Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

PENGARUH MODEL COLLABORATIVE TEAMWORK LEARNING


TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN
KONSEP DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

N.W. S. Darmayanti 1, W. Sadia2, A.A.I. A. R. Sudiatmika3


123
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja,Indonesia
e-mail: sri.darmayanti@pasca.undiksha.ac.id, iw_sadia@yahoo.com,
r_sudiatmika@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa yang tercermin dari keterampilan
proses sains dan pemahaman konsep siswa tergolong rendah.Tujuan penelitian ini adalah (1)
menganalisis perbedaan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep antara kelompok siswa
yang belajar dengan Model Collaborative Teamwork Learning (MCTL) dan model pembelajaran
konvensional (MPK), (2) menganalisis perbedaan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep
antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent (FI) dan gaya kognitif field dependent (FD), (3)
menganalisis pengaruh interaksi antara MCTL dengan MPK terhadap keterampilan proses sains dan
pemahaman konsep ditinjau dari gaya kognitif siswa. Penelitian ini tergolong eksperimen semu dengan
rancangan post-test only control group design. Sampel penelitian adalah siswa kelas X semester 2 di
SMA Negeri 1 Gianyar tahun pelajaran 2012/2013. Sampel diambil dengan teknik simple random
sampling. Data dikumpulkan dengan tes keterampilan proses sains, lembar observasi dan tes
pemahaman konsep. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan MANOVA dua jalur. Hasil
penelitian menunjukkan (1) terdapat perbedaan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep
fisika antara kelompok siswa yang belajar dengan MCTL dan MPK (F=24,282; p<0,05), (2) terdapat
perbedaan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika antara siswa yang memiliki gaya
kognitif FI dan gaya kognitif FD (F=6,205; p<0,05), (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
gaya kognitif terhadap keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika siswa
(F=3,890;p<0,05). Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pemilahan siswa yang akan mengikuti
pembelajaran berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki.
Kata Kunci: Model CTL, keterampilan proses sains, pemahaman konsep, gaya kognitif
ABSTRACT
This research was motivated by the low of student learning outcomes that reflected from science
process skills and understanding of concepts students are classified low. The purpose of this study is (1)
to analyze differences in science process skills and the concepts understanding of physics among the
group of students who studied with MCTL and MPK, (2) to analyze differences in science process skills
and the concepts understanding of physics among students who have a FI cognitive style and FD
cognitive style, (3) to analyze the influence of the interaction between the MCTL with MPK to the science
process skills and the concepts understanding of physics that is viewed from students cognitive styles.
This study is considered quasi-experimental design with post-test only control group design. The
nd
research sample was from student of 2 semester in grade X SMA Negeri 1 Gianyar, academic year
2012/2013. Samples were taken by simple random sampling technique. Data collected by the test of
science process skills, observation sheets and test of concepts understanding. Data were analyzed by
using descriptive statistics and two way MANOVA. The results show (1) there is a difference between the
science process skills and the concepts understanding of physics among the group of students who
studied with MCTL and MPK (F = 24.282, p <0,05), (2) there is a difference between the science process
skills and the concepts understanding of physics students who have FI cognitive style and FD cognitive
style (F = 6.205, p <0.05), (3) there is an interaction effect between cognitive style and learning model for
science process skills and the concepts understanding of physics students (F = 3.890, p <0.05). The
implication of this research is the need for separation of students who will follow cognitive learning styles
based on owned.
Keywords: CTL model, science process skills, concepts understanding, cognitive styles
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

PENDAHULUAN
Pemerintah telah mempercepat tetapi, siswa harus dapat mengembangkan
Milllenium Development Goals (MDG), yang pengetahuan yang dimiliki sendiri sehingga
semula dicanangkan tahun 2020 menjadi memunculkan pemahaman konsep yang
2015. MDG adalah era pasar bebas atau mendalam. Dengan adanya pengaplikasian
era globalisasi yang sebagai era proses sains melalui keterampilan proses
persaingan kualitas, siapa yang berkualitas sains dalam pembelajaran dan
dialah yang akan maju dan mampu pengembangan pemahaman konsep dalam
mempertahankan eksistensinya (Mulyasa, pembelajaran akan memperoleh hasil
2007). Pada era persaingan global ini, belajar yang optimal sehingga kualitas
Indonesia memerlukan Sumber Daya pendidikan menjadi meningkat.
Manusia (SDM) berkualitas. Pendidikan Berbagai upaya telah dilakukan
dalam hal ini mempunyai posisi sentral pemerintah untuk meningkatkan kualitas
dalam pembangunan, karena dalam pendidikan khususnya pendidikan sains.
pendidikan sasarannya adalah peningkatan Salah satu cara yang telah dilakukan oleh
kualitas SDM (Tirtaraharja & Sulo, 2005). Departemen Pendidikan Nasional adalah
Kualitas SDM dapat ditingkatkan melakukan pembaharuan pada kurikulum
melalui pendidikan karena sains merupakan dengan menerapkan Kurikulum Tingkat
salah satu disiplin ilmu yang berhubungan Satuan Pendidikan (KTSP) yang
dengan cara mencari tahu tentang alam merupakan hasil revisi dari Kurikulum
secara sistematis, sehingga sains bukan Berbasis Kompetensi (KBK) (Sanjaya,
hanya kumpulan pengetahuan berupa 2009).Usaha-usaha tersebut belum
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip mencapai hasil sesuai yang diharapan,
saja tetapi juga merupakan suatu proses khususnya pemahaman konsep dan kinerja
penemuan. Proses pembelajaran sains ilmiah, baik dari keterampilan proses
menitik beratkan pada dua aspek, yaitu maupun sikap ilmiah siswa masih tergolong
sains sebagai proses dan sains sebagai rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil-hasil
produk (Khan & Iqbal, 2011). penelitian sebelumnya. Berdasarkan
Produk sains yang dibangun dari penilaian dari Program for International
proses sains dan sikap sains akan Student Assessment (PISA) yang
melahirkan produk sains yang baru. Salah mengukur tentang kemampuan scientific
satu untuk mengaplikasikan proses sains literacy. Hasil menunjukkan bahwa pada
tersebut adalah kinerja ilmiah. Kinerja PISA tahun 2006, skor rata-rata siswa
ilmiah merupakan implementasi dari Indonesia berturut-turut untuk
keterampilan proses yang dimiliki siswa. mengidentifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan
Fisika merupakan salah satu unsur fenomena ilmiah dan menggunakan bukti
sains yang berperan penting dalam ilmiah adalah 393, 393, dan 386. Indonesia
pengembangan teknologi masa depan. menduduki urutan 50 dari 57 negara (Baldi
Oleh karena itu, untuk meningkatkan ilmu et al., 2007). Selanjutnya PISA pada tahun
pengetahuan dan teknologi, maka proses 2009, Indonesia menduduki urutan 60 dari
pembelajaran fisika perlu mendapat 65 negara dengan skor 383 (Fleischman, et
perhatian yang lebih baik (Wirtha & Rapi, al., 2010).
2008). Pemahaman konseptual adalah Penilaian dari Trend International
aspek kunci dari pembelajaran. Salah satu Mathematics Science (TIMSS) yang
tujuan pengajaran yang penting adalah mengukur tentang kemampuan scientific
membantu siswa memahami konsep utama inquiry. Kemampuan scientific inquiry yang
dalam suatu subjek, bukan sekedar diukur mencakup domain konten (fisika,
mengingat fakta yang terpisah-pisah biologi, kimia, dan kebumian) dan domain
(Santrock, 2008). kognitif (knowing, applying, reasoning).
Implikasinya, bahwa dalam belajar Survai untuk TIMSS menunjukkan bahwa
khususnya belajar fisika tidak cukup siswa rata-rata skor prestasi sains siswa
itu mengerti dan menguasai konsep. Akan Indonesia pada TIMSS tahun 2007
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

menyatakan Indonesia berada pada menekankan aspek penerimaan informasi


peringkat 36 dari 49 negara di dunia secara penuh dari informasi yang di-
dengan rata-rata skor 433 (Gonzales, et al., sampaikan oleh guru. Pembelajaran yang
2008). Berdasarkan hasil interpretasi survei kebanyakan ditemukan di sekolah-sekolah
TIMSS terhadap kemampuan siswa adalah pembelajaran yang masih bersifat
Indonesia baik ditinjau dari aspek kognitif konvensional. Pembelajaran konvensional
(knowing, applying, reasoning), juga cenderung teacher centered karena
kemampuan siswa Indonesia rata-rata dalam pembelajaran lebih didominasi oleh
masih berada pada kemampuan knowing gurunya sedangkan siswa hanya menerima
(Efendi, 2010). informasi yang diberikan oleh guru,
Selanjutnya hasil survei TIMSS sehingga keterampilan proses sains dan
tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman konsepnya kurang optimal
skor pretsasi sains adalah sebesar 406, yang akan bermuara pada rendahnya hasil
yang mengalami penurunan dari tahun belajar.
2007 (Provasnik, et al., 2012). Dari hasil Berdasarkan paparan tersebut perlu
survei TIMSS, rata-rata skor prestasi sains diterapkan sebuah model pembelajaran
siswa Indonesia di bawah skor rata-rata yang mampu mengoptimalkan kegiatan
yaitu 500, dan hanya mencapai Low pembelajaran, sehingga mampu
International Benchmark. Dengan capaian mengoptimalkan keterampilan proses sains
tersebut, skor rata-rata sains siswa dan pemahaman konsep siswa. Siswa
Indonesia hanya mampu mengenali harus mengkonstruksi pengetahuan dalam
sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu pikiran mereka sendiri melalui suatu proses
mengkomunikasikan dan mengaitkan sehingga siswa dapat lebih memahami
berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep tersebut. Berbagai aktivitas
konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. pembelajaran tidak harus dilakukan oleh
Berdasarkan paparan tersebut, siswa itu sendiri namun juga dapat
mengindikasikan keterampilan proses sains berkolaborasi dengan temannya untuk
dan pemahaman konsep siswa masih memecahkan permasalahan. Umumnya
rendah yang bermuara pada rendahnya siswa akan lebih mudah dalam memahami
hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai suatu konsep jika mereka dapat bertukar
dengan penelitian Wirtha & Rapi (2008) pikiran dengan teman sebangku ataupun
yang menyatakan bahwa masih banyak dengan tim mereka. Semua aktivitas dalam
siswa yang hanya menghafal konsep- tim tersebut dapat dirundingkan dan
konsep tanpa memahami konsep tersebut. diorganisasikan sendiri oleh siswa.
Keberhasilan belajar dapat diukur melalui Salah satu model pembelajaran
pemahaman konsep (produk sains) dan yang dapat dijadikan alternatif
kinerja ilmiah (keterampilan proses sains) pengembangan keterampilan proses sains
yang akan mempengaruhi keberhasilan dan pemahaman konsep siswa adalah
belajar siswa. Kunandar (2007) dengan menggunakan model Collaborative
menyatakan bahwa proses pembelajaran Teamwork Learning (CTL). CTL merupakan
ditekankan pada praktik, baik di suatu model pembelajaran yang
laboratorium maupun masyarakat, yang memungkinkan siswa untuk
mengacu pada kemampuan keterampilan mengembangkan kemampuan bekerja
proses seseorang. Pembelajaran sains secara kolaboratif dalam tim. Dimitriadou, et
khususnya fisika tidak hanya merupakan al., (2008) menyatakan bahwa kolaborasi
produk melainkan juga merupakan sebuah merupakan proses kerja sama dengan
proses. menerima tujuan dan filsafat, serta
Faktor lain yang menyebabkan karakteristik pemahaman dari individu
rendahnya hasil belajar. Rendahnya (seperti kompetensi, pengetahuan,
keterampilan proses sains dan pemahaman kepribadian, dan perilaku) yang esensial.
siswa terhadap konsep fisika ini di- Selanjutnya Thobroni & Mustofa
pengaruhi oleh model pembelajaran di (2011) menyatakan bahwa pembelajaran
sekolah yang secara umum masih kolaboratif dapat menyediakan peluang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

untuk menuju pada kesuksesan praktek- mengkomunikasikan hasil penyelidikan-


praktek pembelajaran. Konsep “Teamwork” nya. Hal tersebut juga dapat mengembang-
yang dimaksud adalah siswa yang bekerja kan keterampilan proses sains siswa
dalam satu tim bersama-sama belajar dan khususnya indikator mengkomunikasikan
memecahkan suatu permasalahan di mana hasil.
semua siswa saling menyumbangkan Adjourning, mencakup kegiatan
pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pengkolaborasian pemahaman
pencapaian hasil belajar secara tim berdasarkan persentasi yang telah
maupun individu serta memberi suatu dilakukan. Kegiatan ini memberikan
ikatan kekompakan. kesempatan kepada siswa untuk
Model CTL memiliki beberapa merangkum hasil diskusi sehingga dapat
tahapan menurut (Frances, 2008), yaitu meningkatkan pemahaman siswa pada
Forming, kegiatan pembentukan team, indikator merangkum.
serta mendiskusikan permasalahan yang Sesuai dengan penelitian yang
diberikan guru. Kegiatan ini memberikan dilakukan oleh Kapp (2009) yang
kesempatan kepada siswa untuk menyatakan bahwa CTL dapat meningkat-
mengklasifikasikan dan membandingkan kan motivasi, menambahkan ketekunan
permasalahan yang diberikan dengan pada siswa ketika menghadapi kesulitan
kehidupannya untuk didiskusikan bersama dan siswa dapat lebih mudah mentransfer
timnya, sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
pemahaman konsep siswa khususnya diperoleh melalui pengalaman belajar
indikator mengklasifikasikan dan bersama.
membandingkan. Di samping model pembelajaran,
Stroming, mencakup kegiatan keberhasilan belajar siswa juga tidak
pengungkapan hipotesis dari siswa terkait terlepas dari lingkungan belajar siswa. Hal
dengan permasalahan yang diberikan. yang perlu mendapat perhatian dalam
Siswa dalam hal ini mengajukan suatu meningkatkan pencapaian hasil belajar
hipotesis terkait permasalahan yang sains adalah perbedaan individual siswa.
diberikan. Kegiatan tersebut memberikan Perbedaan ini tentu saja berpengaruh
kesempatan kepada siswa untuk menduga terhadap kemampuan seseorang untuk
sementara terkait jawaban dari dapat belajar dengan cepat dan mudah.
permasalahan, sehingga siswa tersebut Perbedaan-perbedaan antar pribadi yang
dapat mengembangkan pemahaman cenderung konsisten dalam cara menyusun
konsep khususnya pada indikator menduga dan mengolah informasi serta pengalaman-
dan dapat juga mengembangkan pengalaman ini dikenal sebagai gaya
keterampilan proses sains pada indikator kognitif. Disebut sebagai gaya dan bukan
perumusan hipotesis. sebagai kemampuan karena merujuk pada
Norming, menentukan sumber- bagaimana seseorang memproses
sumber yang berkaitan untuk memecahkan informasi dan memecahkan masalah, dan
permasalahan yang dibahas dalam LKS. bukan merujuk pada bagaimana proses
Selain sumber dari buku-buku yang terkait, penyelesaian yang terbaik (Ardana, 2008).
siswa juga dapat melakukan suatu Gaya kognitif dibedakan menjadi
penyelidikan sebagai sumber lain dalam gaya kognitif FI dan FD. Ardana (2008)
pemecahan masalah. Dalam penyelidikan mengatakan bahwa siswa yang memiliki
ilmiah, siswa tersebut diberi kesempatan kognitif FD cenderung sesering mungkin
untuk merumuskan permasalahan, sampai berinteraksi dengan guru, memerlukan
mengkomunikasikan penelitian, sehingga ganjaran atau penguatan yang bersifat
akan dapat mengembangkan indikator ekstrinsik. Sebaliknya siswa dengan gaya
keterampilan proses sains siswa. kognitif FI lebih memungkinkan mencapai
Perfoming, mengkomunikasikan tujuan dengan motivasi intrinsik dan
hasil pemecahan masalah melalui kegiatan cenderung bekerja untuk memenuhi
presentasi tim. Kegiatan ini, memberikan tujuannya sendiri.
kesempatan kepada siswa untuk
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

Sesuai dengan paparan tersebut, dinyatakan sebagai kelompok siswa yang


gaya kognitif yang dimiliki oleh siswa akan memiliki gaya kognitif FI, sedangkan 27%
berpengaruh positif apabila disediakan dari anggota kelompok bawah masing-
lingkungan dan kondisi yang tepat sehingga masing model pembelajaran dinyatakan
siswa dapat belajar secara optimal. sebagai kelompok siswa yang memiliki
Berdasarkan latar belakang, terdapat gaya kognitif FD. Dengan demikian
beberapa rumusan permasalahan, yaitu didapatkan 34 siswa dari kelompok
Apakah terdapat perbedaan keterampilan eksperimen yang memiliki gaya kognitif FI
proses sains dan pemahaman konsep fisika dan 34 siswa dari kelompok kontrol yang
antara kelompok siswa yang belajar dengan memiliki gaya kognitif FD.
MCTL dengan MPK? Apakah terdapat Variabel terikat dalam penelitian ini
perbedaan keterampilan proses sains dan adalah keterampilan proses sains dan
pemahaman konsep antara siswa yang pemahaman konsep. Variabel bebas terdiri
memiliki gaya kognitif FI dengan gaya dari MCTL pada kelompok eksperimen dan
kognitif FD? Apakah terdapat pengaruh MPK pada kelompok kontrol serta variabel
interaksi antara model pembelajaran moderator adalah gaya kognitif siswa.
dengan gaya kognitif terhadap keterampilan Data yang dikumpulkan dalam
proses sains dan pemahaman konsep fisika penelitian ini adalah keterampilan proses
siswa? Apakah terdapat perbedaan sains diukur menggunakan tes
keterampilan proses sains dan pemahaman keterampilan proses sains dan lembar
konsep fisika antara kelompok siswa yang observasi. Tes keterampilan proses sains
belajar dengan MCTL dan MPK untuk siswa berupa tes essay sebanyak 6 butir soal.
yang memiliki gaya kognitif FI. Apakah Kriteria penilaian tes keterampilan proses
terdapat perbedaan keterampilan proses sains menggunakan rubrik yang memiliki
sains dan pemahaman konsep fisika antara rentangan skor 0-4. Aspek-aspek yang
kelompok siswa yang belajar dengan MCTL diukur dalam keterampilan proses sains
dan MPK untuk siswa yang memiliki gaya meliputi merumuskan permasalahan,
kognitif FD? merumuskan hipotesis, menetapkan alat
dan bahan, menggunakan alat dan bahan
METODE PENELITIAN serta menetapkan langkah kerja,
Penelitian ini merupakan penelitian mengumpulkan data, menganalisis data
eksperimen semu (quasi exsperiment) hasil percobaan, menarik kesimpulan, dan
mengingat tidak semua variabel dapat mengkomunikasikan hasil penelitian.
diatur dan dikontrol secara ketat, atau Pemahaman konsep siswa yang
secara penuh dengan desain penelitian diukur dengan tes pemahaman konsep. Tes
post-test only control group design. pemahaman konsep berbentuk pilihan
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X ganda (25 butir soal). Kriteria penilaian tes
semester II SMA Negeri 1 Gianyar tahun pemahaman konsep menggunakan rubrik
pelajaran 2012/2013. yang memiliki rentangan skor 0-1. Aspek-
Pengambilan sampel dilakukan aspek yang diukur dalam pemahaman
dengan teknik simple random sampling. konsep meliputi kemampuan
Berdasarkan hasil undian secara random menginterpretasi, memberikan contoh,
diperoleh kelas X3 dan X6 sebagai kelompok mengklasifikasikan, merangkum, menduga,
eksperimen (62 orang) sedangkan kelas X1 membandingkan, dan menjelaskan. Untuk
dan X5 sebagai kelompok kontrol (62 variabel moderator diukur menggunakan
orang). tes GEFT.
Pengelompokkan siswa menurut Data dianalisis secara deskriptif dan
gaya kognitif didasarkan pada skor yang Multivariat Analysis of Varian (MANOVA)
diperoleh siswa setelah mengerjakan tes dua jalur. Analisis deskriptif digunakan
GEFT (Group Embedded Figure Test). Skor untuk mendeskripsikan nilai rata-rata dan
yang diperoleh dari hasil tersebut simpangan baku keterampilan proses sains
dirangking. 27% dari anggota kelompok dan pemahaman konsep siswa.
atas masing-masing model pembelajaran
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

Sebelum pengujian hipotesis, 68,00 yang berkualifikasi cukup.


terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Berdasarkan hal tersebut, MCTL
sebaran data dengan menggunakan menunjukkan pencapaian keterampilan
statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro- proses sains dan pemahaman konsep lebih
Wilk, uji homogenitas varian antar baik dibandingkan dengan kelompok MPK.
kelompok menggunakan Levene’s Test of Hasil pengujian normalitas data
Equality of Error Variance, uji homogenitas menggunakan statistik Kolmogiorov-
matrik varian menggunakan uji Box’s M, Smirnov dan Shapiro-Wilk menunjukkan
dan uji kolinieritas variabel terikat bahwa nilai-nilai statistik yang diperoleh
menggunakan uji korelasi Product. Uji memiliki angka signifikansi lebih besar dari
komparasi signifikansi skor rata-rata 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran
menggunakan Least Significant Difference data keterampilan proses sains dan
(LSD). Semua pengujian hipotesis pemahaman konsep siswa berdistribusi
dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan normal. Hasil pengujian homogenitas varian
menggunakan program SPSS 17.0 for mengunakan Levene’s Test of Equality of
Windows. Error Variances untuk kelompok model
pembelajaran menunjukkan angka-angka
HASIL DAN PEMBAHASAN signifikansi statistik Levene lebih besar dari
Hasil  = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
Deskripsi umum hasil penelitian varian antar model pembelajaran adalah
yang dipaparkan adalah deskripsi nilai homogen.
keterampilan proses sains dan nilai Hasil pengujian homogenitas matrik
pemahaman konsep siswa disajikan pada varian menggunakan uji Box’s M
Tabel 1. menunjukkan bahwa Box’s M memiliki nilai
Tabel 1. Deskripsi Nilai keterampilan proses 8,749 dengan  = 0,509 dan lebih besar
sains dan Pemahaman Konsep dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
matriks varian variabel terikat adalah sama.
Hasil pengujian kolinieritas antar
Keterampilan Pemahaman variabel terikat menggunakan korelasi
Proses Sains Konsep Product Moment menunjukkan bahwa
Statistik
MCTL MPK MCTL MPK harga rhitung = 0,415 dan Sig. (2-tailed) =
0,000. Oleh karena rhitung< 0,8 dan Sig. (2-
Mean 69,62 63,41 77,88 68,00 tailed) < 0,05, dapat disimpulkan bahwa
Median 69,00 63,00 80,00 68,00 variabel keterampilan proses sains dan
Modus 73,00 63,00 80,00 72,00 pemahaman konsep tidak kolinear. Karena
Jangkauan 27,00 20,00 32,00 32,00 uji prasyarat untuk sebaran data
Skor 58,00 53,00 60,00 52,00 keterampilan proses sains dan pemahaman
Minimum konsep, normal, varian antar model
Skor 85,00 73,00 92,00 84,00 pembelajaran adalah homogen, matriks
Maksimum varian variabel terikat adalah sama, dan
Simpangan 6,50 5,05 7,95 7,37 variabel keterampilan proses sains dan
Baku pemahaman konsep tidak kolinear, maka uji
Varians 42,30 25,52 63,26 54,30 MANOVA dua jalur dapat dilanjutkan.
Selanjutnya, untuk menguji hipotesis
Tabel 1, menunjukkan bahwa mean digunakan MANOVA dua jalur. Adapun
keterampilan proses sains untuk MCTL hasil pengujian MANOVA dua jalur untuk
adalah 69,62 yang berkualifikasi baik pengujian hipotesis 1, 2 dan 3 disajikan
sedangkan mean keterampilan proses pada Tabel 2 berikut.
sains untuk MPK adalah 63,41 yang Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Multivariat
berkualifikasi cukup. Mean pemahaman
konsep untuk MCTL adalah 77,88 yang Effect Value F Sig.
berkualifikasi baik sedangkan mean
pemahaman konsep untuk MPK adalah
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

Inter Pillai's 0,996 7670,918a 0,000 pengujian hipotesis kedua, terdapat


cept Trace perbedaan yang signifikan gaya kognitif
terhadap variabel-variabel keterampilan
Wilks' 0,004 7670,918a 0,000
proses sains dan pemahaman konsep
Lambda
dengan (F=6,205; p<0,05). Artinya,
Hotelling 243,521 7670,918a 0,000 keterampilan proses sains dan pemahaman
's Trace konsep secara bersama-sama
Roy's 243,521 7670,918a 0,000 menunjukkan perbedaan signifikan antar
Largest gaya kognitif. Hasil pengujian hipotesis
Root ketiga, terdapat interaksi antara model
Effect Value F Sig. pembelajaran dan gaya kognitif terhadap
keterampilan proses sains dan pemahaman
MP Pillai's 0,435 24,282a 0,000
konsep dengan (F=3,890;p<0,05).
Trace
Hasil pengujian MANOVA dua jalur
Wilks' 0,565 24,282a 0,000 untuk pengujian hipotesis 4 dan 5 disajikan
Lambda pada Tabel 3 berikut.
Hotelling 0,771 24,282a 0,000 Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Multivariat
's Trace pada Gaya Kognitif FI dan FD
Roy's 0,771 24,282a 0,000
Largest Effect Value F Sig.
a
Root Inter Pillai's 0,996 3746,513 0,000
GK Pillai's 0,165 6,205a 0,003 cept Trace
Trace Wilks' 0,004 3746,513a 0,000
Wilks' 0,835 6,205 a
0,003 Lambda
Lambda Hotelling 241,711 3746,513a 0,000
Hotelling 0,197 6,205a 0,003 's Trace
's Trace Roy's 241,711 3746,513a 0,000
Roy's 0,197 6,205a 0,003 Largest
Largest Root
Root MP Pillai's 0,588 22,116a 0,000
MP * Pillai's 0,110 3,890 a
0,026 Trace
GK Trace Wilks' 0,412 22,116a 0,000
Wilks' 0,890 3,890 a
0,026 Lambda
Lambda Hotelling 1,427 22,116a 0,000
Hotelling 0,123 3,890a 0,026 's Trace
's Trace Roy's 1,427 22,116a 0,000
Roy's 0,123 3,890 a
0,026 Largest
Largest Root
Root Inter Pillai's 0,997 4643,523a 0,000
cept Trace
Berdasarkan Tabel 2 dapat Wilks' 0,003 4643,523a 0,000
dijelaskan hasil pengujian hipotesis yang Lambda
pertama, terdapat perbedaan yang
Hotelling 299,582 4643,523a 0,000
signifikan model pembelajaran terhadap
's Trace
variabel-variabel keterampilan proses sains
dan pemahaman konsep dengan Roy's 299,582 4643,523a 0,000
(F=24,282; p<0,05). Artinya, keterampilan Largest
proses dan pemahaman konsep secara Root
bersama-sama menunjukkan perbedaan MP Pillai's 0,255 5,293a 0,011
signifikan antar model pembelajaran. Hasil Trace
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

Wilks' 0,745 5,293a 0,011 keterampilan proses sains dan pemahaman


Lambda seluruh anggota. Hal ini dapat diterapkan
dalam proses belajar mengajar karena
Hotelling 0,341 5,293a 0,011
memungkinkan siswa secara aktif terlibat
's Trace
dalam proses dan ketika mereka
Roy's 0,341 5,293a 0,011 melakukannya, mereka dapat
Largest mengembangkan keterampilan proses
Root sains dan lebih memahami konsep-konsep
tertentu atau mempertahankan
Berdasarkan Tabel 3, dapat pengetahuan dalam memori jangka panjang
dijelaskan hasil pengujian hipotesis yang mereka. Teamwork adalah proses yang
keempat, yaitu terdapat perbedaan melibatkan dua atau lebih siswa dengan
signifikan variabel model pembelajaran latar belakang yang saling melengkapi dan
terhadap keterampilan proses sains dan berbagi keterampilan.
pemahaman konsep untuk siswa yang Meningkatnya keterampilan proses
memiliki gaya kognitif FI dengan (F=22,116; sains dan pemahaman konsep siswa
p<0,05). Hasil pengujian hipotesis yang dengan MCTL, dapat dilihat dari tahapan
kelima terdapat perbedaan signifikan model pembelajarannya. Tahapan dalam
variabel model pembelajaran terhadap MCTL antara lain sebagai berikut (Frances,
keterampilan proses sains dan pemahaman 2008), yaitu Forming, pada tahapan ini
konsep untuk siswa yang memiliki gaya memberikan kesempatan kepada siswa
kognitif FD dengan (F=5,293; p<0,05). untuk mengklasifikasikan dan
membandingkan permasalahan yang
Pembahasan diberikan dengan kehidupannya untuk
Berdasarkan hasil penelitian, didiskusikan bersama timnya, sehingga
pertama ditemukan bahwa terdapat dapat mengembangkan pemahaman
perbedaan keterampilan proses sains dan konsep siswa khususnya indikator
pemahaman konsep yang signifikan antara mengklasifikasikan dan membandingkan.
kelompok siswa yang belajar mengguna- Stroming, pada tahapan ini, siswa
kan MCTL dan kelompok siswa yang mengajukan suatu hipotesis terkait
belajar menggunakan MPK dengan permasalahan yang diberikan. Kegiatan
F=24,282;p<0,05). tersebut memberikan kesempatan kepada
Berdasarkan hasil statistik deskriptif siswa untuk menduga sementara terkait
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata jawaban dari permasalahan, sehingga
keterampilan proses sains MCTL adalah siswa tersebut dapat mengembangkan
69,62 lebih baik dibandingkan dengan MPK pemahaman konsep khususnya pada
yang nilai rata-ratanya adalah 63,42. Untuk indikator menduga dan dapat juga
pemahaman konsep, jika dilihat dari mengembangkan keterampilan proses
statistik deskriptif rata-rata nilai MCTL sains pada indikator perumusan hipotesis.
adalah 77,88 lebih baik dibandingkan MPK Norming, pada tahapan ini, siswa
yang rata-ratanya adalah 68,00. Hasil memecahkan permasalahan yang dibahas
penelitian ini sesuai dengan teori yang dalam LKS. Selain sumber dari buku-buku
sudah ada, dimana MCTL memberikan nilai yang terkait, siswa juga dapat melakukan
keterampilan proses sains dan pemahaman suatu penyelidikan sebagai sumber lain
konsep yang lebih baik dibandingkan dalam pemecahan masalah. Dalam
dengan MPK. penyelidikan ilmiah, siswa tersebut diberi
Menurut Sudarman (2008), kesempatan untuk merumuskan
pembelajaran kolaboratif adalah proses permasalahan, sampai mengkomunikasikan
belajar kelompok yang setiap anggota penelitian, sehingga akan dapat
menyumbangkan informasi, pengalaman, mengembangkan indikator keterampilan
ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan proses sains siswa. Perfoming, pada
keterampilan yang dimilikinya, untuk secara tahapan ini memberikan kesempatan
bersama-sama saling mengembangkan kepada siswa untuk mengkomunikasikan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

hasil penyelidikannya. Hal tersebut juga cenderung memiliki tingkat kemandirian


dapat mengembangkan keterampilan yang tinggi dalam mencermati suatu
proses sains siswa khususnya indikator rangsangan tanpa ketergantungan dari
mengkomunikasikan hasil. Adjourning, faktor-faktor luar, sedangkan FD sangat
pada tahapan ini memberikan kesempatan bergantung pada sumber informasi di luar
kepada siswa untuk merangkum hasil (Ardana, 2008). Berdasarkan paparan
diskusi sehingga dapat meningkatkan tersebut, pembelajaran menggunakan
pemahaman siswa pada indikator MCTL cocok untuk siswa yang bergaya
merangkum. kognitif FI. Siswa yang bergaya kognitif FD
Di lain pihak, model pembelajaran cocok menggunakan MPK dalam
konvensional lebih cenderung bersifat pembelajarannya.
teacher centered. Model pembelajaran Hasil penelitian yang ketiga
konvensional memiliki tahapan-tahapan ditemukan bahwa terdapat pengaruh
pembelajaran yaitu apersepsi oleh guru, interaksi model pembelajaran dengan gaya
penyajian informasi, ilustrasi dan contoh kognitif terhadap keterampilan proses sains
soal, latihan soal, dan umpan balik. Tampak dan pemahaman konsep, diperoleh nilai
bahwa tahapan-tahapan pembelajaran statistik F =3,890 dengan angka signifikansi
tersebut bersifat kurang dinamis dan 0,026 <0,05. Ini berarti bahwa terdapat
fleksibel. Siswa hanya menerima apa yang pengaruh interaksi antara model
telah disampaikan oleh guru. pembelajaran dan gaya kognitif siswa
Hasil penelitian yang kedua terhadap keterampilan proses sains dan
ditemukan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa. Siswa yang
keterampilan proses sains dan pemahaman memiliki gaya kognitif FI akan lebih tekun
konsep yang signifikan antara siswa yang belajar, bekerja keras, berusaha
memiliki gaya kognitif FI dan gaya kognitif semaksimal mungkin, dan tidak
FD diperoleh nilai statistik F= 6,205) membuang-buang waktu karena merasa
dengan angka signifikansi 0.003<0,05. tertantang, mereka ingin berprestasi.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat Sementara itu, karakteristik yang dimiliki
dilihat bahwa nilai rata-rata keterampilan individu FD adalah cenderung menerima
proses sains siswa kelompok MCTL-FI struktur yang sudah ada karena kurang
adalah 72,71 lebih tinggi dibandingkan memiliki kemampuan restrukturisasi,
dengan kelompok MCTL-FD yang rata- memiliki tujuan yang sudah ada, bekerja
ratanya adalah 66,53 dan MPK-FI nilai rata- dengan menggunakan motivasi eksternal,
ratanya adalah 63,00 lebih rendah dari nilai dan lebih tertarik pada penguatan eksternal
rata-rata MPK-FD yang rata-ratanya adalah berupa hadiah atau dorongan dari orang
63,82. Nilai rata-rata pemahaman konsep lain.
siswa kelompok MCTL-FI adalah 81,65 Berdasarkan paparan tersebut,
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif FI akan
MCTL-FD yang rata-ratanya adalah 74,12 sukses dalam pelaksanaan pembelajaran
dan MPK-FI nilai rata-ratanya adalah 69,65 CTL ini, sehingga muara terakhir dari
lebih tinggi dari nilai rata-rata MPK-FD yang implementasi MCTL, yaitu keterampilan
rata-ratanya adalah 66,35. proses sains dan pemahaman konsep
Nilai keterampilan proses sains berkembang secara optimal. Sebaliknya
untuk MPK- FD lebih besar dari pada MPK- siswa yang memiliki gaya kognitif FD, tidak
FI, hal tersebut dikarenakan selama cocok jika diberikan pembelajaran dengan
pembelajaran model konvensional, siswa menggunakan MCTL. Penelitian ini
yang memiliki gaya kognitif FI kurang dapat membuktikan bahwa keefektifan suatu
mengembangkan keterampilan proses model pembelajaran dalam meningkatkan
sains, hal tersebut dikarenakan FI adalah keterampilan proses sains dan pemahaman
gaya kognitif dengan tingkat kemandirian konsep berkaitan dengan karakteristik
yang tinggi dalam mencermati suatu siswa yaitu gaya kognitif.
rangsangan tanpa ketergantungan dari Hasil penelitian yang keempat
guru. Siswa yang memiliki gaya kognitif FI ditemukan bahwa terdapat perbedaan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika yang signifikan antara
konsep fisika yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan MCTL
kelompok siswa yang belajar dengan MCTL dan kelompok siswa yang belajar dengan
dan kelompok siswa yang belajar dengan MPK pada gaya kognitif FD, diperoleh nilai
MPK pada gaya kognitif FI, diperoleh nilai statistik F= 5,293 dengan angka signifikansi
statistik F = 22,116 dengan angka 0,011 <0,05). Berdasarkan hasil statistik
signifikansi 0,000 <0,05. Berdasarkan hasil deskriptif dapat dilihat bahwa rata-rata
statistik deskriptif dapat dilihat bahwa rata- keterampilan proses sains dan pemahaman
rata keterampilan proses sains dan konsep siswa kelompok MCTL-FD lebih
pemahaman konsep siswa kelompok MCTL tinggi dari kelompok MPK-FD. Berdasarkan
pada gaya kognitif FI lebih tinggi nilai ini secara deskriptif dapat dijelaskan
dibandingkan dengan kelompok MPK-FI. bahwa pada gaya kognitif FD, keterampilan
Berdasarkan nilai tersebut, secara proses sains dan pemahaman konsep fisika
deskriptif dapat dijelaskan bahwa pada untuk kelompok siswa dengan MCTL lebih
gaya kognitif FI, nilai rata-rata keterampilan tinggi dari pada kelompok siswa dengan
proses sains adalah 72,71 dan pemahaman MPK. Nilai rata-rata keterampilan proses
konsep siswa adalah 81,65 untuk kelompok sains MCTL-FD yaitu, 66,53 dan nilai rata-
MCTL lebih tinggi dari nilai rata-rata rata pemahaman konsepnya adalah 74,12.
kelompok siswa MPK, di mana nilai rata- Untuk nilai rata-rata keterampilan proses
rata MPK-FI keterampilan proses adalah dan pemahaman konsep MPK- FD adalah
63,00 dan pemahaman konsepnya adalah 63,82 dan 66,35. Hasil penelitian
69,65. Adanya hubungan yang erat antara menunjukkan bahwa melalui hasil analisis
model pembelajaran CTL dengan gaya deskriptif maupun analisis MANOVA, maka
kognitif, mendukung temuan bahwa bagi dapat diambil suatu justifikasi bahwa MCTL
siswa yang memiliki gaya kognitif FI, nilai memang memberikan pengaruh yang lebih
rata-rata keterampilan proses sains dan baik daripada MPK dalam mencapai
pemahaman konsep siswa yang mengikuti keterampilan proses sains dan pemahaman
MCTL lebih baik dibandingkan MPK. Salah konsep fisika siswa.
satu karakteristik siswa yang berpengaruh Jika dilihat dari konteks
terhadap proses pembelajaran adalah gaya keterampilan proses sains, siswa yang
kognitif siswa. Salah satunya gaya kognitif memiliki gaya kognitif FD kurang mampu
FI. Gaya kognitif FI didefinisikan sebagai memecahkan suatu permasalahan melalui
gaya kognitif seseorang dengan tingkat suatu penyelidikan, tidak memiliki inisiatif
kemandirian yang tinggi dalam mencermati dalam bekerja dan cenderung menunggu
suatu rangsangan tanpa ketergantungan perintah ataupun bimbingan untuk
dari guru. menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pada MCTL yang ditekankan adalah Kaitannya dengan pemahaman konsep,
respon siswa terhadap tim yang tinggi untuk yaitu FD cenderung menerima struktur yang
membangun tim itu sendiri. MCTL cocok sudah ada karena kurang memiliki
diterapkan pada siswa yang bergaya kemampuan untuk merestrukturisasi,
kognitif FI. pada proses pembelajaran guru cenderung mengikuti tujuan yang sudah
hanya sebagai fasilitator, siswa bersama ada sehingga siswa cenderung juga
timnya bertanggung jawab untuk menerima dan menghafal konsep yang
menyelesaikan permasalahan, sehingga dipelajari. Hal tersebut akan bermuara pada
siswa tersebut dilatih mandiri. Siswa kurang tercapainya keterampilan proses
berinteraksi aktif dengan timnya, sehingga sains dan pemahaman konsep yang
dapat berkolaborasi dengan temannya dan optimal. Selama pembelajaran, siswa yang
dapat mengembangkan keterampilan memiliki gaya kognitif FD harus diberikan
proses sains dan pemahaman konsep bimbingan maupun tuntunan secara terus
siswa. menerus dalam belajar, siswa hanya akan
Hasil penelitian yang kelima melaksanakan proses pembelajaran sesuai
ditemukan bahwa terdapat perbedaan dengan intruksi yang guru berikan.
keterampilan proses sains dan pemahaman Akibatnya model pembelajaran yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

berpusat kepada guru seperti model Berdasarkan hasil analisis, indikator


pembelajaran konvensional lebih cocok menetapkan alat dan bahan serta
untuk diterapkan pada siswa yang memiliki menggunakan alat dan bahan berada pada
gaya kognitif FD. posisi terendah. Sesuai dengan hal
tersebut, guru hendaknya memberikan
SIMPULAN DAN SARAN peluang yang lebih banyak dalam hal
Simpulan menetapkan dan menggunakan alat dan
Berdasarkan hasil penelitian dan bahan, karena untuk mengembangkan
pembahasan dapat diuraikan simpulan indikator tersebut cukup lama dan perlu
sebagai berikut.Terdapat perbedaan yang latihan yang cukup.
signifikan keterampilan proses sains dan
pemahaman konsep fisika antara kelompok UCAPAN TERIMAKASIH
siswa yang belajar dengan MCTL dan MPK Penulis ingin mengucapkan
(F=24,282; p<0,05). Terdapat perbedaan terimakasih yang sebesar-besarnya atas
yang signifikan keterampilan proses sains bimbingannya kepada dosen pembimbing
dan pemahaman konsep antara siswa yang tesis. Pembimbing I, Prof. Dr. I Wayan
memiliki gaya kognitif FI dan gaya kognitif Sadia, M.Pd. dan pembimbing II, Dr. Anak
FD (F=6,205; p<0,05). Terdapat pengaruh Agung Istri Agung Rai Sudiatmika, M.Pd.
interaksi antara model pembelajaran dan
gaya kognitif terhadap keterampilan proses DAFTAR PUSTAKA
sains dan pemahaman konsep fisika siswa Ardana, I M. 2008. Peningkatan kualitas
(F=3,890;p<0,05). Terdapat perbedaan belajar siswa melalui pengembangan
yang signifikan keterampilan proses sains pembelajaran matematika berorientasi
dan pemahaman konsep fisika antara gaya kognitif dan berwawasan
kelompok siswa yang belajar dengan MCTL konstruktivis. Jurnal Penelitian dan
dan MPK untuk siswa yang memiliki gaya Pengembangan Pendidikan. 1(1). 11-
kognitif FI (F=22,116; p<0,05). Terdapat 14.
perbedaan yang signifikan keterampilan
proses sains dan pemahaman konsep fisika Baldi, S., Jin, Y., Skemer, M., Green, P. J.,
antara kelompok siswa yang belajar dengan Herget,D., & Xie, H. 2007. Performance
MCTL dan MPK untuk siswa yang memiliki of U.S. 15-year-old students in science
gaya kognitif FD (F=5,293; p<0,05). and mathematics literacy in an
Saran International context. Tersedia pada
Pertama, berdasarkan hasil http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts
penelitian menunjukkan bahwa terdapat /48852548.pdf.
interaksi antara model pembelajaran dan
gaya kognitif siswa dalam pencapaian Dimitriadou A., Lavdaniti M., Theofanidis D.,
keterampilan proses sains dan pemahaman Psychogiou M., Minasidou Eu..
konsep siswa. Hal ini mengindikasikan Konstadinidou-Straukou A., &
bahwa guru seyogianya memperhatikan Sapountzi-Krepia D. 2008.
karakteristik setiap siswa dalam memilih Interprofessional collaboration and
model pembelajaran yang akan diterapkan collaboration among nursing staff
selama proses pembelajaran demii members in Northern Greece.
pencapaian hasil belajar yang lebih optimal. International Journal of Caring
Kedua, keterampilan proses sains Sciences, 1(3):140–146.
dalam penelitian ini terjaring dalam 10 Efendi, R. 2010. Kemampuan fisika siswa
indikator, yaitu merumuskan masalah, indonesia dalam timss (trend of
merumuskan tujuan, merumuskan international on mathematics and
hipotesis, menetapkan alat dan bahan, science study). Prosiding Seminar
menetapkan langkah kerja, menggunakan Nasional Fisika.Terdapat pada
alat dan bahan, mengumpulkan data, http://www.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar
menganalisis data, menarik kesimpulan,
dan mengkomunikasikan hasil penelitian.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)

%20HFI%202010/CD%20Proceeding 2012. Highlights from TIMSS 2011


s/ Proceedings/FP%2012.pdf. mathematics and science
achievement of U.S. fourth- and
Fleischman, H.L., Hopstock, P. J., Pelczar
eighth-grade students in an
M.P., Shelley, B. E., & Xie, H. 2010.
International context. Tersedia pada
Highlights from PISA 2009:
http://www.cde.state.co.us/
Performance of U.S. 15-year-old
assessment/documents/newsreleases
students in reading, mathematics, and
/2012/HighlightsFromTIMSS2011Mat
science literacy in an International
h AndScience-IES-USDOE.pdf
context.Tersedia pada
http://nces.ed.gov/pubs2011/2011004 Santrock, J. W. 2008. Psikologi pendidikan.
.pdf. Terjemahan: Educational
Psychology, oleh: Kencana. Jakarta:
Frances, M. 2008. Stages of group Prenada Media Group.
development-A PCP approach.
Personal Construct Theory and Sanjaya, W. 2009. Kurikilum dan
Practice. 8. 10-18. pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Gonzales, P., Williams, T., Jocelyn, L.,
Roey, S., Kastberg, D., & Brenwald,
Thobroni, M & Mustofa, A. 2011. Belajar
S. 2008. Highlights from TIMSS 2007:
dan pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Mathematics and Science
Ruzz Media.
Achievement of U.S. Fourth and
Eighth Grade Students in An
Tirtarahardja, U & Sula, L. 2005. Pengantar
International Context. Washington
pendidikan. Jakarta: PT Rineka
DC: Institute of Education Sciences.
Cipta.
Kapp, E. 2009. Improving student teamwork
Wirtha, I M. & Rapi, N. K. 2008. Pengaruh
in a collaborative project-based
model pembelajaran dan penalaran
course. Journal of College Teaching.
formal terhadap penguasaan konsep
57 (3). 139-143. Terdapat pada
fisika dan sikap ilmiah siswa SMA
http://heldref.metapress.com/openurl.
Negeri 4 Singaraja. Laporan
asp?genre=article&id=doi:10.3200/CT
Penelitian (tidak diterbitkan).
CH.57.3.139-143.
UNDIKSHA Singaraja.
Khan, M., & Iqbal, M. Z. (2011). Effect of
inkuiri lab teaching Method on the
development of scientific skills
through the teaching of biology in
Pakistan. Strength for today and
bright hope for tomorrow journal.

Kunandar. 2007. Guru profesional


implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan
sukses dalam sertifikasi guru. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum tingkat satuan


pendidikan: Suatu panduan praktis.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Provasnik,S., Kastberg, D., Ferraro, D.,
Lemanski,N., Roey S., & Jenkins F.

Anda mungkin juga menyukai