Anda di halaman 1dari 11

ISSN: 2303-288X Vol. 3, No.

1, April 2014

PENGARUH PETUNJUK PRAKTIKUM IPA BERMUATAN


PERUBAHAN KONSEPTUAL TERHADAP PENINGKATAN
PEMAHAMAN KONSEP IPA PADA MAHASISWA PGSD
I Gede Margunayasa1, Putu Nanci Riastini2
1,2
Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: 1pakgun_pgsd@yahoo.com, 2chem_currie@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan pengaruh penggunaan
petunjuk praktikum IPA bermuatan perubahan konseptual terhadap peningkatan
pemahaman konsep IPA pada mahasiswa jurusan PGSD. Penelitian ini
merupakan quasi eksperimen. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester 3
program alih kredit Jurusan PGSD yang berjumlah 10 orang mahasiswa.
Rancangan penelitian menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Variabel
bebasnya adalah penggunaan petunjuk praktikum IPA bermuatan perubahan
konseptual, sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis infrensial.
Analisis inferensial menggunakan uji t sampel berpasangan. Berdasarkan hasil
penelitian dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep
yang signifikan setelah diterapkan petunjuk praktikum IPA bermuatan perubahan
konseptual (t = 12,366; p<0,05). Rata-rata pemahaman konsep mahasiswa
meningkat dari 50,25 menjadi 80,75.

Kata kunci: pemahaman konsep IPA, petunjuk praktikum IPA, perubahan


konseptual

Abstract
The aimed of this study was to describe the effect of using science
practical instruction with conceptual changing toward the improvement of science
concepts understanding of the students of PGSD department. This research was a
quasy experiment. The sample was 10 students at third semester of PGSD
department. The research design was One-Group Pretest-Posttest Design. The
dependent variable was learning through science practical instruction, while the
independent variable science concepts understanding. In analysing data, there
were two techniques used, namely: descriptive analysis and inferential analysis.
Inferential analysis used paired sample t-test. Based on the result of the research
can be showed that science concepts understanding could improve by using
science practical instruction with conseptual changing (t = 12.366; p<0,05). The
average of science concepts understanding was improve from 50.25 to 80.75.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 348


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

Key words: science concepts understanding, science practical instruction,


conceptual changing

PENDAHULUAN paradigma konstruktivisme. Belajar


Pembelajaran sains di Indonesia dimaknai sebagai pengkonstruksian
belum optimal. Laporan The Third informasi (pengetahuan) dan
International Mathematics and Science pemahaman melalui proses operasi
Study (TIMSS) tahun 1999 mental dan interaksi sosial (Brooks &
menunjukkan bahwa hasil studi siswa Brooks, 1993).
SLTP Indonesia dalam sains berada di Pemahaman adalah suatu
bawah Malaysia dan Thailand yakni proses mental terjadinya adaptasi dan
pada peringkat ke 32 dari 38 negara di transformasi ilmu pengetahuan
Asia, Australia, dan Afrika. Pada tahun (Gardner, 1999). Berdasarkan
2003 Indonesia berada pada peringkat taksonomi Gagne, pemahaman berada
ke 36 dari 45 negara peserta dengan pada level informasi verbal (verbal
skor 420 (Rahman, dkk, 2006). Untuk information), menurut taksonomi Bloom
mengoptimalkan pembelajaran sains di pada level comprehension, menurut
sekolah maka diperlukan usaha-usaha taksonomi Anderson pada level
yang lebih inovatif untuk pelaksanaan pengetahuan deklaratif (declarative
reformasi pendidikan. knowlwdge), berdasarkan taksonomi
Reformasi pendidikan pada Merrill pada level remember
skala nasional sepertinya tidak cukup paraphrased, dan menurut taksonomi
hanya melakukan program-program Reigeluth pada level memahami
khusus dan perubahan kurikulum. hubungan-hubungan (understand
Perubahan tersebut seharusnya relationship) (Reigeluth & Moore, 1999).
dimaknai dengan perubahan pemikiran Penjelasan tersebut mengindikasikan
(Costa, 1999) dan komitmen untuk bahwa pemamahan memerlukan
pengembangan diri. Perubahan prasyarat pengetahuan pada level yang
pemikiran dan sikap tersebut mengacu lebih rendah dan merupakan prasyarat
kepada perubahan paradigma dari untuk meraih pengetahuan pada level
bagaimana mengajar kearah bagaimana yang lebih tinggi seperti penerapan,
belajar dan bagaimana menstimulasi analisis, sintesis, evaluasi, wawasan,
pembelajaran dan learning how to learn dan kebijakan seseorang.
(Longworth, 1999). Gardner (1999) menyatakan
Pengemasan pembelajaran setidaknya ada tiga faktor sebagai
harus didasarkan pada hakikat belajar, penghalang utama bagi peserta didik
hakikat mengajar, hakikat orang yang dalam mencapai pemahaman, yaitu: (1)
belajar, dan hakikat orang yang pemilihan metode pembelajan yang
mengajar serta bukan semata-mata cenderung mentoleransi unitary ways of
berorientasi pada hasil belajar berupa knowing, (2) substansi kurikulum yang
hafalan (rote-memorization) (Brooks & cenderung dekontekstual, dan (3)
Brooks, 1993). Reformasi pendidikan perumusan tujuan pembelajaran yang
harus diarahkan kepada belajar menurut jarang diorientasikan pada pencapaian

Jurnal Pendidikan Indonesia | 349


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

pemahaman secara mendalam. Sistem Dalam pembelajaran,


pembelajaran yang tidak memberikan prakonsepsi memegang peran yang
peluang bagi peserta didik untuk utama untuk mencapai konsepsi yang
memahami konsep IPA yang sifatnya ilmiah. Pada kenyataannya di lapangan,
esensial akan menimbulkan salah pengajar cenderung memfokuskan
pemahaman atau miskonsepsi. sistem pembelajaran pada upaya
Penelitian Ardhana dkk (2004) penurunan ilmu pengetahuan kepada
dilakukan untuk mengeksplorasi peserta didik tanpa memperhatikan
miskonsepsi siswa di kota Singaraja dan pengetahuan awal peserta didik (prior
kota Malang. Dari hasil penelitian knowledge). Prakonsepsi peserta didik
dinyatakan bahwa persentase umumnya bersifat miskonsepsi, jika hal
miskonsepsi siswa sebelum ini terus dibiarkan maka akan
pembelajaran mencapai di atas 50%. menghambat pembentukan konsepsi
Penelitian yang dilakukan Asma dan ilmiah. Pembelajaran yang tidak
Masril (2002) mengeksplorasi memperhatikan prakonsepsi peserta
miskonsepsi siswa di kota Bukit Tinggi didik akan menjadikan miskonsepsi-
dengan menggunakan FCI (force miskonsepsi tersebut semakin kompleks
concept inventory). Rata-rata dan stabil.
miskonsepsi siswa di kota Bukit Tinggi Miskonsepsi tidak hanya terjadi
mencapai taraf lebih tinggi dari 50%. pada saat proses pembelajaran di
Penelitian yang dilakukan oleh Maharta dalam kelas, begitu juga akan
(2009) menyatakan bahwa rata-rata berdampak ketika seorang siswa
tingkat miskonsepsi fisika siswa sangat melakukan pembelajaran praktikum.
tinggi yaitu sebanyak 65% siswa. Begitu Dengan teori yang sudah miskonsepsi
juga penelitian yang dilakukan Sadia maka kegiatan praktikum yang
(2003) menemukan bahwa miskonsepsi dilakukan juga akan bersifat
siswa SMU di kota Singaraja sebelum miskonsepsi. Praktikum merupakan
pembelajaran mencapai angka 85% dari bagian yang tidak terpisahkan dari
hasil prates yang dilakukan. pembelajaran sains yang bertujuan
Label miskonsepsi di kalangan untuk memberi kesempatan kepada
siswa akan bertahan dan bertambah lagi siswa untuk melakukan pengujian
jika tidak didukung oleh buku-buku hipotesis atau observasi objek nyata
sumber yang bermuatan perubahan berkaitan dengan konsep atau teori.
konseptual. Buku-buku yang beredar Praktikum juga diartikan sebagai kerja
sekarang adalah buku full content, laboratorium atau kerja praktik yang
jarang sekali membahas dan menggali dilakukan di laboratorium berkaitan
miskonsepsi-miskonsepsi di kalangan dengan bidang ilmu. Adapun praktik
peserta didik. Dalam buku yang dapat didefinisikan sebagai cara
disajikan adalah konsep ilmiahnya saja melakukan sesuatu atau cara
tanpa dipaparkan terlebih dahulu melakukan apa yang tersebut dalam
kemungkinan-kemungkinan di bagian teori (Rustaman, dkk, 2003).
mana banyak siswa akan mengalami Bentuk praktikum menurut
miskonsepsi. Woolnough (Rustaman, dkk, 2003)
terdiri atas praktikum yang bersifat

Jurnal Pendidikan Indonesia | 350


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

latihan, praktikum yang bersifat memberi miskonsepsi pada saat teori maka pada
pengalaman, dan praktikum yang saat praktikum miskonsepsi tersebut
bersifat investigasi atau penyelidikan. tidak berubah. Ini dikarenakan
Ketiga bentuk praktikum tersebut pembelajaran praktikum IPA yang
penting dibekalkan kepada calon guru. dikembangkan hanya bersifat melatih
Praktikum bentuk latihan dan memberikan pengalaman, padahal
bertujuan untuk mengembangkan sesungguhnya pembelajaran praktikum
keterampilan dasar, seperti IPA dapat dikembangkan kearah
menggunakan alat, mengukur, dan praktikum bentuk investigasi serta
mengamati. Contoh praktikum bersifat pengembangan keterampilan berpikir
latihan adalah berlatih menggunakan yang bermuara pada berkurangnya
mikroskop. Praktikum bentuk miskonsepsi yang dialami mahasiswa.
pengalaman bertujuan untuk Untuk menanggulangi
meningkatkan pemahaman materi miskonsepsi tersebut perlu dilakukan
pelajaran. Contoh praktikum bentuk suatu perubahan pada konsep yang
pengalaman adalah eksplorasi respons dimiliki peserta didik. Berkaitan dengan
fisiologis sejenis tumbuhan. Sedangkan perubahan konsep, Suparno (2005)
praktikum bentuk investigasi bertujuan menyatakan bahwa dalam proses
untuk mengembangkan kemampuan pembelajaran ada dua proses yang
memecahkan masalah. Pada praktikum analog dengan perubahan konsep, yaitu
ini siswa dituntut dapat bertindak adanya proses asimilasi dan akomodasi.
sebagai seorang scientist (Rustaman, Dalam asimilasi, siswa menggunakan
dkk, 2003). Pelaksanaan praktikum ini konsep-konsep yang sudah ada untuk
dapat menggunakan model inkuiri atau menanggapi gejala baru dengan suatu
diskoveri sehingga diperlukan perubahan kecil berupa penyesuaian.
identifikasi masalah, perumusan Akomodasi peserta didik harus
masalah, hipotesis, perencanaan mengganti atau mengubah konsep-
percobaan, pelaksanaan percobaan, konsep mereka karena tidak sesuai
evaluasi hasil percobaan, dan pelaporan dengan gejala baru. Proses
hasil percobaan. Contoh materi untuk pembelajaran IPA yang benar haruslah
praktikum bentuk investigasi adalah mengembangkan perubahan konsep.
penyelidikan faktor-faktor yang Perubahan yang pertama dalam artian
mempengaruhi laju transpirasi. peserta didik memperluas konsep.
Kegiatan praktikum IPA yang Perubahan yang lain yakni merubah
ada di Jurusan PGSD FIP Undiksha konsep yang miskonsepsi menjadi
selama ini masih menggunakan konsepsi ilmiah.
pedoman praktikum IPA buku D2 Berikut ini beberapa hasil
padahal sekarang Jurusan PGSD sudah penelitian terkait dengan model
S1. Pedoman praktikum IPA D2 yang perubahan konseptual yaitu Ardhana
ada masing sangat konvensional, hanya dkk (2004), Hewson & Hewson (2003),
berisi petunjuk-petunjuk yang harus Santyasa (2004), dan Suastra (2002).
dikerjakan mahasiswa, tanpa melibatkan Hasil penelitian yang dilakukan
proses berpikir mahasiswa. Dengan oleh Ardhana dkk (2004) menyatakan
demikian, ketika mahasiswa mengalami bahwa kemasan model pembelajaran

Jurnal Pendidikan Indonesia | 351


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

perubahan konseptual (MPPK) petunjuk praktikum IPA bermuatan


memberikan peluang kepada siswa perubahan konseptual pada mata kuliah
untuk menjalani konflik kognitif dan praktikum IPA.
menghubungkan keterampilan fisika Berdasarkan uraian tersebut,
dengan keterampilan berpikir. Hewson & maka yang menjadi tujuan penelitian ini
Hewson (2003) melaksanakan adalah untuk memaparkan pengaruh
penelitian dengan membandingkan penggunaan petunjuk praktikum IPA
model pembelajaran perubahan bermuatan perubahan konseptual
konseptual dengan model pembelajaran terhadap peningkatan pemahaman
konvensional. Melalui hasil penelitian konsep IPA pada mahasiswa jurusan
dapat dilihat bahwa secara signifikan PGSD. Adapun manfaat penelitian ini
kelompok ekperimen mampu antara lain: 1) dapat memberikan
meningkatkan konsepsi ilmiah dan alternatif bahan pembelajaran kepada
mereduksi miskonsepsi siswa jika dosen-dosen IPA melalui petunjuk
dibandingkan dengan model praktikum IPA bermuatan perubahan
pembelajaran pada kelompok kontrol. konseptual untuk meningkatkan
Santyasa (2004) melakukan pemahaman konsep IPA mahasiswa, 2)
penelitian di SMU di kota Malang dan dengan dihasilkannya petunjuk
kota Singaraja pada materi mekanika. praktikum IPA bermuatan perubahan
Melalui penelitian tersebut, kelompok konseptual maka mahasiswa akan
siswa yang belajar dengan MPPK memiliki petunjuk praktikum IPA sebagai
mengalami penurunan miskonsepsi acuan dalam perkuliahan sehingga
sebesar 58% dibandingkan kelompok mahasiswa tahu konsep-konsep IPA
siswa yang belajar dengan MPK hanya yang ilmiah yang nantinya akan sangat
mengalami penurunan miskonsepsi berguna ketika mereka menjadi seorang
sebesar 10%. Di lain pihak, Suastra guru di sekolah, dan 3) mahasiswa
(2002) menerapkan model memperoleh keterampilan-keterampilan
pembelajaran perubahan konseptual proses IPA yang nantinya sangat
melalui bimbingan supervisi klinis bermanfaat bagi seorang calon guru
kepada mahasiswa jurusan pendidikan sekolah dasar ketika terjun di lapangan.
fisika yang melaksanakan PPL di SMA
Negeri 4 Singaraja. Dengan METODE
menerapkan bimbingan supervisi klinis Penelitian ini tergolong penelitian
pada mahasiswa yang mengadakan kuasi eksperimen. Mengingat tidak
PPL maka miskonsepsi yang dialami semua variabel (gejala yang muncul)
oleh mahsiswa dapat ditanggulangi. dan kondisi eksperimen dapat diatur dan
Dari paparan tersebut, sangat dikontrol secara ketat, maka penelitian
penting kiranya untuk diterapkan model ini dikategorikan penelitian semu
perubahan konseptual di Jurusan PGSD (penelitian quasi eksperimen). Sampel
untuk meningkatkan pemahaman dari penelitian ini adalah mahasiswa
konsep mahasiswa terhadap konsep- semester 3 program alih kredit Jurusan
konsep IPA. Penerapan model PGSD FIP Undiksha yang berjumlah 10
perubahan konseptual tersebut dapat orang mahasiswa. Rancangan
diwujudkan melalui pengembangan penelitian menggunakan rancangan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 352


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

One-Group Pretest-Posttest Design, digunakan untuk mendeskripsikan data-


karena dilakukan pada satu kelompok, data kualitatif melalui interpretasi-
tanpa kelompok pembanding. interpretasi sedangkan analisis deskriptif
Pelaksanaan ujicoba meliputi uji awal kuantitatif digunakan untuk mencari
(pretest), kegiatan belajar mengajar rata-rata dan persentase masing-masing
(KBM), dan tes akhir (posttest). indikator untuk data kuantatif hasil
Rancangan penelitian, digambarkan penelitian. Analisis inferensial digunakan
dalam Tabel 01. untuk menguji hipotesis penelitian
dengan menggunakan rumus uji t
Tabel 01 Rancangan Penelitian (paired t test). Kriteria yang digunakan
Pra-test Perlakuan Post-test adalah tolak H0 jika nilai thitung > ttabel.
O1 X O2
(Dimodifikasi dari Campbell dan Stanley, HASIL DAN PEMBAHASAN
1996) Penerapan petunjuk praktikum
Keterangan : IPA bermuatan perubahan konseptual
X = perlakuan dengan menerapkan menggunakan rancangan rancangan
petunjuk praktikum IPA One-Group Pretest-Posttest Design,
O1 = pemahaman konsep awal karena dilakukan pada satu kelompok,
O2 = pemahaman konsep akhir tanpa kelompok pembanding.
Pelaksanaan ini meliputi uji awal
Variabel bebas penelitian ini (pretest), kegiatan belajar mengajar
adalah penggunaan petunjuk praktikum (KBM), dan uji akhir (posttest).
IPA bermuatan perubahan konseptual. Penerapan petunjuk praktikum IPA
Sedangkan variabel terikatnya adalah bermuatan perubahan konseptual
pemahaman konsep. Adapun prosedur dilakukan pada mahasiswa semester 3
penelitiannya adalah mengadakan alih kredit Jurusan PGSD yang
pretest (tes awal), melaksanakan berjumlah 10 mahasiswa.
pembelajaran dengan menerapkan Berdasarkan hasil pretest
petunjuk praktikum IPA bermuatan dengan menggunakan tes pemahaman
perubahan konseptual pada kelas konsep yang berjumlah 10 item dapat
sampel, kemudian mengadakan post- diketahui bahwa 87,3% mahasiswa
test (test akhir), serta diakhiri dengan mengalami miskonsepsi. Hasil penelitian
analisis data. mengenai data pemahaman konsep
Data yang diperoleh pada mahasiswa sebelum dan setelah
penelitian ini selanjutnya dianalisis diterapkan petunjuk praktikum IPA
dengan analisis deskriptif dan analisis bermuatan perubahan konseptual
inferensial. Analisis deskriptif kualitatif seperti Tabel 02.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 353


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

Tabel 02. Hasil Penelitian

Nilai Pretest Posttest


Rata-rata 50,25 80,75
Standar deviasi 11,39 11,31
Varians 129,79 127,85
Tertinggi 70,00 95,00
Terendah 37,75 62,50

Selanjutnya hasil pengujian efektif digunakan untuk meningkatkan


hipotesis penelitian dengan pemahaman konsep IPA mahasiswa.
menggunakan uji t berkorelasi bantuan Penelitian ini mengungkap
program SPSS menyatakan bahwa nilai bahwa mahasiswa mengalami
thitung sebesar 12,366 dengan signifikansi miskonsepsi antara lain, 1) mahasiswa
sebesar 0,001. Nilai signifikansi ini jauh mengatakan bahwa untuk mengukur
lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 yang diameter pipa dapat menggunakan
menyatakan bahwa tidak terdapat penggaris. Hal ini tentunya miskonsepsi
peningkatan pemahaman konsep yang karena seharusnya untuk menghasilkan
signifikan setelah diterapkan petunjuk ketelitian pengukuran diameter pipa,
praktikum IPA bermuatan perubahan seharusnya digunakan jangka sorong
konseptual pada mahasiswa semester 3 sehingga dapat diukur dengan tepat
alih kredit Jurusan PGSD, ditolak. diameter pipa. 2) Mahasiswa
Sedangkan H1 yang menyatakan bahwa mengatakan bahwa hanya volume zat
terdapat peningkatan pemahaman cair yang dapat dinyatakan dengan
konsep yang signifikan setelah satuan liter, padahal volume zat padat
diterapkan petunjuk praktikum IPA juga dapat dinyatakan dengan satuan
bermuatan perubahan konseptual pada liter, karena liter itu adalah satuan
mahasiswa semester 3 alih kredit volume, baik padat, cair, dan zat gas. 3)
Jurusan PGSD, diterima. Ini berarti Terdapat mahasiswa yang mengatakan
bahwa terdapat peningkatan bahwa tangan sebagai alat ukur panas
pemahaman konsep yang signifikan badan, padahal alat ukur yang tepat
setelah diterapkan petunjuk praktikum adalah termometer. 4) Mahasiswa
IPA bermuatan perubahan konseptual mengatakan bahwa nyala lampu
pada mahasiswa semester 3 alih kredit pertama lebih terang dari lampu kedua,
Jurusan PGSD. Peningkatan karena energi baterai sudah berkurang,
pemahaman konsep sebesar 30,50 padahal tidak demikian. Nyala kedua
yaitu dari 50,25 sebelum diterapkan lampu akan sama, karena kedua lampu
petunjuk praktikum IPA bermuatan identik dan dirangkai seri. 5) Mahasiswa
perubahan konseptual menjadi 80,75 mengasumsikan bahwa gerak lurus
setelah diterapkan petunjuk praktikum beraturan sebagai gerak benda yang
IPA bermuatan perubahan konseptual. selalu lurus dengan waktu tempuh yang
Ini berarti penerapan petunjuk praktikum selalu sama dari awal hingga akhir.
IPA bermuatan perubahan konseptual

Jurnal Pendidikan Indonesia | 354


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

Selain itu, mahasiswa juga dikatakan mengalami perubahan


mengatakan bahwa: 6) potongan kayu miskonsepsi.
berubah menjadi kursi termasuk Petunjuk praktikum IPA
perubahan fisika, padahal potongan bermuatan perubahan konseptual
kayu menjadi kursi tidak termasuk menyediakan strategi konflik kognitif
perubahan kimia dan perubahan fisika. bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa
7) Mahasiswa mengatakan bahwa air dapat mengakomodasikan terjadinya
mengalir dari tempat tinggi ke tempat perubahan konseptual. Dalam petunjuk
rendah. Padahal konsepsi ilmiahnya praktikum IPA bermuatan perubahan
adalah air mengalir dari tekanan air konseptual, pertama-tama mahasiswa
yang lebih tinggi ke tekanan air yang dihadapkan terlebih dahulu pada
lebih rendah. 8) Terdapat mahasiswa sebuah konsep-konsep yang sifatnya
yang mengatakan bahwa bekas miskonsepsi, kemudian konsep yang
kelereng pada plastisin sama karena sifatnya miskonsepsi diubah dengan
kelereng yang dijatuhkan juga sama, strategi perubahan konseptual melalui
padahal ketinggian yang berbeda kegiatan praktikum. Dengan melakukan
sangat menentukan besarnya energi praktikum mahasiswa memperoleh
potensial benda. 9) Mahasiswa konsep yang ilmiah sehingga
mengatakan bahwa pelangi muncul miskonsepsi yang terjadi sebelumnya
setelah hujan merupakan proses berubah menjadi konsep yang ilmiah.
pembiasan cahaya matahari. Padahal Dengan kata lain, petunjuk
tidak hanya pembiasan, melainkan juga praktikum IPA perubahan konseptual
terjadi proses penguraian cahaya memberikan peluang bagi mahasiswa
mahatari menjadi spektrum warna untuk mencapai perubahan
pelangi. 10) Mahasiswa mengatakan miskonsepsi. Penelitian ini menemukan
bahwa sebuah magnet batang dipotong bahwa terdapat peningkatan
tepat dibagian tengah-tengah magnet pemahaman konsep yang signifikan
akan menjadi bagian magnet dengan setelah diterapkan petunjuk praktikum
kutub utara saja dan bagian magnet IPA bermuatan perubahan konseptual
dengan kutub selatan. pada mahasiswa semester 3 alih kredit
Ini beberapa miskonsepsi di awal Jurusan PGSD. Peningkatan
pembelajaran sebelum diterapkan pemahaman konsep sebesar 30,50
petunjuk praktikum IPA bermuatan yaitu dari 50,25 sebelum diterapkan
perubahan konseptual. Perubahan petunjuk praktikum IPA bermuatan
konsep terjadi apabila mahasiswa perubahan konseptual menjadi 80,75
mengalami konflik kognitif. Setelah setelah diterapkan petunjuk praktikum
konflik kognitif, mahasiswa nantinya IPA bermuatan perubahan konseptual.
dihadapkan pada dua pilihan, pertama Ini berarti penerapan petunjuk praktikum
mahasiswa bertahan pada pola pikir IPA bermuatan perubahan konseptual
yang miskonsepsi, kedua mahasiswa efektif digunakan untuk meningkatkan
akan merubah pengetahuannya yang pemahaman konsep IPA mahasiswa.
bersifat miskonsepsi dengan Peningkatan pemahaman
mengkonstruksi pengetahuan ilmiah. konsep mahasiswa dengan menerapkan
Untuk kasus kedua, mahasiswa petunjuk praktikum IPA bermuatan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 355


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

perubahan konseptual dapat terjadi kegiatan praktikum. Kedua, dalam


karena beberapa alasan. Pertama, pembelajaran Praktikum IPA lebih
dilihat dari segi landasan teoritik bahwa dianjurkan untuk menggunakan petunjuk
pandangan konstruktivistik menitik praktikum IPA ini, hal ini dikarenakan
beratkan pembelajaran pada eksplorasi dalam proses pembelajaran, mahasiswa
pengetahuan awal mahasiswa. dihadapkan kepada pola pikir yang
Pandangan ini lebih mengutamakan masih bersifat miskonsepsi, kemudian
pengkonstruksian pengetahuan awal sajian konsep ilmiah diperoleh masiswa
mahasiswa untuk mengkonstruksi setelah melakukan kegiatan praktikum
pengetahuan baru. Dengan demikian yang tersaji dalam petunjuk praktikum
mahasiswa akan dapat memperbaiki IPA bermuatan perubahan konseptual.
miskonsepsi yang terjadi pada mereka
setelah mengikuti kegiatan SIMPULAN DAN SARAN
pembelajaran yang dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
mengakomodasi pengetahuan awal pembahasan, maka simpulan penelitian
mereka. Kedua, dalam penyajian ini menyatakan bahwa terdapat
pembelajaran dengan petunjuk peningkatan pemahaman konsep yang
praktikum IPA bermuatan perubahan signifikan setelah diterapkan petunjuk
konseptual dimulai dari sajian praktikum IPA bermuatan perubahan
miskonsepsi atau uraian kasus sehingga konseptual pada mahasiswa semester 3
mahasiswa mengetahui bahwa apa alih kredit Jurusan PGSD (t = 12,366;
yang mereka ketahui selama ini masih p<0,05). Rata-rata pemahaman konsep
miskonsepsi. Dengan demikian, setelah mahasiswa sebelum diterapkan
melakukan sejumlah kegiatan praktikum petunjuk praktikum IPA bermuatan
maka mahasiswa dapat memiliki konsep perubahan konseptual adalah 50,25.
yang ilmiah atau tidak lagi miskonsepsi. Sedangkan rata-rata pemahaman
Temuan peneliti terkait dengan konsep mahasiswa setelah diterapkan
penerapan petunjuk praktikum IPA petunjuk praktikum IPA bermuatan
bermuatan perubahan konseptual perubahan konseptual adalah 80,75.
adalah sebagai berikut. Pertama, dalam Dapat dikatakan bahwa telah terjadi
proses pembelajaran untuk mencapai peningkatan pemahaman konsep dari
pembelajaran bermakna harus 50,25 menjadi 80,75.
memperhatikan pengetahuan awal Berdasarkan hasil penelitian ini,
mahasiswa. Pendapat ini sejalan maka dapat diajukan beberapa saran
dengan pandangan konstruktivisme guna peningkatan kualitas pembelajaran
dalam pembelajaran yang menyatakan Praktikum IPA selanjutnya, yaitu 1) para
bahwa pengetahuan awal dapat dosen IPA dalam mengajar mata kuliah
dijadikan sebagai spring board dalam Praktikum IPA hendaknya
pembelajaran untuk mencapai menggunakan petunjuk praktikum IPA
pembelajaran bermakna. Petunjuk bermuatan perubahan konseptual yang
praktikum IPA bermuatan perubahan berlandaskan pada filosofi
konseptual merupakan salah satu konstruktivisme sebagai alternatif untuk
alternatif dalam pengakomodasian meningkatkan pemahaman konsep
pengetahuan awal mahasiswa dalam mahasiswa, 2) agar diperoleh gambaran

Jurnal Pendidikan Indonesia | 356


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

yang lebih menyakinkan mengenai Hewson, M. G. & Hewson, P. W. 2003.


peningkatan pemahaman konsep Effect of instruction using
mahasiswa hendaknya dilakukan students prior knowledge and
penelitian dalam jangka waktu yang conceptual change strategies on
lebih lama. science learning. Nation of
Research in Science Teaching.
DAFTAR RUJUKAN Vol. 40. Supplement. 586-598.
Ardhana, W., Purwanto., Kaluge, L., &
Santyasa, I W. 2004. Krulik, S. & Rudnick, J.A. 1995. The new
Implementasi pembelajaran sourcebook for teaching
inovatif untuk pemahaman dalam reasoning and problem solving in
belajar fisika di SMU. Jurnal Ilmu elementary school.
Pendidikan. No.2. Jilid. 11. Juni. Massachusets: Allyn & Bacon.
152-168.
Longworth, N. 1999. Making life long
Asma, N., Masril. 2002. Penggunaan learning work: Learning cities for
force concept inventory (FCI) a learning century. London:
untuk mengungkap miskonsepsi Kogan Page Limited.
siswa. Buletin Pembelajaran.
No.03. Tahun 25. April. 177-194. Maharta, N. 2009. Analisis Miskonsepsi
Fisika Siswa SMA di Bandar
Brooks, J.G., & Brooks, M. G. 1993. In Lampung. Lampung: Universitas
search of understanding: the Lampung.
case for constructivist
classrooms. Virginia: Association Rahman, T., Rustaman, N.,
for Supervision and Curriculum Sukmadinata, N.S., dan Poedjaji,
Development. A. 2006. “Profil kemampuan
generic perencanaan percobaan
Campbell, D. T. & Stanley, J. C. 1996. calon guru hasil pembelajaran
Experimental and quasi- berbasis kemampuan generic
experimental designs for pada praktikum fisiologi
Research. Chicago: Rand tumbuhan”. Jurnal Pendidikan
Menally ε Company. dan Budaya Educare. 4 (1), 72-
87.
Costa, L. A. 1999. Developing minds: A
Reigeluth, C.M & Moore, J. 1999.
resource book for teaching
Cognitive education and the
thinking. Virginia: Association for
cognitive Domain. Indiana
Supervision and Curriculum
University.
Development.
Sadia, I W. 2003. Pengembangan model
Gardner, H. 1999. The disciplined mind: dan strategi pembelajaran fisika
What all students should di Sekolah Menengah Umum
understand. New York: Simon & untuk memperbaiki miskonsepsi
Schuster Inc. siswa. Laporan penelitian.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 357


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

Proyek peningkatan penelitian Departemen Pendidikan


pendidikan tinggi, Direktorat Nasional. Jurusan Pendidikan
Jendral Pendidikan Tinggi, Fisika IKIP Negeri Singaraja.
Santyasa, I W. 2004. Pengaruh model Aneka Widya. No.3. Tahun
dan seting pembelajaran XXXIII. Juli. 82-94.
terhadap remidiasi miskonsepsi,
pemahaman kosep, dan hasil Suparno, P. 2005. Miskonsepsi &
belajar siswa pada siswa SMU. perubahan konsep pendidikan
Disertasi (tidak diterbitkan). fisika. Jakarta: Grasindo.
Universitas Negeri Malang
Program Pasca Sarjana Program
Studi Teknologi Pembelajaran.
Suastra, I W. 2002. Pengembangan
strategi perubahan konseptual
dengan pendekatan bimbingan
suvervisi klinis pada mahasiswa
PPL program studi pendidikan
fisika di SMU Negeri 4 Singaraja.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 358

Anda mungkin juga menyukai