSN: 2302-4496

Peningkatan kemampuan literasi sains kelas Pembelajaran Abab 21. Yogyakarta: Gava
eksperimen lebih tinggi dari peningkatan literasi sains Media
pada kelas kontrol. Hasil posttest kelas eksperimen
menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan Godwin, O. O., Udo, W. A., Abraham, A. N.,
membuat hubungan-hubungan antara sains, teknologi, Babatunde, A., Peace, E., Joseph, U. I., &
dan lingkungan. Microbiology, P. (2015). International Journal
Hasil analisis posttest yang telah dilakukan pada of Research and Review, 2(April), 148–156.
kelas eksperimen dan kelas kontrol, terjadi perbedaan
nilai yang signifikan pada kedua kelas, nilai literasi Ladachart, L. (2015). Scientific Inquiry as a Means to
sains pada kelas eksperimen lebih baik bila Develop Teachers ’ and Supervisors ’ Scientific
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini Literacy, 1(1), 63–76.
dikarenakan bahwa pada kelas eksperimen diberi
perlakuan menggunakn pembelajaran guided inquiry PISA 2015 DRAFT SCIENCE FRAMEWORK.
sedangkan kelas kontrol mengunakan pembelajaran (2015), (March 2013), 1–54.
konvensional. Pada setiap pertemuan tatap muka pada
kelas eksperimen, guru menggunakan pembelajaran Rakhmawan, A., Setiabudi, A., & Mudzakir, A.
guided inquiry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (2015). Perancangan Pembelajaran Literasi
pembelajaran inkuiri terbimbing ini terbukti Sains Berbasis Inkuiri Pada Kegiatan
mendorong peserta didik untuk mengajukan Laboratorium. Jurnal Penelitian Dan
pertanyaan tentang topik yang dipelajari dan Pembelajaran IPA, 1(1), 143–152.
mengekplorasi jawaban atas pertanyaan yang https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1710.9207
diajukan. Guru menerapkan pembelajaran guided
inquiry sedikit berbicara, tetapi sering mengajukan Shwartz, Y., Ben-Zvi, R., & Hofstein, A. (2006). The
pertanyaan dengan dorongan yang diberikan guru. use of scientific literacy taxonomy for assessing
Dengan pengajuan pertanyaan, guru dapat membantu the development of chemical literacy among
peserta didik menggunakan pikirannya. Menurut high-school students. Chem. Educ. Res. Pract.,
(Redhana, 2007) pertanyaan yang sesuai akan dapat 7(4), 203–225.
membimbing dan memberi isyarat kepada peserta https://doi.org/10.1039/B6RP90011A
didik agar mereka dapat menemukan jawaban sendiri
sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik. Toharudin Uus, dkk. (2011). Membangun Literasi
Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora
PENUTUP
Simpulan Wulandari, N., & Sholihin, H. (2016). Analisis
Berdasarkan analisis penelitian dan pembahasan Kemampuan Literasi Sains Pada Aspek
dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran guided Pengetahuan Dan Kompetensi Sains Siswa Smp
inquiry mampu untuk meningkatan kemampuan Pada Materi Kalor. Edusains, 8(1), 66–73.
literasi sains peserta didik. Keterlaksanaan model https://doi.org/10.2527/jas2012-5761
pembelajaran guided inquiry untuk meningkatkan
kemampuan litersi sains peserta didik materi alat optik Zaky, R. A., Islami, E., Permanasari, A., Sultan, U.,
pada kelas eksperimen dan kontrol terlaksana dengan Tirtayasa, A., Kimia, J. P., & Indonesia, U. P.
baik dan sesuai sintak model pembelajaran guided (2016). Perbaikan Yang Berarti ., 2(2), 110–
inquiry. Setelah diterapkan pembelajaran guided 120.
inquiryuntuk meningkatkan literasi sains peserta didik
pada materi alat optik, menperoleh respon peserta
didik dengan kategori baik.
Saran
Dalam mengunakan model pembelajaran guided
inguiry mengelol alokasi waktu dengan sebaik-
baiknya karena dalam model pembelajaran ini
memerlukan waktu yang cukup lama.

DAFTAR PUSTAKA
Anghelache, R. (2004). The Meaning of Scientific
Documents. New Developments in Electronic
Publishing, 4(May), 5–7.

Aspek, A., Literasi, K., Pada, S., & Kalor, M. (2016).


Unnes Physics Education Journal, 5(1).

Daryanto & Karim Syaiful, M.T. (2017).

Nandah Ayo Rosdiana Dewi, Titin Sunarti 384

Anda mungkin juga menyukai