Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan dasar untuk mencerdaskan suatu bangsa dan membawa


bangsa tersebut kepada pengetahuan yang luas dan kemajuan sehingga tidak
terpuruk pada kebodohan dan keterbelakangan. Untuk itu diperlukan seorang
pendidik yang berkualitas sehingga peserta didik juga berkualitas.

Profesionalisme guru dalam mengajar antara lain ditandai bahwa dalam


pengambilan keputusan pendidikan dapat dipertanggungjawabkan baik aspek
ilmiah maupun aspek moral. Pengambilan keputusan pendidikan antara lain
menyangkut bagaimana perlakuan kepada pihak pembelajar, pendekatan yang
digunakan, organisasi materi ajar, pemilihan sarana dan pendukung proses
belajar-mengajar dan sebagainya (Sugandi, 2007: 1).

Paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah guru memberi pengetahuan


kepada siswa secara pasif. Dalam konteks pendidikan, paradigma lama ini juga
berarti jika seseorang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam mengajar, ia
tidak perlu tahu proses belajar mengajar yang tepat; ia hanya perlu menuangkan
apa yang diketahuinya kedalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak
guru yang menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif.
Mereka mengajar dengan strategi ceramah dan mengharapkan siswa duduk,
diam, dengar, catat, dan hafal (Wena, 2010:188-189).

Dalam suatu pembelajaran diperlukan adanya suatu pembelajaran aktif yang


mana setelah guru menerangkan materi, peserta didik harus diberi tugas yang
menarik agar murid bersemangat dan berfikir aktif. Untuk itu perlu adanya
strategi pembelajaran dengan menggunakan metode-metode dan model-model
pembelajaran yang aktif. Model pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 1

1
2

Kotaagung Kabupaten Tanggamus bisa dikatakan cukup untuk menumbuhkan


minat siswa belajar secara aktif. Akan tetapi selama proses pembelajaran masih
ditemukan kelemahan-kelemahan, yaitu: masih banyak siswa kurang memahami
materi yang diajarkan oleh guru, masih banyak siswa kurang aktif dalam
kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa juga belum memiliki keberanian
untuk mengemukakan pendapatnya dan berbicara di depan kelas, masih banyak
siswa yang tidak memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru,
khususnya siswa yang duduk di belakang.

Salah satu strategi yang peneliti ambil adalah strategi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran crossword puzzle. Crossword puzzle atau
yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah teka-teki silang, dapat
digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa
kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Bahkan strategi ini dapat
melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif semenjak awal.

Crossword puzzle atau teka-teki silang adalah sebuah teka-teki kata dalam kotak
hitam dan putih yang berbentuk persegi yang tujuannya untuk menulis satu
huruf di setiap persegi putih untuk membuat kata-kata dengan diberikan
petunjuk pertanyaan. Kotak hitam menandakan dimana kata berakhir (Claire,
2010:6). Model pembelajaran dengan menggunakan crossword puzzle ini akan
diterapkan oleh peneliti pada kompetensi dasar persebaran biosfer.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa Standar
Kelulusan Minimal (SKM) yang dicapai oleh siswa kelas XI-E SMA Negeri 1
Kotaagung Kabupaten Tanggamus masih cukup rendah, yaitu 35%. Diharapkan
dengan menggunakan model pembelajaran crossword puzzle ini, dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti
melaksanakan penelitian tentang "Pengaruh penggunaan model pembelajaran
crossword puzzle pada mata pelajaran fisika capaian kompetensi pengukuran
terhadap hasil belajar siswa kelas X-A Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2023/2024 SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung."
3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran
crossword puzzle pada mata pelajaran fisika capaian kompetensi pengukuran
terhadap hasil belajar siswa kelas X.A Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2023/2024 SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model


pembelajaran crossword puzzle pada mata pelajaran fisika capaian kompetensi
pengukuran terhadap hasil belajar siswa kelas X.A Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung.”

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak
pihak, antara lain :

1. Bagi Siswa

a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran fisika khususnya pada


capaian kompetensi pengukuran.
b. Mengembangkan daya pikir siswa dalam pelajaran fisika melalui
penggunaan model pembelajaran teka-teki silang;
c. Mempermudah dalam mengingat dan memahami fisika khususnya pada
capaian kompetensi pengukuran.
d. Mengubah kondisi pembelajaran yang semula membosankan menjadi
menyenangkan.

2. Bagi Guru

a. Menambah variasi strategi pembelajaran bagi guru;


b. Guru terdorong untuk menggunakan berbagai metode dan model
pembelajaran di kelas agar tidak monoton.
4

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan kepada sekolah dalam rangka perbaikan pembe-


lajaran fisika sehingga pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang
mengasyikan dan menyenangkan.

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi salah persepsi, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

1. Pengaruh

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Tim penyusun, 2005: 269) dijelaskan
bahwa pengaruh adalah efek dari suatu perbuatan atau akibat dari suatu
perbuatan. Maksud pengaruh dalam penelitian ini adalah pengaruh hasil
belajar kognitif .

2. Penggunaan

Dalam kamus besar bahasa indonesia (Tim penyusun, 2005: 360) dijelaskan
penggunaan adalah proses, pembuatan, cara menggunakan sesuatu. Maksud
penggunaan dalam penelitian ini adalah cara menggunakan model pembe-
lajaran crossword puzzle di kelas X.A pada mata pelajaran fisika untuk
capaian kompetensi pengukuran.

3. Model Pembelajaran

Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2009:22) menyatakan bahwa model


pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan suatu model
5

pembelajaran untuk mengajar yang akan diterapkan di sekolah, sehingga


dengan model pembelajaran ini diharapkan hasil belajar siswa dapat
meningkat.

4. Crossword Puzzle

Menurut Claire (2010: 6) pengertian dari metode crossword puzzle adalah “A


crossword puzzle is a word puzzle in a grid of black and white squares. The
goal is to write one letter in each white square to make the words given by
clues. The black squares tell where the word ends.”

Definisi di atas mengemukakan bahwa crossword puzzle atau teka-teki silang


adalah sebuah teka-teki kata dalam kotak hitam dan putih yang berbentuk
persegi yang tujuannya untuk menulis satu huruf di setiap persegi putih
untuk membuat kata-kata dengan diberikan petunjuk pertanyaan. Kotak
hitam menandakan dimana kata berakhir. Dalam penelitian ini, peneliti
membuat teka-teki silang sendiri dengan pertanyaan yang berhubungan
dengan kompetensi dasar persebaran biosfer.

5. Kompetensi Persebaran Biosfer

Biosphere is all living organisms of the earth and the environments with which they
interact (Strahler, 1978:3). Biosfer merupakan seluruh organisme yang hidup di
bumi dan di lingkungan tempat mereka berinteraksi. Kompetensi dasar
persebaran biosfer adalah suatu kompetensi dasar yang berisi konsep dan
informasi penting tentang tumbuhan dan hewan yang diajarkan pada siswa
kelas XI-E SMA Negeri 1 Kotaagung pada materi pelajaran geografi semester
ganjil. Peneliti mengambil kompetensi dasar persebaran biosfer sebagai materi
pembelajaran dalam penelitian kelas XI-E SMA Negeri 1 Kotaagung
Kabupaten Tanggamus.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar (Suprijono, 2011:5) adalah pola-pola perbuatan, nilai, pengertian-


pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Sedangkan hasil belajar
menurut Anni (2004: 4) adalah perubahan perilaku yang diperoleh si
6

pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Pada umumnya hasil belajar


dapat dikelompokkan menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Adapun hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hasil belajar kognitif (pengetahuan).
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar yaitu modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui


pengalaman (Learning is defined as the modication strengthening of
behaviour through experiencing). Menurut pengertian ini belajar adalah
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan
(Hamalik, 2008:36).

Belajar menurut teori psikologi klasik hakikat belajar adalah all learning is a
process of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan
menggunakan substansi dan sensasi. Arthur T. Jersild menyatakan bahwa
belajar adalah “modification of behavior through experience and training”
yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam
pendidikan karena pengalaman dan latihan atau mengalami latihan. Menurut
Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret
berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka
waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang
tertentu. Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk
memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Belajar
dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi
yang dipelajarinya.

Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut: 1) Kesempatan


terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; 2) Respons si pelajar;
3) Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon, baik konsekwensinya
maupun teguran (Sagala, 2008:14).
8

Belajar adalah proses mencari ilmu untuk mengubah diri dengan baik sesuai
dengan tingkat keilmuan yang dicapai (Asmani, 2009: 21). Belajar mempunyai
manfaat yang sangat besar. Diantara manfaat belajar antara lain adalah:

a. Mendapat dan memperteguh ilmu pengetahuan;


b. Menemukan ilmu baru yang orisinil;
c. Mengubah sikap dan perilaku;
d. Menggapai ridha sang pencipta.

William burton menyebutkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sebagai


berikut:

a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampui (under


going);
b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu;
c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid;
d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri
yang mendorong motivasi yang kontinu;
e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan;
f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid;
g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman
dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid;
h. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan;
i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur;
j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah;
k. Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan;
l. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.
m. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya;
9

n. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-


pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang
baik;
o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian
dengan kecepatan yang berbeda-beda;
p. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.

Adapun faktor-faktor yang kesulitan belajar yaitu antara lain:

a. Faktor intern siswa, meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikologi


fisik siswa yakni :
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap;
3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan
teling
b. Faktor ekstern siswa, terbagi 3 macam:
1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah perkam-
pungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan yang nakal;
3) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang
burukseperti dekat pasar, kondisi guru serta alat- alat belajar yang
berkualitas rendah (Ahmadi, 2011:10).

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah mengajar dilakukan


oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik atau murid. Sedangkan konsep pembelajaran menurut Corey adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Pembelajaran merupakan aset khusus dalam pendidikan.
10

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur


manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Suatu tujuan pembelajaran
seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam
situasi bermain peran;
b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan
dapat diamati;
c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya
pada peta Pulau Jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada
sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

2. Model Pembelajaran Crossword Puzzle

a. Model Pembelajaran

Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai


proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di
kelas.

Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan


untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk
kepada guru di kelas. Adapun fungsi model menurut pemikiran Joyce
adalah “each model guides us as we design insturction to help student
achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara
berfikir, dan mengekspresikan ide (Suprijono, 2011:46).
11

Menurut Soekamto, dkk menyatakan bahwa model pembelajaran adalah


kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Sedangkan Arends menyatakan “the term teaching model refers to a


particular approach to instruction that includes its goals, syntax, and
management system”. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu
pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya, dan sistem pengelolaannya (Trianto, 2009: 22).

Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai);
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai (Trianto, 2009:23).

b. Crossword Puzzle

Crossword puzzle atau teka-teki silang adalah sebuah teka-teki kata dalam
kotak hitam dan putih yang berbentuk persegi yang tujuannya untuk
menulis satu huruf di setiap persegi putih untuk membuat kata-kata
dengan diberikan petunjuk pertanyaan. Kotak hitam menandakan dimana
kata berakhir (Claire, 2010: 6).

Crossword puzzle sebagaimana yang kita ketahui sekarang, pertama kali


dipublikasikan pada tanggal 21 Desember 1913 di koran New York World.
Penciptanya adalah Arthur Wynne, yang dirancang penuh pada bagian
12

halaman hiburan yang disebut “Word-Cross”. Hampir setiap abad, teka-


teki silang merupakan salah satu teka-teki yang paling popular dikalangan
anak-anak dan dewasa (Sugar, 2002:165).

Teka teki silang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik
dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang
berlangsung. Bahkan strategi ini dapat melibatkan partisipasi peserta didik
secara aktif sejak awal. Adapun crossword puzzle memiliki beberapa
manfaat dan kekurangan. Beberapa kekurangan crossword puzzle
diantaranya:

1) Siswa dituntut untuk berkonsentrasi secara matang;


2) Banyak memakan waktu dalam mengisi teka teki silang;
3) Persiapan materi pembelajaran yang akan disampaikan guru harus
matang.

Manfaatnya dari pembelajaran dengan crossword puzzle antara lain:

1) Dapat mengasah daya ingat

Ketika teka-teki disodorkan, anak akan menyisir semua pengalaman-


pengalamannya hingga waktu itu. Selanjutnya ia akan memilah-milih
semua pengalamannya itu sekiranya cocok (sesuai) untuk menjawab
teka-teki yang ada. Dengan demikian, manfaat teka-teki sebagai
pengasah daya ingat telah didapatkan oleh seorang anak.

2) Belajar klasifikasi

Hanya jenis teka-teki yang meminta jawaban terkait golongan yang


diminta, semisal buah-buahan, binatang, alat transportasi, nama
seseorang, nama-nama benda dan sebagainya. Ketika anak disodori teka-
teki tersebut, maka seorang anak juga mendapatkan kesempatan untuk
beradu pengetahuan dengan lawan mainnya.
13

3) Mengembangkan kemampuan analisa

Hampir semua jenis teka-teki memilikinya. Ketika sebuah pertanyaan


disodorkan, seorang anak akan mengulas kembali seluruh pengalamannya
dan menganalisis pengalaman-pengalaman itu. Mana yang cocok untuk
menjawab dan makna yang cocok untuk beragumentasi terhadap jawaban
yang dipilihnya.

4) Menghibur

Ketika anak sedang diberi teka-teki untuk dijawab, secara tidak langsung ia
akan melupakan ingatan-ingatan tertentu. Jika anak sedang cemas
misalnya, kecemasan itu akan terganti dengan kesibukannya dalam
mencari jawaban dari teka-teki yang ada.

5) Merangsang kreativitas

Secara tidak langsung anak juga akan dibantu teka-teki untuk menyalurkan
potensi-potensi kreatifitas yang dimilikinya. Di dalam mempertahankan
jawaban misalnya, anak akan belajar beragumentasi, memilih bahasa yang
mudah dipahami orang lain dan mencari cara-cara alternatif untuk
menjawab. Tidak jarang ketika mencari jawaban soal, seorang anak akan
menemukan pertanyaan-pertanyaan baru yang belum tentu didapatkan
sebelumnya (Ghanoe, 2010:10).

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Crossword Puzzle

Adapun langkah-langkah permbelajaran crossword puzzle adalah sebagai


berikut:

1) Tulislah kata-kata kunci, terminologi atau nama-nama yang berhu-


bungan dengan materi kuliah yang telah anda berikan;
2) Buatlah kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah dipilih
(seperti dalam teka-teki silang). Hitamkan bagian yang tidak diperlukan;
14

3) Buat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang


telah dibuat atau dapat juga hanya membuat pernyataan-pernyataan
mengarah kepada kata-kata tersebut;
4) Bagikan teka-teki ini kepada peserta didik. Bisa individu atau kelompok;
5) Batasi waktu mengerjakan;
6) Beri hadiah kepada kelompok atau individu yang mengerjakan paling
cepat dan benar (Zaini, 2008:71).

3. Persebaran Biosfer

Kompetensi dasar persebaran biosfer adalah kompetensi dasar yang diajarkan


pada kelas XI IPS semester ganjil. Kompetensi dasar persebaran biosfer ini
mempelajari beberapa sub pokok bahasan yaitu:

a. Persebaran Flora dan Fauna di Permukaan bumi

1) Persebaran Flora di Permukaan Bumi

a) Bioma Tundra
Jenis vegetasi yang tumbuh adalah lumut yang membentuk suatu
hamparan yang luas atau sering disebut sebagai ”hamparan
bantalan”. Jenis-jenis lumut tersebut yaitu dark red, rumput kipas,
dan lain-lain. Tersebar di kutub utara dan di Pegunungan Alpine.
b) Bioma Taiga atau Hutan Boreal
Bioma taiga terletak di kawasan beriklim subartik dengan iklim yang
sangat dingin dan musim panas yang sangat pendek. Kisaran
temperatur antara suhu rendah dan suhu tinggi sangat besar.
Tersebar di Skandinavia, Rusia Timur, Amerika Utara, dan beberapa
di kawasan Asia Utara.
c) Bioma Hutan Iklim Sedang
Ciri khas dari bioma hutan iklim sedang adalah warna daun yang
berwarna oranye keemasan. Hal ini disebabkan karena pendeknya
hari sehingga merangsang tanaman menarik klorofil dari daun
sehingga diisi pigmen lain. Jenis vegetasi yang tumbuh adalah
quercus (oak), acer (maple), castanea dan lain-lain.
d) Bioma Savana (Padang Rumput)
15

Savana/sabana adalah suatu kawasan yang hanya ditumbuhi oleh


rumput-rumputan. Vegetasi yang tumbuh adalah rumput-rumputan,
seperti gramineae jenis rumput yang hidup sepanjang tahun dengan
ketinggian rumput mencapai 2,5 m lebih.
e) Bioma Gurun
Bioma gurun ini tersebar di Amerika Utara yang disebut praire, di
Asia disebut steppa, Amerika Selatan disebut pampas, dan Afrika
Selatan disebut veld. Sesuai dengan kondisi alamnya, maka tidak
semua jenis vegetasi bisa tumbuh di gurun. Jenis vegetasi yang bisa
bertahan hidup di daerah gurun antara lain adalah kaktus, liliaceae,
aloe, kaktus saguora, dan cholla.

2) Persebaran Fauna di Permukaan Bumi

a) Provinsi Zoogeografi Paleartic


Provinsi ini meliputi di Siberia, Afrika Utara, dan beberapa kawasan
di Asia Timur. Fauna yang hidup di antaranya harimau siberia,
beruang kutub, beaver, dan rusa.
b) Provinsi Zoogeografi Neartic
Provinsi ini meliputi sebagian besar Amerika Utara dan Greenland
(kutub utara sampai dengan subtropis). Fauna yang hidup di
antaranya antelope, rusa, dan beruang.
c) Provinsi Zoogeografi Neotropical
Provinsi ini meliputi Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Mexico.
Fauna yang hidup di antaranya primata, kelelawar, rodent,
trenggiling, dan kukang.
d) Provinsi Zoogeografi Ethiopian
Provinsi ini meliputi Afrika dan Madagaskar. Fauna yang hidup di
kawasan ini di antaranya gajah afrika, gorila gunung, jerapah, dan
lain-lain.
e) Provinsi Zoogeografi Oriental
Provinsi ini meliputi India, Cina, Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Fauna yang hidup dalam kawasan ini di antaranya harimau sumatra,
tapir malaysia, gajah india, kerbau air, badak, dan lain-lain.
f) Provinsi Zoogeografi Australia
16

Provinsi ini meliputi Australia, Tasmania, dan sebagian Indonesia


bagian timur. Fauna yang hidup di antaranya kanguru, plathypus,
kuskus, wombat, dan lain-lain.
g) Provinsi Zoogeografi Oceanic
Tersebar di seluruh samudra di dunia, berupa beberapa jenis ikan dan
fauna laut jenis mamalia, seperti anjing laut, lumba-lumba, dan ikan
paus.
h) Provinsi Antartik
Provinsi ini mencakup kawasan di kutub Selatan, jenis fauna yang
hidup di daerah ini memiliki bulu lebat untuk menahan dingin serta
memiliki lapisan lemak yang tebal pula. Fauna daerah ini di
antaranya rusa kutub, burung penguin, anjing laut, kelinci kutub, dan
beruang kutub.

b. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

1) Persebaran Flora di Indonesia

a) Hutan Pegunungan
Vegetasi didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae seperti meranti
merah, keruing, nyatoh dan lain-lain. Tersebar di Sumatra, Sulawesi,
Kalimantan, dan Papua.
b) Hutan Sub-Montana dan Montana
Hutan ini terdapat pada ketinggian antara 1300-2500 meter, vegetasi
yang tumbuh jenis Lauraceae dan Fagaceae, sedangkan suku
Dipterocarpaceae sedikit dijumpai.
c) Hutan Savana
Hutan savana terdapat di Papua, Nusa Tenggara Timur, serta sedikit
dijumpai di Maluku. Di Papua vegetasi hutan savana merupakan
asosiasi antara padang rumput dan Ecalyptus spp, di Maluku
merupakan asosiasi antara padang rumput dan Malauleca serta di
Nusa Tenggara Timur asosiasi antara padang rumput dengan
Ecalyptus alba, serta tersebar tidak merata pohon lontar (sejenis
palem-paleman).
d) Hutan Rawa
17

Vegetasi yang tumbuh pada hutan ini di antaranya jelutung, binuang,


rengas, nibung, rotan, pandan, dan palem-paleman.
e) Hutan Gambut
Vegetasi yang tumbuh adalah jenis ramin (Gonystilus bancanus) serta
beberapa terdapat meranti rawa dan jenis dari Agathis.
f) Hutan Pasang Surut
Vegetasi yang tumbuh adalah rhizopora, avecinia, sonneratia,
bruguinera, dan ceriop. Tersebar di Sumatra, Kalimantan, Maluku,
Bali, Jawa, dan Papua.

2) Persebaran Fauna di Indonesia

a) Bagian Barat
Bagian barat ini termasuk dalam provinsi zoogeografi Asiatis yang
meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Fauna yang hidup di
kawasan ini adalah harimau Sumatra, macan tutul, banteng, ular
kobra, badak bercula satu, burung elang Jawa, dan burung rangkong.
b) Bagian Peralihan
Bagian ini adalah kawasan unik dan khas yang disebut juga sebagai
Wallace region. Fauna di bagian peralihan antara lain anoa, tarsius,
burung maleo, burung alo, babirusa, musang sulawesi, kuskus, dan
burung jalak sulawesi.
c) Bagian Timur
Bagian ini termasuk dalam provinsi zoogeografi Australian, yang
meliputi Maluku dan Papua. Fauna yang hidup diantaranya kuskus,
kanguru, burung cendrawasih, buaya irian, penyu sisik, dan monyet
ekor.

3) Biota Laut Indonesia

Indonesia selain kaya akan keanekaragaman flora dan fauna juga sangat
kaya akan ragam biota laut. Bentuk negara Indoensia yang berupa
kepulauan dan memiliki wilayah laut 5,8 juta km2 menjadikan Indonesia
18

memiliki keanekaragaman biota laut yang sangat tinggi pula. Indonesia


diperkirakan mempunyai lebih dari 350 jenis karang yang tersebar di
beberapa Taman Nasional. Karang yang terdapat di Indonesia umumnya
berbentuk cabang, keras (massive), meja, lembaran, daun, jamur, pipa,
merayap mengikuti substrat dan lain-lain.
Jenis-jenis ikan yang ada di Indonesia antara lain abudefduf leucogaster,
amphiprion tricinctus, chaetodon speculum, chelmon rostratus, cheilinus
undulatus, kerapu (Epinephelus sp.), cakalang (Katsuwonus spp.),
baronang (Siganus sp.), kuda gusum (Hippocampus kuda), oci putih
(Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), bendera
(Platax pinnatus), dan sadar (Siganus lineatus).

4) Kerusakan Flora dan Fauna Indonesia

- Kebakaran hutan
- Illegal logging
- Kerusakan terumbu karang
- Perdagangan satwa liar

5) Konservasi Keragaman Flora dan Fauna di Indonesia

a) Kawasan Suaka Alam


Kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga
berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan.
b) Kawasan pelestarian alam
Kawasan Pelestarian alam merupakan kawasan dengan ciri khas
tertentu baik darat maupun perairan dan mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keaneka-
ragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
c) Taman buru
Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata berburu. Pembagian Kawasan Konservasi serta Sub
Konservasi, adalah sesuai UU No.41 Tahun 1999 dan Peraturan
19

Pemerintah No. 34 Tahun 2002. Kawasan Cagar Alam ialah kawasan


suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan
tumbuhan, satwa, serta ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Suaka Margasatwa ialah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri
khas berupa keanekaragaman atau keunikan jenis satwa di mana
untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.
Taman Nasional ialah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk
keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Taman Hutan Raya ialah kawasan pelestarian untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/hewan yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan
jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Taman Wisata Alam ialah kawasan pelstarian alam dengan
tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan
rekreasi alam (Susilawati, 2009:10-29).

4. Hasil Belajar

Hasil belajar (Anni, 2004:4) adalah perubahan perilaku yang diperoleh si


pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Pada umumnya hasil belajar
dapat dikelompokkan menjadi 3 ranah yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), synthesis (menguraikan, menentukan hubungan), analysis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-
routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif,
teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
20

Adapun faktor psikologis belajar yang berpengaruh terhadap hasil belajar


antara lain:

a. Minat;
b. Kecerdasan;
c. Bakat;
d. Motivasi;
e. Kognitif (Asmani, 2009:32-36).

Hasil belajar menurut Suprijono (2011: 5) adalah pola-pola perbuatan, nilai,


pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pada
pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam


bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis;
b. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang;
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri;
d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani;
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut.

Pada prinsipnya evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan


berkesinambungan. Oleh karena itu ragamnya pun banyak, mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks.

a. Pre-test dan post-test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai
penyajian materi baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf
pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-
test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan
guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk
mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi baru yang telah diajarkan.
b. Evaluasi prasyarat
21

Evaluasi ini mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk


mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari
materi baru yang diajarkan.

c. Evaluasi diagnosatik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran


dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum
dikuasai siswa.

d. Evaluasi formatif

Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada
setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.

e. Evaluasi sumatif

Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan ulangan yang


dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa
pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran (Syah, 2010: 142-143).

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mursilah (2017) tentang "Penerapan Metode


Pembelajaran Crossword Puzzle dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas
XII SMK Nurul Huda Sukaraja." Hasi penelitian menunjukkan bahwa Hasil
belajar IPS peserta didik sebelum penerapan metode pembelajaran Crossword
Puzzle di kelas Kelas XII SMK Nurul Huda Sukaraja adalah sangat rendah
yaitu dari 24 peserta didik hanya terdapat 10 peserta didik atau 42% yang
dapat memperoleh nilai sesuai kriteria ketuntasan minimal, sedangkan 14
peserta didik atau 58% memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal
dengan nilai rata-rata 68,12; Hasil belajar IPS peserta didik setelah penerapan
metode pembelajaran Crossword Puzzle di kelas Kelas XII SMK Nurul Huda
Sukaraja mengalami peningkatan setiap siklus yaitu siklus 1 terdapat 71%
22

yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata 77,91, pada
siklus 1I terdapat 95% yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan
nilai rata-rata 87,91. Dengan demikian penerapan metode pembelajaran
Crossword Puzzle dapat meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik kelas
Kelas XII SMK Nurul Huda Sukaraja.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Maya Aprilia Rosanti (2015) tentang


"Kefektifan Strategi Crossword Puzzle terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar
Awan dan Cuaca Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Pegirikan 03
Kabupaten Tegal". Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai
aktivitas belajar siswa kelas kontrol sebesar 69,40% dan kelas eksperimen
sebesar 77,28. Sedangkan hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 80,65%,
dan kelas kontrol sebesar 72,14%. Hasil uji hipotesis menunjukan nilai t hitung
>ttabel, sehinggga kesimpulan yang diperoleh disimpulkan terdapat perbedaan
aktivitas dan hasil belajar. Uji pihak kanan, menunjukkan hasil bahwa
aktivitas dan hasil belajar yang menerapkan strategi Crossword Puzzle lebih
baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Hikmah Turidaning Kalbu (2013) tentang


"Penerapan Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Zat Adiktif Dan Psikotropika Pada Siswa
Kelas VIII F SMP Negeri 4 Mojosongo Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013."
Berdasarkan hasil penelitian siklus 1 diperoleh hasil yaitu nilai kognitif rata-
rata 68,26 naik sebanyak 22,69 point dari nilai awal (45,58) dan siswa yang
mencapai KKM sebanyak 9 siswa (34,6%). Untuk nilai afektif siklus 1 yaitu
rata-ratanya 6,38 dengan kriteria berminat. Pada siklus 1I rata-rata nilai
kognitif adalah 82,30 meningkat 14,04 point dari nilai siklus 1 dan siswa yang
mencapai KKM sebanyak 22 siswa (84,61%) sedangkan nilai rata-rata afektif
siklus 1I adalah 8,77 dengan kriteria sangat berminat. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran crossword puzzle
dapat meningkatkan hasil belajar biologi materi zat adiktif dan psikotropika
siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Mojosongo Boyolali Tahun Ajaran
2012/2013."
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kasihani (1999),
yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian
praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya
tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas
permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan
keluar haruslah masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru.

Sedangkan menurut Suyanto (1997) secara singkat PTK dapat didefinisikan


sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena
itu PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang
dialami guru.

PTK merupakan siasat guru dalam mengaplikasikan pembelajaran dengan


berkaca pada pengalamnya sendiri atau dengan perbandingan dari guru lain.
Lewin (Tahir 2012: 77). Menurut Bahri (2012: 8) penelitian tindakan kelas
merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-
kejadian dalam kelas untuk memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar
lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik.

Dari beberapa definisi seperti yang telah dikemukakan dimuka maka ciri
utama dari penelitian tindakan adalah adanya intervensi atau perlakuan
tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata. Elliot (1982) mengatakan,
“The fundamental aim of action research is to improve practice rather than
toproduce knowledge (Wina 2011: 25).
24

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan subyek yang diteliti atau sasaran penelitian


(Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitiannya
adalah peserta didik Kelas X-A Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023/2024
yang terdiri dari 10 laki-laki dan 25 perempuan.

Obyek penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI-E SMA Negeri 1
Kotaagung pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer
setelah digunakan metode pembelajaran Crossword Puzzle.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam mata pelajaran geografi, penelitian


ini dilaksanakan satu kali setiap minggunya yaitu pada jam pelajaran geografi
di kelas XI-E. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2018 dan dilaksanakan
di ruang kelas XI-E SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus.

4. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan setting di ruang kelas XI-E SMA Negeri 1


Kotaagung Kabupaten Tanggamus, data hasil penelitian diperoleh pada saat
proses pembelajaran tersebut dilaksanakan.

5. Partisipan Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini penulis/peneliti dibantu oleh mitra kolaborator, dalam


hal ini partisipannya adalah:

Nama : Nurul Adi Gunawan, S.Pd.


NIP : -
Pangkat/Gol. : -
Jabatan : Guru Geografi SMA Negeri 1 Kotaagung

B. Prosedur Penelitian

Menurut model Hopkins (1993) PTK mencakup empat langkah utama setelah
adanya identifikasi masalah. Keempat langkah utama tersebut yaitu: 1)
perencanaan (planing); 2) tindakan (acting); 3) pengamatan (observing); dan 4)
25

refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang


sebagai satu siklus (Wiriatmadja, 2005). Keempat langkah tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut (Hopkins dalam Sanjaya, 2009).

Gambar 3.1.
Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins

Bagan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas dapat diartikan bahwa setiap
tahapan penelitian wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan
kriteria keberhasilan PTK itu sendiri. Berdasarkan bagan PTK dapat diketahui
bahwa kegiatan penelitian diawali dari tahp identifikasi masalah. Tahap
identifikasi masalah dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara, FGD
(Focus Group Discussion) dan observasi. Tujuannya untuk menemukan dan
merumuskan akar masalah agar mempermudah peneliti membuat perencanaan.
Tahap perencanaan ini digunakan sebagai acuan dalam memilih model
pembelajaran yang digunakan.

Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.


Pada tahap ini peneliti memberikan tindakan kepada siswa sesuai dengan pokok
permasalahan yang diteliti. Pada pelaksanaan tahapan ini peneliti telah
melakukan observasi, wawancara dan membagikan angket untuk mengetahui
hasil yang telah dicapai melalui tindakan yang telah diberikan. Pada tahapan ini
peneliti akan melihat kesesuaian proses dengan pelaksanaan dan membuat
refleksi atas setiap siklusnya.
26

Tahap terakhir yang digunakan adalah membuat refleksi. Hal ini dilakukan
setelah tindakan, refleksi berisi renungan dari peneliti dan juga hasil yang
diperoleh melalui observasi dan angket. Pada tahap refleksi ini juga berisi
evaluasi proses. Jika peneliti masih belum mencapai tujuan dari patokan yang
telah dibuat maka akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang
menunjang pencapaian tujuan.

C. Tahapan Penelitian

Tahap pertama pada penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap situasi
yang ada di SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus, kemudian pada
tahap berikutnya adalah menyusun rancangan penelitian.

1. Identifikasi Masalah

Sebelum menyusun rencana penelitian, terlebih dahulu penulis menganalisis


situasi dengan melakukan kegiatan pengumpulan data awal atau studi
pendahuluan di SMAN 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Tujuan dari pra
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang nyata mengenai
metode pembelajaran mata pelajaran geografi di kelas XI-E SMAN 1
Kotaagung Kabupaten Tanggamus semeser ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Kegiatan pengumpulan data awal yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1.
Kegiatan Pra Penelitian

No. Kegiatan Tanggal


Mengajukan surat izin kepada kepala SMAN 1
1. 23 Juli 2018
Kotaagung Kabupaten Tanggamus.
Observasi kegiatan pembelajaran geografi di kelas
2. 30 Juli 2018
XI-E

3. Kegiatan pra tindakan 06 Agustus 2018

Wawancara dan pengambilan nilai pretest kelas


4. 13 Agustus 2018
XI-E
27

Dari hasil pengumpulan data awal tersebut yang berupa observasi, dan
wawancara dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran geografi serta wali
kelas diketahui bahwa metode pembelajaran mata pelajaran geografi yang
digunakan dikelas XI-E adalah cermah, dan ketercapaian kompetensi belajar
pada mata pelajaran geografi di kelas X-E masih rendah.

2. Rancangan Siklus Penelitian

a. Siklus 1

1) Perencanaan (Planning)

 Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


dengan menerapkan metode crossword puzzle.
 Mermpersiapkan lembar kerja siswa berupa teka teki silang untuk
kompetensi dasar persebaran biosfer.
 Mempersiapkan instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda.
 Mempersiapkan peralatan dokumentasi.

2) Pelaksanaan (Action)

Pendahuluan
 Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, dan mengabsen
siswa.
 Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan
pertanyaan seputar materi.
Kegiatan Inti
 Guru menjelaskan materi tentang persebaran flora dan fauna yaitu
definisi flora dan fauna, persebaran flora di muka bumi dan
persebaran fauna di muka bumi.
 Guru memberi penugasan kepada siswa untuk mengisi soal
crossword puzzle (teka-teki silang).
 Membahas hasil penugasan crossword puzzle.
28

Penutup
 Guru menyimpulkan materi yang disampaikan.
 Guru memberikan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal untuk diisi
oleh peserta didik.
 Guru mengakhiri pembelajaran.

3) Pengamatan (Observation)

Observasi dilakukan oleh observer dan dilakukan selama proses


kegiatan siklus 1 berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati
pelaksanaan proses tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku
peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

4) Refleksi

Pada tahap ini peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai


pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Hal yang
dijadikan sebagai bahan refleksi adalah kelebihan dan kekurangan
selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil refleksi pada
siklus 1 dijadikan acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada
siklus 2.

b. Siklus 2

1) Perencanaan (Planning)

 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 dengan


menerapkan metode pembelajaran crossword puzzle.
 Mermpersiapkan lembar kerja siswa berupa teka-teki silang dan
handout.
 Mempersiapkan instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda
sebanyak 20 soal.
 Mempersiapkan peralatan dokumentasi.
29

2) Pelaksanaan (Action)

Pendahuluan
 Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, dan mengab-
sensi siswa.
 Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan
pertanyaan seputar materi
Kegiatan Inti
 Guru menjelaskan materi tentang persebaran flora dan fauna yaitu
persebaran flora fauna di Indonesia dan penyebab kerusakan flora
fauna di Indonesia serta upaya-upaya konservasi flora fauna
diIndonesia.
 Guru memberi penugasan kepada siswauntuk mengisi soal cross
word puzzle (teka-teki silang).
 Membahas hasil penugasan crossword puzzle.
Penutup
 Guru menyimpulkan materi yang disampaikan.
 Guru memberikan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal untuk diisi
oleh peserta didik.
 Guru mengakhiri pembelajaran.

3) Pengamatan (Observation)

Observasi dilakukan oleh observer dan dilakukan selama proses


kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal yang diobservasi yaitu
perilaku peserta didik selama mengikuti proses belajar mengajar.

4) Refleksi

Pada tahap ini, data hasil tes evaluasi dan data lembar observasi
dikumpul-kan, dianalisis dan dievaluasi untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya tindakan yang sudah dilakukan.
30

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu media pengumpulan data mengenai hal-hal yang


berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, artikel, agenda, dan
sebagainya (Arikunto, 2006:231). Dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data tentang siswa yang menjadi sampel penelitian dan untuk memperoleh
nilai siswa kelas XI-E pada pelajaran geografi. Dalam penelitian ini, metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen penting yang
diperlukan peneliti seperti foto dan data-data pendukung penelitian lainnya.

2. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Metode tes ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa kelas XI-E SMA Negeri 1
Kotaagung Kabupaten Tanggamus dengan menggunakan model pembelajaran
crossword puzzle dan prestasi belajar siswa yang diajar sebelum
menggunakan media tersebut. Dalam penelitian ini, metode tes digunakan
untuk memperoleh hasil kognitif siswa yang dijadikan sampel penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Winkel (2004) pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan


pengertian yang luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang subyek yang
diteliti, serta membantunya memperoleh pemahaman akan diri sendiri. Langkah-
langkah penyusunan instrumen adalah dengan menjabarkan variabel penelitian.
Setiap variabel dalam instrumen, diturunkan beberapa indikator yang secara
menyeluruh dapat menjadi tolak ukur dari butir instrumen yang akan
digunakan. Setelah indikator disusun maka perlu dikembangkan ke dalam butir-
butir instrumen yang berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
31

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran geografi
materi tentang persebaran flora dan fauna. Berikut ini adalah kisi-kiri instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.2.
Kisi-Kisi Intrumen Penelitian

No. Kompetensi Dasar Indikator No. Soal Jumlah Soal


1. Menjelaskan 1. Mendefinisikan pengertian 1 1
pengertian fenomena biosfer
biosfer 2. Menganalisis teori perse-baran 2, 3, 4 3
dan faktor-faktor yang
mempengaruhi persebaran
flora dan fauna serta sarana
persebarannya
2. Menganalisis sebaran 3. Menganalisis kawasan dan 5, 6, 7 3
hewan dan tumbuhan jenis bioma persebaran flora di
permukaan bumi
4. Menyebutkan jenis vegetasi 8, 9, 10 3
kawasan persebaran flora dan
fauna
5. Menyebutkan jenis dan daerah 11, 12, 13 3
persebaran fauna di
permukaan bumi
6. Menyebutkanjenis flora di 14 1
Indonesia
7. Menyebutkan jenis fauna dan 15,16, 17, 4
daerah persebaran fauna di 18
Indonesia
8. Menganalisis faktor-faktor 19, 20, 21, 7
penyebab kerusakan flora dan 22, 23, 24,
fauna dan menganalisis jenis 25
konservasi keaneka-ragaman
flora dan fauna

Dari kisi-kisi instrumen, maka dapat dibuat instrumen penelitiannya. Bentuk


instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah soal pilihan ganda
(multiple choice) sebanyak 25 soal dengan 5 buah alternatif jawaban dari setiap
soalnya. Pada setiap butir pertanyaan peserta didik diharuskan memilih salah
satu alternatif jawaban yang benar dengan memberikan tanda silang pada
alternatif jawaban tersebut. Angket uji coba instrumen penelitian selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 7.
32

F. Analisis Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan sebagai alat ukur penelitian, instrumen penelitian yang


berupa soal pilihan ganda perlu dilakukan uji coba. Uji coba dilakukan untuk
mengukur akurasi dari instrumen tersebut. Dalam penelitian ini uji dicoba di
lakukan di kelas X-F dengan jumlah responden 35 peserta didik. Hasil dari
jawaban responden dianalisis dengan menggunakan uji validitas, daya beda,
tingkat kesukaran dan reliabitas.

1. Uji Validitas Angket Penelitian

Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen


untuk mengukur apa yang harus diukur. Jadi validitas suatu instrumen
berhubungan dengan tingkat akurasi dari suatu alat ukur untuk mengukur
apa yang akan diukur. Langkah-langkah dalam menghitung validitas sebuah
instrumen adalah sebagai berikut.

a. Hitung koefisien korelasi antara skor hasil tes yang akan diuji validitasnya
dengan hasil tes yang terstandar yang dimiliki oleh orang yang sama
dengan menggunakan rumus korelasi produk momen menggunakan angka
kasar (korelasi produk momen Pearson), yaitu:
n n n
n ∑ xi yi - ∑ xi ∑ yi
i =1 i=1 i =1

√( ( ) )( (∑ ) )
n n 2 n n 2
n ∑ x 2i - ∑ xi n ∑ y 2i - yi
i =1 i =1 i =1 i=1
rxy =
dimana:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
xi = nilai data ke-i untuk kelompok variabel x.
yi = nilai data ke-i untuk kelompok variabel y.
n = banyaknya data
b. Bandingkan nilai koefisien validitas hasil langkah a di atas dengan nilai
koefisien korelasi Pearson/tabel Pearson (rtabel) pada taraf signifikansi 
(biasanya digunakan  = 0,05) dan n adalahnya banyak data yang sesuai.
Kriteria validitasnya adalah:
33

 Instrumen valid, jika rhitung  rtabel.


 Instrumen tidak valid jika rhitung < rtabel.
c. Untuk menentukan kategori dari validitas instrumen mengacu pada
pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guiford (1956: 145),
yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3.
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Validitas Butir Soal
Dengan Nilai Koeefisin Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Validitas


0,80 < rxy  1,00 Sangat Tinggi (Sangat Baik)
0,60 < rxy  0,80 Tinggi (Baik)
0,40 < rxy  0,60 Sedang (Cukup)
0,20 < rxy  0,40 Rendah (Kurang)
0,00  rxy  0,20 Sangat Rendah (Jelek)

Sumber: Guiford, 1956: 145.

Adapun hasil analisis validitas instrumen dengan menggunakan SPSS


diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.4.
Validitas Intrumen Penelitian

Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal


1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19,
Valid 20
21, 22, 23, 24
Tidak Valid 10, 13, 17, 20, 25 5
Jumlah 25

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa instrumen yang akan digunakan
untuk mengukur ketercapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran geografi
untuk kompetensi dasar persebaran biosfer terlebih dahulu diujicobakan di
kelas uji coba (X-F). Dari hasil analisis validitas butir soal dengan SPSS
diperoleh hasil bahwa dari 25 item soal yang akan digunakan sebagai
instrumen penelitian 20 butir soal dinyatakan valid, dan 8 butir soal
dinyatakan tidak valid.
34

Sedangkan berdasarkan kategori tingkat validitasnya diperoleh hasil perhi-


tungan sebagai berikut.

Tabel 3.5.
Tingkat Validitas Intrumen Penelitian

No. Tingkat Validitas Jumlah Item Persentase


1. Sangat Tinggi 0 0,00%
2. Tinggi 3 12,00%
3. Sedang 16 64,00%
4. Rendah 6 24,00%
5. Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 25 100,0%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tidak ada butir soal (0,00%) yang
mempunyai validitas sangat tinggi, 3 butir soal (12,00%) mempunyai validitas
tinggi; 16 butir soal (64,00%) mempunyai validitas sedang; 6 butir soal
(24,00%) mempuyai validitas rendah, dan tidak ada butir soal (0,00%) yang
mempunyai validitas sangat rendah. Uji validitas instrumen penelitian
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.

Selanjutnya butir soal yang dinyatakan tidak valid dibuang, sedangkan butir
soal yang dinyatakan valid digunakan sebagai intrumen penelitian. Intrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dan sudah diuji validitas
dapat dilihat pada lampiran 10.

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk menguji tingkat ketepatan suatu


instrumen sebagai alat ukur. Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian
penulis dalam penelitian ini mengunakan teknik belah dua (Split Half
Technique).

Tehnik belah dua (Split Half Technique) dilakukan dengan cara membagi tes
menjadi dua bagian yang relatif sama (banyaknya soal sama), sehingga
masing-masing test mempunyai dua macam skor, yaitu skor belahan pertama
35

(awal / soal nomor ganjil) dan skor belahan kedua (akhir / soal nomor genap).
Koefisien reliabilitas keseluruhan tes dihitung dengan menggunakan formula
Spearmen-Brown, yaitu:

2r 11
12

1 + r 11
12

11 =
r

Menurut Guilford (1956: 145) hubungan antara koefisien reliabilitas dengan


tingkat reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6.
Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas


0,80 < r11  1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi
0,60 < r11  0,80 Reliabilitas Tinggi
0,40 < r11  0,60 Reliabilitas Sedang
0,20 < r11  0,40 Reliabilitas Rendah
0,00  r11  0,20 Reliabilitas Sangat Rendah

Sumber: Guilford, 1956: 145

Berdasarkan hasil uji realiabilitas terhadap instrumen penelitian dengan


menggunakan SPSS diperoleh nilai rhitung sebesar 0,781. Sedangkan pada taraf
signifikasi  = 0,05 dan df = (N – 2 ) = 25 – 2 = 23 nilai r tabel adalah 0,396.
Sehingga karena rhitung> rtabel maka instrumen tersebut reliabel dengan tingkat
reliabilitas tinggi, artinya instrumen tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur
penelitian. Perhitungan reliabilitas instrumen penelitian selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 8.

3. Analisis Tingkat Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,
36

sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Untuk


menghitung indeks kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut:

B
JS
P=

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Adapun untuk menentukan kriteria tingkat kesukaran soal nilai indeks


kekuaran dapat dikonversikan kedalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.7.
Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal

Indek Kesulitan Keterangan


0,00  B  0,30 Soal kategori sukar
0,30 < B  0,70 Soal kategori sedang
0,70 < B  1,00 Soal kategori mudah

Sumber: (Arikunto 2013: 223).

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran setiap butir soal dalam intrumen
penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.8.
Tingkat Kesukaran Intrumen Penelitian

No. Tingkat Kesukaran Nomor Soal Jumlah Item


1. Sukar 10,13 2
2. Sedang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 20
15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 25
3. Mudah 18, 19, 24 3
Jumlah 25

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.


37

Hasil perhitungan validitas intrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat


pada lampiran 8.
4. Daya Pembeda Soal

Menurut Arikunto (2013: 226) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D.

Untuk menghitung daya pembeda butir soal pilihan ganda dapat digunakan
rumus sebagai berikut:

BA BB
-
JA JB
D= = PA - PB

Keterangan :
D = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
BA
PA = J A = (proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar)
BB
PB = J B = (proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar)
(Arikunto 2013: 228)

Untuk menafsirkan daya pembeda butir soal hasilnya dapat dikonversikan


dengan tabel kriteria berikut ini.

Tabel 3.9.
Kriteria Daya Beda Butir Soal

Indek Daya Beda Keterangan


D < 0,00 Sangat Jelek
38

0,00  D  0,20 Jelek


0,20 < D  0,40 Cukup
0,40 < D  0,70 Baik
0,70 < D  1,00 Sangat Baik
Jika D bernilai negatif maka semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang.

Dalam menentukan daya pembeda soal, seluruh peserta tes dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok siswa yang berkemampuan tinggi atau kelompok
atas (upper group) dan kelompok siswa yang berkemampuan rendah atau
kelompok bawah (lower group). Dari hasil perhitungan daya beda setiap butir
soal dalam intrumen penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.10.
Tingkat Daya Beda Intrumen Penelitian

No. Daya Beda No Soal Jumlah Item


1. Sangat Jelek 13, 20 2
2. Jelek 10, 17, 24 3
3. Cukup 1, 2, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 15
16, 18, 21, 22, 24
4. Baik 3, 4, 6, 19, 23 5
5. Sangat Baik - 0
Jumlah 25

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Nilai daya pembeda yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai
yang berklasifikasi cukup sampai sangat baik. Hasil perhitungan daya beda
intrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.

G. Metode Analisis Data

Teknik analisis data menurut Hasan (2006: 35) adalah “memperkirakan atau
dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa)
kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/
meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan
nilai variabel. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan bantuan wawancara”
39

Penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen


yaitu untuk menguji apakah strategi Crossword Puzzle dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
40

kuantitatif yaitu berupa nilai hasil belajar mata pelajaran geografi kompetensi
dasar persebaran biosfer.

Statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data


dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa
diambil smapelnya) jelas akan menggunakan statistic deskriptif dalam
analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya
dapat menggunakan statistic despkriptif maupun inferensial. Statistic deskriptif
dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan
tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel
dambil. Mengenai data dengan statistik deskriptif peneliti perlu memperhatikan
terlebih dahulu jenis datanya. Jika peneliti mempunyai data diskrit, penyajian
data yang dapat dilakukan adalah mencari frekuensi mutlak, frekuensi relatif
(mencari persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu: mode,
median dan mean (Arikunto, 1993: 363).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
persentase. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada
penelitian yaitu pengaruh penggunaan model pembelajaran crossword puzzle
pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer terhadap hasil
belajar siswa kelas XI-E SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus.

Deskriptif persentase ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah
responden dikali 100 %, seperti dikemukan Sudjana (2001: 128) adalah sebagai
berikut:

F
N
P= x 100%

Keterangan:
P = Persentase jawaban.
F = Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item.
N = Jumlah responden
41

Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu


gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan
fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk
angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap
maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi tentang keberadaan
gejala tersebut

Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel


berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur dan mudah
diinterpretasikan maksudnya oleh orang yang membutuhkan informasi tentang
keadaan variabel tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi
menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari
penelitian dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.

H. Kriteria Keberhasilan

1. Kriteria Keberhasilan Kuantatif

Herbert, Robin & Ortrun dalam Setiyawan (2015: 61) menyatakan defined
action research as a process that pursues inprovement in practical situations
without substantively prescribing objectives to be achieved. Pendapat di atas
didefinisikan bahwa, penelitian tindakan sebagai sebuah proses yang
mengejar untuk suatu perbaikan di situasi praktis tanpa menentukan tujuan
secara kenyataan untuk dapat tercapai. Jadi, dalam penelitian tindakan ini
tidak ada patokan yang pasti bagi peneliti untuk menentukan seberapa besar
target yang harus tercapai pada tiap siklusnya. Dalam penelitian ini kriteria
keberhasilan ditentukan oleh penulis berdasarkan hasil perhitungan nilai awal
sebelum diberikan tindakan. Selanjutnya hasil perhitungan awal tersebut
dijadikan sebagai acuan untuk menentukan tingkat keberhasilan yang harus
dicapai pada siklus 1 dan siklus 2. Tingkat keberhasilan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
42

Tabel 3.11.
Kriteria Keberhasilan Kuantitatif

Perubahan Indikator
Siklus 1 Siklus 2

Nilai mata pelajaran a. Persentase siswa yang tuntas 57,14 71,43


geografi kompetensi di setiap siklusnya
dasar persebaran
biosfer b. Jumlah siswa yang 20 25
mengalami peningkatan
setiap siklusnya.

2. Kriteria Keberhasilan Kualitatif

Adapun kriteria keberhasilan kualitatif yang ingin penulis capai dalam


penelitian ini adalah meningkatnya nilai mata pelajaran geografi kompetensi
dasar persebaran biosfer siswa kelas XI-E SMA Negeri 1 Kotaagung
Kabupaten Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran crossword


puzzle pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer
terhadap hasil belajar siswa kelas XI-E SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung dapat diuraikan mlenjadi tiga bagian yaitu, Pra
Tindakan, Siklus 1 Dan Siklus 2. Hasil penelitian ini kemudian dijadikan sebagai
dasar pembahasan yang akan penulis uraikan per bagian.

1. Deskripsi Proses dan Hasil Pra Tindakan

Kegiatan penelitian pra tindakan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal


ketercapaian kompetensi belajar peserta didik kelas XI-E SMA Negeri 1
Kotaagung pada mata pelajaran geografi. Hasil analisis atas situasi dan
kondisi awal peserta didik dijadikan sebagai refleksi yang mendasari penulis
dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus 1. Hal-hal yang
dilakukan sebelum tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi
sebelum tindakan.

a. Perencanaan Pra Tindakan

Pada tahapan ini peneliti mencari selengkap-lengkapnya tentang situasi


dan kondisi peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kabupaten
Tanggamus. Penulis mengajak dua orang untuk berdiskusi, yaitu wali kelas
dan guru mata pelajaran geografi. Dari hasil diskusi tersebut penulis
memperoleh gambaran yang komprehensif tentang situasi dan kondisi
peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung. Kesimpulan dari hasil diskusi
tersebut adalah ketercapaian kompetensi peserta didik kelas XI-E semester
ganjil tahun pelajaran 2018/2019 khususnya pada mata pelajaran geografi
sangat rendah.
44

b. Pelaksanaan Pra Tindakan

Kegiatan pra tindakan dilakukan tanggal 06 Agustus 2018. Kegiatan ini


diberikan untuk mendapatkan data awal ketercapaian kompetensi peserta
didik kelas XI-E pada mata pelajaran geografi. Kegiatan ini dimulai pukul
09.45 WIB di ruang kelas XI-E. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

Pembukaan
Peneliti masuk ke dalam kelas XI-E dan memberikan salam pembuka.
Peneliti menjelaskan tujuan dari kegiatan dan mengabsensi peserta didik
satu per satu.
Kegiatan Inti
 Peneliti memberikan materi secara singkat tentang kompetensi dasar
persebaran biosfer dengan metode ceramah.
 Peneliti mengadakan tanya jawab dari hasil materi yang telah
disampaikan.
Penutup
 Peneliti memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang kurang
memahami materi.
 Peneliti memberikan soal kepada peserta didik tentang persebaran
biosfer, peserta didik diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal
tersebut.

c. Tahap Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Pra Tindakan

Data hasil belajar belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi pra
tindakan akan dijadikan sebagai pedoman bagi penulis untuk tindakan
pada siklus 1. Berikut ini adalah hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMA
Negeri 1 Kotaagung semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 pada mata
pelajaran geografi sebelum digunakan metode pembelajaran crossword
puzzle (pra tindakan).
45

Tabel 4.1.
Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata
Pelajaran Geografi Pra Tindakan (Pre Test)

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Subyek Persentase


1. Tuntas 0 0,00%
2. Remidial 35 100,00%
Jumlah 35 100,00%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 35 siswa di kelas XI-E SMAN
1 Kotaagung semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 setelah diberikan
metode ceramah dalam proses pembelajaran mata pelajaran geografi
kompetensi dasar persebaran biosfer, ternyata setelah diukur ketercapaian
kompetensinya tidak ada satu orang peserta didik pun (0,00%) yang tuntas.
Dengan kata lain 35 orang peserta didik (100%) yang ada di kelas XI-E
semuanya remidial.

Data hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kabupaten
Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 sebelum digunakan
metode pembelajaran crossword puzzle (pra tindakan) pada mata pelajaran
geografi dapat digambarkan dalam diagram grafik berikut ini.
46

Diagram 4.1.
Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata
Pelajaran Geografi Pra Tindakan (Pre Test)

Analisis hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMA Negeri 1 Kotaagung
Kabupaten Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 pada
mata pelajaran geografi sebelum digunakan metode pembelajaran crossword
puzzle (pra tindakan) selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.

d. Refleksi Pra Tindakan

Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis maupun mitra kolaborator


selama proses pembelajaran sebelum tindakan (pra tindakan) diperoleh
kesimpulan bahwa, metode ceramah kurang menarik dan kurang efektif
digunakan sebagai metode pembelajaran pada mata pelajaran geografi. Hal
ini bisa dilihat dari partisipasi dari peserta didik yang sangat rendah selama
proses pembelajaran, peserta didik terlihat bosan, mengantuk serta tidak
bersemangat. Tingkat ketercapaian kompetensi yang rendah (0,00%) juga
menunjukkan bahwa untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan
suatu inovasi model pembelajaran. Bertitik tolak dari hal tersebut peneliti
47

mencoba untuk mendesain model pembelajaran dengan menggunakan


metode crossword puzzle pada mata pelajaran geografi untuk kompetensi
dasar persebaran biosfer.

2. Deskripsi Proses dan Hasil Tindakan Siklus 1

Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2018.


Pelaksanaan siklus 1 diawali dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran
bersama observer. Perencanaan siklus 1 didasarkan dari hasil refleksi yang
diperoleh dari pra tindakan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan
siklus 1 adalah sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan Siklus 1

Tahap perencanaan siklus 1 yang penulis lakukan adalah dengan membuat


perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran dibuat didasarkan dari
hasil refleksi sebelum tindakan (pra tindakan). Perangkat pembelajaran
disusun sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Kompetensi dasar yang disampaikan pada siklus 1 ini adalah menjelaskan
pengertian fenomena biosfer, sedangkan metode pembelajaran yang
digunakan adalah model pembelajaran crossword puzzle. Perangkat
pembelajaran yang penulis gunakan pada siklus 1 dapat dilihat pada
lampiran 15.

Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh mitra kolaboratif, mitra


kolaboratif bertugas membantu penulis dalam melakukan penelitian, yaitu
sebagai observer (pengamat) selama proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Dalam penelitian ini yang bertugas sebagai mitra kolaboratif
adalah Nurul Adi Gunawan, S.Pd..

b. Tahap Pelaksanaan Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2018 pada pukul 09.45 di


ruang kelas XI-E. Pelaksanaan siklus 1 diawali dengan mempersiapkan
perangkat pembelajaran bersama observer. Berikut ini adalah proses pelak-
sanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 1.
48

Pendahuluan
 Peneliti membuka pelajaran dengan mengucap salam, dan mengabsen
siswa.
 Peneliti memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan
pertanyaan seputar materi.
Kegiatan Inti
 Peneliti menggali pengetahuan awal siswa tentang materi persebaran
flora dan fauna.
 Peneliti menjelaskan materi tentang persebaran flora dan fauna yaitu
definisi flora dan fauna, persebaran flora di muka bumi dan persebaran
fauna di muka bumi.
 Peneliti memberi penugasan kepada siswa untuk mengisi soal crossword
puzzle (teka-teki silang).
 Membahas hasil penugasan crossword puzzle.
 Peneliti menyimpulkan materi yang disampaikan.
Penutup
 Peneliti memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang kurang
memahami materi.
 Peneliti memberikan soal kepada peserta didik tentang persebaran
biosfer, peserta didik diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal
tersebut.

c. Tahap Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Setelah Siklus 1

Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari soal yang diberikan di akhir
pertemuan pada siklus 1. Selanjutnya jawaban dari peserta didik tersebut
dianalisis untuk menentukan skor yang diperoleh masing-masing peserta
didik. Skor setiap jawaban benar adalah 1, dan jawaban salah atau tidak
menjawab skornya adalah 0.

Nilai hasil belajar peserta didik dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu


tuntas jika hasil belajar peserta didik melebihi atau sama dengan KKM (76),
sedangkan remidial jika hasil belajar peserta didik kurang dari KKM.
49

Berikut ini adalah data hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1
Kotaagung Kabupaten Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 mata pelajaran geografi untuk kompetensi dasar persebaran
biosfer setelah tindakan siklus 1.

Tabel 4.2.
Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata
Pelajaran Geografi Setelah Tindakan Siklus 1

No. Minat Belajar Jumlah Subyek Persentase


1. Tuntas 16 45,71
2. Remidial 19 54,29
Jumlah 35 100,00%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa setelah diberikan tindakan siklus
1 dalam kegiatan pembelajaran geografi, dari 35 orang peserta didik yang
ada di kelas XI-E, 16 orang peserta didik (45,71%) mempunyai hasil belajar
tuntas, dan 19 orang peserta didik (54,29%) mempunyai hasil belajar
remidial. Hasil belajar mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran
biosfer peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 setelah diberikan tindakan siklus 1 dapat digambarkan
dengan diagram batang berikut ini.
50

Diagram 4.2.
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Kab. Tanggamus Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada
Mata Pelajaran Geografi Setelah Tindakan Siklus 1

Analisis data hasil belajar peserta didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Kabupaten Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 pada
mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer setelah siklus
1 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18.

d. Tahap Refleksi Setelah Siklus 1

Perbandingan hasil belajar siswa kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab.


Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 mata pelajaran
geografi kompetensi dasar persebaran biosfer pra tindakan dan setelah
tindakan siklus 1 dapat diilustrasikan kedalam tabel berikut ini.
51

Tabel 4.3.
Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran
Geografi Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 1

Pra Tindakan Sesudah Siklus 1


No. Minat Belajar
f % f %
1. Tuntas 0 0,00% 16 45,71%
2. Remidial 35 100,00% 19 54,29%
Jumlah 35 100,00% 35 100,00%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, setelah digunakan metode


pembelajaran crossword puzzle pada siklus 1 untuk mata pelajaran
geografi, peserta didik kelas XI-E yang dapat menuntaskan kompetensi
dasar persebaran biosfer mengalami kenaikan sebesar 45,71%.
Perbandingan hasil belajar peserta didik pra tindakan dan sesudah
tindakan siklus 1 dapat diilustrasikan seperti gambar diagram batang di
bawah ini.

Diagram 4.3.
Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran
Geografi Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 1
52

Berdasarkan uji distribusi frekuensi skor hasil belajar peserta didik kelas
XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran
biosfer pra tindakan dan setelah tindakan siklus 1 diperoleh hasil sebagai
berikut.

Tabel 4.4.
Uji Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran Geografi
Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 1

Tindakan Siklus 1 Pra Tindakan


Mean 58,00 42,00
Std. Deviation 20,729 8,506
Minimum 30 30
Maximum 85 60
Sum 2030 1470

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai
hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung semester ganjil
tahun pelajaran 2018/2019 pra tindakan dan setelah tindakan siklus 1 yaitu
16 point. Nilai tertinggi mengalami kenaikan dari 60 pada pra tindakan
menjadi 85 setelah tindakan siklus 1.

Sedangkan berdasarkan perbedaan skor hasil belajar yang diperoleh peserta


didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar
persebaran biosfer pra tindakan dan setelah tindakan siklus 1 diperoleh
hasil perhitungan sebagai berikut.
53

Tabel 4.5.
Data Perbedaan Skor Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E
SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran Geografi
Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 1

Hasil Belajar Frekuensi Persentase


Menurun 0 0,00%
Tetap 14 40
Naik 21 60
Total 35 100,00%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dijelaskan bahwa jumlah peserta


didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung yang mengalami peningkatan hasil
belajarnya setelah digunakan metode pembelajaran crossword puzzle pada
siklus 1 adalah 21 orang (60%). Data perbedaan skor hasil belajar peserta
didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran geografi pra tindakan dan setelah
tindakan siklus 1 dapat digambarkan kedalam diagram batang berikut ini.

Diagram 4.4.
Data Perbedaan Skor Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E
SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus Tanggamus Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran Geografi
Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus1
54

Analisis hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab.
Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 mata pelajaran
geografi kompetensi dasar persebaran biosfer tindakan siklus 1 selengkap-
nya dapat dilihat pada lampiran 18.

Dari hasil refleksi di atas diperoleh hasil bahwa masih terdapat 19 orang
peserta didik (54,29%) kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung yang hasil belajarnya
tidak tuntas (remidial) pada kompetensi dasar persebaran biosfer mata
pelajaran geografi. Dari perbedaan skor pra tindakan dan setelah tindakan
siklus 1 masih terdapat 14 orang peserta didik (40,00%) yang hasil
belajarnya tidak mengalami perubahan (tetap). Dari hasil refleksi tersebut
penulis dan mitra kolaborator berpendapat bahwa tahapan penelitian
masih perlu dilanjutkan ke siklus 2.

3. Deskripsi Proses dan Hasil Tindakan Siklus 2

Pada prinsipnya tindakan pembelajaran pada siklus 2 ini adalah untuk


memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus 1. Materi
yang diberikan pada siklus 2 adalah “penyebaran hewan dan tumbuhan.”
Berikut ini adalah tindakan pada siklus 2.

a. Tahap Perencanaan Siklus 2

Tahap perencanaan siklus 2 yang penulis lakukan adalah dengan membuat


perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran dibuat didasarkan dari
hasil refleksi siklus 1. Perangkat pembelajaran disusun sebagai pedoman
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kompetensi dasar yang
disampaikan pada siklus 2 ini adalah menganalisis sebaran hewan dan
tumbuhan, sedangkan metode pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran crossword puzzle. Perangkat pembelajaran yang penulis
gunakan pada siklus 2 dapat dilihat pada lampiran 19.
55

b. Tahap Pelaksanaan Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2018 pada pukul 09.45 di


ruang kelas XI-E. Pelaksanaan siklus 2 diawali dengan mempersiapkan
perangkat pembelajaran bersama observer. Berikut ini adalah proses pelak-
sanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 2.
Pendahuluan
 Peneliti membuka pelajaran dengan mengucap salam, dan mengabsen
siswa.
 Peneliti memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan
pertanyaan seputar materi.
Kegiatan Inti
 Peneliti menggali pengetahuan awal siswa tentang materi persebaran
flora dan fauna.
 Peneliti menjelaskan materi tentang persebaran flora dan fauna yaitu
persebaran flora fauna di Indonesia dan penyebab kerusakan flora fauna
di Indonesia serta upaya-upaya konservasi flora fauna di Indonesia.
 Peneliti memberi penugasan kepada siswa untuk mengisi soal crossword
puzzle (teka-teki silang).
 Membahas hasil penugasan crossword puzzle.
 Peneliti menyimpulkan materi yang disampaikan.
Penutup
 Peneliti memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang kurang
memahami materi.
 Peneliti memberikan soal kepada peserta didik tentang persebaran
biosfer, peserta didik diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal
tersebut.

c. Tahap Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Setelah Siklus 2

Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari soal yang diberikan di akhir
pertemuan pada siklus 2. Selanjutnya jawaban dari peserta didik tersebut
dianalisis untuk menentukan skor yang diperoleh masing-masing peserta
didik. Skor setiap jawaban benar adalah 1, dan jawaban salah atau tidak
menjawab skornya adalah 0.
56

Nilai hasil belajar peserta didik dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu


tuntas jika hasil belajar peserta didik melebihi atau sama dengan KKM (75),
sedangkan remidial jika hasil belajar peserta didik kurang dari KKM.
Berikut ini adalah data hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1
Kotaagung Kabupaten Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 mata pelajaran geografi untuk kompetensi dasar persebaran
biosfer setelah tindakan siklus 2.

Tabel 4.6.
Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata
Pelajaran Geografi Setelah Tindakan Siklus 2

No. Minat Belajar Jumlah Subyek Persentase


1. Tuntas 27 77,14
2. Remidial 8 22,86
Jumlah 35 100,00%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa setelah diberikan tindakan siklus
2 dalam kegiatan pembelajaran geografi, dari 35 orang peserta didik yang
ada di kelas XI-E, 27 orang peserta didik (77,14%) mempunyai hasil belajar
tuntas, dan 8 orang peserta didik (22,86%) mempunyai hasil belajar
remidial. Hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab.
Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 setelah diberikan
tindakan siklus 2 dapat digambarkan dengan diagram batang berikut ini.
57

Diagram 4.5.
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Kab. Tanggamus Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada
Mata Pelajaran Geografi Setelah Tindakan Siklus 2

Analisis data hasil belajar peserta didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Kabupaten Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 pada
mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer setelah siklus
2 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.

d. Tahap Refleksi Setelah Siklus 2

Perbandingan hasil belajar siswa kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab.


Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 mata pelajaran
geografi kompetensi dasar persebaran biosfer pra tindakan dan setelah
tindakan siklus 2 dapat diilustrasikan kedalam tabel berikut ini.
58

Tabel 4.7.
Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran
Geografi Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 2

Pra Tindakan Sesudah Siklus 2


No. Minat Belajar
f % f %
1. Tuntas 0 0,00% 27 77,14%
2. Remidial 35 100,00% 8 22,86%
Jumlah 35 100,00% 35 100,00%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, setelah digunakan metode


pembelajaran crossword puzzle pada siklus 2 untuk mata pelajaran
geografi, peserta didik kelas XI-E yang dapat menuntaskan kompetensi
dasar persebaran biosfer mengalami kenaikan sebesar 77,14%. Perbanding-
an hasil belajar peserta didik pra tindakan dan sesudah tindakan siklus 2
dapat diilustrasikan seperti gambar diagram batang di bawah ini.

Diagram 4.6.
Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran
Geografi Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 2
59

Berdasarkan uji distribusi frekuensi skor hasil belajar peserta didik kelas
XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran
biosfer pra tindakan dan setelah tindakan siklus 2 diperoleh hasil sebagai
berikut.

Tabel 4.8.
Uji Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran Geografi
Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 2

Tindakan Siklus 2 Pra Tindakan


Mean 70,57 42,00
Std. Deviation 19,844 8,506
Minimum 30 30
Maximum 95 60
Sum 2470 1470

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai
hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung semester ganjil
tahun pelajaran 2018/2019 pra tindakan dan setelah tindakan siklus 2 yaitu
28,57 point. Nilai tertinggi mengalami kenaikan dari 60 pada pra tindakan
menjadi 95 setelah tindakan siklus 2.

Sedangkan berdasarkan perbedaan skor hasil belajar yang diperoleh peserta


didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar
persebaran biosfer pra tindakan dan setelah tindakan siklus 2 diperoleh
hasil perhitungan sebagai berikut.
60

Tabel 4.9.
Data Perbedaan Skor Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E
SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus Tanggamus Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran Geografi
Pra Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus 2

Hasil Belajar Frekuensi Persentase


Menurun 0 0,00%
Tetap 7 20
Naik 28 80
Total 35 100,00%

Sumber: Data Hasil Penelitian, Diolah.

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dijelaskan bahwa jumlah peserta


didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung yang mengalami peningkatan hasil
belajarnya setelah digunakan metode pembelajaran crossword puzzle pada
siklus 2 adalah 28 orang (80%). Data perbedaan skor hasil belajar peserta
didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran geografi pra tindakan dan setelah
tindakan siklus 2 dapat digambarkan kedalam diagram batang berikut ini.

Diagram 4.7.
Data Perbedaan Skor Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI-E
SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus Tanggamus Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Mata Pelajaran Geografi
61

Analisis hasil belajar peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab.
Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 mata pelajaran
geografi kompetensi dasar persebaran biosfer tindakan siklus 2 selengkap-
nya dapat dilihat pada lampiran 22.

Dari hasil refleksi di atas diperoleh hasil bahwa masih jumlah peserta didik
di kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 yang hasil belajarnya tuntas untuk mata pelajaran
geografi kompetensi dasar persebaran biosfer setelah digunakan metode
pembelajaran crossword puzzle adalah 27 orang (77,14%). Sedangkan jika
dilihat dari perbedaan skor hasil belajar pra tindakan dan setelah tindakan
siklus 2 diperoleh hasil bahwa 28 orang peserta didik (80,00%) di kelas XI-E
SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 mengalami kenaikan hasil belajarnya setelah digunakan metode
pembelajaran crossword puzzle pada mata pelajaran geografi kompetensi
dasar persebaran biosfer.

B. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan

Sebelum penelitian ini dilakukan penulis sudah menentukan kriteria


keberhasilan secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Berikut ini adalah
kriteria keberhasilan yang diperoleh setiap siklusnya.

Perubahan Indikator
Siklus 1 Siklus 2
Nilai mata pelajaran a. Persentase siswa yang tuntas di 50% 70%
geografi kompetensi setiap siklusnya
dasar persebaran b. Jumlah siswa yang mengalami 20 25
biosfer peningkatan setiap siklusnya.

Dari tabel di atas maka dapat dijelaskan bahwa pada siklus 1 ditargetkan
minimal 50% peserta didik mempunyai hasil belajar tuntas, sedangkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa peserta didik kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung
semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 yang mempunyai hasil belajar tuntas
untuk mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer setelah
digunakan metode crossword puzzle adalah sebanyak 16 orang (45,71%). Dengan
62

demikian untuk siklus 1 target persentase peserta didik yang tuntas dalam mata
pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer tidak terpenuhi. Untuk
jumlah peserta didik yang nilai hasil belajarnya meningkat pada siklus 1
ditargetkan 20 orang, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
peserta didik di kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 yang hasil belajarnya meningkatkan setelah digunakan metode
crossword puzzle pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran
biosfer adalah 21 orang. Dengan demikian untuk jumlah peserta didik yang
mengalami peningkatan hasil belajaranya pada siklus 1 terpenuhi.

Pada siklus 2 ditargetkan minimal 70% peserta didik mempunyai hasil belajar
tuntas, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik kelas XI-E
SMAN 1 Kotaagung semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 yang mempunyai
hasil belajar tuntas untuk mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran
biosfer setelah digunakan metode crossword puzzle adalah sebanyak 27 orang
(77,14%). Dengan demikian untuk siklus 2 target persentase peserta didik yang
tuntas dalam mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer
terpenuhi. Untuk jumlah peserta didik yang nilai hasil belajarnya meningkat
pada siklus 2 ditargetkan 25 orang, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah peserta didik di kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 yang hasil belajarnya meningkatkan setelah digunakan
metode crossword puzzle pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar
persebaran biosfer adalah 28 orang. Dengan demikian untuk jumlah peserta didik
yang mengalami peningkatan hasil belajaranya pada siklus 2 terpenuhi.

C. Pembahasan

Penelitian dilaksanakan pada kelas XI-E SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus


semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran crossword puzzle pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar
persebaran biosfer. Crossword puzzle dapat digunakan sebagai strategi
63

pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang
sedang berlangsung. Bahkan strategi ini dapat melibatkan partisipasi peserta
didik secara aktif semenjak awal. Adapun tujuan dari pembelajaran dengan
menggunakan model crossword puzzle antara lain untuk: a) memperkuat ingatan
tentang istilah dan isi; b) mendorong siswa untuk berfikir kritis dan memecahkan
masalah. Pembelajaran dengan model ini memiliki beberapa kelebihan
diantaranya adalah: a) Merangsang minat belajar siswa; b) Siswa dapat dengan
mudah mempelajari materi pelajaran yang sulit. Dalam melakukan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran ini, hambatan yang dialami peneliti
yaitu siswa kurang berkonsentrasi dalam mengerjakan. Selain pembelajaran
crossword puzzle juga memiliki beberapa manfaat yaitu: a) Dapat mengasah
daya ingat; b) Belajar klasifikasi; c) Mengembangkan kemampuan analisa; d)
Menghibur; e) Merangsang kreativitas siswa. Kelemahan dari pembelajaran
crossword puzzle antara lain: a) Siswa dituntut untuk berkonsentrasi secara
matang; b) Banyak memakan waktu dalam mengisi teka teki silang; c) Persiapan
materi pembelajaran yang akan disampaikan guru harus matang.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran


crossword puzzle ini, siswa diberi penugasan secara individual untuk
mengerjakan soal teka-teki silang. Durasi mengerjakan penugasan ini, diberi
batas sampai 35 menit kemudian dikumpulkan. Adapun dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model crossword puzzle, siswa kelas XI-E
SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus sebagian besar mengerjakan penugasan
teka-teki silang dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, kelemahannya siswa
menjadi agak ribut ketika ada pertanyaan yang sulit. Sebagian kecil ada yang
menoleh dan meminta jawaban kepada temannya.

Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan perlakuan diperoleh rata-rata


hasil belajar sebesar 42,00. Kemudian peneliti melakukan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran crossword puzzle pada kompetensi dasar
persebaran biosfer. Setelah materi persebaran biosfer selesai kemudian dilakukan
tes untuk mengetahui hasil akhir. Adapun hasil akhir (post-test) penelitian
64

diperoleh nilai rata-rata sebesar 58,00 pada siklus 1 dan 70,57 pada siklus 2. Dari
hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model crossword puzzle berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Ami
Fatwayani (2013), yang dalam ini berkesimpulan bahwa “pembelajaran
persebaran biosfer dengan menggunakan model pembelajaran crossword puzzle
berpengaruh terhadap hasil belajar.” Pendapat lain disampiakan oleh Maya
Aprilia Rosanti (2015) yang berkesimpulan bahwa “hasil belajar siswa kelas III SD
Negeri Pegirikan 03 pada pembelajaran IPA materi hubungan awan dan cuaca
yang belajarnya menerapkan strategi Crossword Puzzle lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.”
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis
memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan metode crossword puzzle
pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar persebaran biosfer di kelas XI-E
SMAN 1 Kotaagung Kab. Tanggamus semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019
dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa dari 42,00 menjadi 58,00 pada
siklus 1 dan 70,57 pada siklus 2. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model crossword puzzle berpengaruh
positif terhadap hasil belajar peserta didik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan


adalah guru hendaknya menggunakan berbagai model pembelajaran yang
bervariasi untuk membantu siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa
menjadi lebih baik. Karena terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran
crossword puzzle dapat memberi pengaruh yang positif dan signifikan, maka
model pembelajaran crossword puzzle ini dapat digunakan guru sebagai model
pembelajaran di kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Anni, Tri Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPTK MKK UNNES.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

----- 2006. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, jamal Ma’mur. 2009. Jurus-Jurus Belejar Efektif untuk SMP dan SMA.
Jogjakarta: DIVA Press.

Claire, Elizabeth. 2010. Easy English Crossword Puzzles. United States of America:
Eardley Publications Saddle Brook.

Ghanoe, M. 2010. Asah Otak Anda dengan Permainan Teka-Teki. Yogyakarta: Buku
Biru.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, R. 2003. Teknik Sampling. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm


rozaini.pdf (16 Feb. 2012).

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Strahler, Arthur Newell. 1983. Modern Physical Geography 2ed: Study Guide.
Newyork: John Wiley & Sons, Inc.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Tasito.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugandi, Achmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri


Semarang Press.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

----- 2010. Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugar, Steve dan Kim Kontoroski Sugar. 2002. Primary Games. San Fransisco: Jossey-
Bass.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susilawati, Siti Azizah. Geografi Lingkungan Fisik dan sosial. Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas.
67

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Offset.

Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metodologi Penelitian Goegrafi. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Tim penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi


Aksara.

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.

Anda mungkin juga menyukai