PENDAHULUAN
Pemerintah telah mempercepat tetapi, siswa harus dapat mengembangkan
Milllenium Development Goals (MDG), yang pengetahuan yang dimiliki sendiri sehingga
semula dicanangkan tahun 2020 menjadi memunculkan pemahaman konsep yang
2015. MDG adalah era pasar bebas atau mendalam. Dengan adanya pengaplikasian
era globalisasi yang sebagai era proses sains melalui keterampilan proses
persaingan kualitas, siapa yang berkualitas sains dalam pembelajaran dan
dialah yang akan maju dan mampu pengembangan pemahaman konsep dalam
mempertahankan eksistensinya (Mulyasa, pembelajaran akan memperoleh hasil
2007). Pada era persaingan global ini, belajar yang optimal sehingga kualitas
Indonesia memerlukan Sumber Daya pendidikan menjadi meningkat.
Manusia (SDM) berkualitas. Pendidikan Berbagai upaya telah dilakukan
dalam hal ini mempunyai posisi sentral pemerintah untuk meningkatkan kualitas
dalam pembangunan, karena dalam pendidikan khususnya pendidikan sains.
pendidikan sasarannya adalah peningkatan Salah satu cara yang telah dilakukan oleh
kualitas SDM (Tirtaraharja & Sulo, 2005). Departemen Pendidikan Nasional adalah
Kualitas SDM dapat ditingkatkan melakukan pembaharuan pada kurikulum
melalui pendidikan karena sains merupakan dengan menerapkan Kurikulum Tingkat
salah satu disiplin ilmu yang berhubungan Satuan Pendidikan (KTSP) yang
dengan cara mencari tahu tentang alam merupakan hasil revisi dari Kurikulum
secara sistematis, sehingga sains bukan Berbasis Kompetensi (KBK) (Sanjaya,
hanya kumpulan pengetahuan berupa 2009).Usaha-usaha tersebut belum
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip mencapai hasil sesuai yang diharapan,
saja tetapi juga merupakan suatu proses khususnya pemahaman konsep dan kinerja
penemuan. Proses pembelajaran sains ilmiah, baik dari keterampilan proses
menitik beratkan pada dua aspek, yaitu maupun sikap ilmiah siswa masih tergolong
sains sebagai proses dan sains sebagai rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil-hasil
produk (Khan & Iqbal, 2011). penelitian sebelumnya. Berdasarkan
Produk sains yang dibangun dari penilaian dari Program for International
proses sains dan sikap sains akan Student Assessment (PISA) yang
melahirkan produk sains yang baru. Salah mengukur tentang kemampuan scientific
satu untuk mengaplikasikan proses sains literacy. Hasil menunjukkan bahwa pada
tersebut adalah kinerja ilmiah. Kinerja PISA tahun 2006, skor rata-rata siswa
ilmiah merupakan implementasi dari Indonesia berturut-turut untuk
keterampilan proses yang dimiliki siswa. mengidentifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan
Fisika merupakan salah satu unsur fenomena ilmiah dan menggunakan bukti
sains yang berperan penting dalam ilmiah adalah 393, 393, dan 386. Indonesia
pengembangan teknologi masa depan. menduduki urutan 50 dari 57 negara (Baldi
Oleh karena itu, untuk meningkatkan ilmu et al., 2007). Selanjutnya PISA pada tahun
pengetahuan dan teknologi, maka proses 2009, Indonesia menduduki urutan 60 dari
pembelajaran fisika perlu mendapat 65 negara dengan skor 383 (Fleischman, et
perhatian yang lebih baik (Wirtha & Rapi, al., 2010).
2008). Pemahaman konseptual adalah Penilaian dari Trend International
aspek kunci dari pembelajaran. Salah satu Mathematics Science (TIMSS) yang
tujuan pengajaran yang penting adalah mengukur tentang kemampuan scientific
membantu siswa memahami konsep utama inquiry. Kemampuan scientific inquiry yang
dalam suatu subjek, bukan sekedar diukur mencakup domain konten (fisika,
mengingat fakta yang terpisah-pisah biologi, kimia, dan kebumian) dan domain
(Santrock, 2008). kognitif (knowing, applying, reasoning).
Implikasinya, bahwa dalam belajar Survai untuk TIMSS menunjukkan bahwa
khususnya belajar fisika tidak cukup siswa rata-rata skor prestasi sains siswa
itu mengerti dan menguasai konsep. Akan Indonesia pada TIMSS tahun 2007
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)
keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika yang signifikan antara
konsep fisika yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan MCTL
kelompok siswa yang belajar dengan MCTL dan kelompok siswa yang belajar dengan
dan kelompok siswa yang belajar dengan MPK pada gaya kognitif FD, diperoleh nilai
MPK pada gaya kognitif FI, diperoleh nilai statistik F= 5,293 dengan angka signifikansi
statistik F = 22,116 dengan angka 0,011 <0,05). Berdasarkan hasil statistik
signifikansi 0,000 <0,05. Berdasarkan hasil deskriptif dapat dilihat bahwa rata-rata
statistik deskriptif dapat dilihat bahwa rata- keterampilan proses sains dan pemahaman
rata keterampilan proses sains dan konsep siswa kelompok MCTL-FD lebih
pemahaman konsep siswa kelompok MCTL tinggi dari kelompok MPK-FD. Berdasarkan
pada gaya kognitif FI lebih tinggi nilai ini secara deskriptif dapat dijelaskan
dibandingkan dengan kelompok MPK-FI. bahwa pada gaya kognitif FD, keterampilan
Berdasarkan nilai tersebut, secara proses sains dan pemahaman konsep fisika
deskriptif dapat dijelaskan bahwa pada untuk kelompok siswa dengan MCTL lebih
gaya kognitif FI, nilai rata-rata keterampilan tinggi dari pada kelompok siswa dengan
proses sains adalah 72,71 dan pemahaman MPK. Nilai rata-rata keterampilan proses
konsep siswa adalah 81,65 untuk kelompok sains MCTL-FD yaitu, 66,53 dan nilai rata-
MCTL lebih tinggi dari nilai rata-rata rata pemahaman konsepnya adalah 74,12.
kelompok siswa MPK, di mana nilai rata- Untuk nilai rata-rata keterampilan proses
rata MPK-FI keterampilan proses adalah dan pemahaman konsep MPK- FD adalah
63,00 dan pemahaman konsepnya adalah 63,82 dan 66,35. Hasil penelitian
69,65. Adanya hubungan yang erat antara menunjukkan bahwa melalui hasil analisis
model pembelajaran CTL dengan gaya deskriptif maupun analisis MANOVA, maka
kognitif, mendukung temuan bahwa bagi dapat diambil suatu justifikasi bahwa MCTL
siswa yang memiliki gaya kognitif FI, nilai memang memberikan pengaruh yang lebih
rata-rata keterampilan proses sains dan baik daripada MPK dalam mencapai
pemahaman konsep siswa yang mengikuti keterampilan proses sains dan pemahaman
MCTL lebih baik dibandingkan MPK. Salah konsep fisika siswa.
satu karakteristik siswa yang berpengaruh Jika dilihat dari konteks
terhadap proses pembelajaran adalah gaya keterampilan proses sains, siswa yang
kognitif siswa. Salah satunya gaya kognitif memiliki gaya kognitif FD kurang mampu
FI. Gaya kognitif FI didefinisikan sebagai memecahkan suatu permasalahan melalui
gaya kognitif seseorang dengan tingkat suatu penyelidikan, tidak memiliki inisiatif
kemandirian yang tinggi dalam mencermati dalam bekerja dan cenderung menunggu
suatu rangsangan tanpa ketergantungan perintah ataupun bimbingan untuk
dari guru. menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pada MCTL yang ditekankan adalah Kaitannya dengan pemahaman konsep,
respon siswa terhadap tim yang tinggi untuk yaitu FD cenderung menerima struktur yang
membangun tim itu sendiri. MCTL cocok sudah ada karena kurang memiliki
diterapkan pada siswa yang bergaya kemampuan untuk merestrukturisasi,
kognitif FI. pada proses pembelajaran guru cenderung mengikuti tujuan yang sudah
hanya sebagai fasilitator, siswa bersama ada sehingga siswa cenderung juga
timnya bertanggung jawab untuk menerima dan menghafal konsep yang
menyelesaikan permasalahan, sehingga dipelajari. Hal tersebut akan bermuara pada
siswa tersebut dilatih mandiri. Siswa kurang tercapainya keterampilan proses
berinteraksi aktif dengan timnya, sehingga sains dan pemahaman konsep yang
dapat berkolaborasi dengan temannya dan optimal. Selama pembelajaran, siswa yang
dapat mengembangkan keterampilan memiliki gaya kognitif FD harus diberikan
proses sains dan pemahaman konsep bimbingan maupun tuntunan secara terus
siswa. menerus dalam belajar, siswa hanya akan
Hasil penelitian yang kelima melaksanakan proses pembelajaran sesuai
ditemukan bahwa terdapat perbedaan dengan intruksi yang guru berikan.
keterampilan proses sains dan pemahaman Akibatnya model pembelajaran yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013)